Penelitian Terdahulu Ruang Lingkup Bank Syariah

BAB II URAIAN TEORITIS

A. Penelitian Terdahulu

Wijaya 2005 melakukan penelitian dengan judul “Analisis Komparatif Rasio Keuangan Bank Perkreditan Rakyat BPR Konvensional dan Bank Perkreditan Rakyat BPR Syariah”. Masalah penelitian ini adalah “Bagaimana perbedaan kinerja keuangan BPR Konvensional dan BPR Syariah”. Metode penelitiannya yaitu wawancara dan studi dokumentasi dengan analisis data kuantitatif dan kualitatif. Hasil dari penelitian itu menunjukkan bahwa rasio likuiditas BPR Syariah relatif lebih baik daripada BPR Konvensional, rasio solvabilitas kedua BPR menunjukkan kondisi sehat dan rasio rentabilitas kedua BPR juga menunjukkan kondisi sehat. Rahmawati 2008 melakukan penelitian dengan judul “Analisis Komparasi Kinerja Keuangan antara PT. Bank Syariah Mandiri dan PT. Bank Mega”. Masalah penelitian ini adalah “Bagaimana perbedaan kinerja keuangan PT. Bank Syariah Mandiri dan PT. Bank Mega selama periode 2003-2006”. Metode penelitiannya dengan wawancara dan studi dokumentasi. Analisis yang digunakan analisis data deskriptif dan kuantitatif. Hasil dari penelitian itu menunjukkan bahwa rasio likuiditas PT. Bank Syariah Mandiri lebih baik daripada PT. Bank Mega, rasio solvabilitas kedua bank menunjukkan kondisi sehat dan rasio rentabilitas PT. Bank Syariah Mandiri lebih baik daripada PT. Bank Mega.

B. Ruang Lingkup Bank Syariah

1. Landasan Hukum Bank Syariah Kegiatan operasional bank Syariah dilindungi oleh landasan hukum perundang-undangan perbankan yaitu UU No. 10 tahun 1998 tentang penetapan sistem perbankan di Indonesia sebagai ”Dual Banking System”, dimana bank-bank konvensional berdampingan dengan bank Syariah. Pada UU No. 10 tahun 1998, pasal-pasal yang menyinggung tentang bank Syariah adalah : a Pasal 1 butir 2 menyatakan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup orang banyak. b Pasal 1 butir 3 menyatakan bank yang melaksanakan kegiatan usaha konvensional dan atau berdasarkan prinsip Syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. c Pasal 1 butir 13 menyatakan prinsip Syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum islam antara bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana dan atau pembiayaan kegiatan usaha atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan Syariah. Dalam Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 tentang perbankan yang dimaksud dengan perbankan ialah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, menyangkut kelembagaan, kegiatan usaha serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Sedangkan bank Syariah adalah bank yang beroperasi dengan tidak mengandalkan pada bunga. Perbedaan mendasar antara system konvensional dan Syariah adalah prinsip operasionalnya berdasarkan bunga dan bagi hasil. Perbedaan sistem ini membawa konsekuensi yang berbeda pula dalam perolehan manfaat secara ekonomi. Dalam sistem konvensional, hasil lebih mudah diperkirakan dan lebih mudah tampak hasilnya, karena sistem bunga menerapkan perhitungan di muka dan tanpa memperhatikan proses pemanfaatan dana. Akan tetapi, manfaat ini sebenarnya bersifat semu karena di dalamnya tidak tersirat aspek keadilan berupa pembagian resiko. Dalam konsep bank Syariah, sistem tingkat bunga tidak digunakan. Instrumen yang diterapkan adalah sistem bagi hasil usaha yang diarahkan langsung kepada sektor investasi yang di dalamnya tersirat keadilan berupa pembagian resiko. Dalam Undang-Undang perbankan Nomor 10 tahun 1998 pasal 1 butir 13 dikatakan bahwa yang dimaksud dengan prinsip Syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana dan atau pembiayaan kegiatan usaha atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan Syariah antara lain: a pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil mudharabah. b pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal musyarakah. c prinsip jual beli barang dengan memperoleh keuntungan murabahah. d pembiayaan barang modal berdasarkan prinsip sewa murni tanpa pilihan ijarah. e pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak bank oleh pihak lain ijarah wa iqtina. 2. Prinsip Operasional Bank Syariah Menurut Sumitro 2004:54 ada 5 konsep dasar opersaional bank Syariah, yaitu sistem simpanan murni Al Wadiah, prinsip bagi hasil Mudharabah, prinsip jual beli dan margin keuntungan Murabahah, prinsip sewa Al Ijarah, dan prinsip jasa atau upah. a Sistem Simpanan Murni Al Wadiah Sistem simpanan murni Al Wadiah adalah fasilitas yang diberikan oleh bank Islam untuk memberikan kesempatan kepada pihak yang berlebihan dana untuk menyimpan dananya di bank. Fasilitas ini biasanya diberikan untuk tujuan keamanan dan pemindah bukuan dan bukan untuk tujuan investasi. b Prinsip Bagi Hasil Mudharabah Prinsip bagi hasil Mudharabah yaitu sistem yang meliputi tata cara pembagian hasil usaha antara penyedia dana dan pengelola dana yang terjadi antara bank dengan penyimpan dana, maupun antara bank dengan nasabah penerima dana. c Prinsip Jual Beli dan Margin Keuntungan Murabahah Prinsip jual beli dan margin keuntungan Murabahah yaitu suatu sistem yang menerapkan tata cara jual beli dimana pihak bank akan membeli terlebih dahulu barang dibutuhkan atau mengangkat nasabah sebagai sebagai agen bank. Nasabah dalam kapasitasnya sebagai agen bank melakukan pembelian-pembelian atas nama bank, kemudian bank menjual barang tersebut kepada nasabah dengan harga beli ditambah keuntungan. d Sistem sewa Ijarah Sistem sewa terbagi dalam 2 jenis, yaitu: 1 Al Ijarah, yaitu perjanjian sewa yang memberi kesempatan kepada penyewa untuk memanfaatkan barang yang disewa dengan imbalan uang sewa sesuai dengan kesepakatan. Setelah masa sewa berakhir barang akan dikembalikan kepada pemilik. 2 Al Ta’jiri, yaitu sama dengan Al Ijarah tetapi setelah masa sewa berakhir, pemilik barang menjual barang yang disewa kepada penyewa dengan harga yang disepakati. e Sistem Fee Sistem fee atau jasa yaitu sistem kegiatan yang meliputi seluruh layanan non pembiayaan yang diberikan bank. Bentuk jasa yang berdasarkan konsep dasar ini, antara lain : bank garansi, kliring, inkaso, jasa transfer, dan lain-lain. 3. Kegiatan Operasional Bank Syariah Menurut Sumitro 2004:75, Kegiatan-kegiatan operasional bank Syariah adalah sebagai berikut: A. Mobilitas Dana Masyarakat Funding Bank syariah akan mengerahkan dana masyarakat dalam berbagai bentuk seperti menerima simpanan wadiah, menyediakan fasilitas tabungan, dan deposito berjangka. Fasilitas ini dapat digunakan untuk menitip infaq, sedekah, zakat, mempersiapkan ongkos naik haji, merencanakan kurban, aqiqah, khitanan, mempersiapkan pendidikan, pemilikan rumah, kendaraan, serta dapat juga dimanfaatkan untuk menitipkan dana yayasan, Masjid, sekolah, organisasi, badan usaha, dan lain-lain. a Simpanan Amanah Bank Syariah menerima titipan amanah berupa infaq, sedekah, zakat karena bank dapat menjadi perpanjangan tangan baitul maal dalam menyimpan dan menyalurkan dana agar dapat bermanfaat secara optimal. Akad penerimaan titipan ini adalah wadiah yaitu titipan yang tidak mengganggu resiko, bank akan memberikan kadar profit bonus dari bagi hasil yang didapat bank melalui pembiayaan kepada nasabah. b Tabungan Wadiah Bank syariah menerima tabungan baik pribadi maupun badan usaha dalam bentuk tabungan bebas. Akad penerimaan dana ini berdasarkan wadiah, yaitu titipan-titipan yang tidak menanggung resiko kerugian, serta bank akan memberikan kadar profit kepada penabung sejumlah tertentu dari bagi hasil yang diperoleh bank dalam pembiayaan kredit pada nasabah yang diperhitungkan secara harian dan dibayar setiap bulan. Penabung akan mendapat buku tabungan untuk mencatat mutasi dan baki. c Deposito Wadiah atau deposito Mudharabah Bank Syariah menerima deposito berjangka baik pribadi maupun badan usaha lembaga. Akad penerimaan deposito adalah wadiah atau mudharabah dimana bank menerima dana masyarakat berjangka 1, 3, 6, 12 bulan dan seterusnya, sebagai penyertaan pada bank. Deposan yang akad depositonya adalah wadiah mendapat nisbah bagi hasil keuntungan yang lebih kecil daripada mudharabah dan bagi hasil yang diterima bank dalam pembiayaan atau kredit nasabah dibayar setiap bulan. Deposito bank akan menerbitkan warkat depositonya atas nama deposan.

C. Kinerja Keuangan

Dokumen yang terkait

Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan antara Bank Konvensional dan Bank Syariah dengan menggunakan rasio CAMEL (Studi Kasus Pada Bank Mandiri dan Bank Syariah Mandiri)

2 75 102

Analisis Perbandingan Bank Konvensional Dan Bank Syariah Dengan Menggunakan Rasio Keuangan

1 89 69

Analisis Perbandingan Kinerja Antara Bank Syariah Mandiri dan Bank Muamalat Indonesia dengan Rasio CAMELS

3 76 122

Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Tingkat Profitabilitas Bank Syariah Mandiri (Januari 2007 – Desember 2009)

0 24 77

PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN ANTARA BANK SYARIAH MANDIRI DAN BANK MUAMALAT INDONESIA DENGAN RASIO EAGLES

12 50 22

ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PADA PERBANKAN KONVENSIONAL DAN SYARIAH Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Pada Perbankan Konvensional Dan Syariah Dengan Menggunakan Rasio Keuangan Bank (Studi Kasus: Bank Mandiri dan Bank Syariah Mandiri).

0 0 16

PENDAHULUAN Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Pada Perbankan Konvensional Dan Syariah Dengan Menggunakan Rasio Keuangan Bank (Studi Kasus: Bank Mandiri dan Bank Syariah Mandiri).

0 0 9

ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PADA PERBANKAN KONVENSIONAL DAN SYARIAH Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Pada Perbankan Konvensional Dan Syariah Dengan Menggunakan Rasio Keuangan Bank (Studi Kasus: Bank Mandiri dan Bank Syariah Mandiri).

0 1 17

ANALISIS KOMPARATIF RESIKO KEUANGAN ANTARA PT. BANK RAKYAT INDONESIA DAN PT. BANK SYARIAH MANDIRI Analisis Komparatif Resiko Keuangan Antara PT. Bank Rakyat Indonesia dan PT. Bank Syariah Mandiri.

0 0 12

Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan antara Bank Konvensional dan Bank Syariah dengan menggunakan rasio CAMEL (Studi Kasus Pada Bank Mandiri dan Bank Syariah Mandiri)

0 1 11