Wilayah dan Perkembangan Wilayah

Pengunaan lahan pertanian dibedakan dalam macam pengunaan lahan berdasarkan atas penyediaan air dan komoditi yang diusahakan, dimanfaatkan atau yang terdapat diatas lahan tersebut, seperti sawah, tegalan, kebun, padang rumput, hutan, dan sebagainya. Kemudian penggunaan lahan non pertanian dapat dibedakan ke dalam penggunaan kota atau desa pemukiman, industri, rekreasi, pertambangan dan sebagainya Arsyad, 1989. Klasifikasi penggunaan lahan menurut Barlowe 1978 terdiri dari : 1. Lahan pemukiman, 2. Lahan perdagangan dan industri, 3. Lahan tanaman budidaya, 4. Lahan peternakan dan penggembalaan, 5. Lahan hutan, 6. Lahan mineral, 7. Lahan rekreasi, 8. Lahan transportasi, 9. Lahan jasapelayanan, dan 10. Lahan tandus dan kosong.

2.2 Wilayah dan Perkembangan Wilayah

Wilayah region dalam pengertian geografis merupakan kesatuan alam yaitu alam yang serbasama atau homogen atau seragam uniform dan kesatuan manusia yaitu masyarakat serta kebudayaannya yang serbasama yang mempunyai ciri kekhususan yang khas, sehingga wilayah tersebut dapat dibedakan dari wilayah yang lain Jayadinata, 1992. Wilayah dibedakan antara konsep wilayah homogen homogeneous region, konsep wilayah nodal nodal region, dan konsep wilayah perencanaan planning region. Wilayah homogen Rustiadi et all, 2003 adalah wilayah yang dibatasi berdasarkan pada kenyataan bahwa faktor-faktor dominan pada wilayah tersebut bersifat homogen, sedangkan faktor-faktor yang tidak dominan bisa saja beragam heterogen. Dengan demikian wilayah homogen tidak lain adalah wilayah- wilayah yang diidentifikasi berdasarkan faktor pencirinya yang menonjol. Pada umumnya wilayah homogen sangat dipengaruhi oleh potensi sumberdaya alam dan permasalahan spesifik yang seragam. Konsep wilayah homogen sangat bermanfaat dalam : 1. Penentuan sektor basis perekonomian wilayah sesuai dengan daya dukung utama yang ada comparative advantage. 2. Pengembangan pola kebijakan yang tepat sesuai dengan permasalahan masing-masing wilayah. Wilayah nodal didasarkan atas pengertian bahw a tidak ada homogenitas antara wilayah dalam suatu perekonomian, wilayah nodal ini justru menekankan adanya perbedaaan dua komponen-komponen wilayah yang terpisah berdasarkan fungsinya. Konsep wilayah nodal didasarkan atas asumsi bahwa suatu wilayah diumpamakan sebagai suatu sel hidup yang mempunyai inti dan plasma. Inti pusat simpul adalah pusat-pusat pelayanan sedangkan plasma adalah daerah terbelakang hinterland, yang punya sifat-sifat tertentu dan mempunyai hubungan fungsional. Secara historik, pertumbuhan pusat-pusat atau kota ditunjang oleh hinterland yang baik. Secara operasional, pusat-pusat wilayah mempunyai hirarki yang spesifik yang hirarkinya ditentukan oleh kapasitas pelayanannya. Kapasitas pelayanan regional services capacity yang dimaksud adalah kapasitas sumberdaya suatu wilayah regional resources, sumberdaya manusia human resources, sumberdaya sosial social capital dan sumberdaya buatan man-made resourcesinfrastructure. Sumberdaya alam merupakan unsur-unsur lingkungan alam yang diperlukan manusia untuk memenuhi kebutuhan serta meningkatkan kesejahteraan hidupnya, misalnya sumberdaya lahan atau tanah. Sumberdaya manusia merupakan input dari proses produksi yang dijadikan sebagai suatu sarana bukan tujuan. Kualitas manusia sangat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dan derajat kesehatan yang baik. Sumberdaya infrastruktur meliputi transportasi, sarana pendidikan, kesehatan, peribadatan, dan perdagangan. Kapasitas pelayanan suatu wilayah dicerminkan pula oleh magnitude besaran aktifitas sosial-ekonomi masyarakat yang ada di suatu wilayah, misalnya dapat diukur oleh jumlah penduduk, perputaran uang, PDRB, dan lembaga formal maupun non formal. Konsep wilayah perencanaan regional planning adalah wilayah yang dibatasi berdasarkan kenyataan terdapatnya sifat-sifat tertentu pada wilayah baik akibat sifat alamiah maupun non alamiah sehingga perlu perencanaan secara integral. Sebagai contoh cara alamiah suatu Daerah Aliran Sungai DAS merupakan suatu yang terbentuk dengan matriks dasar kesatuan hidrologis, sehingga DAS sebagai suatu wilayah berdasarkan konsep ekosistem perlu dikelola dan direncanakan secara seksama. Salah satu pengembangan wilayah yang erat kaitannya dengan aspek tata ruang adalah konsep pusat-pusat pertumbuhan. Konsep ini didasarkan pada dua hipotesis dasar, yaitu : 1. Pertumbuhan dan perkembangan ekonomi dimulai dan mencapai puncaknya pada sejumlah pusat-pusat tertentu. 2. Pertumbuhan dan perkembangan ekonomi disebarkan di pusat-pusat pertumbuhan ini, secara nasional melalui hirarki kota-kota dan secara regional dari pusat-pusat perkotaan urban center ke daerah belakang hinterland masing-masing. Konsep ini pertama kali dikemukakan oleh Walter Christaller yang kemudian dikenal sebagai teori tempat sentral Central Place Theory yang selanjutnya dikembangkan oleh Losch, Berry, dan Garrisson Hanafiah, 1985 dalam Irwansyah, 2003. Studi yang telah dilakukan Hanafiah 1985, bahwa sistem pusat-pusat pertumbuhan sebagai salah satu implementasi pembangunan wilayah akan menciptakan perubahan-perubahan sosial ekonomi dalam masyarakat, yaitu menurut suatu hirarki yang akan menciptakan suatu struktur dan organisasi tata ruang baru bagi kegiatan manusia. Berkembangnya suatu wilayah akan memberikan dampak terhadap wilayah-wilayah lain yang secara spasial memiliki kedekatan wilayah. Kemudian terjadinya perkembangan dapat menyebabkan perubahan pola tata ruang pola penggunaan lahan serta aktivitas perekonomian masyarakat. Pariwisata, Wisatawan, Objek dan Daya Tarik Wisata Pariwisata adalah suatu kegiatan dimana orang bepergian di dalam negerinya sendiri pariwisata domestik atau ke negara lain pariwisata mancanegara untuk berkunjung ke tempat-tempat tertentu yang menarik dengan tujuan untuk bersantai atau tujuan lain Hardjowigeno dan Widiatmaka, 2001. Pariwisata berbeda dengan kegiatan jalan-jalan, karena pariwisata berkaitan dengan waktu bepergian yang lebih lama, penggunaan fasilitas wisata, adanya objek-objek wisata sesuai dengan maksud bepergian, serta faktor kenikmatan dan perasaan santai berekreasi. Faktor kenikmatan dan santai bukanlah faktor mutlak dalam pariwisata karena orang-orang yang bepergian untuk kegiatan konvensi seminar, kongres atau mengunjungi objek-objek budaya untuk meningkatkan pengetahuan akan tetap dianggap sebagai wisatawan. Wisatawan tourism adalah setiap orang yang berwisata atau seseorang yang bepergian dari tempat tinggalnya untuk berkunjung ke tempat lain dan berdiam di tempat itu lebih dari 24 jam dengan tujuan menggunakan waktu senggang untuk rekreasi, berlibur, olahraga, kunjungan keluarga, menghadiri konferensi Swarsi, et al 1996. Berdasarkan tempat asalnya wisatawan dibagi menjadi dua golongan yaitu wisatawan mancanegara dan wisatawan nusantara. Objek dan daya tarik wisata adalah suatu bentukan atau aktivitas dan fasilitas yang berhubungan yang dapat menarik minat wisatawan atau pengunjung untuk datang ke suatu daerah tertentu Marpaung, 2002. Objek dan Daya Tarik Wisata merupakan modal dasar bagi kepariwisataan. Tanpa adanya daya tarik di suatu daerah tertentu maka kepariwisataan sulit untuk dikembangkan. Menurut Swarsi, et al 1996, Objek dan daya Tarik pariwisata adalah segala sesuatu yang terdapat di daerah tujuan wisata yang merupakan daya tarik agar orang-orang mau datang berkunjung ke suatu daerah tujuan wisata. Produk pariwisata merupakan produk komposit dari rangkaian berbagai jasa transportasi, akomodasi, usaha makan dan minum, toko, hiburan, fasilitas kegiatan dan pelayanan lainnya kepada individu atau kelompok yang melakukan perjalanan jauh dari lingkungan tempat tinggalnya. Menurut Hardjowigeno dan Widiatmaka 2001, perkembangan pariwisata dipengaruhi oleh dua hal utama, yaitu : 1. Potensi Wisata yang Ditawarkan Objek-objek wisata yang ditawarkan terbagi menjadi dua yaitu : objek wisata yang alami dan objek wisata buatan manusia. Objek wisata alami seperti iklim, pemandangan, wisata rimba, flora dan fauna, sumber air kesehatan, sedangkan objek wisata buatan manusia seperti sejarah budaya, agama, prasarana, tempat rekreasi dan olahraga, sarana transportasi, pola hidup masyarakat tradisi. 2. Besarnya Permintaan Wisata Besarnya permintaan wisata merupakan permintaan akan jenis-jenis objek wisata serta fasilitas-fasilitas penunjangnya yang diinginkan oleh wisatawan. Pengembangan wilayah pariwisata di Indonesia disesuaikan dengan intruksi Presiden No. 9 Tahun 1969 pasal 2 yaitu : 1. Meningkatkan pendapatan devisa pada khususnya dan pendapatan negara dan masyarakat pada umumnya, perluasan kesempatan lapangan kerja dan mendorong kegiata n-kegiatan industri sampingan lainnya. 2. Memperkenalkan dan mendayagunakan keindahan alam dan kebudayaan Indonesia. 3. Meningkatkan persaudaraan dan persahabatan nasional dan internasional. Hakekat kepariwisataan adalah terdapat suatu tatanan jaringan proses penelaah sumberdaya alam, sumber daya manusia, budaya dan teknologi serta kegiatan yang saling mempengaruhi untuk menarik dan melayani wisatawan. Potensi tersebut berupa keunikan dan kekhasan ekosistem fenomena atau gejala alam serta termasuk juga flora dan fauna.

III. METODOLOGI PENELITIAN