Analisis Analisis Perbandingan Rasio Keuangan Bank Syariah Mandiri Dan Bank Rakyat Indonesia Syariah Kantor Cabang Petisah Medan

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Analisis

1. Analisis Deskriptif Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dari 2 dua perusahaan perbankan milik pemerintah, yaitu Bank Syariah Mandiri dan Bank Rakyat Indonesia Syariah kantor cabang Petisah Medan selama periode 2007-2009. Dengan demikian terdapat 2 dua perusahaan perbankan yang dianalisis mengenai kinerja keuangannya. Dalam penelitian ini analisis kinerja hanya dibatasi pada aspek kuantitatif yakni mengenai rasio keuangannya. Rasio keuangan yang digunakan untuk menghitung dan menganalisis kinerja keuangan melalui rasio likuiditas, solvabilitas, dan rentabilitas selama periode 2007-2009 dapat disajikan pada tabel berikut ini : Tabel 4.1 Rasio Keuangan Bank Syariah Mandiri Periode 2007-2009 Rasio Periode Rata - rata 2007 2008 2009 Quick Ratio 49,19 10,46 50,41 36,69 Banking Ratio 72,72 177,1 137,61 129,14 Loan to Assets Ratio 8,81 53,51 69,93 44,08 CAR 88,59 57,17 51,58 65,78 Primary Ratio 80,03 63,37 43,70 62,37 Capital Ratio 907,5 118,41 62,49 362,80 ROA 0,03 2,59 1,78 1,47 ROE 0,04 4,10 4,09 2,74 GPM 3791,15 93,33 19,43 1226,13 Sumber : Data sekunder diolah Tabel 4.2 Rasio Keuangan Bank Rakyat Indonesia Syariah Periode 2007-2009 Rasio Periode Rata – rata 2007 2008 2009 Quick Ratio 11,58 10,65 20,23 14,15 Banking Ratio 65,29 53,44 56,08 58,27 Loan to Assets Ratio 85,65 40,76 42,73 56,38 CAR 99,28 6,47 9,34 27,82 Primary Ratio 86,15 4,92 6,35 24,96 Capital Ratio 100,59 12,07 14,87 24,55 ROA 92,35 43,04 1,40 44,66 ROE 107,19 874,7 2,10 326,60 GPM 18,37 3,65 27,38 4,22 Sumber : Data sekunder diolah 2. Analisis Rasio Keuangan Analisis rasio keuangan yang dilakukan terhadap dua bank umum milik pemerintah, yaitu Bank Syariah Mandiri dan Bank Rakyat Indonesia Syariah kantor cabang Petisah Medan bertujuan untuk mengetahui perkembangan kinerja keuangan dari masing-masing bank. Kinerja keuangan tersebut ditunjukkan dengan rasio likuiditas, solvabilitas, dan rentabilitas. Rasio keuangan dari kedua bank selama periode 2007-2009 dapat dianalisis seperti berikut : 1. Bank Syari’ah Mandiri BSM Hasil perhitungan rasio keuangan Bank Syariah Mandiri kantor cabang Petisah Medan meliputi likuiditas, solvabilitas, rentabilitas selama periode 2007-2009 dapat ditunjukkan dan dianalisis sebagai berikut : a Likuiditas Hasil perhitungan rasio likuiditas Bank Syariah Mandiri kantor cabang Petisah Medan periode 2007-2009 mencakup quick ratio, banking ratio dan loan to assets ratio dapat ditunjukkan pada tabel berikut ini: Tabel 4.3 Rasio Likuiditas Bank Syariah Mandiri Periode 2007-2009 Rasio Periode Rata - rata 2007 2008 2009 Quick Ratio 49,19 10,46 50,41 36,69 Banking Ratio 72,72 177,1 137,61 129,14 Loan to Assets Ratio 8,81 53,51 69,93 44,08 Sumber : Data sekunder diolah Gambar 4.1. Grafik Rasio Likuiditas Bank Syariah Mandiri Periode 2007-2009 Sumber : PT. Bank Bank Syariah Mandiri kantor cabang Petisah Medan diolah Rasio likuiditas yang mencakup quick ratio, banking ratio, dan loan to assets ratio pada tabel diatas dapat dijelaskan sebagai berikut : 1 Quick ratio pada tahun 2007 sebesar 49,19 menggambarkan bahwa setiap Rp. 1,- dari deposit dijamin oleh cash assets sebesar Rp. 0,49,-. Pada tahun 2008 quick ratio mengalami penurunan menjadi 10,46 , hal ini menunjukkan bahwa setiap Rp. 1,- dari deposit dijamin oleh cash assets sebesar Rp. 0,10,-. Sedangkan pada tahun 2009 quick ratio kembali meningkat menjadi 50,41 , hal ini menunjukkan bahwa setiap Rp. 1,- dari deposit dijamin oleh cash assets sebesar Rp. 0,5,-. Penurunan quick ratio pada tahun 2008 memperlihatkan bahwa bank kurang mampu meningkatkan kualitas kas atau asetnya. Semakin rendah quick ratio maka semakin rendah pula tingkat likuiditas bank karena bank kurang dapat menjamin pengembalian deposito baik dalam bentuk tabungan maupun deposito berjangka kepada para nasabah penyimpan dana. Sedangkan pada tahun 2009, quick ratio mengalami peningkatan. Meskipun quick ratio mengalami peningkatan, namun masih tergolong rendah. Rasio ini tidak mencapai atau mendekati 100 sebagai rule of thumb-nya. Hal ini 50 100 150 200 2007 2008 2009 Tahun P er sen tase Quick Ratio Banking Ratio Loan to Assets Ratio memperlihatkan bahwa bank Syariah ini kurang mampu memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Oleh sebab itu, tingkat likuiditas bank Syariah ini dilihat dari quick ratio tergolong kurang baik. 2 Banking ratio pada tahun 2007 menunjukkan angka 72,72 , hal ini menggambarkan bahwa setiap Rp. 1,- dari deposit dijamin oleh Rp. 0,727,- dari pembiayaan yang diberikan. Pada tahun 2008, banking ratio meningkat menjadi 177,1 , hal ini menunjukkan bahwa setiap Rp. 1,- dari deposit dijamin oleh Rp. 1,77,- dari pembiayaan yang diberikan. Sedangkan banking ratio pada tahun 2009 mengalami penurunan menjadi 137,61 , hal ini berarti setiap Rp. 1,- dari deposit dijamin oleh Rp. 1,37,- dari pembiayaan yang diberikan. Berdasarkan tabel 4.3 diatas terlihat bahwa pada tahun 2008 nilai banking ratio adalah paling tinggi. Hal ini mencerminkan bahwa pada tahun tersebut tingkat likuiditas bank paling rendah karena bank membutuhkan jumlah dana yang lebih besar untuk membiayai pembiayaannya. Meskipun banking ratio mengalami penurunan pada tahun 2009, namun nilai rasio ini masih tergolong tinggi. Oleh karena itu tingkat likuiditas bank Syariah ini dilihat dari banking ratio tergolong masih rendah. Semakin rendah nilai banking ratio maka tingkat likuiditas bank akan semakin tinggi. Hal ini karena bank dapat menjamin dalam memberikan pembiayaan kepada nasabah peminjam dengan menggunakan depositonya. Banking ratio yang semakin rendah menandakan bahwa bank Syariah ini tidak membutuhkan jumlah dana yang besar untuk membiayai pembiayaan yang diberikannya. 3 Assets to loan ratio pada tahun 2007 menunjukkan angka 8,81 , hal ini menunjukkan bahwa setiap Rp. 1,- dari asset yang tersedia mampu memenuhi pembiayaan yang diberikan sebesar Rp. 0,08,-. Pada tahun 2008 assets to loan ratio mengalami peningkatan menjadi 53,51 , hal ini menunjukkan bahwa setiap Rp. 1,- dari aset mampu memenuhi pembiayaan yang diberikan sebesar Rp. 0,53,-. Sedangkan pada tahun 2009 assets to loan ratio sebesar 69,93 , hal ini menunjukkan bahwa setiap Rp. 1,- dari aset yang tersedia mampu memenuhi pembiayaan yang diberikan sebesar Rp. 0,699,-. Ditinjau dari loan to assets ratio, tingkat likuiditas bank ini masih rendah. Hal ini ditunjukkan dengan nilai loan to assets ratio yang semakin meningkat setiap tahunnya. Nilai rasio yang semakin tinggi menunjukkan bahwa kemampuan bank untuk memenuhi permintaan kredit atau pembiayaan dari nasabah rendah. Ini disebabkan karena total kredit atau pembiayaan yang diminta nasabah mendekati atau bahkan lebih besar dibanding dengan total aset yang dimiliki bank tersebut. b Solvabilitas Hasil perhitungan rasio solvabilitas yang mencakup Capital Adequacy Ratio CAR, primary ratio dan capital ratio pada bank syari’ah ini dapat ditunjukkan pada tabel 4.4. Tabel 4.4 Rasio Solvabilitas Bank Syariah Mandiri Periode 2007-2009 Rasio Periode Rata - rata 2007 2008 2009 CAR 88,59 57,17 51,58 65,78 Primary Ratio 80,03 63,37 43,70 62,37 Capital Ratio 907,5 118,41 62,49 362,80 Sumber : Data sekunder diolah 40 80 120 160 200 2007 2008 2009 Tahun P e rs e n ta se CAR Primary Ratio Capital Ratio Gambar 4.2. Grafik Rasio Solvabilitas Bank Syariah Mandiri Periode 2007-2009 Sumber : PT. Bank Bank Syariah Mandiri kantor cabang Petisah Medan diolah Rasio solvabilitas yang mencakup Capital Adequacy Ratio CAR, primary ratio, dan capital ratio dapat dijelaskan sebagai berikut : 1 CAR pada tahun 2007 adalah sebesar 88,59 , hal ini menunjukkan bahwa setiap Rp. 1,- dari pembiayaan dan securities dijamin oleh modal sebesar Rp. 0,8859,-. Sedangkan pada tahun 2008, CAR mengalami penurunan menjadi 57,17 , hal ini menunjukkan bahwa setiap Rp. 1,- dari pembiayaan dan securities dijamin oleh modal sebesar Rp. 0,57,-. Pada tahun 2009 CAR kembali menurun menjadi 51,58 , hal ini menunjukkan bahwa setiap Rp. 1,- dari pembiayaan dan securities dijamin oleh modal sebesar Rp. 0,51,-. Semakin tinggi nilai CAR maka solvabilitas semakin baik. CAR yang semakin tinggi mencerminkan bahwa permodalannya semakin baik karena modal dapat digunakan untuk menjamin pemberian pembiayaan. Oleh karena itu meskipun rasio ini mengalami penurunan setiap tahunnya namun nilai CAR pada bank Syariah ini masih tergolong cukup baik. Nilai CAR dikatakan rendah apabila nilai CAR kurang dari nilai yang ditentukan oleh Bank Indonesia yakni sebesar 8 . CAR yang rendah mencerminkan bahwa permodalan dalam bank kurang baik sehingga bank kurang mampu menutup kemungkinan terjadinya kegagalan dalam pembiayaan dan perdagangan securities. 2 Primary ratio pada tahun 2007 menunjukkan angka 80,03 , hal ini menunjukkan bahwa setiap Rp. 1,- dari aset dijamin oleh equity capital sebesar Rp. 0,80,-. Sedangkan primary ratio pada tahun 2008 yang menunjukkan angka 63,37 menggambarkan bahwa setiap Rp. 1,- dari aset dijamin oleh equity capital sebesar Rp. 0,63,-. Pada tahun 2009 primary ratio mengalami penurunan menjadi 43,70 , hal ini menunjukkan bahwa setiap Rp. 1,- dari aset dijamin oleh equity capital sebesar Rp. 0,43,-. 3 Capital ratio pada tahun 2007 sebesar 907,5 menunjukkan bahwa setiap Rp. 1,- dari pembiayaan dijamin oleh equity capital sebesar Rp. 9,07,-. Pada tahun 2008 terlihat bahwa capital ratio mengalami penurunan menjadi 118,41 , hal ini menunjukkan bahwa setiap Rp. 1,- dari pembiayaan dijamin oleh equity capital sebesar Rp. 1,18,-. Sedangkan capital ratio pada tahun 2009 menunjukkan angka 62,49 , hal ini menggambarkan bahwa setiap Rp. 1,- dari pembiayaan dijamin oleh equity capital sebesar Rp. 0,62,-. Dari tabel diatas terlihat bahwa capital ratio mengalami penurunan tiap tahunnya. Meskipun demikian, selama periode 2007-2009 nilai rasio ini masih tergolong tinggi sehingga pada tahun tersebut tingkat solvabilitasnya cukup baik. Hal ini menunjukkan bahwa bank tersebut memiliki permodalan yang baik sehingga dapat menutup kredit atau pembiayaan usaha yang dilakukan oleh bank. c Rentabilitas Hasil perhitungan rasio rentabilitas yang mencakup Return on Assets ROA, Return on Equity ROE dan Gross Profit Margin GPM pada bank Syariah ini dapat ditunjukkan pada tabel 4.5. Tabel 4.5 Rasio Rentabilitas Bank Syariah Mandiri Periode 2007-2009 Rasio Periode Rata - rata 2007 2008 2009 ROA 0,03 2,59 1,78 1,47 ROE 0,04 4,10 4,09 2,74 GPM 3791,15 93,33 19,43 1226,13 Sumber : Data sekunder diolah Gambar 4.3. Grafik Rasio Rentabilitas Bank Syariah Mandiri Periode 2007-2009 Sumber : PT. Bank Bank Syariah Mandiri kantor cabang Petisah Medan diolah 1 2 3 4 5 2007 2008 2009 Tahun P e rs e n ta se ROA ROE -4800 -3800 -2800 -1800 -800 200 2007 2008 2009 Tahun P e rs e n ta se GPM Rasio rentabilitas yang mencakup Return on Assets ROA, Return on Equity ROE, dan Gross Profit Margin GPM dapat dijelaskan seperti berikut. 1 ROA pada tahun 2007 menunjukkan angka 0,03 , hal ini menunjukkan bahwa setiap Rp. 1,- dari aset menghasilkan laba sebesar Rp. 0,0003,-. Sedangkan ROA pada tahun 2008 mengalami peningkatan menjadi 2,59 yang berarti bahwa setiap Rp. 1,- dari aset mampu menghasilkan laba sebesar Rp. 0,0259,-. Pada tahun 2009 ROA menurun menjadi 1,78 , hal ini menggambarkan bahwa setiap Rp. 1,- dari aset mampu menghasilkan laba sebesar Rp. 0,0178,-. Kenaikan ROA pada tahun 2008 menjadi 2,59 menunjukkan bahwa kemampuan bank dalam menghasilkan laba dari menggunakan asetnya cukup baik. Meskipun pada tahun 2009 ROA mengalami penurunan menjadi 1,78 , akan tetapi nilai ROA pada bank ini tergolong cukup baik. 2 ROE pada tahun 2007 sebesar 0,04 menggambarkan bahwa setiap Rp. 1,- dari modal mampu menghasilkan laba sebesar Rp. 0,0004,-. Pada tahun 2008 ROE meningkat menjadi 4,10 yang berarti bahwa setiap Rp. 1,- dari modal dapat menghasilkan laba perusahaan sebesar Rp. 0,041,-. Sedangkan pada tahun 2009 ROE sebesar 4,09 menunjukkan bahwa setiap Rp. 1,- dari modal dapat menghasilkan laba sebesar Rp. 0,0409,-. Peningkatan yang terjadi tiap tahunnya terhadap rasio ini mencerminkan bahwa kemampuan bank dalam menghasilkan laba dengan menggunakan modalnya sudah cukup baik. 3 GPM pada tahun 2007 menunjukkan angka negatif, yakni sebesar 3791,15 , hal ini menggambarkan bahwa biaya operasi yang dikeluarkan oleh perusahaan belum mampu menghasilkan operating income karena perusahaan baru didirikan. Pada tahun 2008 GPM menunjukkan angka 93,33 , hal ini menunjukkan bahwa setiap Rp. 1,- dari biaya operasi yang dikeluarkan oleh perusahaan mampu menghasilkan operating income sebesar Rp. 0,933,-. Sedangkan pada tahun 2009 terlihat GPM mengalami penurunan menjadi 19,43 yang berarti bahwa setiap Rp. 1,- dari biaya operasi yang dikeluarkan oleh perusahaan hanya mampu menghasilkan operating income sebesar Rp. 0,194,-. Peningkatan nilai GPM pada tahun 2008 menjadi 93,33 mencerminkan bahwa pada tahun tersebut kemampuan bank dalam memperoleh laba dari operasional usahanya sudah cukup tinggi. Sedangkan pada tahun 2009 GPM mengalami penurunan menjadi 19,43 . Meskipun nilai GPM mengalami kenaikan dan penurunan namun bank tersebut terlihat cukup mampu menghasilkan laba melalui operasional usahanya. 2. Bank Rakyat Indonesia Syariah BRIS Hasil perhitungan rasio keuangan Bank Rakyat Indonesia Syariah kantor cabang Petisah Medan meliputi likuiditas, solvabilitas, rentabilitas selama periode 2007-2009 dapat ditunjukkan dan dianalisis sebagai berikut : a Likuiditas Hasil perhitungan rasio likuiditas Bank Rakyat Indonesia Syariah kantor cabang Petisah Medan periode 2007-2009 mencakup quick ratio, banking ratio dan loan to assets ratio dapat ditunjukkan pada tabel berikut ini: Tabel 4.6 Rasio Likuiditas Bank Rakyat Indonesia Syariah Periode 2007-2009 Rasio Periode Rata - rata 2007 2008 2009 Quick Ratio 11,58 10,65 20,23 14,15 Banking Ratio 65,29 53,44 56,08 58,27 Loan to Assets Ratio 85,65 40,76 42,73 56,38 Sumber : Data sekunder diolah Gambar 4.4. Grafik Rasio Likuiditas Bank Rakyat Indonesia Syariah Periode 2007-2009 Sumber : PT. Bank Rakyat Indonesia Syariah kantor cabang Petisah Medan diolah Rasio likuiditas yang mencakup quick ratio, banking ratio, dan loan to assets ratio seperti yang terlihat pada tabel diatas dapat dijelaskan sebagai berikut: 20 40 60 80 100 2007 2008 2009 Tahun P e rs e n ta se Quick Ratio Banking Ratio Loan to Assets Ratio 1 Quick ratio pada tahun 2007 menunjukkan angka 11,58 , hal ini menunjukkan bahwa setiap Rp. 1,- dari deposit dijamin oleh cash assets sebesar Rp. 0,1158,-. Pada tahun 2008 quick ratio mengalami penurunan menjadi 10,65 yang berarti bahwa setiap Rp. 1,- dari deposit dijamin oleh cash assets sebesar Rp. 0,0106,-. Sedangkan tahun 2009 quick ratio terlihat meningkat menjadi 20,23 , hal ini menunjukkan bahwa setiap Rp. 1,- dari deposit dijamin oleh cash assets sebesar Rp. 0,2023,-. Penurunan quick ratio pada tahun 2008 memperlihatkan bahwa bank kurang mampu meningkatkan kualitas kas atau asetnya. Semakin rendah quick ratio maka semakin rendah pula tingkat likuiditas bank karena bank kurang dapat menjamin pengembalian deposito baik dalam bentuk tabungan maupun deposito berjangka kepada para nasabah penyimpan dana. Sedangkan pada tahun 2009, quick ratio mengalami peningkatan. Meskipun quick ratio mengalami peningkatan, namun masih tergolong rendah. Rasio ini tidak mencapai atau mendekati 100 sebagai rule of thumb-nya. Hal ini memperlihatkan bahwa bank ini kurang mampu memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Oleh sebab itu, tingkat likuiditas bank ini dilihat dari quick ratio tergolong kurang baik. 2 Banking ratio pada tahun 2007 adalah sebesar 65,29 , hal ini menggambarkan bahwa setiap Rp. 1,- dari deposit dijamin oleh Rp. 0,6529,- dari kredit yang diberikan. Sedangkan pada tahun 2008 banking ratio menurun menjadi 53,44 , hal ini menunjukkan bahwa setiap Rp. 1,- dari deposit dijamin oleh Rp. 0,5344,- dari kredit yang diberikan. Pada tahun 2009 terlihat banking ratio meningkat menjadi 56,08 yang berarti setiap Rp. 1,- dari deposit dijamin oleh Rp. 0,5608,- dari kredit yang diberikan. Berdasarkan tabel 4.6. diatas terlihat bahwa nilai rasio ini mengalami penurunan dari tahun 2007-2008 dan mengalami peningkatan pada tahun 2009. Hal ini mencerminkan bahwa tingkat likuiditas bank ini dilihat dari banking ratio cukup baik. Semakin rendah nilai banking ratio maka tingkat likuiditas bank akan semakin tinggi. Nilai banking ratio yang lebih kecil dari 100 menunjukkan bahwa bank ini dapat memberikan kredit kepada kreditor dengan menggunakan depositonya sehingga bank tidak membutuhkan jumlah dana yang besar untuk membiayai kreditnya. 3 Loan to assets ratio pada tahun 2007 menunjukkan angka 85,65 , hal ini menunjukkan bahwa setiap Rp. 1,- dari aset yang tersedia mampu memenuhi kredit yang diberikan sebesar Rp. 0,8565,-. Pada tahun 2008 terlihat bahwa loan to assets ratio mengalami penurunan menjadi 40,76 yang berarti di setiap Rp. 1,- dari aset yang tersedia hanya mampu memenuhi kredit yang diberikan sebesar Rp. 0,4076,-. Sedangkan pada tahun 2009 loan to assets ratio meningkat menjadi 42,73 , hal ini menunjukkan bahwa setiap Rp. 1,- dari aset yang tersedia mampu memenuhi kredit yang diberikan sebesar Rp. 0,4273,-. Berdasarkan pada tabel 4.6. diatas maka dapat dilihat bahwa pada tahun 2007 nilai loan to assets ratio adalah paling tinggi. Sedangkan penurunan nilai rasio yang terjadi pada tahun 2008, dan 2009 menunjukkan bahwa dalam tahun tersebut tingkat likuiditasnya cukup baik. Nilai rasio yang semakin rendah menunjukkan bahwa kemampuan bank untuk memenuhi permintaan kredit atau pembiayaan dari nasabah cukup tinggi. Ini disebabkan karena total kredit yang diminta nasabah cenderung lebih kecil dibandingkan dengan total aset yang dimiliki bank tersebut. b Solvabilitas Hasil perhitungan rasio solvabilitas yang mencakup Capital Adequacy Ratio CAR, primary ratio dan capital ratio pada bank ini dapat ditunjukkan pada Tabel 4.7. Tabel 4.7 Rasio Solvabilitas Bank Rakyat Indonesia Syariah Periode 2007-2009 Rasio Periode Rata - rata 2007 2008 2009 CAR 99,28 6,47 9,34 27.82 Primary Ratio 86,15 4,92 6,35 24.96 Capital Ratio 100,59 12,07 14,87 24.55 Sumber : Data sekunder diolah Gambar 4.5. Grafik Rasio Solvabilitas BRI Syariah Periode 2007-2009 Sumber : PT. Bank Rakyat Indonesia Syariah Kantor Cabang petisah Medan diolah Rasio solvabilitas yang mencakup Capital Adequacy Ratio CAR, primary ratio, dan capital ratio seperti yang terlihat pada tabel diatas dapat dijelaskan sebagai berikut : -110 -95 -80 -65 -50 -35 -20 -5 10 2007 2008 2009 Tahun P e rs e n ta se CAR Primary Ratio Capital Ratio 1 CAR pada tahun 2007 menunjukkan angka yang negatif sebesar 99,28 , hal ini menunjukkan bahwa bank kurang mampu menutup kemungkinan terjadinya kegagalan dalam perkreditan dan perdagangan surat berharga. Sedangkan pada tahun 2008 CAR mengalami peningkatan menjadi 6,47 , hal ini menunjukkan bahwa setiap Rp. 1,- dari kredit dan securities dijamin oleh modal sebesar Rp. 0,647,-. Pada tahun 2009 CAR kembali meningkat menjadi 9,34 , hal ini menunjukkan bahwa setiap Rp. 1,- dari kredit dan securities dijamin oleh modal sebesar Rp. 0,934,-. Semakin tinggi nilai CAR maka solvabilitas semakin baik. CAR yang semakin tinggi mencerminkan bahwa permodalannya semakin baik karena modal dapat digunakan untuk menjamin pemberian kredit. Meskipun rasio ini mengalami peningkatan pada tahun 2008 namun nilai CAR pada bank ini masih kurang baik. Nilai CAR dikatakan rendah apabila kurang dari nilai CAR yang ditentukan oleh Bank Indonesia yakni sebesar 8 . CAR yang rendah mencerminkan bahwa permodalan dalam bank kurang baik sehingga bank kurang mampu menutup kemungkinan terjadinya kegagalan dalam kredit dan perdagangan securities. Sementara pada tahun 2009 nilai CAR bank ini terlihat sudah cukup baik. 2 Primary ratio pada tahun 2007 menunjukkan angka negatif, yakni sebesar 86,15 , hal ini menunjukkan bahwa perusahaan tidak mampu menjamin aset dengan equity capital yang dimilikinya. Pada tahun 2008 primary ratio mengalami peningkatan menjadi 4,92 yang berarti bahwa setiap Rp. 1,- dari aset dijamin oleh equity capital sebesar Rp. 0,0492,- . Pada tahun 2009 primary ratio kembali mengalami peningkatan menjadi 6,35 , hal ini menunjukkan bahwa setiap Rp. 1,- dari aset dijamin oleh equity capital sebesar Rp. 0,0635,. Berdasarkan tabel 4.7. terlihat bahwa rasio ini mengalami peningkatan setiap tahunnya. Peningkatan rasio ini memperlihatkan bahwa bank ini cukup mampu memperbaiki kinerja keuangannya. Meskipun mengalami kenaikan, namun nilai rasio-rasio ini tergolong masih rendah. Primary ratio yang rendah menunjukkan bahwa modal yang dimiliki bank lebih kecil dari total aset. 3 Capital ratio pada tahun 2007 menunjukkan angka negatif sebesar 100,59 , hal ini menunjukkan bahwa bank ini tidak dapat menjamin kredit dengan equity capital yang dimilikinya. Capital ratio mengalami kenaikan menjadi 12,07 pada tahun 2008, hal ini berarti bahwa di setiap Rp. 1,- dari kredit dijamin oleh equity capital sebesar Rp. 0,1207,-. Pada tahun 2009 capital ratio kembali meningkat menjadi 14,87 , hal ini menunjukkan bahwa setiap Rp. 1,- dari kredit dijamin oleh equity capital sebesar Rp. 0,1487,-. Dari tabel diatas terlihat bahwa capital ratio mengalami peningkatan tiap tahunnya. Meskipun demikian nilai rasio ini tergolong masih rendah. Capital ratio yang rendah menunjukkan bahwa bank memiliki permodalan yang kurang baik sehingga kemampuan untuk dapat menutup kredit atau pembiayaan usaha yang dilakukan oleh bank masih kurang. c Rentabilitas Hasil perhitungan rasio rentabilitas yang mencakup Return on Assets ROA, Return on Equity ROE dan Gross Profit Margin GPM pada bank ini dapat ditunjukkan pada Tabel 4.8 berikut ini: Tabel 4.8 Rasio Rentabilitas Bank Rakyat Indonesia Syariah Periode 2007-2009 Rasio Periode Rata - rata 2007 2008 2009 ROA 92,35 43,04 1,40 44,66 ROE 107,19 874,7 2,10 326,60 GPM 18,37 3,65 27,38 4,22 Sumber : Data sekunder diolah Gambar 4.6. Grafik Rasio Rentabilitas BRI Syariah Periode 2007-2009 Sumber : PT. Bank Rakyat Indonesia Syariah Kantor Cabang petisah Medan diolah Rasio rentabilitas yang mencakup Return on Assets ROA, Return on Equity ROE dan Gross Profit Margin GPM seperti yang terlihat pada tabel diatas dapat dijelaskan seperti berikut: 1 Pada tahun 2007 dan 2008 terlihat bahwa perusahaan mengalami kerugian. Hal tersebut dapat dilihat dalam ROA yang menunjukkan angka negatif yakni masing-masing sebesar 92,35 dan 43,04 . Hal ini -900 -800 -700 -600 -500 -400 -300 -200 -100 100 2007 2008 2009 Tahun P e rs e n ta se ROA ROE GPM menggambarkan bahwa perusahaan kurang mampu memanfaatkan aset yang dimilikinya untuk memperoleh laba atau keuntungan. Sedangkan ROA pada tahun 2009 mengalami peningkatan sebesar 1,40 , hal ini menggambarkan bahwa setiap Rp. 1,- dari aset dapat menghasilkan keuntungan sebesar Rp. 0,0140,-. Kenaikan ROA pada tahun 2009 menjadi 1,40 menunjukkan bahwa kemampuan bank dalam menghasilkan laba dari menggunakan asetnya pada tahun tersebut cukup baik. 2 Pada tahun 2007 dan 2008 terlihat bahwa ROE menunjukkan angka negatif yaitu sebesar 107,19 dan 874,7 , hal ini menunjukkan bahwa perusahaan belum mampu memperoleh laba dan efesiensi secara keseluruhan melalui penggunaan modal. Pada tahun 2009 ROE mulai mengalami peningkatan menjadi 2,10 , hal ini menunjukkan bahwa setiap Rp. 1,- dari modal mampu menghasilkan laba atau keuntungan sebesar Rp. 0,021,-. Peningkatan nilai ROE pada tahun 2009 mencerminkan bahwa kemampuan bank dalam menghasilkan laba dengan menggunakan modalnya dalam tahun tersebut sudah cukup baik. 3 GPM pada tahun 2007 menunjukkan angka negatif sebesar 18,37 , hal ini menunjukkan bahwa perusahaan belum mampu menghasilkan operating income dari biaya operasional yang dikeluarkannya. Sedangkan GPM pada tahun 2008 meningkat menjadi 3,65 , hal ini menunjukkan bahwa setiap Rp. 1,- dari biaya operasional mampu menghasilkan operating income sebesar Rp. 0,0365,-. Pada tahun 2009 terlihat GPM kembali mengalami peningkatan menjadi 27,38 , hal ini mencerminkan bahwa setiap Rp. 1,- dari biaya operasional perusahaan mampu menghasilkan operating income sebesar Rp. 0,2738,-. Peningkatan nilai GPM setiap tahunnya mencerminkan bahwa kemampuan bank dalam memperoleh laba dari operasional usahanya cukup baik. Nilai GPM yang semakin meningkat memperlihatkan bahwa bank tersebut mampu meningkatkan kinerja keuangannya. Berdasarkan hasil penelitian dapat pula diketahui tingkat kesehatan kedua bank tersebut. Tingkat kesehatan Bank Syariah Mandiri dan Bank Rakyat Indonesia Syariah dapat dilihat dari rasio likuiditas, solvabilitas, dan rentabilitas yang dibandingkan dengan nilai standar tingkat kesehatan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia BI, dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4.9 Nilai Standar Tingkat Kesehatan Bank Indonesia Sumber : www.BI.go.id diolah Rasio Nilai Standar BI Rata – rata BSM Rata – rata BRIS Likuiditas - Quick Ratio - Banking Ratio 15 − 20 75 − 85 , dan 85 − 100 36,69 129,14 14,15 58,27 Solvabilitas - CAR - Primary Ratio - Capital Ratio 8 3 − 6 , dan 10 − 20 65,78 62,37 362,80 27,82 24,96 24,55 Rentabilitas - ROA - ROE 0,5 − 1,25 5 − 12 1,47 2,74 44,66 326,60 3. Uji t Independen Sample T Test Independen sample t test dilakukan untuk menguji signifikansi beda rata-rata dua kelompok. Independen dalam independen sample t test memiliki arti keduanya tidak terkait, tidak saling berhubungan, berasal dari dua populasi yang berbeda. Helmi:2010 Uji beda t test ini digunakan untuk menentukan apakah dua sampel yang tidak berhubungan memiliki nilai rata-rata yang berbeda. Tujuan uji beda t-test adalah membandingkan rata-rata dua kelompok tersebut, apakah mempunyai nilai rata-rata mean yang sama atau tidak sama secara signifikan. Uji Independen sample t test ini menggunakan SPSS Versi 16.0. 1. Likuiditas a Quick Ratio Tabel 4.10 Group Statistics Perusahaan N Mean Std. Deviation Std. Error Mean QR BSM 3 36.6867 22.72115 13.11806 BRIS 3 14.1533 5.28305 3.05017 Pada tabel tersebut dapat dilihat nilai rata-rata quick ratio Bank Syariah Mandiri kantor cabang Petisah Medan sebesar 36,69 dan nilai rata-rata quick ratio Bank Rakyat Indonesia Syariah kantor cabang Petisah Medan sebesar 14,15 . Independent Samples Test Levenes Test for Equality of Variances t-test for Equality of Means F Sig. t df Sig. 2- tailed Mean Difference Std. Error Difference 95 Confidence Interval of the Difference Lower Upper QR Equal variances assumed 1.877 .041 1.673 4 .017 22.53333 13.46800 -14.85984 59.92650 Equal variances not assumed 1.673 2.216 .022 22.53333 13.46800 -30.33224 75.39891 Sumber : Hasil Olahan SPSS for Windows versi 16.0 Langkah-langkah uji hipotesis: a : H α sig Artinya, rasio likuiditas Bank Syariah Mandiri kantor cabang Petisah Medan yang dihitung dengan quick ratio tidak memiliki beda yang signifikan terhadap quick ratio Bank Rakyat Indonesia Syariah kantor cabang Petisah Medan. b : 1 H α sig Artinya, rasio likuiditas Bank Syariah Mandiri kantor cabang Petisah Medan yang dihitung dengan quick ratio memiliki beda yang signifikan terhadap quick ratio Bank Rakyat Indonesia Syariah kantor cabang Petisah Medan. c Tingkat signifikansi 5 α=0.05 Kesimpulan: tolak H artinya bahwa rasio likuiditas Bank Syariah Mandiri kantor cabang Petisah Medan yang dihitung dengan quick ratio memiliki beda yang signifikan terhadap quick ratio Bank Rakyat Indonesia Syariah karena diperoleh α=0.05 dan sig=0.017. Tabel menunjukkan bahwa F hitung untuk quick ratio dengan Equal Variance Assumed adalah 1,877 dengan probabilitas 0,041. Oleh karena probabilitas 0,05 , maka H ditolak atau kedua variance populasi adalah beda. b Banking Ratio Tabel 4.11 Group Statistics perusahaan N Mean Std. Deviation Std. Error Mean BR BSM 3 129.1433 52.70256 30.42784 BRIS 3 58.2700 6.22115 3.59178 Pada tabel tersebut dapat dilihat nilai rata-rata banking ratio Bank Syariah Mandiri kantor cabang Petisah Medan sebesar 129,14 dan nilai rata-rata banking ratio Bank Rakyat Indonesia Syariah kantor cabang Petisah Medan sebesar 58,27 . Independent Samples Test Levenes Test for Equality of Variances t-test for Equality of Means F Sig. t df Sig. 2- tailed Mean Difference Std. Error Difference 95 Confidence Interval of the Difference Lower Upper BR Equal variances assumed 1.923 .009 1.313 4 .008 70.87333 30.63909 -14.19443 155.94109 Equal variances not assumed 1.313 2.056 .014 70.87333 30.63909 -57.59006 199.33673 Sumber : Hasil Olahan SPSS for Windows versi 16.0 Langkah-langkah uji hipotesis: a : H α sig Artinya, rasio likuiditas Bank Syariah Mandiri kantor cabang Petisah Medan yang dihitung dengan banking ratio tidak memiliki beda yang signifikan terhadap banking ratio Bank Rakyat Indonesia Syariah kantor cabang Petisah Medan. b : 1 H α sig Artinya, rasio likuiditas Bank Syariah Mandiri kantor cabang Petisah Medan yang dihitung dengan banking ratio memiliki beda yang signifikan terhadap banking ratio Bank Rakyat Indonesia Syariah kantor cabang Petisah Medan. c Tingkat signifikansi 5 α=0.05 Kesimpulan: tolak H artinya bahwa rasio likuiditas Bank Syariah Mandiri yang dihitung dengan banking ratio memiliki beda yang signifikan terhadap banking ratio Bank Rakyat Indonesia Syariah karena diperoleh α=0.05 dan sig=0.008. Tabel menunjukkan bahwa F hitung untuk banking ratio dengan Equal Variance Assumed adalah 1,923 dengan probabilitas 0,009. Oleh karena probabilitas 0,05 , maka H ditolak atau kedua variance populasi adalah beda. c Loan to Assets Ratio Tabel 4.12 Group Statistics perusahaan N Mean Std. Deviation Std. Error Mean LAR BSM 3 44.0833 31.63163 18.26253 BRIS 3 56.3800 25.36769 14.64604 Pada tabel tersebut dapat dilihat nilai rata-rata loan to assets ratio Bank Syariah Mandiri kantor cabang Petisah Medan sebesar 44,08 dan nilai rata-rata loan to assets ratio Bank Rakyat Indonesia Syariah kantor cabang Petisah Medan sebesar 56,38 . Sumber : Hasil Olahan SPSS for Windows versi 16.0 Independent Samples Test Levenes Test for Equality of Variances t-test for Equality of Means F Sig. t df Sig. 2- tailed Mean Difference Std. Error Difference 95 Confidence Interval of the Difference Lower Upper LAR Equal variances assumed .197 .045 -.525 4 .027 -12.29667 23.40997 -77.29316 52.69983 Equal variances not assumed -.525 3.820 .028 -12.29667 23.40997 -78.52010 53.92677 Langkah-langkah uji hipotesis: a : H α sig Artinya, rasio likuiditas Bank Syariah Mandiri kantor cabang Petisah Medan yang dihitung dengan loan to assets ratio tidak memiliki beda yang signifikan terhadap loan to assets ratio Bank Rakyat Indonesia Syariah kantor cabang Petisah Medan. b : 1 H α sig Artinya, rasio likuiditas Bank Syariah Mandiri kantor cabang Petisah Medan yang dihitung dengan loan to assets ratio memiliki beda yang signifikan terhadap loan to assets ratio Bank Rakyat Indonesia Syariah kantor cabang Petisah Medan. c Tingkat signifikansi 5 α=0.05 Kesimpulan: tolak H artinya bahwa rasio likuiditas Bank Syariah Mandiri yang dihitung dengan loan to assets ratio memiliki beda yang signifikan terhadap loan to assets ratio Bank Rakyat Indonesia Syariah karena diperoleh α=0.05 dan sig=0.027. Tabel menunjukkan bahwa F hitung untuk loan to assets ratio dengan Equal Variance Assumed adalah 0,197 dengan probabilitas 0,045. Oleh karena probabilitas 0,05 , maka H ditolak atau kedua variance populasi adalah beda. d Capital Adequecy Ratio CAR Tabel 4.13 Group Statistics perusahaan N Mean Std. Deviation Std. Error Mean CAR BSM 3 65.7800 19.95079 11.51860 BRIS 3 -27.8233 61.89992 35.73794 Pada tabel tersebut dapat dilihat nilai rata-rata Capital Adequecy Ratio CAR Bank Syariah Mandiri kantor cabang Petisah Medan sebesar 65,78 dan nilai rata-rata Capital Adequecy Ratio CAR Bank Rakyat Indonesia Syariah kantor cabang Petisah Medan sebesar -27,82 . Independent Samples Test Levenes Test for Equality of Variances t-test for Equality of Means F Sig. t df Sig. 2- tailed Mean Difference Std. Error Difference 95 Confidence Interval of the Difference Lower Upper CAR Equal variances assumed 4.591 .037 2.493 4 .032 93.60333 37.54835 -10.64759 197.85425 Equal variances not assumed 2.493 2.411 .412 93.60333 37.54835 -44.22727 231.43394 Sumber : Hasil Olahan SPSS for Windows versi 16.0 Langkah-langkah uji hipotesis: a : H α sig Artinya, rasio likuiditas Bank Syariah Mandiri kantor cabang Petisah Medan yang dihitung dengan Capital Adequecy Ratio CAR tidak memiliki beda yang signifikan terhadap Capital Adequecy Ratio CAR Bank Rakyat Indonesia Syariah kantor cabang Petisah Medan. b : 1 H α sig Artinya, rasio likuiditas Bank Syariah Mandiri kantor cabang Petisah Medan yang dihitung dengan Capital Adequecy Ratio CAR memiliki beda yang signifikan terhadap Capital Adequecy Ratio CAR Bank Rakyat Indonesia Syariah kantor cabang Petisah Medan. c Tingkat signifikansi 5 α=0.05 Kesimpulan: tolak H artinya bahwa rasio likuiditas Bank Syariah Mandiri yang dihitung dengan Capital Adequecy Ratio CAR memiliki beda yang signifikan terhadap Capital Adequecy Ratio CAR Bank Rakyat Indonesia Syariah karena diperoleh α=0.05 dan sig=0.032. Tabel menunjukkan bahwa F hitung untuk Capital Adequecy Ratio CAR dengan Equal Variance Assumed adalah 4,591 dengan probabilitas 0,037. Oleh karena probabilitas 0,05 , maka H ditolak atau kedua variance populasi adalah beda. e Primary Ratio Tabel 4.14 Group Statistics perusahaan N Mean Std. Deviation Std. Error Mean PR BSM 3 62.3667 18.18577 10.49956 BRIS 3 -24.9600 52.99692 30.59778 Pada tabel tersebut dapat dilihat nilai rata-rata primary ratio Bank Syariah Mandiri kantor cabang Petisah Medan sebesar 62,37 dan nilai rata-rata primary ratio Bank Rakyat Indonesia Syariah kantor cabang Petisah Medan sebesar -24,96 . Independent Samples Test Sumber : Hasil Olahan SPSS for Windows versi 16.0 Langkah-langkah uji hipotesis: a : H α sig Artinya, rasio likuiditas Bank Syariah Mandiri kantor cabang Petisah Medan yang dihitung dengan primary ratio tidak memiliki beda yang signifikan terhadap primary ratio Bank Rakyat Indonesia Syariah kantor cabang Petisah Medan. b : 1 H α sig Artinya, rasio likuiditas Bank Syariah Mandiri kantor cabang Petisah Medan yang dihitung dengan primary ratio memiliki beda yang signifikan terhadap primary ratio Bank Rakyat Indonesia Syariah kantor cabang Petisah Medan. c Tingkat signifikansi 5 α=0.05 Levenes Test for Equality of Variances t-test for Equality of Means F Sig. t df Sig. 2- tailed Mean Difference Std. Error Difference 95 Confidence Interval of the Difference Lower Upper PR Equal variances assumed 4.867 .048 2.700 4 .044 87.32667 32.34911 -2.48887 177.14221 Equal variances not assumed 2.700 2.465 .081 87.32667 32.34911 -29.50867 204.16200 Kesimpulan: tolak H artinya bahwa rasio likuiditas Bank Syariah Mandiri yang dihitung dengan primary ratio memiliki beda yang signifikan terhadap primary ratio Bank Rakyat I ndonesia Syariah karena diperoleh α=0.05 dan sig=0.044. Tabel menunjukkan bahwa F hitung untuk primary ratio dengan Equal Variance Assumed adalah 4,867 dengan probabilitas 0,048. Oleh karena probabilitas 0,05 , maka H ditolak atau kedua variance populasi adalah beda. f Capital Ratio Tabel 4.15 Group Statistics perusah aan N Mean Std. Deviation Std. Error Mean CR BSM 3 362.8000 472.55193 272.82799 BRIS 3 -24.5500 65.86745 38.02859 Pada tabel tersebut dapat dilihat nilai rata-rata capital ratio Bank Syariah Mandiri kantor cabang Petisah Medan sebesar 362,80 dan nilai rata-rata capital ratio Bank Rakyat Indonesia Syariah kantor cabang Petisah Medan sebesar -24,55 . Independent Samples Test Levenes Test for Equality of Variances t-test for Equality of Means F Sig. t df Sig. 2- tailed Mean Difference Std. Error Difference 95 Confidence Interval of the Difference Lower Upper CR Equal variances assumed 2.268 .028 1.406 4 .023 387.35000 275.46558 -377.46505 1152.16505 Equal variances not assumed 1.406 2.078 .029 387.35000 275.46558 -756.41152 1531.11152 Sumber : Hasil Olahan SPSS for Windows versi 16.0 Langkah-langkah uji hipotesis: a : H α sig Artinya, rasio likuiditas Bank Syariah Mandiri kantor cabang Petisah Medan yang dihitung dengan capital ratio tidak memiliki beda yang signifikan terhadap rasio likuiditas Bank Rakyat Indonesia Syariah kantor cabang Petisah Medan. b : 1 H α sig Artinya, rasio likuiditas Bank Syariah Mandiri kantor cabang Petisah Medan yang dihitung dengan capital ratio memiliki beda yang signifikan terhadap Capital Ratio Bank Rakyat Indonesia Syariah kantor cabang Petisah Medan. c Tingkat signifikansi 5 α=0.05 Kesimpulan: tolak H artinya bahwa rasio likuiditas Bank Syariah Mandiri yang dihitung dengan capital ratio memiliki beda yang signifikan terhadap capital ratio Bank Rakyat Indonesia Syariah karena diperoleh α=0.05 dan sig=0.023. Tabel menunjukkan bahwa F hitung untuk capital ratio dengan Equal Variance Assumed adalah 2,268 dengan probabilitas 0,028. Oleh karena probabilitas 0,05 , maka H ditolak atau kedua variance populasi adalah beda. g Return on Assets ROA Tabel 4.16 Group Statistics perusah aan N Mean Std. Deviation Std. Error Mean ROA BSM 3 1.4667 1.30845 .75543 BRIS 3 -44.6633 46.89608 27.07546 Pada tabel tersebut dapat dilihat nilai rata-rata Return on Assets ROA Bank Syariah Mandiri kantor cabang Petisah Medan sebesar 1,47 dan nilai rata-rata ROA Bank Rakyat Indonesia Syariah kantor cabang Petisah Medan sebesar -44,66 . Independent Samples Test Levenes Test for Equality of Variances t-test for Equality of Means F Sig. T df Sig. 2- tailed Mean Difference Std. Error Difference 95 Confidence Interval of the Difference Lower Upper ROA Equal variances assumed 2.172 .021 1.703 4 .016 46.13000 27.08600 -29.07279 121.33279 Equal variances not assumed 1.703 2.003 .023 46.13000 27.08600 -70.23821 162.49821 Sumber : Hasil Olahan SPSS for Windows versi 16.0 Langkah-langkah uji hipotesis: a : H α sig Artinya, rasio likuiditas Bank Syariah Mandiri kantor cabang Petisah Medan yang dihitung dengan ROA tidak memiliki beda yang signifikan terhadap ROA Bank Rakyat Indonesia Syariah kantor cabang Petisah Medan. b : 1 H α sig Artinya, rasio likuiditas Bank Syariah Mandiri kantor cabang Petisah Medan yang dihitung dengan ROA memiliki beda yang signifikan terhadap ROA Bank Rakyat Indonesia Syariah kantor cabang Petisah Medan. c Tingkat signifikansi 5 α=0.05 Kesimpulan: tolak H artinya bahwa rasio likuiditas Bank Syariah Mandiri yang dihitung dengan ROA memiliki beda yang signifikan terhadap ROA Bank Rakyat Indonesia Syariah karena diperoleh α=0.05 dan sig=0.016. Tabel menunjukkan bahwa F hitung untuk ROA dengan Equal Variance Assumed adalah 2,172 dengan probabilitas 0,021. Oleh karena probabilitas 0,05 , maka H ditolak atau kedua variance populasi adalah beda. h Return on Equity ROE Tabel 4.17 Group Statistics perusah aan N Mean Std. Deviation Std. Error Mean ROE BSM 3 2.7433 2.34116 1.35167 BRIS 3 -326.5966 477.80647 275.86169 Pada tabel tersebut dapat dilihat nilai rata-rata Return on Equity ROE Bank Syariah Mandiri kantor cabang Petisah Medan sebesar 2,74 dan nilai rata-rata ROE Bank Rakyat Indonesia Syariah kantor cabang Petisah Medan sebesar -326,60 . Independent Samples Test Levenes Test for Equality of Variances t-test for Equality of Means F Sig. t df Sig. 2- tailed Mean Difference Std. Error Difference 95 Confidence Interval of the Difference Lower Upper ROE Equal variances assumed 2.154 .032 1.194 4 .029 329.34000 275.86501 -436.58405 1095.26405 Equal variances not assumed 1.194 2.000 .035 329.34000 275.86501 -857.55671 1516.23671 Sumber : Hasil Olahan SPSS for Windows versi 16.0 Langkah-langkah uji hipotesis: a : H α sig Artinya, rasio likuiditas Bank Syariah Mandiri kantor cabang Petisah Medan yang dihitung dengan ROE tidak memiliki beda yang signifikan terhadap ROE Bank Rakyat Indonesia Syariah kantor cabang Petisah Medan. b : 1 H α sig Artinya, rasio likuiditas Bank Syariah Mandiri kantor cabang Petisah Medan yang dihitung dengan ROE memiliki beda yang signifikan terhadap ROE Bank Rakyat Indonesia Syariah kantor cabang Petisah Medan. c Tingkat signifikansi 5 α=0.05 Kesimpulan: tolak H artinya bahwa rasio likuiditas Bank Syariah Mandiri yang dihitung dengan ROE memiliki beda yang signifikan terhadap ROE Bank Rakyat Indonesia Syariah karena diperoleh α=0.05 dan sig=0.029. Tabel menunjukkan bahwa F hitung untuk ROE dengan Equal Variance Assumed adalah 2,154 dengan probabilitas 0,032. Oleh karena probabilitas 0,05 , maka H ditolak atau kedua variance populasi adalah beda. i Gross Profit Margin GPM Tabel 4.18 Group Statistics perusah aan N Mean Std. Deviation Std. Error Mean GPM BSM 3 -1226.1300 2221.67977 1282.68741 BRIS 3 4.2200 22.88033 13.20996 Pada tabel tersebut dapat dilihat nilai rata-rata Gross Profit Margin GPM Bank Syariah Mandiri kantor cabang Petisah Medan sebesar -1226,13 dan nilai rata-rata Gross Profit Margin GPM Bank Rakyat Indonesia Syariah kantor cabang Petisah Medan sebesar 4,22 . Independent Samples Test Levenes Test for Equality of Variances t-test for Equality of Means F Sig. T df Sig. 2- tailed Mean Difference Std. Error Difference 95 Confidence Interval of the Difference Lower Upper GPM Equal variances assumed 1.669 .047 -.959 4 .039 -1230.35000 1282.75543 -4791.85005 2331.15005 Equal variances not assumed -.959 2.000 .043 -1230.35000 1282.75543 -6748.47962 4287.77962 Sumber : Hasil Olahan SPSS for Windows versi 16.0 Langkah-langkah uji hipotesis: a : H α sig Artinya, rasio likuiditas Bank Syariah Mandiri kantor cabang Petisah Medan yang dihitung dengan GPM tidak memiliki beda yang signifikan terhadap GPM Bank Rakyat Indonesia Syariah kantor cabang Petisah Medan. b : 1 H α sig Artinya, rasio likuiditas Bank Syariah Mandiri kantor cabang Petisah Medan yang dihitung dengan GPM memiliki beda yang signifikan terhadap GPM Bank Rakyat Indonesia Syariah kantor cabang Petisah Medan. c Tingkat signifikansi 5 α=0.05 Kesimpulan: tolak H artinya bahwa rasio likuiditas Bank Syariah Mandiri yang dihitung dengan GPM memiliki beda yang signifikan terhadap GPM Bank Rakyat Indonesia Syariah karena diperoleh α=0.05 dan sig=0.039. Tabel menunjukkan bahwa F hitung untuk GPM dengan Equal Variance Assumed adalah 1,669 dengan probabilitas 0,047. Oleh karena probabilitas 0,05 , maka H ditolak atau kedua variance populasi adalah beda.

B. Pembahasan

Dokumen yang terkait

Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan antara Bank Konvensional dan Bank Syariah dengan menggunakan rasio CAMEL (Studi Kasus Pada Bank Mandiri dan Bank Syariah Mandiri)

2 75 102

Analisis Perbandingan Bank Konvensional Dan Bank Syariah Dengan Menggunakan Rasio Keuangan

1 89 69

Analisis Perbandingan Kinerja Antara Bank Syariah Mandiri dan Bank Muamalat Indonesia dengan Rasio CAMELS

3 76 122

Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Tingkat Profitabilitas Bank Syariah Mandiri (Januari 2007 – Desember 2009)

0 24 77

PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN ANTARA BANK SYARIAH MANDIRI DAN BANK MUAMALAT INDONESIA DENGAN RASIO EAGLES

12 50 22

ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PADA PERBANKAN KONVENSIONAL DAN SYARIAH Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Pada Perbankan Konvensional Dan Syariah Dengan Menggunakan Rasio Keuangan Bank (Studi Kasus: Bank Mandiri dan Bank Syariah Mandiri).

0 0 16

PENDAHULUAN Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Pada Perbankan Konvensional Dan Syariah Dengan Menggunakan Rasio Keuangan Bank (Studi Kasus: Bank Mandiri dan Bank Syariah Mandiri).

0 0 9

ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PADA PERBANKAN KONVENSIONAL DAN SYARIAH Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Pada Perbankan Konvensional Dan Syariah Dengan Menggunakan Rasio Keuangan Bank (Studi Kasus: Bank Mandiri dan Bank Syariah Mandiri).

0 1 17

ANALISIS KOMPARATIF RESIKO KEUANGAN ANTARA PT. BANK RAKYAT INDONESIA DAN PT. BANK SYARIAH MANDIRI Analisis Komparatif Resiko Keuangan Antara PT. Bank Rakyat Indonesia dan PT. Bank Syariah Mandiri.

0 0 12

Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan antara Bank Konvensional dan Bank Syariah dengan menggunakan rasio CAMEL (Studi Kasus Pada Bank Mandiri dan Bank Syariah Mandiri)

0 1 11