Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Saat ini ada banyak sekali perusahaan yang menawarkan sistim penjualan langsung direct selling, sistem penjualan langsung ini tentunya mengizinkan para anggotanya untuk memperluas jaringan dengan cara merekrut anggota baru yang akan mereka sponsori, sehingga selain harus melakukan penjualan mereka juga memiliki target untuk memperluas jaringan. Para anggota dari direct selling tersebut terdaftar di perusahaannya masing-masing untuk menunjukkan bahwa mereka legal sebagai anggota perusahaan tersebut dan mendapatkan izin untuk memasarkan dan membawa nama besar perusahaan tersebut. Menurut APLI Asosiasi Penjualan Langsung Indonesia, penjualan langsung adalah metode penjualan barang dan atau jasa tertentu kepada konsumen dengan cara tatap muka di luar lokasi eceran tetap oleh jaringan pemasaran yang dikembangkan oleh mitra usaha dan bekerja berdasarkan komisi penjualan, bonus penjualan dan iuran keanggotaan yang wajar. www.apli.or.id PT.Orindo Alam Ayu selanjutnya disebut Oriflame merupakan sebuah perusahaan multinasional yang didirikan oleh dua bersaudara Jonas af Jochnick dan Robert af Johnick, saat ini Oriflame telah menjadi sebuah perusahaan bersistem penjualan langsung di 60 negara di seluruh dunia. Portofolio yang luas Universitas Sumatera Utara dari produk-produk kecantikan Swedia yang alami, inovatif dipasarkan melalui tenaga penjualan sekitar 3.600.000 orang konsultan mandiri. Oriflame menawarkan peluang bisnis terkemuka untuk orang-orang yang ingin membuat uang dari hari pertama dan berkerja untuk memenuhi impian dan ambisi pribadi mereka melalui konsep bisnis yang unik – Make Money Today and Fulfil Your Dreams Tomorrow. Visi Oriflame adalah menjadi nomor 1 sebagai perusahaan penjualan langsung yang bergerak di bidang kecantikan, dan misi Oriflame adalah untuk mewujudkan impian. oriflame.co.id Menurut Ng 2005: 368 kesuksesan karir didefinisikan sebagai akumulasi kerja yang positif dan hasil psikologis akibat pengalaman kerja seseorang. Berdasarkan pengertian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa kesuksesan dapat diraih apabila seseorang memberikan kinerja yang baik disertai banyaknya pengalaman kerja seseorang. Kesuksesan karir sendiri terbagi menjadi dua, yaitu kesuksesan karir objektif yaitu kesuksesan karir yang dapat diukur secara objektif eksternal dan kesuksesan karir subjektif yaitu kesuksesan karir yang diukur oleh diri sendiri internal. Para konsultan Oriflame tentunya ingin mencapai kesuksesan pada karir mereka, akan tetapi masih banyak konsultan yang tidak fokus dalam memaksimalkan kinerja mereka, sehingga banyak konsultan yang berhenti di level tertentu. Kurangnya kompetensi dan motivasi menjadi penyebab utama kegagalan konsultan dalam mencapai kesuksesan karir mereka. Banyak konsultan yang berpikir bahwa menjadi konsultan produk kecantikan hanyalah pekerjaan sampingan, sehingga konsultan tersebut menjadi kurang tertarik untuk Universitas Sumatera Utara meningkatkan kompetensi dan motivasi mereka. Hal tersebut akan mempengaruhi kinerja mereka dan tentunya akan berakibat buruk pada karir mereka di Oriflame. Kompetensi kewirausahaan tentunya perlu untuk dimiliki oleh setiap wirausahawan , seperti halnya profesi lainnya dalam kehidupan. Menurut Karra, 2008 dalam Lin, 2011:2 kompetensi kewirausahaan adalah kemampuan untuk mengidentifikasikan dan mendapatkan atau membuat pasar berdasarkan kesempatan berwirausaha serta membutuhkan sumber daya. Menurut Scarborough,2006 dalam Heru, 2009: 38. 10 kompetensi yang harus dimiliki oleh wirausahawan antara lain: kenali bisnis anda , mengetahui dasar manajemen bisnis, memiliki sikap yang pantas, memiliki cukup modal, mengatur keuangan secara efisien, mengatur waktu secara efisien, mengelola orang lain, memuaskan pelanggan dengan menyediakan produk berkualitas tinggimengetahui bagaimana cara bersaing, membuat aturanpedoman yang jelas tersurat. Salah satu masalah kompetensi yang dialami oleh para konsultan baru Oriflame adalah masalah dalam mengelola orang lain atau downline, sebagai konsultan mereka diizinkan untuk memiliki downline yang akan membantu mereka dalam mengumpulkan poin yang akan membantu menaikkan jenjang karir konsultan tersebut, disinilah letak masalah tersebut kurangnya kemampuan konsultan tersebut untuk menumbuhkan minat penjualan para downline di bawahnya, dan ketidak mampuan mereka untuk mempengaruhi downline mereka untuk lebih aktif lagi untuk merekrut downline yang baru dan juga agar downline baru tersebut tetap aktif berbelanja setiap bulannya, sehingga pertumbuhan jaringan dari konsultan tersebut terkesan lambat atau bahkan diam di tempat. Universitas Sumatera Utara Dengan tingginya kompetensi yang dimiliki oleh konsultan baru, tentunya akan membantu mempercepat konsultan tersebut untuk meraih kesuksesan karir, sehingga apabila konsultan baru tersebut karirnya terus meningkat maka akan berimbas kepada upline diatas konsultan baru tersebut. Berikut adalah perbandingan data jumlah manajer 12, 15, 18 periode April – Juni 2013, data ini bersumber dari grup Riris S Riduan Butar- butar. Tabel 1.1 Jumlah Manajer 12, 15, 18 April - Juni 2013 Manajer Bulan April Mei Juni 12 33 32 36 15 27 20 29 18 15 7 17 Sumber : Riris S 2013, Data diolah Seperti yang bisa dilihat pada Tabel 1.1 , pada bulan April jumlah konsultan yang berhasil memasuki level manajer 12 sebanyak 33 orang, pada bulan Mei sebanyak 32 orang, dan pada bulan Juni sebanyak 36 orang. Terjadi penurunan di bulan Mei yang dikarenakan menurunnya penjualan, sehingga beberapa manajer harus merelakan posisi manajer 12 mereka turun ke posisi konsultan. Universitas Sumatera Utara Tabel 1.2 Penjelasan Target Pencapaian Manajer Oriflame Manager Poin yang dibutuhkan Jumlah bonus 12 2400 Rp.650.000,00 – Rp.900.000,00 15 4000 Rp.1.000.000,00 – Rp.1.500.000,00 18 6600 Rp.2.000.000,00 – Rp.3.000.000,00 Sumber: Oriflame 2013 Selain kompetensi tentunya motivasi sangat mempengaruhi seseorang untuk memulai berwirausaha. Menurut HIPMI Himpunan Pengusaha Muda Indonesia, www.hipmi.org , motivasi merupakan suatu faktor yang mendorong seseorang melakukan sesuatu perbuatan atau kegiatan tertentu , sehingga motivasi dapat diartikan sebagai pendorong perilaku seseorang. Ada beberapa teori motivassi terkenal antara lain, teori Taylor, teori Mc Gregor, teori kebutuhan Maslow, dan teori Herzberg. Di dalam penelitian ini peneliti menggunakan teori motivasi Herzberg. Terdapat dua faktor di dalam tori ini, antara lain faktor higienis dan faktor motivator, faktor higienis adalah faktor yang tidak mendorong manusia untuk berusaha. Sedangkan faktor motivator adalah faktor yang menimbulkan rasa kepuasan , sehingga dapat mendorong manusia untuk meningkatkan kinerjanya. Teori motivasi Herzberg dipilih karena teori ini merupakan teori yang paling tepat untuk diaplikasikan dengan fenomena yang akan diteliti. Fakta di lapangan menyatakan bahwa banyak orang yang bergabung dengan Oriflame yang dilandasi dengan keinginan untuk menambah penghasilan. Mereka mengatakan bahwa mereka memiliki banyak kebutuhan dan keinginan yang harus terpenuhi sehingga mereka bergabung di Oriflame. Akan tetapi Universitas Sumatera Utara beberapa dari mereka juga memiliki alasan karena ingin mengisi waktu luang yang disebabkan oleh susahnya mencari pekerjaan saat ini.

1.2 Perumusan Masalah