Akrual Diskresioner Komponen Perhitungan Bonus

Dimana PDACC=1 adalah variabel dummy, 1 jika DACC positif dan 0 jika sebaliknya.

3.2. Operasionalisasi Variabel Penelitian

3.2.1. Akrual Diskresioner

Penghitungan akrual diskresioner menggunakan model Dechow, Sloan, dan Sweeny 1995. Terlebih dahulu dilakukan pengukuran total akrual dengan rumus: it it it OCF EBXT TACC   5 Dimana: TACC it = total akrual, EBXT it = laba sebelum pos luar biasa dan discontinued operation, OCF it = arus kas bersih dari aktivitas operasi. Kemudian dilakukan estimasi model model Dechow, Sloan, dan Sweeny 1995: t i t i t i t i t i t i PPE REC REV ASSET TACC , , 3 , , 2 1 , 1 , 1             6 Dimana: TACC it = total akrual tahun t yang diskala dengan total aset t–1, REV it = perubahan pendapatan tahun t yang diskala dengan total aset t–1, REC it = perubahan piutang usaha bersih tahun t yang diskala dengan total aset t–1, PPEit = aktiva tetap tahun t yang diskala dengan total aset t–1, ASSET = total aset tahun t–1 Persamaan 6 diestimasi setiap tahun untuk industri manufaktur dan non manufaktur. Estimasi yang diperoleh dari persamaan regresi tersebut digunakan untuk mengestimasi akrual nondiskresioner NDACC. Selanjutnya, akrual diskresioner diestimasi sebagai berikut: it it it NDACC TACC DACC   7

3.2.2. Komponen Perhitungan Bonus

Mengingat data jumlah bonus direksi tidak tersedia, maka untuk menguji pengaruh skema kompensasi terhadap tindakan manajemen laba dalam penelitian ini digunakan komponen-komponen perhitungan bonus dan bukan besaran bonus. 9 Tidak semua komponen perhitungan bonus direksi BUMN digunakan dalam penelitian ini karena ketidaktersediaan data. Hanya lima dari delapan komponen perhitungan bonus yang dijadikan variabel bebas dalam penelitian ini, sedangkan tiga komponen bonus lainnya yaitu 1 pencapaian atas laba usaha sebelum biaya bunga, penyusutan dan amortisasi tahun lalu, 2 pencapaian anggaran laba usaha sebelum biaya bunga, penyusutan dan amortisasi, dan 3 tingkat kesehatan perusahaan tidak dimasukkan kedalam penelitian karena data yang diperlukan tidak tersedia secara lengkap. Kelima komponen perhitungan bonus yang dimasukkan ke dalam model penelitian ini adalah: 1 Laba dibagi PROFIT adalah jumlah laba bersih setelah dikurangi dengan: a akumulasi rugi tahun sebelumnya; b laba penjualan aktiva; c laba penjualan saham anak perusahaan; dan d pendapatan lain-lain dari restitusi pajak tahun buku sebelumnya. 2 Indeks Trend Laba Usaha ITRENDLU yang diperoleh berdasarkan konversi atas persentase pencapaian Laba Usaha tahun t terhadap Laba Usaha tahun t–1. Nilai indeks berkisar antara 0 persentase pertumbuhan laba usaha ≤ 20 sampai dengan 100 persentase pertumbuhan laba usaha ≥ 105. 3 Indeks Trend Laba Bersih ITRENDLB yang dihitung berdasarkan konversi atas persentase pencapaian Laba Bersih tahun t terhadap Laba Bersih tahun t–1. Nilai indeks berkisar antara 0 persentase pertumbuhan laba bersih ≤ 20 sampai dengan 100 persentase pertumbuhan laba bersih ≥ 105. 4 Indeks Target Laba Usaha ITARGETLU yang diperoleh berdasarkan konversi atas persentase pencapaian Laba Usaha tahun t terhadap anggaran Laba Usaha tahun t. Nilai indeks berkisar antara 0 persentase pencapaian anggaran laba usaha ≤ 2,5 sampai dengan 100 persentase pencapaian anggaran laba usaha ≥ 92,7 5 Indeks Target Laba Bersih TARGETLB yang diperoleh berdasarkan persentase pencapaian Laba Bersih tahun t terhadap anggaran Laba Bersih tahun t. Nilai indeks 10 berkisar antara 0 persentase pencapaian anggaran laba bersih ≤ 2,5 sampai dengan 100 persentase pencapaian anggaran laba bersih ≥ 92,7 3.2.3. Variabel Kontrol 3.2.3.1. Pergantian Direksi CEOCHANGE