PENDAHULUAN pengaruh skema bonus direksi terhadap aktivitas manajemen laba

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keberadaan Badan Usaha Milik Negara BUMN hampir selalu menjadi sorotan publik. Kinerja BUMN seringkali dinilai belum memadai yang ditandai dengan masih rendahnya tingkat perolehan laba dibandingkan dengan jumlah modal yang ditanamkan. Keterbatasan sumber daya dan kurang profesionalnya manajemen sebagai pengelola perusahaan sering dituding sebagai penyebab rendahnya kinerja BUMN. Sebagai salah satu upaya untuk membangkitkan profesionalisme dan memotivasi manajemen BUMN untuk meningkatkan kinerja perusahaan, perlu adanya penyesuaian remunerasi manajemen BUMN dengan remunerasi profesional yang berlaku di pasar. Untuk itu, pada tahun 2002 telah ditetapkan pedoman remunerasi yang baru bagi Direksi dan Komisaris BUMN mencakup perhitungan gaji, fasilitas, santunan purna jabatan, dan tantiem bonus yang perhitungannya sebagian besar didasarkan pada ukuran kinerja keuangan khususnya laba perusahaan. Dari keempat jenis remunerasi yang diberikan kepada Direksi BUMN tersebut, bonus tantiem adalah yang paling menarik untuk dibahas. Pertama, bonus diberikan kepada Direksi “setiap tahun” jika perusahaan membukukan “laba”. Kedua, tidak seperti perhitungan ketiga jenis remunerasi lainnya, komponen perhitungan bonus tidak semata tergantung pada kinerja keuangan perusahaan tahun bersangkutan tetapi juga pada kinerja tahun lalu dan target anggaran budget perusahaan. Penggunaan ukuran kinerja, standar kinerja dan struktur hubungan antara pembayaran bonus dan kinerja dalam skema bonus, menjadikan skema bonus menjadi sangat firm-spesific dan implikasinya juga menjadi lebih kompleks. Meskipun semua skema bonus tahunan ditujukan untuk memberikan insentif guna meningkatkan keuntungan perusahaan, skema bonus dimaksud dapat mendorong manajer yang remunerasinya didasarkan pada tingkat laba untuk memanipulasi laba tersebut guna 2 memaksimalkan penerimaan bonusnya. Watts 1977 dan Watts dan Zimmerman 1978 menyatakan bahwa skema bonus menciptakan insentif bagi manajemen untuk meningkatkan present value dari penerimaan bonus mereka. Sedangkan Healy 1985, menemukan bukti bahwa manajer perusahaan dengan skema bonus berbasis laba bersih secara sistematis melakukan penyesuaian diskresioner atas akrual maupun menggeser laba antar periode untuk memaksimalkan ekspektasi bonus mereka.

1.2. Permasalahan Penelitian dan Kontribusi

Mengingat skema bonus direksi BUMN saat ini menggunakan laba bersih sebagai ukuran kinerja serta pencapaian laba terhadap tahun lalu dan pencapaian anggaran laba sebagai standar kinerja, maka diindikasikan bahwa skema bonus dimaksud juga akan memberikan insentif kepada direksi untuk melakukan manajemen laba baik melalui akrual diskresioner guna memaksimalkan penerimaan bonus mereka. Untuk menguji kebenaran dugaan tersebut, maka penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh skema kompensasi terhadap aktivitas manajemen laba direksi BUMN, yang diproksi dengan akrual diskresioner. Bila dalam banyak penelitian lain variabel bebas yang digunakan adalah besaran bonus, maka dalam penelitian ini variabel bebas yang akan digunakan adalah komponen perhitungan bonus. Hal tersebut dilakukan selain karena tidak tersedianya data jumlah atau besaran bonus direksi BUMN, juga didasari pertimbangan bahwa komponen perhitungan bonus sebagian besar merupakan angka-angka akuntansi yang menjadi objek diskresi manajemen, sehingga diharapkan penelitian ini akan lebih mengena secara substansi. Kontribusi penelitian ini adalah memberikan bukti mengenai adanya indikasi manajemen laba yang disebabkan adanya skema bonus di BUMN. Penelitian-penelitian sebelumnya umumnya melakukan penelitian pada perusahaan publik, bukan perusahaan- perusahaan BUMN. 3 2. KERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1. Skema Kompensasi bagi Direksi BUMN