40
3. Pemodelan
Pada tahap ini, peneliti menggambarkan desain produk sistem informasi dari seluruh aspek yang dibangun dalam wujud gambarbagan. Desain produk
nantinya digunakan sebagai pedoman untuk membuat dan menilainya. Gambaran aspek yang dihasilkan pada tahap ini yaitu:
a. Desain Basis Data
Perancangan database dilakukan dengan pembuatan tabel berisi field beserta tipe dan karakter data yang digunakan. Setelah perancangan basis data,
dilakukan pembuatan ERD Entity Relationship Diagram menggunakan MySQL workbench sebagai bentuk relasi antar tabel. Diagram relasi menggambarkan alur
hubungan yang terjadi pada sistem informasi yang dikembangkan. b.
Desain Arsitektur Desain arsitektur digunakan untuk mengembangkan struktur program
modular dan merepresentasikan hubungan kontrol antar modul dengan menggunakan notasi UML. Pada penelitian ini, perancangan UML dilakukan
dengan membuat: Use Case Diagram, Class Diagram, Sequence Diagram, dan Activity Diagram. Use Case Diagram menggambarkan aktor berinteraksi dengan
sistem. Class Diagram menunjukkan class yang terdapat dalam perangkat lunak dan bagaimana antar class tersebut saling berhubungan. Sequence diagram untuk
menggambarkan tingkah laku objek pada use case dengan mendeskripsikan pesan yang dikirim dan diterima antar objek. Sedangan activity diagram digunakan
untuk menggambarkan tampilan yang dinamis dari sebuah sistem. c.
Desain Antarmuka Desain antarmuka menggambarkan tampilan halaman web yang akan
dibuat. Proses desain dilakukan untuk setiap halaman dari sistem informasi yang
41 dikembangkan. Tampilan antarmuka yang digambarkan adalah template layout
dari desain antarmuka sistem informasi dan tata letak pada setiap halaman web.
4. Konstruksi
Pada tahap ini, peneliti melakukan implementasi dari hasil perancangan yang sudah dilakukan. Inti pada tahapan ini adalah proses coding dan testing:
a. Pengkodean Coding
Proses coding menerjemahkan hasil perancangan ke dalam bahasa pemrograman yang dipahami oleh komputer. Pembuatan program dilakukan
sesuai dengan desain sistem yang telah dibuat agar hasil produk dapat sesuai dengan tujuan pembuatan sistem. Pada pembuatan program ini, peneliti
menggunakan bahasa pemrograman PHP dan framework Code Igniter CI, sementara pengolahan basis data menggunakan DBMS open source MySQL.
b. Pengujian Testing
Proses testing yakni pengujian terhadap perangkat lunak yang sudah dikembangkan untuk memastikan bahwa semua kebutuhan pengguna sudah
diimplementasikan dan berfungsi sebagaimana mestinya. Pengujian sistem informasi bimbingan konseling ini dilakukan dengan blackbox dan whitebox
testing. Pengujian blackbox berfokus pada persyaratan fungsional perangkat lunak, sedangkan pengujian whitebox berfokus pada struktur control program.
Dalam penelitian ini pengujian blackbox untuk menguji fungsi-fungsi, kinerja dan mengecek kesalahan pada sistem informasi oleh pengembang dan ahli web.
Sedangkan pengujian whitebox dilakukan untuk menguji sistem menggunakan test case kepada pengguna dan menguji stress testing menggunakan software uji.
Setelah dilakukan pengujian blackbox dan whitebox, selanjutnya adalah pengukuran kualitas produk untuk menjamin kualitas produk apakah sudah layak
42 atau belum layak digunakan sesuai dengan standar ISOIEC 25010 yang meliputi
karakteristik: functional suitability, performance efficiency, usability, reliability, security, maintainability dan portability.
1 Pengujian Functional Suitability
Pengujian functional suitability menggunakan angketkuesioner checklist pada test case yang berisi perbandingan kelengkapan fungsi-fungsi yang
beroperasi dalam sistem dengan user requirement list. Testcase yang digunakan menggunakan skala Guttman. Pengujian functional suitability dilakukan oleh 3
responden ahli web dan TI. 2
Pengujian Performance Efficiency Pengujian ini dilakukan menggunakan aplikasi Yslow, Page Speed dan Load
Time untuk mengukur performa efisiensi website. Performa aplikasi web yang diukur secara umum adalah kecepatan waktu akses, request dan response data.
3 Pengujian Usability
Pengujian usability menggunakan instrumen USE questionnaires. Instrumen tersebut telah banyak dipakai untuk melakukan pengujian sehingga sudah teruji
validitas dan reliabilitasnya secara internasional. Instrumen USE questionnaire tersebut terbagi menjadi 4 kriteria yaitu usefulness, ease of use, ease of learning,
dan satisfaction. 4
Pengujian Reliability Pengujian ini dilakukan agar jika terdapat kegagalan maka dapat dilakukan
perbaikan sebelum sistem digunakan. Pengujian dilakukan dengan menggunakan Web Application Testing WAPT untuk mengukur stress testing sistem informasi.
5 Pengujian Security
43 Pengujian security menggunakan perangkat lunak khusus untuk menguji
kualitas keamanan aplikasi web terhadap vulnerabilities, attack, threat dan countermeasures. Pengujian security dilakukan menggunakan aplikasi Acunetix
Web Vulnerability Scanner. 6
Pengujian Maintainability Pengujian maintainability menggunakan software Semantic Design untuk
menguji efektifitas dan efisiensi perangkat lunak untuk dimodifikasi oleh pengembang dengan menghitung maintainability index yang di dalamnya terdapat
indikator Halstead Volume, Cyclomatic Complexity, Lines of Code, dan Percent of Lines of Comments dari kode program. Hasil perhitungan maintainability index
digunakan untuk mengetahui tingkatan kategori pemeliharaan dari aplikasi. 7
Pengujian Portability Pengujian portability menggunakan lima browser yang berbeda untuk
menguji kualitas perangkat lunak saat berjalan pada lingkungan perangkat lunak yang berbeda. Kelima browser yang digunakan adalah Google Chrome, Mozilla
Firefox, Internet Explorer, Opera dan Safari.
5. Penyerahan SistemPerangkat Lunak ke Pengguna