Keberhasilan Persalinan Aman, Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

6 Ringkasan Tata Kelola Persalinan Aman, Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif www.kinerja.or.id mengutamakan kapasitas lokal; dan 5 memperkaya program pelayanan publik dengan konsep tata kelola yang baik dengan penerapan aspek transparansi, akuntabilitas, dan partisipasi dengan promosi inovasi dan model insentif. Keberhasilan KINERJA pada tingkat pemberi layanan kesehatan telah dilakukan pendampingan di 4 provinsi, melalui 19 Dinas Kesehatan kabupatenkota dengan 61 puskesmas mitra. Sekitar 20 kabupaten dan kota sudah mempunyai peraturan bupatiwalikota tentang Persalinan Aman, IMD dan ASI Eksklusif yang dibuat mengikuti aspek governance. 11 daerah sudah membiayai kegiatan forum para pemangku kepentingan Multi- Stakeholder Forum, MSF di 61 kecamatan. 61 puskesmas telah memasang SOP Alur Layanan sehingga terlihat oleh pengguna layanan, dan telah membuat dan menempel di dinding puskesmas Janji Perbaikan Layanan sebagai respon terhadap Survei Pengaduan Pengguna Layanan. 33 puskesmas telah melakukan Kemitraan Bidan dan Dukun model KINERJA yang sesuai kaidah governance, dan 45 puskesmas melakukan revitalisasi Kantong Persalinan. Rata-rata daerah mitra telah menambah jumlah konselor IMD dan ASI Eksklusif dan jumlah kelas ibu hamil, dan telah membuat ruang ASI atau pojok laktasi di fasilitas umum yang sesuai standar dan SOP nasional. Terbangunnya kemitraan dengan lintas sektor pada seluruh daerah KINERJA seperti dinas pendikan dan Kementerian Agama sangat mempercepat gerakan perubahan perilaku masyarakat. Minimal ada 3 Dinas Kesehatan, dan puluhan Puskesmas telah menolak bekerjasama dengan susu formula bayi karena mendukung IMD dan ASI Eksklusif, sehingga angka cakupan IMD dan ASI Eksklusif meningkat nyata. Pada sisi demand, MSF termasuk media lokal sudah berperan aktif sebagai pengawas, motivator, dan advokator dalam melakukan perubahan dan perbaikan layanan kesehatan pada tingkat dinas kesehatan dan puskesmas. MSF telah melakukan pengelolaan managemen keluhan, dan terlibat dalam perencanaan, penentuan prioritas, dan monitoring Jaminan Persalinan Aman Jampersal, Biaya Operasional Kesehatan BOK, serta sumber pendanaan lain yang tersedia di puskesmas. MSF melakukan pengawasan terhadap implementasi SOP, janji perbaikan layanan dan lainnya. MSF turut melakukan advokasi kepada pemerintahan desa untuk mengalokasikan anggaran dana desa untuk kemitraan bidan dan dukun.

2. Keberlanjutan Program

Inisiatif yang sudah dilaksanakan oleh KINERJA di daerah dan puskesmas mitra perlu keberlanjutan dan perbaikan yang berkesinambungan dengan dukungan penuh pemerintah daerah. Perubahan melalui 7 www.kinerja.or.id Ringkasan Tata Kelola Persalinan Aman, Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif pendekatan governance KINERJA yang telah dicapai saat ini dengan melakukan replikasi atas dukungan dana APBD adalah awal dari penguatan tiga pilar governance yang dapat dijadikan sebagai stimulan dan menjadi tempat pembelajaran bagi puskesmas lain baik yang berada di wilayah mitra maupun di luar daerah mitra.

3. Lingkup Dokumen ini

Dokumen ini terdiri dari 4 bab. Bab 1 menampilkan pendekatan umum KINERJA, bentuk dukungan inisiatif di sektor kesehatan, dan prinsip KINERJA dalam tata kelola Persalinan Aman, IMD dan ASI Eksklusif. Bab 2 menjelaskan pengalaman KINERJA dalam mendukung tatakelola Persalinan Aman, IMD dan ASI Eksklusif, tahapan dalam memulai inisiatif di daerah, pengaturan pekerjaan, sampai pada proses kerja dan perubahan yang dihasilkan. Bab 3 berisikan tantangan yang dihadapi serta strategi untuk mencapai sukses. Bab 4 memuat rekomendasi kepada berbagai pihak untuk replikasi baik dalam daerah mitra maupun di luar daerah.

4. Rekomendasi

a Kepada Pimpinan Daerah Pendekatan tata kelola KINERJA dengan memperkuat supply dan demand side terbukti meningkatkan perbaikan layanan publik dalam waktu 1-2 tahun pendampingan. Pendekatan ini dapat direplikasi dan diperluas ke dalam layanan publik di dinas kesehatan secara bertahap sesuai ketersediaan anggaran daerah. Perluasan dan pengembangan ini membutuhkan hal-hal mendasar, termasuk: 1. Komitmen yang tinggi dari BupatiWalikota, DPRD dan Dinas Kesehatansektor teknis; 2. Waktu pendampingan untuk pembentukan dan pendampingan MSF sebaiknya 2-3 tahun; 3. Inovasi dan insentif yang kreatif bagi pemberi dan penerima layanan; 4. Koordinasi dan monitoring kuat antara Dinas Kesehatan dengan penyedia layanan kesehatan puskesmas; 5. Kuatnya peran sektor pemerintah dan swasta dalam menyediakan fasilitas Pojok ASI beserta konselornya ditempat kerja dan fasilitas umum; 6. Kuatnya peran media lokal, duta ASI dan MSF untuk konsisten menjadi relawan pengawas independen dalam kampanye Persalinan Aman, IMD dan ASI Eksklusif. b Kepada Calon Organisasi Mitra Pelaksana OMP yang melakukan advokasi terhadap layanan publik juga dapat berperan dalam perbaikan pelayanan dan penguatan kebijakan lokal. Dengan pendekatan KINERJA, OMP dapat mempercepat dan memperkaya proses