BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Pendekatan Penelitian
Dalam penelitian ini pendekatan yang digunakan adalah pendekatan objektif. Pendekatan objektif merupakan pendekatan yang terpenting sebab
pendekatan apa pun dilakukan pada dasarnya bertumpu atas karya sastra itu sendiri Ratna 2004:73. Pendekatan objektif adalah pendekatan yang menitik
beratkan pada karya sastra atau teks sastra dan lebih menekankan pada objek sastra sebagai fokus penelitian. Abrams dalam Endraswara 2003:9
mengemukakan pendekatan obyektif adalah menitikberatkan pada teks sastra yang kelak disebut stukturalisme atau instrinsik. Dalam hal ini, pendekatan objektif
digunakan untuk menganalisis bentuk-bentuk ajaran dan makna yang terdapat dalam Serat Dharma Sasana. Pendekatan objektif lebih efektif untuk membedah
suatu teks sastra karena perhatian tertuju pada teks sastra dengan tidak melibatkan unsur-unsur di luar teks sastra. Teori yang akan digunakan dalam membedah atau
mengkaji Serat Dharma Sasana ini adalah dengan menggunakan teori semiotik Teeuw.
Kode-kode yang ada pada teori semiotik Teeuw bertujuan untuk memaparkan dan membedah seteliti mungkin keterkaitan dengan bentuk, makna
dan ajaran-ajaran yang terdapat dalam Serat Dharma Sasana. Penelitian sastra dengan menggunakan pendekatan semiotik berkaitan dengan tanda dan makna.
Berawal dari pendekatan objektif, simbol dan makna Serat Dharma Sasana dalam
29
penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teori semiotik Teeuw. Di dalam teori semiotik Teeuw tersebut akan mengungkap kode bahasa, kode sastra, dan
kode budaya yang terdapat dalam Serat Dharma Sasana sehingga dengan teori tersebut akan diketahui bagaimana simbol, ajaran, dan makna Serat Dharma
Sasana yang berbentuk puisi bermetrum macapat dengan menggunakan bahasa Bali Kapara dan Jawa Kuna. Dari pemaparan ini, maka yang menjadi objek
penelitian paling utama adalah teks Serat Dharma Sasana yang dapat dianalisis dan bedah secara lebih rinci dengan menggunakan teori semiotik Teeuw.
Di dalam menggunakan pendekatan objektif dengan menggunakan teori semiotik Teeuw, diharapkan makna-makna serta ajaran-ajaran yang terdapat
dalam Serat Dharma Sasana dapat diketahui dan diungkap dengan baik sebagai pengetahuan, suri tauladan dan pedoman dalam kehidupan sehari-hari.
3.2 Sasaran Penelitian
Sasaran utama di dalam penelitian ini adalah simbol dan makna yang terdapat pada Serat Dharma Sasana. Serat Dharma Sasana akan dikaji dengan
menggunakan teori semiotik Teeuw yang membagi simbol menjadi tiga kode yaitu kode bahasa, kode sastra, kode budaya.
Sumber data penelitian ini yaitu Serat Dharma Sasana yang terdiri dari 20 pupuh, antara lain Ginanti, Smarandana, Sinom, Mijil, Kumambang, Dandang,
Pangkur, Gambuh, Girisa, Durma, Juru Demung, Megatruh, Pucung yang berbahasa Bali Kapara dan Jawa Kuna yang telah dialihaksara dan
dialihbahasakan oleh I Gusti Ketut Gede Arsana dkk. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah ajaran-ajaran dalam Serat Dharma Sasana yang diduga
mengandung simbol dan makna yang dapat dikupas tuntas melalui simbol dan makna.
3.3 Teknik Pengumpulan Data