Pusat-pusat Aktifitas Ekonomi Wilayah

Pertambahan paling besar terjadi pada lahan hutan, hal ini disebabkan oleh masyarakat Kabupaten Ciamis yang menanam tanaman hutan pada lahan kering. Hal ini terjadi terutama di Kecamatan Panjalu dan Kecamatan Rajadesa.

5.2 Pusat-pusat Aktifitas Ekonomi Wilayah

Pemusatan aktifitas ditentukan berdasarkan informasi luas penggunaan lahan Lampiran 3 dan PDRB Lampiran 4 dengan menggunakan metode LQ. Dalam analisis ini digunakan indikator dari 9 jenis pengunaan lahan meliputi : 1. Lahan Sawah, 2. Ladang, huma, dan tegalan, 3. Perkebunan, 4. Hutan rakyat, 5. Perumahan dan pemukiman, 6. Lahan industri, perdagangan dan jasa, 7. Penggunaan lainnya tidak termasuk hutan negara, 8. Lahan sementara yang tidak diusahakan, dan 9. Lahan pariwisata. Kemudian PDRB Produk Domestik Regional Bruto digolongkan menjadi 9 sektor yaitu 1. Pertanian, 2. Pertambangan dan penggalian, 3. Industri pengolahan, 4. Listrik, gas, dan air bersih, 5. Bangunan, 6. Perdagangan, hotel dan restoran, 7. Pengangkutan dan komunikasi, 8. Keuangan, persewaan dan Jasa perusahaan, 9. Jasa-jasa Lainnya. Sektor pariwisata didapatkan dari pengeluaran wisatawan yang dikeluarkan selama berada di objek wisata, yaitu berasal dari sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi serta sektor jasa. Pada Tabel 6 dapat dilihat ringkasan hasil dari analisis LQ untuk aktifitas ekonomi pertanian. Aktifitas ekonomi pertanian memusat di kecamatan- kecamatan: Cimerak, Cijulang, Cigugur, Langkaplancar, Parigi, Sidamulih, Padaherang, Lakbok, Pamarican, Cidolog, Cimaragas, Cisaga, Tambaksari, Rajadesa, Sukadana, Cihaurbeuti, dan Cipaku. Aktifitas sawah pada tahun 2000 terpusat di Kecamatan Cijulang, Parigi, Padaherang, Banjarsari, Lakbok, Pamarican, Tambaksari, Cikoneng, Cihaurbeuti, Sadananya, Panawangan, dan Kawali. Sedangkan pada tahun 2003, pusat aktifitas sawah terjadi penambahan yaitu di Kecamatan Cisaga dan Kecamatan Panjalu. Tabel 6. Pusat-pusat Aktifitas Pertanian Tahun 2000 Tahun 2003 PDRB Pertanian Sawah Pertanian Non Sawah PDRB Pertanian Sawah Pertanian Non Sawah Cimerak Cijulang Cigugur Langkaplancar Parigi Sidamulih Padaherang Lakbok Pamarican Cidolog Cimaragas Cisaga Tambaksari Rajadesa Sukadana Cihaurbeuti Cipaku Cijulang Parigi Padaherang Banjarsari Lakbok Pamarican Tambaksari Cikoneng Cihaurbeuti Sadananya Panawangan Kawali Langkaplancar Padaherang Pamarican Cimaragas Cijeungjing Cisaga Rancah Rajadesa Ciamis Cikoneng Cihaurbeuti Sadananya Cipaku Jatinagara Panawangan Kawali Panumbangan Cimerak Cijulang Cigugur Langkaplancar Parigi Sidamulih Padaherang Lakbok Pamarican Cidolog Cimaragas Cisaga Tambaksari Rajadesa Sukadana Cihaurbeuti Cipaku Panawangan Cijulang Parigi Padaherang Banjarsari Lakbok Pamarican Cisaga Tambaksari Cikoneng Cihaurbeuti Sadananya Panawangan Kawali Panjalu Langkaplancar Padaherang Pamarican Cidolog Cimaragas Cijeungjing Cisaga Rancah Rajadesa Ciamis Cikoneng Cihaurbeuti Sadananya Cipaku Jatinagara Panawangan Sumber : Hasil Analisis LQ Lampiran 5 dan 6 Aktifitas lahan kering pada tahun 2000 terpusat di kecamatan-kecamatan: Langkaplancar, Padaherang, Pamarican, Cimaragas, Cijeungjing, Cisaga, Rancah, Rajadesa, Ciamis, Cikoneng, Cihaurbeuti, Sadananya, Cipaku, Jatinagara, Panawangan, Kawali, dan Panumbangan. Sedangkan pada tahun 2003, terjadi penambahan pusat aktifitas lahan kering yaitu di Kecamatan Cidolog dan terjadi pengurangan pusat aktifitas lahan kering di Kecamatan Kawali dan Kecamatan Panumbangan. Secara kuantitatif pemusatan aktifitas ekonomi pertanian dan penggunaan lahan pertanian sawah cenderung meningkat dari tahun 2000 ke tahun 2003. Pada Gambar 5 terlihat bahwa aktifitas pertanian cenderung memusat di 16 kecamatan yaitu: Cijulang, Langkaplancar, Parigi, Padaherang, Lakbok, Pamarican, Cidolog, Cimaragas, Cisaga, Tambaksari, Rajadesa, Cihaurbeuti, Sadananya, Cikoneng, Cipaku dan Panawangan. Gambar 5. Peta Pola Spasial Pusat-pusat Aktifitas Pertanian Tahun 2003 Sumber: Hasil Analisis LQ Tabel 6 Fenomena ini menunjukkan bahwa dalam perekonomian Kabupaten Ciamis aktifitas pertanian merupakan lapangan usaha yang paling besar, karena selain merupakan matapencaharian sebagian besar penduduknya, penggunaan lahan pertanian juga memberikan kontribusi yang paling besar terhadap PDRB Kabupaten Ciamis yaitu sebesar 30.4 pada tahun 2003. Untuk aktifitas industri, perdagangan, hotel dan restoran dapat dilihat pada Tabel 7. Dari data tersebut konsentrasi aktifitas ekonomi industri pada tahun 2000 terpusat di kecamatan-kecamatan: Sidamulih, Pangandaran, Banjarsari, Pamarican, Cijeungjing, Rancah, Rajadesa, Cikoneng, Cihaurbeuti, Jatinagara, Panawangan, dan Panumbangan. Sedangkan pada tahun 2003 aktifitas ekonomi industri mengalami perubahan hanya di Kecamatan Panumbangan. Konsentrasi aktifitas ekonomi perdagangan, hotel dan restoran tahun 2000 terpusat di kecamatan-kecamatan: Parigi, Sidamulih, Pangandaran, Kalipucang, Padaherang, Banjarsari, Cisaga, Sukadana, Sadananya, Kawali, dan Panjalu. Sedangkan tahun 2003 tidak terjadi pusat aktifitas di Kecamatan Sukadana dan Kecamatan Sadananya. Tabel 7 . Pusat Aktifitas Industri, Perdagangan, Hotel dan Restoran 2000 2003 PDRB Industri Olah PDRB Perdagangan, Hotel Restoran Lahan IndustriPerdaga nganJasa PDRB Industri Olah PDRB Perdagangan, Hotel Restoran Lahan IndustriPerdaga nganJasa Sidamulih Pangandaran Banjarsari Pamarican Cijeungjing Rancah Rajadesa Cikoneng Cihaurbeuti Jatinagara Panawangan Panumbangan Parigi Sidamulih Pangandaran Kalipucang Padaherang Banjarsari Cisaga Sukadana Sadananya Kawali Panjalu Langkaplancar Parigi Sidamulih Pangandaran Cijeungjing Rancah Sukadana Sadananya Cipaku Panawangan Panjalu Sidamulih Pangandaran Banjarsari Pamarican Cijeungjing Rancah Rajadesa Cikoneng Cihaurbeuti Jatinagara Panawangan Parigi Sidamulih Pangandaran Kalipucang Padaherang Banjarsari Cisaga Cipaku Kawali Panjalu Cigugur Parigi Sidamulih Pangandaran Cimaragas Rajadesa Sadananya Cipaku Jatinagara Panawangan Kawali Sumber : Hasil Analisis LQ Lampiran 5 dan 6 Gambar 6. Peta Pola Spasial Pusat-pusat Aktifitas Industri, Perdagangan, Hotel dan Restoran Tahun 2003 Sumber: Hasil Analisis LQ Tabel 7 Sementara konsentrasi lahan-lahan bangunan untuk industri, perdagangan, hotel, dan restoran pada tahun 2000 terpusat di kecamatan-kecamatan: Langkaplancar, Parigi, Sidamulih, Pangandaran, Cijeungjing, Rancah, Sukadana, Sadananya, Cipaku, Panawangan, dan Panjalu. Sedangkan tahun 2003 terpusat di kecamatan-kecamatan: Cigugur, Parigi, Sidamulih, Pangandaran, Cimaragas, Rajadesa, Sadananya, Cipaku, Jatinagara, Panawangan, dan Kawali. Aktifitas ekonomi industri, perdagangan, hotel dan restoran merupakan sektor unggulan kedua setelah sektor pertanian, karena sektor ini memberikan kontribusi yang besar terhadap pertumbuhan ekonomi Kabupaten Ciamis yaitu sebesar 23.0. Terlihat pada Gambar 6 aktifitas industri perdagangan, hotel dan restoran cenderung memusat di kecamatan-kecamatan : Parigi, Sidamulih, Pangandaran, Kalipucang, Padaherang, Banjarsari, Rajadesa, Cikoneng, Ciamis, Jatinagara, Cipaku, Panawangan, dan Kawali. Kabupaten Ciamis menempatkan 9 kecamatan sebagai DTW Daerah Tujuan Wisata yaitu Cimerak, Cijulang, Parigi, Pangandaran, Kalipucang, Cijeungjing, Tambaksari, Kawali, dan Panjalu. Berdasarkan penggunaan lahan untuk pariwisata di Kabupaten Ciamis selama tahun 2000-2003 tidak mengalami perubahan pusat pengembangan pariwisata, akan tetapi Kecamatan Pangandaran masih menjadi pusat pengembangan pariwisata. Kecamatan Pangandaran lebih berkembang pesat dibandingkan kecamatan-kecamatan lain karena mempunyai keunggulan kompetitif tinggi yaitu pantai Pangandaran dan cagar alam Pananjung. Penyebaran pusat-pusat aktifitas pengembangan pariwisata dapat dilihat pada Gambar 7. Secara rinci nilai LQ untuk penggunaan lahan dan PDRB disajikan pada Lampiran 5 dan 6. Gambar 7. Peta Pola Spasial Pengembangan Pariwisata Tahun 2003 Sumber : Hasil Analisis LQ Lampiran 5 Aktifitas pariwisata dapat berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi pertanian dan industri, perdagangan, hotel dan restoran. Tingginya ekonomi pertanian Kabupaten Ciamis salah satunya dapat disebabkan oleh banyaknya wisatawan ke objek Kabupaten Ciamis. Peningkatan jumlah kunjungan wisata dapat menyebabkan peluang besar bagi berkembangnya sektor pertanian, mengingat 18.1 pengeluaran wisatawan dialokasikan untuk makanan dan minuman, serta 23.6 untuk handicraft Tabel 8. Kerajinan tangan anyaman tersebut seperti tas, dompet, sandal. Kemudian ekonomi industri, perdagangan, hotel dan restoran pun akan meningkat karena sebagian pengeluaran wisatawan digunakan untuk akomodasi sebesar 6.4. Tabel 8 . Rata-rata Pengeluaran Wisatawan Selama Oktober-Desember 2001 Jenis Pengeuaran Pengeluaran Rp Akoa Akomodasi 20810 6,4 Makanan Minuman 58808 18,1 Angkutan 133650 41,2 Paket Perjalanan 1699 0,5 Pramuwisata 150 0,1 Pertunjukan seni 296 0,1 Museum Jasa Kebudayaan 498 0,2 Olahraga 89 0,0 Jasa Hiburan rekreasi 5447 1,7 Jasa Pariwisata Lainnya 1489 0,5 Cinderamata 12806 3,9 Belanja 63621 19,6 Lainnya 25218 7,8 Total 324.581 100 Sumber: BPS Jakarta Pariwisata Indonesia Terlihat pada Tabel 8 pengeluaran wisatawan yang paling besar adalah digunakan untuk angkutan sebesar 41.8. Tingginya pengeluaran wisatawan untuk angkutan ini dapat disebabkan oleh adanya kenaikan harga BBM. Fenomena ini menunjukkan bahwa pengeluaran wisatawan akan memberikan kontribusi yang besar terhadap sektor angkutan dan komunikasi.

5.3 Pola Kunjungan Wisata