Dasar Dasar Logika

(1)

TUGAS TERSTRUKTUR

DASAR-DASAR LOGIKA

OLEH

ZARMADI

E1011131024

DOSEN

DR. ERDI, M.SI

ILMU ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS TANJUNGPURA

PONTIANAK


(2)

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas mata kuliah DASAR-DASAR LOGIKA. Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi Tugas Ujian Akhir Semester (UAS) dalam bentuk tugas terstruktur, Program Studi Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Tanjungpura.

Dalam pembuatan makalah ini, penulis memperoleh banyak dukungan dari berbagai pihak, terutama kedua orang tua yang senantiasa mendoakan dan teman-teman sehingga mendapatkan kemudahan dalam penulisan makalah ini dan dapat diselesaikan tepat waktu. Dari sanalah semua kesuksesan ini berawal, semoga makalah ini bisa memberikan sedikit kebahagiaan dan menuntun pada langkah yang lebih baik, serta bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya.

Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun guna sempurnanya makalah ini. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.

Walaikumsalam Wr. Wb

Pontianak , Maret 2015


(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i DAFTAR ISI ... ii

BAGIAN I ARTIKEL

TUGAS 1 : Kuliah Gratis Bagi Si Miskin ... 2 TUGAS 2 : Mempopulerkan Batu Permata Kalbar Ala Gubernur Cornelis 7 TUGAS 3 : Vonis Mati Koruptor Di Indonesia. Mungkinkah? ... 11

BAGIAN II PAPER TENTANG PUBLIC ADMINISTRATION

TUGAS 4 : Pentingnya Transparansi Terhadap Kepercayaan Masyarakat 16

BAGIAN III RESUME BUKU (ENGLISH-INDONESIA)


(4)

TUGAS 1


(5)

KULIAH GRATIS BAGI SI MISKIN

A. IDENTITAS DAN ISI PAPER

Terbitan: “Harian Pontianak Post” di Kolom Opini. Hari Jumat, 6 Maret 2015 dengan Judul “Kuliah Gratis Bagi Si Miskin”

Penulis : Dr. Erdi, M.Si. Ketua Program Studi Ilmu Administrasi Negara FISIP Universitas Tanjungpura. Dosen S2 MAP UPBJJ-UT Pontianak

Ringkasan Materi

Dalam pikiran, baik keluarga maupun anggota keluarga miskin, menyekolahkan anak hingga ke Perguruan Tinggi, baik di lingkungan Kementerian Ristek dan Dikti maupun Kemenag, di PTN maupun PTS, adalah sesuatu yang tak masuk akal. Dari cerita ini, ada baiknya menelusuri kebijakan pemerintah tentang biaya pendidikan gratis ini. Pemerintahan Republik Indonesia dengan Presiden SBY sejak tahun 2010 telah menempatkan Program 100 Hari Kerja dari Menteri Pendidikan Nasional dengan program bantuan biaya pendidikan tinggi gratis yang disebut Beasiswa Bidik Misi (BBM), yakni bantuan biaya penyelenggaraan pendidikan dan biaya hidup kepada 20.000 mahasiswa yang memiliki potensi akademik dari keluarga tidak mampu secara ekonomi yang diselenggarakan di 104 PTN. Program ini berhubungan dengan kebutuhan rasa keadilan masyarakat serta berkaitan dengan usaha pemerintah mencapai Angka Partisipasi Kasar Pendidikan Tinggi (APK-PT).

Dalam berkaitan dengan BBM tahun 2015, Kementerian Ristek dan Dikti dengan Presiden Jokowi tetap melanjutkan BBM dan mengalokasikan dana sesuai dengan Pemerintahan SBY. Penerima program BBM dialokasikan kepada 60.000 penerima dengan tetap memberikan prioritas kepada calon mahasiswa yang diselenggarakan di 120 PTN dan PTS di seluruh Indonesia. Sehingga tidak lagi tertutup kesempatan bagi keluarga tidak mampu di seluruh negeri untuk tidak dapat memasuki dunia pendidikan tinggi secara nyata dan gratis.

Penyelenggaraan otonomi daerah pasca UU No 32/2004 kemudian diganti menjadi UU No 23/2014 diharapkan tidak berdampak pada kualitas lulusan pendidikan menengah yang menjadi bahan mentah bagi Program BBM. Kualitas penyelengaraan Pendidikan Menengah dipercaya akan melahirkan kualitas lulusan yang baik maupun kualitas lulusan yang tidak juara kandang. Kepala Sekolah SMU dan SMK dalam mengikuti alur bidikmisi menjadi kunci sukses implementasi program. Para penerima BBM adalah anak hebat, bukan gratis dari SPP dan mendapat biaya hidup sebesar Rp 3,6 Juta/semester, dan menyelesaikan studi tepat waktu 4 tahun.

Indikator untuk lanjut atau berhenti sebagai Penerima BBM adalah capaian IP setiap semester dan IPK yang tidak boleh dibawah angka 3.00. Kerjasama orangtua untuk ikut memantau prestasi anak merupakan unsur terpenting bagi keberhasilan program BBM dan kesuksesan anak. Para orang tua diharapkan meminta laporan prestasi setiap akhir semester maupun ikut menegur anak terhadap perilaku atau penampilan tidak normal atau meninggalkan norma kehidupan kampus.


(6)

B. TANGGAPAN PAPER

Prioritas dalam pembangunan nasional adalah bidang pendidikan, dalam upaya pencerdasan kehidupan bangsa ditujukan langsung pada peningkatan mutu sumber daya manusia di setiap negara yang menganut paham demokrasi, menduduki posisi yang teramat sentral. Telah umum diakui bahwa pendidikan merupakan wahana yang paling ampuh untuk meraih kemajuan di segala bidang (Siagian,2001;162). Dengan keberadaan murid bersama dengan guru melaksanakan kegiatan belajar mengajar adalah wujud dari keikutsertaan mereka dalam pelaksanaan pembangunan dalam rangka mencerdaskan bangsa seperti yang diinginkan di dalam Pembukaan UUD 1945(LEMHANNAS,1997;120-121).

Penduduk miskin cenderung menyerah kepada nasib dan tidak percaya diri. Kalau ada yang kejatuhan durian, ia gampang jatuh dalam godaan menjadi seperti penduduk nonmiskin. Mereka menolak identitas mereka yang sesungguhnya. Yang lain menyerahkan diri sebagai hamba; bahwa panggilan hidup mereka adalah untuk melayani penduduk yang tak miskin. (Syakrani,2009;38)

Tahun 2001, siswa SD sampai SMA/SMK di Jembrana dibebaskan dari segala bentuk pungutan. Ada pula beasiswa bagi siswa sekolah swasta berprestasi. Insentif guru ditingkatkan dan pemkab menanggung sebagian biaya untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi. Tahun 2008 total anggaran pendidikan 30% APBD. Di Musi Banyuasin (Muba) biaya sekolah SD sampai SMA/SMK negeri maupun swasta digratiskan sejak tahun 2002. Di Jawa Timur, terdapat program bantuan opersional sekolah pada 2004, jatim kini giat membenahi SMK untuk membekali pelajar dari keluarga miskin dengan keterampilan untuk masuk dunia kerja. (Syakrani,2009;168)

Bank Dunia menetapkan garis kemiskinan sebesar $US2 per kapita per hari. Jika kurs rupiah terhadap dollar Amerika saat ini dihitung sebesar Rp. 9.000, maka garis kemiskinan per orang per bulan adalah sebesar Rp. 540.000. Jika garis kemiskinan ini yang dipergunakan, maka tentunya jumlah penduduk miskin di Indonesia diperkirakan bisa mencapai lebih dari 60% dari total penduduk saat ini. (Suharto,2005;20)

Dari konsep tersebut dapat dikaitkan dengan masalah yang terdapat pada artikel Kuliah Gratis bagi Si Miskin. Karena begitu pentingnya pendidikan maka sudah menjadi kewajiban bagi orang tua untuk menyekolahkan anaknya bahkan sampai ke Perguruan Tinggi. Akan tetapi pada fenomenanya masih banyak mereka yang menginginkan untuk sekolah tetapi terkendala perekonomian. Namun ada pula yang keduanya orangtuanya mampu tetapi anaknya kurang termotivasi untuk sekolah. Hal ini merupakan permasalahan yang sangat memperihatikan terutama pada perkembangan anak dan kemajuan pada bangsa ini.

Pada masa sekarang ini pemerintah sudah memberikan banyak jalan alternatif untuk memasuki dunia pendidikan, baik SD, SMP, SMA/SMK bahkan Perguruan Tinggi. Pendidikan menjadi prioritas utama yang menjadi fokus peranan pemerintah terhadap pertumbuhan masyarakat. Dengan pendidikan tentunya akan meningkatkan sumber daya demi tercapai wahana dalam pencapaian kemajuan di segala bidang. Bahkan sudah menjadi ketetapan dari pemerintah bahwa 20% alokasi dana APBN/APBD digunakan untuk menunjang pendidikan. Sekarang


(7)

tergantung dari masyarakat untuk memanfaatkan kesempatan yang sangat luas tersebut.

Mulai dari sekarang kita harus memberantas kemiskinan di Negara Kesatuan Republik Indonesia ini. Walaupun tidak bisa menghilangkan kemiskinan tersebut, mungkin kita bisa mengurangi angka kemiskinan yang setiap tahunnya bukan berkurang tetapi terkadang meningkat. Permasalahan tersebut bukan hanya tugas pemerintah namun tugas kita bersama. Peran pemerintah dan masyarakat dalam mengurangi angka kemiskinan pada negara ini sangat dibutuhkan. Salah satu alternatifnya dengan meningkatkan mutu dari pendidikan. Suatu kehidupan bangsa dan negara akan terkelola dengan baik bahkan mengalami kemajuan jika mereka mampu meningkatkan dan memanfaat sumber daya manusia secara efektif dan efesien. Semua ini tidak akan terjadi jika pemerintah maupun masyarakat hanya menunggu dengan memandang permasalahan yang terjadi tanpa memikirkan solusi dan melakukan suatu tindakan untuk mengatasinya.

Persepsi masyarakat mengenai pendidikan dengan mengatakan bahwa “menyekolahkan anak hingga Perguruan Tinggi adalah hal yang tak masuk akal”. Hal ini disebabkan karena kurangnya informasi yang bisa mereka dapatkan. Mereka hanya bisa memikirkan besarnya biaya yang dikeluarkan, tetapi mereka tidak memperhatikan solusi maupun alternatif yang bisa mereka raih untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan. Jika mereka telah mengetahui misalnya sejak mereka mulai menduduki bangku SD maupun SMP, sebagai orangtua tentunya akan memberikan bimbingan dan mengontrol anaknya agar terus belajar dan meningkatkan prestasinya di sekolah. Sebagai anak pula akan bersemangat untuk sekolah dengan berkompetisi untuk mendapatkan nilai yang bagus agar bisa mendapatkan prestasi. Sehingga dengan kualitas yang dimilikinya, tinggal menunggu nasib yang akan datang kepadanya.

Masyarakat diharapkan agar tidak terlalu pasrah dengan keadaan perekonomian terjadi. Tetapi mulailah bangkit dari keadaan dan carilah jalan alternatif yang bisa dilakukan. Salah satunya dengan memanfaatkan kesempatan yang telah diberikan kepada masyarakat. Selain itu, masyarakat juga perlu menyadari pentingnya pendidikan pada dirinya. Dengan pendidikan pula seseorang mampu bekerja dengan baik meskipun perlu dengan keterampilan maupun pengalaman yang mereka miliki. Semakin tinggi pendidikan tentunya baik proses maupun hasilnya berbeda dengan pekerjaan orang yang kurang dengan pendidikan.

C. SIMPULAN

Banyak program yang di buat pemerintah untuk memudahkan masyarakat terkait dengan pendidikan, misalnya SD dan SMP dibebaskan biaya SPP dan bantuan BOS, SMA/SMK meskipun terkadang terdapat biaya SPP akan tetapi sudah di subsidi oleh pemerintah, bahkan hingga Perguruan Tinggi pemerintah memberikan kuliah gratis. Kata miskin bukanlah permasalahan ketika seseorang mempunyai motivasi untuk mendapatkan pendidikan karena mereka bisa mendapatkan pendidikan dengan gratis. Walaupun mereka dituntut untuk bisa meningkatkan mutu pendidikan mereka sehingga mampu berkompetisi dalam pencapaian target yang telah ditetapkan, misalnya IPK harus di atas 3,00 maupun selesai paling lama 4 tahun.


(8)

Ketika sudah menikmati fasilitas yang telah pemerintah berikan diharapkan mereka harus mampu menyadari akan kewajiban yang harus mereka laksanakan. Jangan sampai apa yang telah diberikan tetapi hasilnya tidak sesuai dengan harapan. Mereka perlu menyadari bahwa banyak orang yang mengharapkan kesempatan itu namun mereka tidak dapat merasakan apa yang mereka rasakan. Sebenarnya masih banyak mereka yang tergolong miskin namun tidak mendapatkan kesempatan tersebut, melainkan yang mendapatkannya mereka yang mampu namun tidak mau menunjukan identitas yang sesungguhnya.

Pendidikan merupakan bagian dari program pemerintah demi memajukan sumber daya manusia dan pencapaian tujuan dan cita-cita negara Indonesia, salah satunya dengan “mencerdaskan kehidupan bangsa”. Oleh sebab itu, pemerintah terus mendukung dan mengontrol dalam pelaksanaan pendidikan agar hasil yang didapatkan sesuai dengan harapan. Pemerintah sangat mengharapkan bangsa ini mempunyai mutu yang lebih baik dibandingkan dengan negara lain. Indonesia sudah mempunyai SDA yang melimpah namun sangat kurangnya SDM, maka dalam pengurusan maupun perawatan terutama peralatan canggih sebagian para pekerjanya berasal luar negeri.

Apa yang masyarakat harapkan bisa mereka dapatkan, pemerintah sudah menyediakan banyak alternatif yang bisa dilakukan. Sekarang tergantung dari masyarakatnya mana jalan yang akan mereka tempuh. Sekali lagi dalam hal ini dibutuhkan kesadaran dari masyarakat. Dan pemerintah maupun instansi yang terkait agar dapat mempublikasikan informasi yang baik kepada masyarakat terutama didaerah terpencil. Sehingga semakin meningkatnya kualitas pendidikan maka semakin maju pula pertumbuhan masyarakat dalam suatu bangsa maupun negara. Negara Indonesia mempunyai tujuan dan cita-cita sehingga sudah menjadi tugas kita bersama untuk mewujudkankan impian tersebut.

D. REFERENSI

 Syakrani. 2009. Good Governance. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

 Siagian, Sondang P. 2001. Kerangka Dasar Ilmu Administrasi.

Jakarta:Rineka Cipta

 Suharto, Edi. 2005. Analisis Kebijakan Publik. Bandung: Alfabeta

 Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas). 1997. Pembangunan Nasional. Jakarta: Balai Pustaka


(9)

TUGAS 2


(10)

MEMPOPULERKAN BATU PERMATA KALBAR ALA

GUBERNUR CORNELIS

A. IDENTITAS DAN ISI PAPER

Terbitan: “Harian Pontianak Post” di Kolom Opini. Hari Senin, 16 Februari 2015 dengan Judul “Mempopulerkan Batu Permata Kalbar”

Penulis : Dr. Erdi, M.Si. (Ketua Program Studi Ilmu Administrasi Negara FISIP Universitas Tanjungpura, Dosen S2 MAP UPBJJ-UT Pontianak)

Ringkasan Materi

Dalam dua tahun belakangan ini, pembicaraan publik tentang batu permata

(gemstone), mulai di media sosial atau diskusi di kalangan pegawai. Ketika diskusi tentang konflik KPK dan POLRI atau upaya memberantas korupsi tidak menemukan jalan tengah diantara para pihak maka bicara permata menjadi jalan tengah yang saling menyenangkan dan memecahkan ketegangan. Harga batu permata dilihat dari faktor intrinsic atau unsur pembentuk kualitas (jenis dan kekerasan) dan faktor ektrinsik seperti Kadam, cara memperoleh dan nilai seni dari batu dengan membentuk quality image di mata pemilik, penggemar dan penggiat. Tingginya minat masyarakat untuk memiliki batu dan harga batu permatanya, telah mengusik pemda untuk membuat peraturan tentang pajak permata.

Aktitivitas penggiat batu umumnya dilakukan dalam moment informal dan bahkan dengan lokus dan fokus di jalanan. Pengalaman Asosiasi Pecinta Batu Permata (APBP) Sumatera Utara, menggelar pameran permata alam di Medan pada tanggal 22-25 januari 2015, berhasil mengumpulkan sebanyak 150 orang pengrajin batu se-Sumatera Utara. Diharapkan Kalbar juga melakukan hal yang sama berikut spesifikasi, kualifikasi dan manfaat dari cincin para tokoh untuk dipajang selama pameran. Dimulai pembinaan kepada para pengrajin dapat dilakukan pemda dalam rangka meningkatkan harkat dan popularitas batu asal Kalimantan Barat. Kepandaian dalam olah batu permata, sebagian dari hobby maupun karena tidak memiliki pekerjaan tetap.

Thaleb (35 tahun) dan istri beroperasi di perempatan jalan Tanjungpura Pontianak, mengaku memperoleh pendapatan bersih di atas Rp 250.000/hari dari profesi mengasah batu permata dan berjualan bahan pengikat baru. Pengrajin dan pengasah batu tersebar di banyak kota di seluruh Kalbar. Bukti bahwa batu permata sudah masuk sebagai hot issu, ketika kunjungan Presiden Jokowi ke Kalbar pada 20 dan 21 Januari 2015 lalu, oleh-oleh dari Gubernur Kalbar (Drs. Cornelis, MH) adalah batu kecubung asal Ketapang. Manfaat Kecubung Ketapang terutama yang ungu adalah meningkatkan stamina. Ketika Kecubung Kalbar melingkar di jari Presiden, maka harga jual per unitnya akan tinggi serta berkolerasi dengan kesejahteraan penggiatnya.

Batu Bacan yang dipakai oleh Presiden AS (Barack Husien Obama) dari Presiden SBY,telah meningkatkan kesejahteraan pengrajin permata di Pulau Bacan, Tertnate-Maluku Utara (PontianakPost, 26 Oktober 2014 dengan judul “Cerita di Balik Sukses para Pedagangan Batu Bacan di Ternate: Semula Ngojek, Kini Dua Rumah dan Mobil)


(11)

B. TANGGAPAN PAPER

Sistem perpajakan yang harus mendapat perhatian ialah kriteria pemungutan pajak seperti keadilan, kemampuan membayar, pemanfaatan pajak yang dipungut, pencegah pemungutan pajak yang berlebihan, kepastian, pembuktian sumber penghasilan dan efisiensi administrasi perpajakan. (Siagian,2001;225). Kekayaan alam dapat menjadi sumber bagi penduduk untuk memperoleh nilai tambah dalam meningkatkan taraf hidup, pendapatan per kapita dan lingkungan hidup yang sehat bagi kesejahteraan keseluruhan rakyat negara Indonesia. Sebaliknya, potensi penduduk (demografi) dapat memberikan nilai tambah (nilai ekonomis) bagi pengembangan dan pelestarian kondisi kekayaan alam agar tidak habis atau rusak bagi kelangsungan kehidupan bangsa dan negara Indonesia. (Srijanti,dkk,2006:167)

Pembangunan ekonomi selalu diarahkan kepada mantapnya sistem ekonomi nasional berdasarkan Pancasilan dan UUD 1945, salah satunya “Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya sebagai pokok-pokok kemakmuran rakyat dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat (LEMHANNAS, 1997; 23-24). Pajak ialah iuran wajib, yang di pungut oleh penguasa berdasarkan norma-norma hukum, guna menutup biaya produksi barang-barang, jasa kolektif dalam mencapai kesejahteraan umum. (Kaho,2010;144)

Dari konsep ini menyatakan bahwa pajak merupakan kewajiban yang dibebankan kepada warga negara berdasarkan peraturan undang-undang yang telah ditetapkan. Hal ini dapat dikaitkan dengan permasalahan batu permata yang sekarang ini menjadi bahan perbicaraan hampir seluruh masyarakat Indonesia bukan merupakan hal yang asing terdengar ditelinga kita. Batu permata menjadi barang yang sangat bernilai ketika banyaknya masa yang menginginkannya bahkan harga yang ditawarkan bukanlah kecil jumlahnya. Menurut saya, peraturan pemerintah mengenai pajak batu permata perlu diberlakukan. Pungutan berupa pajak mengenai batu permata merupakan solusi yang memang sewajarnya dilakukan. Tujuannya untuk mengatasi tindakan oknum untuk memanfaatkan kesempatan ini sebagai keuntungan yang sebesar-besarnya tanpa memperhatikan dampak yang akan terjadi.

Ketika pajak diberlakukan kepada penjual batu permata, agar mereka bisa menjual harga yang tidak terlalu tinggi. Selain itu, dengan keuntungan yang mereka dapatkan diharapkan mampu ikut berpartisipasi terhadap pembangunan suatu negara, karena batu yang mereka kelola merupakan kekayaan alam suatu negara. Sebagaimana yang kita ketahui bahwa kekayaan alam yang meliputi kepentingan khalayak merupakan milik negara. Meskipun batu pertama dikelola oleh masyarakat dalam meningkatkan perekonomian mereka, akan tetapi di karenakan hasil yang mereka dapatkan melebihi ketentuan yang telah ditetapkan maka sudah semestinya mereka dikenalan pajak. Apa lagi pemasarannya sekarang ini terjadi di mana saja, bahkan di pinggiran jalan.

Dengan semakin berkembangnya usaha Batu permata sehingga mampu mengubah kehidupan masyarakat ke arah yang lebih baik dari sebelumnya. Akan tetapi mereka tidak menyadari bahwa hasil yang mereka dapatkan melibatkan


(12)

kepentingan negara. Karena jika hampir sebagian masyarakat mengambil batu permata tersebut tanpa memperhatikan dampak yang akan terjadi bahkah demi meraih kekayaan untuk dirinya sendiri. Kekhwatiran saya terhadap permasalahan ini ialah pada kesadaran masyarakat untuk melestarikan kekayaan alam yang semakin berkurang. Kemudian timbul permasalahan yang diakibatkan keserakahan masyarakat, baik untuk alam maupun sesama manusia.

C. SIMPULAN

Kebijakan yang pemerintah lakukan mengenai pajak batu permata merupakan hal yang sudah semestinya dilakukan dan disadari oleh khalayak. Meskipun kebijakan tersebut terdapat protes dari penjual terutama penjual. Hal ini guna menghindari permasalahan yang akan terjadi di masa mendatang karena begitu gemarnya masyarakat terhadap batu permata tersebut. Permasalahan ini bukan halnya melibatkan semua kalangan bahkan anak-anak dan wanita. Selain itu, pemerintah juga harus mampu memperhatikan terutama pada peraturan yang mudah dipahami dan publikasi yang jelas. Sehingga tidak menimbulkan persepsi yang negatif terhadap kebijakan ini.

Pemungutan pajak merupakan salah satu sumber utama bagi pemerintah untuk memupuk dana guna berbagai kegiatan yang harus dilaksanakan. Kesadaran rakyat untuk membayar pajak merupakan manifestasi rasa tanggungjawab sebagai warga negara. Kebanyakan negara menganut tarif progresif yang pada intinya berarti bahwa semakin tinggi tingkat penghasilan seorang warga kepadanya dikenakan tarif yang makin tinggi dan sebaliknya semakin rendah tingkat penghasilan seorang warga, semakin kecil jumlah pajak yang harus dibayarnya.

D. REFERENSI

 Siagian, Sondang P. 2001. Kerangka Dasar Ilmu Administrasi. Jakarta: Rineka Cipta

 Srijanti,dkk. 2006. Etika Berwarga Negara. Jakarta: Salemba Empat

 Kaho, Josef Riwu. Prospek Otonomi Daerah di Negara Republik Indonesia. Jakarta:Rajawali.

 Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas). 1997. Pembangunan Nasional. Jakarta: Balai Pustaka


(13)

TUGAS 3


(14)

VONIS MATI KORUPTOR DI INDONESIA.

MUNGKINKAH?

A. IDENTITAS DAN ISI PAPER

Terbitan : Harian Pontianak Post pada hari Senin, 23 Februari 2015 pada Kolom Opini di Halaman 14 dengan judul “Vonis Mati Koruptor, Mungkinkah”

Penulis : Dr. Erdi, M.Si. Ketua Program Studi Ilmu Administrasi Negara FISIP Universitas Tanjungpura. Dosen S2 MAP UPBJJ-UT Pontianak

Ringkasan

Hingga 17 Januari 2015, vonis mati di Indonesia dijatuhkan kepada pelaku kejahatan (pidana), seperti kasus politik era orde baru, kasus pembunuhan dan pembunuhan berencana, kasus terorisme, serta kasus narkoba.

Akibat korupsi, upaya Indonesia untuk mewujudkan negeri impian (the dream country), hingga kini belum terwujud. Terdapat 4 jenis kendala dalam mewujudkan Negara Impian (Widjayanto, 2000), salah satunya adalah maraknya tindakan korupsi, padahal daya serap anggaran Negara oleh Sektor Public dan privat tetap berada pada kisaran angka 97,00 s.d 99,99% (Erdi,2014). Korupsi menelan semua tujuan program pembangunan sehingga program pembangunan itu tidak memberikan manfaat secara optimal bagi kedigjayaan negeri nusantara Indonesia dan tetap menyisakan pekerjaan rumah besar bagi pemerintahnya, yakni kesejahteraan rakyat secara tidak merata di seluruh negeri (Collin, 2007).

Presiden pilihan rakyat, Jokowi punmasih belum berani setegas dukungan vonis mati bagipelaku tindak terorisme dan narkotika kepada korupsi. Hukum mati bagi koruptor sudah dibunyikan pada UU No. 31 tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (UU Tipikor), khususnya Pasal 2 ayat (2) dan Penjelasan. Kemudian dirubah menjadi UU No. 20 Tahun 2001 dengan definisi yang lebih sempit, hasil adopsi model penanggulangan korupsi di Taiwan. Meskipun pelaku terbukti melalui putusan Pengadilan Negara melakukan korupsi uang negara > Rp 1 Miliyar, pelakunya tetap melenggang dan kaya raya setelah menjalani putusan peradilan. Mulai dari hakim dan jaksa hingga pejabat publik dan anggota parlemen takut “senjata makan tuan”.

Dari situs http://citizen6.liputan6.com, ditemukan 5 Negara yang telah menerapkan hukuman mati bagi koruptor, yakni Singapura, Korea Utara, China, Vietnam dan Taiwan, dengan konteks yang tidak sama. Singapura sekarang termasuk negara maju dengan tingkat korupsi paling rendah. Pada kurun waktu 1994-1999 hukuman mati sudah dilakukan kepada lebih dari seribu orang. Termasuk para pembunuh,penyeludupan obat terlarang, dan kejahatan tingkat atas lainnya. Korea Utara dengan pemimpin negara yang memiliki cara yang mengerikan dalam mengeksekusi para koruptor. Kim Jong-Un mengeksekusi pamannya (Jang Song Thaek) dalam kandang anjing herder sebanyak 120 ekor, dengan disaksikan para pejabat lainnya. China sebagai Negara terbanyak melakukan hukuman mati bagi para pejabat yang korupsi. Korupsi >Rp 193 Juta, bisa terpidana hukuman mati. Vietnam menghukum mati para koruptor dengan >


(15)

Rp 283 juta. Taiwan mengatur eksekusi mati untuk pelaku korupsi yang mengambil uang untuk bencana alam atau dana untuk mengatasi krisis ekonomi.

Semoga Pemerintah Indonesia (Presiden dan DPR) segera mengikuti 5 negara di atas, tentunya dengan mengeluarkan perundangan yang sesuai dengan cita Hukum Nasional Indonesia.

B. TANGGAPAN PAPER

Banyak manusia Indonesia berpendidikan tinggi dan amat tinggi, namun perilaku dan ucapannya menjadi aneh, tidak logis, seperti orang debil bahkan ambisil, dan tidak dapat dipahami nalar anak kecil. Yang paling menyedihkan, menyaksikan orang-orang demikian terkenal dengan kekuasaan besar menyuarakan antikorupsi, namun tiap hari berkorupsi. Barang yang harganya Rp 1 juta dinaikkan menjadi Rp 1,6 juta. Hartanya yang menggelembung terus dibutuhkan untuk pamer supaya dia dihormati sebagai orang kaya. (Kwik Kian Gie, 2006;30-31). Kepolisian Negara Republik Indonesia juga ikut menyepakati kerjasama pemberantasan korupsi sejak tanggal 7 Juli 2005. Kerja sama ini meliputi: Pertama, penguatan kelembagaan berupa bantuan personel dan bantuan fasilitas. Kedua, kerjasama operasional yang meliputi LHKPN, gratifikasi serta perlindungan saksi dan atau pelapor. (KPK,2007;105)

Seorang begawan ekonomi (Bapak Ekonomi Indonesia), Soemitro Djojohadikusumo, menyatakan bahwa di antara kurun waktu 1989-1993 terjadi kebocoran anggaran pembangunan sebesar 30%. Adapun menurut Bank Dunia kebocoran dana pembangunan mencapai 45%. Hasil penelitian Redatin Perwadi (2001), pelaksanaan proyek pembangunan yang dibiayai dana APBN, mengalami kebocoran berkisar antara 45%-50%.

Para pengamat hukum, berkaitan dengan hukuman bagi koruptor menyatakan bahwa hukuman mati di Indonesia masih diberlakukan. Di dalam undang-undang pemberantasan korupsi, koruptor dapat dihukum berat sampai hukuman mati jika mereka melakukan korupsi pada saat negara menghadapi krisis dan mengalami bencana alam. Namun persepsi hukuman mati ini masih diperdebatkan oleh pakar dan pengamat hukum. Penyebab proses pelaksanaan (eksekusi) yang memakan waktu lama. Sehingga terdapat kenyataan bahwa seseorang dijatuhi hukuman mati, bukan mati dieksekusi dihadapan regu tembak, tetapi meninggal di penjara (tahanan). Keadaan demikian tidak membuat jera koruptor, tokoh walaupun dijatuhi hukuman mati, masih bisa hidup lama, walaupun di tahanan.

Walaupun Indonesia sejak 50-an telah melakukan pemberantasan korupsi, tetapi hasilnya kurang memuaskan. Hal demikian masih diperparah dengan lemahnya kepastian hukum, yang sangat menyulitkan efektivitas pemberantasan korupsi. Oleh karena itu, model pemberantasan korupsi di Indonesia harus memperhatikan kondisi yang ada, yang memungkinkan berbeda dengan negara lain. (Parwadi,2007;62-82)

Aspek mentalitas (pola sikap yang dipengaruhi oleh jiwa, naluri, hati nurani, dan cara berpikir) sesungguhnya juga mencakup moral (akhlak) peribadi-pribadi yang membentuk masyarakat dan wawasan mengenai “jati diri dan konsep keruangan” (bagaimana orang menempatkan/memfungsikan diri dalam kelompok dan memandang atau menilai lingkungan sekitarnya). Contohnya; ”tegakah


(16)

menindas orang kecil dan menyelewengkan kekuasaan atau melakukan korupsi di tengah-tengah penderitaan rakyat”, tradisi untuk bekerja walaupun tidak diawasi oleh atasan, semangat kerja, disiplin kerja, dan sebagainya. (Rudy,2005;121-122)

Dari konsep sebagaimana penjelasan di atas, mengenai tindakan korupsi yang dilakukan oleh regim yang memiliki kekuasaan di Negara Republik Indonesia. Dengan banyaknya masalah yang terjadi di Negara Indonesia membuat hati dan pikiran bergetar melihat kondisi tersebut. Korupsi di negara ini sudah merajalela sehingga mengurangi kepercayaan pada masyarakat mengenai aparatur pemerintah. Tidak jarang para aparatur pemerintah yang sudah dikenal masyarakat namun pada masanya melakukan tindakan korupsi. Apalagi uang yang dilakukan korupsi adalah uang negara yang seharusnya kembali kepada masyarakat guna membangun kesejahteraan masyarakat agar terlepas dari kemiskinan.

Jika permasalahan korupsi ini tidak segera diselesaikan, penulis sangat sedih karena memikirkan bangsa Indonesia kedepannya. Khawatir kemiskinan masyarakat Indonesia akan semakin meningkat kemudian banyak para akademis berebut mencari jabatan tanpa memperhatikan dampak yang akan terjadi di masa mendatang. Alternatif yang dapat dilakukan adalah dengan mempertegas hukum yang ada di Indonesia, yaitu salah satunya dengan memberikan efek jera pada perlanggar tindak pidana korupsi dengan memberikan hukuman mati bagi para korupsi dengan berdasarkan Undang-Undang dan persyaratan. Pada masa lampau hukuman mati bisa berlaku jika kondisi negara dalam keadaan krisis sebagaimana yang telah diterapkan di negara China.

Dalam waktu dekat Indonesia mulai menindak tegas terutama kasus Narkoba termasuk 2 Warga Negara Australia yang akan di eksekusi mati. Tindakan ini dibantah oleh Presiden Australia untuk melakukan negosiasi agar warga negaranyay bisa terbebas dari hukuman mati, namun Presiden Jokowi tetap pada kedaulatannya terhadap kebijakan hukuman mati (MetroTV, 6 Maret 2015, Pukul 17.12 WIB). Dari kasus tersebut dapat dilihat bahwa bagaimana hukum Indonesia mulai tegas meskipun dalam kasus korupsi belum ada tindak lanjut hingga adanya hukuman mati. Jika narkoba hanya melibatkan setiap orang yang mengkonsumsi dan mengakibatkan berbagai hal yang negatif di masyarakat serta merusak generasi muda, akan tetapi pada kasus korupsi juga memiliki pengaruh yang besar terhadap kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu, perlu adanya penanganan secara khusus dari setiap fenomena-fenomena yang terjadi pada bangsa ini sehingga permasalahan yang dihadapi dapat terselesaikan secara tuntas.

Korupsi hanya dapat diberantas kalau sebagian besar masyarakat dilibatkan. Artinya masyarakat mempunyai akses untuk mendapatkan informasi dan mengadukan pejabat negara yang diduga melakukan tindak pidana korupsi dan pelapor harus dilindungan. Dengan semakin tinggi keterlibatan masyarakat dalam memberantas korupsi, maka akan semakin kecil kemungkinan terjadinya tindak korupsi. Akan tetapi fenomena yang terjadi saat ini justru para aparatur pemerintah yang dekat kepada masyarakat justru melakukan tindakan korupsi. Dalam korupsi yang sangat besar pengaruhnya adalah pada kesejahteraan masyarakat terutama pada pembangunan perekonomian bangsa.

Kondisi yang membuat para birokrat pemerintah melakukan tindakan korupsi sebagian besar karena tingkat kesejahteraan rendah, gaji kecil, fasilitas kurang


(17)

memadai, kurang adanya kepastian di hari depan. Sehingga dengan kondisi tersebut mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap pelanggaran korupsi. Sungguh menyedihkan bangsa ini dengan kondisi para birokrat yang berperilaku untuk kepentingan pribadi atau kelompok.

C. SIMPULAN

Sudah semestinya hukuman mati diberlakukan dengan tegas, meskipun terdapat undang-undang yang mengatur Peraturan Terhadap Hukuman Mati para Koruptor. Akan tetapi masih banyak para birokrat yang melakukan pelanggaran terhadap korupsi. Hal ini disebabkan lemahnya hukum di Indonesia, hanya bisa membuat peraturan guna untuk meningkatkan kedisiplinan akan tetapi enggan dalam melakukan sanksi yang telah dibuat. Hukuman mati yang hanya berlaku jika negara dalam keadaan krisis bagi penulis adalah sudah ketinggalan zaman, karena jika korupsi hanya diberikan sanksi berupa denda, penjara, bahkan menjadikan koruptor dengan semiskinnya (seperti seluruh kekayaannya menjadi milik negara), menurut saya tidak akan memberikan efek jera bagi koruptor lainnya.

Indonesia harus mampu menjadi salah satu negara yang menjunjung tinggi hukum yang berlaku, karena Indonesia telah 50-an tahun memberantas korupsi tapi sampai saat ini masih banyak pelanggar korupsi. Polisi berkerjasama dengan KPK harus bisa memberantas korupsi hingga tuntas, sehingga mampu memberikan cerminan lembaga yang baik dihadapan publik dengan menuntaskan setiap pelanggaran korupsi. Bukan bertempur argumen untuk saling menjatuhkan demi kebenaran yang tak jelas adanya, bahkan menimbulkan keraguan terhadap pandangan masyarakat.

Semoga tindakan korupsi yang terjadi di Negara Indonesia dapat terselesaikan. Para koruptor dapat berkurang karena untuk menghilangkan sangat sulit, mungkin dengan meminimalir pelanggar korupsi sebagai alternatif yang harus diperhatikan. Kesejahteraan masyarakat akan lebih meningkat jika para aparaturnya baik dalam pelayanan dan bebas dari KKN. Impian bangsa akan terwujud jika manusia dalam bangsa tersebut mempunyai nilai moral yang baik terhadap sesama baik secara horizontal maupun vertikal. Amiin

D. REFERENSI

 Kwik Kian Gie. 2006. Pikiran yang Terkorupsi. Jakarta: PT Kompas Media Nusantara

 KPK. 2007. Menyalakan Lilin di Tengah Kegelapan. Jakarta: Spora Communications


(18)

TUGAS 4

(PAPER TENTANG

PUBLIC


(19)

PENTINGNYA TRANSPARANSI TERHADAP

KEPERCAYAAN MASYARAKAT

A. PENDAHULUAN

Sehubungan beberapa minggu yang telah lalu masyarakat kembali mendengar pemberitaan terkait dengan permasalahan yang terjadi di DKI Jakarta antara Ahok dan DPRD RI, dengan dugaan penyeludupan anggaran sebesar Rp 12,1 triliun. Meskipun masyarakat tidak mengetahui dengan jelas permasalahan yang terjadi. Namun sebagian masyarakat tentunya mempunyai pandangan yang berbeda, salah satunya bahwa masih banyak aparatur maupun pejabat negara yang berusaha untuk menjadi koruptor di negaranya sendiri dengan menggunakan kesempatan terhadap wewenang yang dimilikinya. Jika Ahok tidak tegas terhadap pemasalahan tersebut, mungkin masyarakat tidak akan pernah mengetahui permasalahan yang sebenarnya. Anggaran yang seharusnya digunakan untuk kepentingan masyarakat disalah gunakan. Bahkan anggaran yang ajukan dari pihak DPRD tidak sesuai dengan biaya yang semestinya sehingga Ahok menyebutnya sebagai dana siluman. Sampai saat ini permasalah tersebut belum terselesaikan bahkan oknum yang terkait dengan kasus tersebut masih belum ditangkap.

Masyarakat tentunya bingung karena tidak mengetahui dengan jelas permasalahan yang sebenarnya, bahkan sekolah-sekolah terkait dengan pengadaan UPS menyatakan bahwa mereka tidak ada permintaan UPS. Selain itu, sekolah yang tidak adanya pengajuan pengadaan UPS tapi diberikan dan secara tiba-tiba kemudian biaya yang sangat tinggi dari yang semestinya. Hal ini tentunya terdapat opsesi dari masyarakat sehingga rakyat semakin diresahkan masyarakat apalagi DPRD sebagai perwakilan dari rakyat pada kenyataannya terlibat dalam anggaran yang tujuannya seharusnya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat tetapi digunakan manfaatkan untuk mencari keuntungan pihak tertentu. Di khawatirkan tingkat kepercayaan masyarakat semakin berkurang terhadap pemerintahan di negara ini, terutama dalam hal kebijakan yang mengatas namakan kepentingan publik.

Ahok menolak memasukkan RAPBD 2015 yang diajukan DPRD RI Jakarta. Gubernur DKI Jakarta mengajukan anggaran sebesar Rp 73,08 triliun. Dari anggaran sebesar itu Ahok menilai ada dana yang diseludupkan sebesar Rp 12,1 triliun yang diusulkan DPRD DKI dan di gunakan untuk berbagai proyek yang dinilai tidak jelas manfaatnya. Di antaranya UPS, alat fitness, scanner dan printer.

http://Liputan6.com 14/3/2015, pukul 18.44 WIB. Ahok menilai oknum DPRD tak mungkin ‘main” sendiri. Sebab, yang bisa memasukkan anggaran ke dalam APBD hanya Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD). Selain itu, permainan anggaran ini tidak hanya berlaku pada tahun 2015, tetapi juga APBD pada tahun-tahun sebelumnya. Munculnya “dana siluman” diungkapkan Ahok saat menilai adanya ketidakwajaran dalam anggaran UPS. http://Liputan6.com 16/3/2015.Pukul 09.31 WIB. Sehingga Ahok mengeluarkan kebijakan untuk pengadaan E-Budgeting agar seluruh masyarakat bisa mengetahui alokasi anggaran negara maupun daerah.


(20)

B. PEMBAHASAN

Berdasarkan UU No. 32 Tahun 2004 terdapat perubahan dalam penetapan Perubahan APBD. Setelah disetujui bersama antara Pemda dan DPRD, RPAPBD harus di evaluasi oleh gubernur (Yuwono,dkk.2005;307).

Suatu pemerintahan memenuhi kriteria Good Governance, salah satunya adalah

transparancy artinya setiap proses pengambilan kebijakan publik dan pelaksanaan seluruh fungsi pemerintahan harus diimplementasikan dengan mengacu pada prinsip keterbukaan. Kemudahan akses terhadap informasi yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif mengenai penyelenggaraan pemerintahan oleh birokrasi daerah merupakan hak yang harus dijunjung tinggi. (Istianto,2011;91)

Budgeting merupakan konsep yang sangat dekat dalam membantu pelaksanaan fungsi perencanaan dan pengawasan. Cara dan mekanisme konsep budget meliputi; Perencanaan, stewardship, koordinasi, pengawasan, serta pelaporan (Harahap,1996;78-81).

Keberhasilan penyelenggaraan Otonomi Daerah tidak dapat dilepaskan dari cukup tidaknya kemampuan Daerah dalam bidang keuangan, karena sebagai indikator penting guna mengukur tingkat otonomi suatu Daerah (Kaho,2010;283).

Dari konsep tersebut menjelaskan bahwa penetapan dan perubahan RAPBD maupun APBD akan terlaksana jika adanya persetujuan dari Pemda (Gubernur). Kemudian anggaran tersebut harus di evaluasi kembali, jika gubernur menolak maka anggaran tersebut tidak akan dikeluarkan. Sehubungan dengan anggaran tersebut digunakan untuk kepentingan rakyat sebagaimana mestinya. Maka sudah seharusnya untuk di evaluasi agar anggaran tersebut tidak digunakan oknum-oknum tertentu untuk mengunakan kesempatan salah satunya sebagai tindakan korupsi. Dalam kebijakan ini tentunya masyarakat sebagai konsumen hanya bisa menerima tanpa mempunyai sebagian peranan dalam membuat suatu kebijakan yang ditetapkan pemerintah.

Untuk mengatisipasi terhadap peran masyarakat maupun pejabat pemerintah lainnya terhadap kebijakan Ahok untuk pengadaan E-Budgeting. Meskipun kebijakan tersebut cara lama dan gagal kemungkinan di sebabkan karena tidak di lakukan secara efektif dan efesien. Kemudian dengan kebijakan tersebut pula ternyata banyak oknum yang menolak pengadaan E-Budgeting dan keresahan pejabat terjadinya suatu permasalahan yang akan terjadi masa mendatang.

Bagi penulis perlu diterapkan agar masyarakat bisa mengetahui secara jelas anggaran yang dikeluarkan sehingga tidak disalahgunakan. Selain itu, setidaknya masyarakat bisa berpikir kritis dan tidak hanya mendengar suatu pemberitaan yang terdengar di media sosial maupun KPK. Kemudian dengan adanya E-Budgeting tentunya akan mempermudah suatu perencanaan maupun pengawasan baik dari oknum yang terlibat maupun penggunaan anggaran tersebut.

C. PENUTUP

SIMPULAN

Kebijakan Ahok terkait dengan dana siluman yang terhadap RAPBD 2015 perlu adanya apreasi dari masyarakat, terkait dengan konsep pemerintah yang baik

(Good Governance) serta masih peduli terhadap kepentingan masyarakat. Menurut Ahok, penyeludupan anggaran ini tidak hanya pada tahun 2015


(21)

melainkan tahun yang sebelumnya, Masyarakat sebagai pihak yang hanya mampu mendengar isu-isu dari media massa pun meyakini ada benarnya! Apalagi pejabat negara ini sebagian besar menjadi tersangka kasus korupsi.

Dengan adanya E-Budgeting merupakan cara yang jitu untuk mengantisipasi terjadinya penyeludupan anggaran, misalnya dalam hal mengatas namakan pembangunan. Meskipun sebagian anggota DPRD RI maupun pejabat pegawai lainnya kurang setuju dengan kebijakan ini dengan berbagai alasan. Akan tetapi bagi masyarakat kebijakan tersebut sangat diperlukan. Sehingga masyarakat bisa mengetahui dengan jelas dan tidak hanya menjadi pendengar dalam sebuah dongengan yang di ceritakan tanpa melihat secara jelas kejadian yang sesungguhnya. Maka ketika ada suatu kebijakan maka masyarakat juga bisa mengetahui dan tingkat kepercayaan masyarakat mengenai pemerintah tentu akan semakin meningkat.

SARAN

Transparansi terhadap suatu kebijakan pemerintah terkait dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat sangat perlu dilakukan guna meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah. Sebagaimana fenomena yang terjadi pada saat pemilu, masyarakat hanya beorientasi pada kepentingan financial bukan rasional. Mereka mengunakan hak suaranya dengan bayaran baik berupa uang maupun barang, serta janji-janji terutama masalah pembangunan. Ketika pejabat tersebut menang dalam pemilu tentunya masyarakat sudah mengetahui bahwa banyaknya biaya yang dikeluarkan pejabat untuk mendapatkan suara terbanyak, sehingga korupsi yang dilakukan pejabat merupakan hal yang wajar, begitulah anggapan masyarakat. Mereka selalu diberikan janji tanpa ada bukti. Pembangunan dari pemerintah hanya angan-angan saja, tanpa ada kepastian waktu dan besar biaya yang dikeluarkan.

Dalam negara yang demokratis sudah semestinya menerapkan keterbukaan dalam hal informasi (transparansi) kepada masyarakat. Ketika transparansi di terapkan maka tentunya mengharapkan adanya kepercayaan masyarakat terhadap suatu kebijakan pemerintah. Sistem informasi E-Budgeting sebagaimana yang diungkapkan Ahok merupakan alternatif yang harus diterapkan dengan baik, bukan uraian kata-kata tanpa makna dan implementasi yang baik. Semoga dengan ini masyarakat akan lebih mempercayai pemerintah dan mampu berpartisipasi dalam suatu kebijakan bukan berdasarkan kepentingan finansial.

D. REFERENSI

 Yuwono, Sony, dkk. 2005. Penganggaran Sektor Publik. Malang:Bayumedia Publishing

 Istianto, Bambang. 2011. Manajemen Pemerintahan. Jakarta: Mitra Wacana Media

 Kaho, Josef Riwu. 2010. Prospek Otonomi Daerah di Negara Republik Indonesia. Jakarta:Rajawali

 Harahap, Sofyan Syafri. 1996. Budgeting Peranggaran: Perencanaan lengkap untuk membantu manajemen. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada


(22)

TUGAS 5


(23)

KINERJA ORGANISASI

A. IDENTITAS DAN ISI BUKU

Judul Buku :

THE POETIC LOGIC OF ADMINISTRATION

“Styles and changes of style in the art of organizing”

Penulis : Kaj Sköldberg

Tahun : 2003

Penerbit : Taylor & Francis Grup

Hal. : 181--207

Resume:

1. EFISIENSI DAN EFEKTIVITAS

Beberapa ulama terkemuka telah menyatakan ketidaksabaran dengan sangat konsep "Efektivitas organisasi", mendesak para peneliti untuk mengalihkan perhatian mereka ke bidang yang lebih berguna. (Kanter dan Brinkerhoff 1981) Dalam presentasi populer, kinerja istilah yang paling sering digunakan dalam samar-samar, pengertian umum dari "melakukan sesuatu (baik)". Dalam bidang bisnis administrasi dan teori organisasi, kinerja adalah lebih tepat, tetapi juga konsep yang lebih bercabang. Konsep ini biasanya dibagi menjadi dua utama kompartemen efektivitas efficiencyand.

Hal ini biasanya dinyatakan dalam dua cara:

• Efisiensi adalah melakukan sesuatu dengan cara yang benar. • Efisiensi adalah rasio antara input dan output, dalam arti tertentu.

Kedua definisi / perbedaan konseptual bersatu, dalam memaksimalkan itu rasio keluaran-masukan berarti bahwa proses yang dilakukan dengan cara yang benar; di sisi lain, pencapaian tujuan berarti bahwa hal yang benar dilakukan. Cara yang paling menguntungkan yang digunakan untuk mencapai tujuan tertentu dan fokusnya adalah pada tujuan tertentu.

Efisiensi didefinisikan sebagai Sistem gol meskipun perbedaan klasik antara efisiensi dan Efektivitas terletak pada yang terakhir (bukan bekas) yang didefinisikan dalam hal pencapaian tujuan. Dan tidak diragukan lagi, maksimalisasi output-masukan Hubungan adalah alsoto dianggap sebagai (jenis tertentu) tujuan. "Melakukan hal yang benar", dengan demikian, seharusnya menjadi tugas bagi orang yang bermaksud untuk mengoptimalkan hubungan keluaran-masukan; sementara mereka yang fokus kegiatan perusahaan pada tujuan tertentu, misalnya untuk pertumbuhan, harus bertindak "dengan cara yang benar", yaitu, sesuai dengan tujuan di tangan.

2. BERBAGAI JENIS TUJUAN

Sejauh pertumbuhan sebagai tujuan. Tujuan ini bisa dianggap sebagai alat untuk bertahan hidup. Misi merupakan tujuan ideologis atau etika bagi organisasi. Efisiensi sebagai ideal operasi menganggap bahwa tujuan diselesaikan dan sumber daya utama dan metode untuk mencapai mereka yang tersedia. Kepemimpinan melampaui efisiensi; ketika menetapkan misi dasar organisasi dan ketika menciptakan organisme sosial yang mampumemenuhi misi tersebut.


(24)

• Tujuan Rasional. Berakhir: produktivitas, efisiensi. Berarti: perencanaan, tujuan pengaturan.

• Tujuan Human Relations. Berakhir: pengembangan sumber daya manusia. Artinya Adalah: kohesi, moral.

• Tujuan sistem terbuka. Berakhir: pertumbuhan, akuisisi sumber daya. Artinya Adalah: fleksibilitas, kesiapan.

• Tujuan sistem internal. Berakhir: stabilitas, kontrol. Berarti: Informasi manajemen dan komunikasi.

Berikut adalah semua jenis tujuan yang mungkin muncul dalam organisasi empat kiasan. Profitabilitas dan efisiensi termasuk gaya Tragis kinerja; pengembangan manajemen dan kesejahteraan karyawan untuk romantis; pertumbuhan, pangsa pasar, diversifikasi, stabilitas keuangan, dan sumber daya konservasi Comic, gaya harmonik; sementara tanggung jawab sosial, bersama dengan produk kualitas dan pelayanan, berfungsi sebagai ramah lingkungan, menyindir kontra-gambar untuk tujuan profitabilitas, pengembangan manajemen, dan pertumbuhan.

3. UKURAN KINERJA

Kinerja organisasi telah ditafsirkan sebagai tingkat achievement. Dalam kasus kinerja input, ini menyangkut ukuran profitabilitas. Tindakan semacam ini memiliki secara ekstensif dibangun dan dibahas dalam literatur, dan kita tidak bisa masuk ke mereka secara rinci di sini. Namun demikian, beberapa poin dapat dibuat. Pertama, masalah validitas yang cukup besar yang membuatnya bijaksana untuk peneliti untuk mempekerjakan beberapa melengkapi langkah-langkah.

Kedua, kita harus memutuskan apakah itu adalah pertanyaan dari (a) jangka pendek atau jangka panjang profitabilitas, (b) memaksimalkan keuntungan atau laba satisficing. Kemudian, di bawah (a) harus dijelaskan apa yang dimaksud dengan "panjang" dan "pendek" jangka; pengingat di konteks ini adalah bahwa apa yang jangka panjang untuk, katakanlah, sebuah biro iklan atau perusahaan komputer mungkin jangka pendek untuk pabrik baja, misalnya; waktu perspektif bervariasi baik antara sektor industri dan perusahaan-perusahaan individu.

Di bawah (b) perlu untuk mengklarifikasi apakah perusahaan tersebut akan dianggap sebagai keuntungan maximizer klasik dalam tradisi ekonomi, selalu berusaha untuk keuntungan sebesar mungkin, atau jika hanya bertujuan untuk mencapai tingkat yang memuaskan.

Tiga dimensi lain, agar nilai jelas, adalah: perencanaan, keandalan, dan inisiatif. Perencanaan diperlukan untuk fokus pada tujuan; reliabilitas diperlukan untuk tujuan yang harus dicapai tanpa pengawasan konstan dan kontrol; memulai ide-ide baru dan cara-cara baru bertindak, akhirnya, adalah diperlukan untuk dana variasi, tanpa ada tujuan dapat dicapai dalam lingkungan berubah.

Dua metode pengukuran - sesuai dengan tujuan akhir dan midrange Kriteria yang telah kita ambil di sini dapat digunakan sebagai alternatif; jika seseorang ingin memperkuat validitas, mereka juga dapat digunakan sebagai pelengkap.

4. PUISI KINERJA

Untuk meringkas: kita dapat menyatakan bahwa kinerja adalah sebuah konsep dengan banyak konsekuensi; tetapi dapat dimanfaatkan, disediakan satu yakin mana yang cabang untuk diduduki dan kemudian tidak memungkinkan ini akan


(25)

digergaji. Hal ini dapat dengan mudah terjadi jika definisi teoritis bingung dengan metode pengukuran, sesuatu yang telah menyebabkan kebingungan konseptual utama di daerah, seperti dalam kasus ketidakpastian organisasi.

Kinerja secara umum dapat didefinisikan sebagai tingkat pencapaian tujuan. Secara tradisional, salah satu komponen tertentu telah terisolasi, yang kita memiliki kinerja masukan di sini disebut (efisiensi). Dalam kasus perusahaan itu dapat diukur dengan ukuran profitabilitas, tetapi masalah penafsiran yang ini melibatkan harus terus diingat. Hal ini, bagaimanapun, yang paling penting untuk diingat profitabilitas yang bukan satu-satunya, dan sering tidak bahkan kriteria yang paling penting kinerja, atau kesuksesan. Tujuan tambahan kinerja outlook juga harus dipertimbangkan; jika tidak, ada risiko berakhir separah off sebagai industri otomotif Amerika lakukan, terpaku dengan biaya jangka pendek efisiensi. Sistem tujuan, seperti kelangsungan hidup dan pertumbuhan, tetapi juga memungkinkan tujuan ideologis / etika, yaitu "misi" perusahaan, harus ditimbang dengan profitabilitas. Untuk ini juga harus menambah gol sumber daya manusia, misalnya orang-orang yang Steers disebut dalam daftar akhir dari bagian sebelumnya: kepuasan kerja, tidak adanya strain, pengembangan, retensi karyawan dan komunikasi terbuka.

Ada dua bentuk dasar kinerja: kinerja input dan kinerja outlook. Kinerja masukan rekening-diatur, dikejar oleh yang dimaksud meremehkan oleh Iacocca sebagai "counter kacang", mencerminkan gaya Metonymic pemikiran, dengan preferensi untuk partisi realitas dalam kompartemen tertutup rapat. Tapi di luar ini, ada juga (outlook) kinerja menurut pribadi, sistem, dan misionaris gol. Berdasarkan dengan kiasan utama lainnya: Metafora, Synecdoche, dan Ironi. Akibatnya, sekarang memiliki empat tipe dasar melakukan Ance (bukan lagi dua) yang, seperti yang terjadi dengan organisasi, sesuai dengan kategori tropological mendasar. Misionaris dan pribadi tujuan yang hilang pada kesempatan, dan beberapa variabel disebut mungkin sulit untuk menempatkan tropologically. Namun, yang gambaran keseluruhan jelas: gaya yang berbeda dari kinerja jatuh ke tempatnya dalam empat kiasan.

Kinerja organisasi sebagaimana yang kita telah melihat, berbeda dengan organisasi itu sendiri, secara umum didefinisikan dalam kuantitatif dan juga diukur, meskipun pengukuran adalah dibebani dengan berbagai tingkat kesulitan. Oleh karena itu, penyelidikan kinerja organisasi secara definisi belaka kurang lebih kuantitatif dalam karakter: lebih dalam hal kinerja input, kurang dalam hal kinerja outlook. Dengan demikian, metode dari semua jenis diserap oleh Saintisme. Dominan scientistic ini membantu menjelaskan dominasi kinerja masukan, karena jenis ini adalah yang paling mudah dan paling kontroversial mengukur.

Kinerja masukan (efisiensi) pada dasarnya adalah kinerja biaya.Gaya dari pikiran adalah Metonymic sikap akuntansi analitis terhadap realitas. Metode yang paling scientistic semua dalam pengurangan atas segalanya untuk unit diukur tepat terukur dan kriteria profitabilitas. Modenya presentasi Tragis, dan dapat diilustrasikan terutama dengan jelas oleh rasionalisasi, yang memimpin organisasi tersebut, menyusul krisis kinerja akibat yang tidak masuk akal, untuk tanah yang


(26)

dijanjikan hukum profitabilitas. Genre dapat terbaik diklasifikasikan sebagai kemenangan dengan unsur fatalistik.

Kinerja pribadi berpendapat bahwa individu dan persepsi mereka tentang pekerjaan yang berarti adalah aspek sentral dari organisasi. Gambar dasar adalah manusia individu yang - melalui Manajemen Sumber Daya Manusia dan teknik yang mirip - akan dibawa romantis untuk menemukan kembali atau dia mythically hilang tapi diri sejati. Plot berfokus pada pencarian ini sendiri, bukan dari persiapan untuk itu atau konsolidasi tersebut; sesuatu yang menandai Romantis biasa tidak seperti genre Romantic lainnya.

Gaya keseluruhan pikiran didominasi oleh makna batin, sehingga metafora. Namun, ada invasi Tragis dan Metonymic berkelanjutan wilayah ini. "Kinerja Manajemen ", filosofi kurang lebih Tayloristic dan mengatur teknik, dan tren terbaru dalam penilaian kinerja, memiliki selama 1990-an menjadi bagian dari Manajemen Sumber Daya Manusia di kedua organisasi swasta dan publik. Saat melawan perkembangan ini, selalu mungkin untuk berdebat untuk lebih benar-benar romantis Manajemen Sumber Daya Manusia, misalnya sebagai "Ramah keluarga" filosofi dan praktek.

Kinerja sistem menempatkan bagian Synecdochically dalam kaitannya denganutuh. Modus presentasi adalah bahwa Comedy Disfungsi harus dihilangkan dan eufunctions dipromosikan untuk kepentingan abadi sistem -umum harmoni dan rekonsiliasi, yang menemukan ekspresi dalam sistem kelangsungan hidup dan / atau pertumbuhan. Kedua jenis fungsi sesuai dengan memblokir dan membantu karakter masing-masing. Yang pertama, di sini disfungsi, akun, seperti biasa, untuk sebagian besar Komik dari bermain. Genre adalah arcadian Komedi, di mana penekanannya adalah tidak begitu banyak tentang perbedaan antara dua negara, asli, kekurangan dan satu diinginkan, seperti pada harmonis kelanjutan atau perluasan yang sudah mapan, negara yang diinginkan.

Kinerja misionaris merupakan kontras Ironis ke yang lain gaya kinerja. Kepala eksponen gaya misionaris adalah pengusaha (atau intrapreneur). Dalam hati, / nya penglihatannya menembus organisasi sebagai media irasional. Dari luar, pengusaha konsisten menarik ejekan dari lingkungan, seperti aneh manusia-out, atau menyimpang. Ide rewel seperti, di atas semua novelideas tersebut, setelah semua hanya bahan tertawaan. Dengan demikian pemain misionaris memegang cermin lucu menyindir ke kebijaksanaan dan sententiousness konvensional; genre, akibatnya, adalah pemurah. Setiap jenis kinerja yang diserap oleh Saintisme, tetapi dalam organisasi pendekatan, keempat metode muncul. Hal ini dapat dijelaskan dengan mengacu sifat dasarnya kuantitatif kinerja sebagai sebuah konsep, membuat pengukuran-orientasi metode alami.

Sebuah penggambaran otobiografi menarik tentang bagaimana keseimbangan antara jenis tujuan dapat diperoleh pada kenyataannya disediakan oleh Iacocca (dikutip di atas). Dia telah datang dengan cara yang sulit di Ford, akhirnya mencapai puncak sebagai Presiden sangat sukses korporasi. Dengan demikian, dia tumbuh terlalu kuat untuk pemilik, dan setelah periode pelecehan itu ringkasnya dipecat. Daripada pensiun dari kehidupan bisnis dan budidaya kebunnya mawar ia menerima jabatan presiden Chrysler, perusahaan kemudian pada ambang


(27)

kebangkrutan. Dia berhasil mengubah tren, dan dielu-elukan sebagai pahlawan nasional dari kehidupan bisnis.

Dalam bukunya Iacocca mengarahkan beberapa antipeluru berat di "counter bean" Ford, terpaku pada akuntansi biaya sempit dengan mengorbankan tujuan sistem seperti pemasaran. Tapi dia juga mengkritik mengabaikan Henry Ford keterampilan personil pembangunan dan kurangnya tujuan sumber daya manusia. Selama hari-hari awal di kinerja biaya Chrysler adalah pusat perhatian, namun, karena ini adalah titik lemah. Selama terburuk dari Organizational dan kiasan. Dengan demikian, menghubungkan kembali ke pendahuluan bab ini, menjadi jelas bahwa klaim bahwa tidak ada "nyata" perbedaan antara organisasi pendekatan (karena semua secara fundamental dirancang untuk meningkatkan kinerja) bisa merujuk ke salah satu dari tiga hal berikut. (Seringkali, ada pergeseran antara tiga interpretasi bawah, sehingga jika salah satu disangkal, salah satu lain disajikan, dll)

Pertama, artinya bisa seperti itu perusahaan dari operasi dirancang untuk membuatnya "berfungsi lebih baik" dalam arti seluas mungkin. Kemudian kita ke arti sepele kinerja, yang disinggung awalnya. Pada Tanggal rekening ketidakjelasan mengucapkan nya, sulit untuk mendiskusikan, dan ketat (meskipun agak drastis) berbicara, itu hanya berjumlah pernyataan bahwa perusahaan (secara umum) tidak dipimpin oleh masokis: siapa yang tidak ingin mereka organisasi untuk berfungsi lebih baik?

Kedua, makna dapat bahwa bentuk dan prosedur organisasi yang "Benar-benar" dirancang untuk memaksimalkan kinerja input, efisiensi. Maka pernyataan tersebut secara empiris palsu, karena tidak semua cara pengorganisasian, seperti yang kita telah dilihat, bertujuan kinerja input (bahkan tidak langsung). Ini adalah fakta empiris bahwa banyak perusahaan (terutama mereka yang di bawah manajerial sebagai lawan kontrol pemilik) melakukan notaim di memaksimalkan keuntungan, baik dalam jangka pendek atau panjang jangka; sebaliknya, profitabilitas memainkan peran kendala yang, ketika puas, menyisakan ruang untuk tujuan-tujuan lain seperti keamanan, kontrol dan pertumbuhan. Ada sejumlah besar perusahaan (terutama kecil dan mediumsized) yang telah baik misi mereka (jenis kewirausahaan) atau stabilitas sebagai tujuan utama, dan sama sekali tidak berniat meningkatkan keuntungan dengan harga apapun, di atas tingkat minimum yang dapat diterima tertentu.

Penafsiran ketiga adalah bahwa cara-cara non-Metonymic berfungsi di Pertanyaan yang "benar-benar" untuk mencapai tujuan dalam kinerja outlook. Tapi kemudian, seperti yang kita lihat, kita hanya mengatakan bahwa ini cara berfungsi bertujuan untuk mencapai tujuan-tujuan mereka sendiri, kelangsungan hidup, pertumbuhan, dan lain-lain - yang tak cukup bisa tidak setuju dengan. Proposisi sebenarnya yg ulangannya tdk berguna. Dengan demikian, kesimpulan kami adalah bahwa klaim bahwa semua organisasi adalah "benar-benar" hanya untuk meningkatkan kinerja, tergantung pada interpretasi, terbukti baik sepele, secara empiris tidak benar, atau yg ulangannya tdk berguna. Seperti organisasi sendiri, konsepsi mereka kinerja prefigured oleh empat kiasan utama dan tidak dapat direduksi menjadi salah satu dari ini. Bahkan, kebijakan kinerja yang baik akan muncul menyerupai satu didukung oleh Iacocca - bermain selama semua


(28)

empat gaya, membuat salah satu dari mereka mendominasi pada satu waktu, meskipun tidak dengan mengesampingkan yang lain. Selalu ada risiko gaya kinerja tertentu akan terlalu jauh ke arah sendiri, jika hanya dengan alasan bahwa "apa yang telah bekerja sebelumnya juga harus bekerja di masa depan ".

Menelusuri kembali ke pusat "semanggi", organisasi dapat kemudian mempersiapkan transisi dari sana ke modus berikutnya presentasi yang akan akan mendominasi - mana, hanya keadaan dan phronesis manajerial, istilah Aristoteles untuk kebijaksanaan praktis, dapat memberitahu. Dengan cara ini, modus kinerja akan menyerupai panggung bergulir, di mana salah satu adegan utama pada suatu waktu yang berpaling ke arah penonton.

Apa yang dikemukakan di sini agak lebih fleksibel, prinsip berurutan "gaya kinerja pelengkap", bolak antara bahkan antara periode transformasi radikal, menurut nasib organisasi. Namun, mungkin ada Cara menengah antara dua kebijakan ini: menjaga secara umum untuk mendominasi sebuah, diprioritaskan gaya kinerja (atau gaya), tetapi memungkinkan jenis sekunder untuk datang di saat terutama menyerukan. Apa gaya kinerja diprioritaskan tergantung, tentu saja, pada strategi yang dipilih oleh organisasi, dan banyak lagi tepatnya jenis tujuan, jika ada, yang ditempatkan di garis terdepan. (Mei ini terdengar seperti tautologi, tetapi tidak, sejak mendirikan kebijakan tertentu adalah salah satu hal dan menempatkan gaya kinerja tertentu untuk kerja praktek adalah hal lain; di khususnya, yang pertama tidak secara otomatis menyebabkan kedua, sehingga mereka mungkin sangat baik bertentangan satu sama lain.)

Tapi, untuk mengulangi, semacam operasi berurutan atas bidang gaya kinerja yang berbeda dianjurkan dari sudut pandang tropological dari Tampilan. Organisasi harus juga umumnya tidak menaruh semua telur dalam yang sama keranjang, tetapi harus ingat untuk mengawasi pada waktu tertentu pada gaya kinerja nonprioritized juga. Tentu saja, dalam kasus yang jarang terjadi ketika Situasi benar-benar putus asa itu tergoda untuk melepaskan kedua sama sekali; tapi seperti yang kita lihat dalam bab ini, manajer yang sukses berusaha untuk menjaga kebebasan puitis mereka bahkan dalam kesulitan yang sangat mengerikan.

B. TANGGAPAN DARI HASIL RESUME

Efektivitas merupakan keberhasilan dalam melaksanakan kegiatan dengan mencapai hasil akhir (tujaun) sebagaimana yang ditetapkan. Sedangkan, efesiensi merupakan keberhasilan menghemat penggunaan sumber-sumber daya dalam rangka pencapaian tujuan. Efektif dan sekaligus efesien adalah yang paling baik dan yang paling dikehendaki. Efektif tapi kurang efesien termasuk dalam kategori berhasil, tetapi masih kurang memuaskan. Sebaliknya, efesien saja tetapi tidak efektif bisa berarti tidak berhasil. Jadi efektif dan efektivitas merupakan ukuran penilaian yang justru lebih utama, karena berarti mencapai hasil sesuai tujuan yang ditetapkan. Sedangkan efisien dan efisiensi, walau memang sangat diharapkan, tetapi merupakan ukuran penilaian penunjang atau prioritas kedua. (Rudy,2005;37)

Organisasi yang baik adalah organisasi yang dipimpin dengan cara-cara demokratis. Sifat keterbukaan organisasi yang demokratis dimanifestasikan terutama oleh hubungan kerja yang informal, tanpa melupakan segi formal dari


(29)

hubungan kerja itu. Serta membedakan manusia dengan unsur non manusia lainnya dalam organisasi, karena manusia dalam bertindak berdasarkan motif, tabiat, serta keinginan yang berbeda pula. (Rudy,2005;52/55)

Pusatkan perhatian tujuan pada “tujuan yang benar” dari setiap sumber daya utama perusahaan. Tujuannya untuk memperbaiki ukuran kinerja dalam penggunaan setiap sumber daya perusahaan maupun untuk meningkatkan mutu dengan mengubah tingkah laku setiap orang. (Johnson,2001:36). Sistem pengendalian dalam suatu organisasi berinteraksi dengan sikap pegawai dan dengan faktor situasi untuk menghasilkan motivasi spesifik bagi setiap pegawai pada saat tertentu. (Newstrom, 1985;26)

Perilaku manusia hakekatnya adalah berorientasi pada tujuan dengan kata lain bahwa perilaku seseorang itu pada umumnya dirangsang oleh keinginan untuk mencapai beberapa tujuan. (Thoha, 2011;206)

Dari konsep tersebut menjelaskan bahwa dalam kinerja organisasi sangat membutuhkan efektivitas dan efesiensi. Sehingga tujuan organisasi dapat tercapai sesuai dengan perencanaan yang telah dikehendaki. Efektivitas dan efesiensi merupakan satuan mata rantai dalam kinerja organisasi yang saling berhubungan maka tidak dapat dipisahkan. Ketika salah satunya tidak dimiliki dalam organisasi maka hasil yang akan di dapatkan kurang memuaskan bahwa gagal dalam pencapaian tujuan. Selain memperhatikan efektivitas dan efesiensi, pemimpin organisasi juga harus demokratis dalam rangka perkembangan organisasi ke arah yang lebih baik. Seorang pemimpin organisasi diharapkan tidak mengikuti kehendak emosional pribadinya saja akan tetapi mampu pula dalam mengdengar keluhan dari bawahannya. Sehingga kemampuan yang dimiliki bawahannya dapat dimanfaatkan untuk pencapaian tujuan organisasi.

Dengan adanya sifat keterbukaan dalam kinerja organisasi tentunya kita bisa mengetahui ide-ide maupun inisiatif yang dimiliki dari pihak bawahan. Sehingga dengan banyaknya ide tersebut dapat dimanfaatkan dalam pelaksanakan kinerja yang lebih baik sehingga mampu pula dalam mewujudkan tujuan dengan benar. Hal yang paling penting adalah bagaimana suatu organisasi memanfaatkan sumber daya dengan baik, maka suatu pekerjaan bukan keberhasilan juga kepuasan dengan orientasinya pada efektivitas dan efesiensi.

Dalam pencapaian tujuan suatu organisasi hendaknya perlu adanya ukuran kinerja agar bisa memanfaatkan sumber daya yang dimiliki dalam organisasi, serta kekurangan yang dimiliki dapat di ketahui untuk menghindari terjadinya kegagalan dalam pencapaian suatu kinerja organisasi. Perbaikan dalam kinerja sangat perlu dilakukan dalam rangka meningkatkan mutu suatu organisasi agar apa yang dilakukan berhasil guna. Manfaat yang di dapatkan bukan hanya peningkatan mutu organisasi melainkan para pelaku dalam organisasi juga meningkat sumber daya sehingga mampu bekerja dengan baik.

Suatu organisasi akan memberikan kesan yang lebih baik jika adanya interaksi baik secara vertikal (pimpian-bawahan) maupun horizontal (antar bawahan). Kemudian perlu pula meningkatkan motivasi dalam bekerja, seperti menaikan pangkat/jabatan maupun hadiah berupa kenaikan gaji bagi para bawahan yang bisa bekerja dengan baik dan disiplin dalam bekerja. Hal ini perlu di lakukan guna


(30)

kinerja mereka dalam organisasi dapat terlaksana sehingga tenaga dan pikiran yang mereka keluarkan tidak hanya bermanfaat untuk organisasi tetapi pada dirinya.

C. SIMPULAN

Dalam bab ini sangat banyak hal yang bisa didapatkan terutama dari pemahaman dari Efektivitas maupun efesiensi, yaitu: Efektivitas adalah melakukan sesuatu dengan cara yang benar. Efisiensi sebagai ideal operasi menganggap bahwa tujuan diselesaikan dan sumber daya utama dan metode untuk mencapai mereka yang tersedia. Pembelajaran lainnya mengenai jenis-jenis dari tujuan kinerja, yaitu: Tujuan Rasional, Tujuan Human Relations, Tujuan sistem terbuka, serta Tujuan sistem internal. Ukuran kinerja meliputi masalah validitas yang cukup besar yang membuatnya bijaksana dan memutuskan pertanyaan dari jangka pendek atau jangka panjang profitabilitas dan memaksimalkan keuntungan. Konsep puisi kinerja adalah sebuah konsep dengan banyak konsekuensi; tetapi dapat dimanfaatkan. Kinerja secara umum dapat didefinisikan sebagai tingkat pencapaian tujuan.

Dari beberapa penjelasan tersebut bahwa dalam kinerja organisasi pada dasarnya dalam rangka pencapaian tujuan dari organisasi. Tujuan terebut berorientasi pada peningkatan efektivitas dan efesiensi dengan memperhatikan ukuran kinerja yang dimiliki dari organisasi tersebut. Kemudian mengelola bagaimana organisasi dapat berhasil guna dan bermanfaat yang tidak hanya pada organisasi itu sendiri melainkan pada bawahan dan lingkungan sekitarnya.

Pada kinerja organisasi perlu diperhatikan pula dalam pemanfaatan sumber daya yang terdapat dalam organisasi sebagai penunjang kelancaran dalam melaksanakan tugas yang menjadi prioritas yang harus dijalani organisasi. Kemudian sebagai pemimpin juga perlu bersifat demokratis terhadap bawahannya dalam rangka meningkatkan motivasi dan solidaritas terhadap organisasi.

Dalam pencapaian tujuan organisasi alternatif yang paling utama dengan meningkatkan kinerja organisasi secara efektif dan efesien. Hal ini dapat perlu dipahami semua pihak dalam organisasi agar mereka mampu bekerja dengan baik dan tujuan yang diinginkan tepat pada sasaran yang hendak dicapai. Organisasi bisa berjalan dengan baik pula jika dalam pelaksanaannya mengikuti peraturan maupun prosedur yang telah ditetapkan pada organisasi. Kemudian jika ada yang melanggar harus diberikan sanksi seperti penurunan jabatan, dan jika mereka bekerja dengan baik maka diberikan hadiah baik berupa kenaikan pangkat/jabatan maupun gaji.

D. REFERENSI

 Rudy, Teuku May. 2005. Komunikasi & Humas Internasional. Bandung: PT Refika Aditama

 Johnson, C. Ray. 2001. LOGIKA CEO: Berpikir dan Bertindak seperti Chif Executive Officer. Jakarta: Erlangga

 Newstrom, John W & Keith Davis. 1985. Perilaku dalam Organisasi.

Jakarta: Erlangga

 Thoha, Miftah. 2011. Perilaku Organisasi: Konsep Dasar dan


(1)

digergaji. Hal ini dapat dengan mudah terjadi jika definisi teoritis bingung dengan metode pengukuran, sesuatu yang telah menyebabkan kebingungan konseptual utama di daerah, seperti dalam kasus ketidakpastian organisasi.

Kinerja secara umum dapat didefinisikan sebagai tingkat pencapaian tujuan. Secara tradisional, salah satu komponen tertentu telah terisolasi, yang kita memiliki kinerja masukan di sini disebut (efisiensi). Dalam kasus perusahaan itu dapat diukur dengan ukuran profitabilitas, tetapi masalah penafsiran yang ini melibatkan harus terus diingat. Hal ini, bagaimanapun, yang paling penting untuk diingat profitabilitas yang bukan satu-satunya, dan sering tidak bahkan kriteria yang paling penting kinerja, atau kesuksesan. Tujuan tambahan kinerja outlook juga harus dipertimbangkan; jika tidak, ada risiko berakhir separah off sebagai industri otomotif Amerika lakukan, terpaku dengan biaya jangka pendek efisiensi. Sistem tujuan, seperti kelangsungan hidup dan pertumbuhan, tetapi juga memungkinkan tujuan ideologis / etika, yaitu "misi" perusahaan, harus ditimbang dengan profitabilitas. Untuk ini juga harus menambah gol sumber daya manusia, misalnya orang-orang yang Steers disebut dalam daftar akhir dari bagian sebelumnya: kepuasan kerja, tidak adanya strain, pengembangan, retensi karyawan dan komunikasi terbuka.

Ada dua bentuk dasar kinerja: kinerja input dan kinerja outlook. Kinerja masukan rekening-diatur, dikejar oleh yang dimaksud meremehkan oleh Iacocca sebagai "counter kacang", mencerminkan gaya Metonymic pemikiran, dengan preferensi untuk partisi realitas dalam kompartemen tertutup rapat. Tapi di luar ini, ada juga (outlook) kinerja menurut pribadi, sistem, dan misionaris gol. Berdasarkan dengan kiasan utama lainnya: Metafora, Synecdoche, dan Ironi. Akibatnya, sekarang memiliki empat tipe dasar melakukan Ance (bukan lagi dua) yang, seperti yang terjadi dengan organisasi, sesuai dengan kategori tropological mendasar. Misionaris dan pribadi tujuan yang hilang pada kesempatan, dan beberapa variabel disebut mungkin sulit untuk menempatkan tropologically. Namun, yang gambaran keseluruhan jelas: gaya yang berbeda dari kinerja jatuh ke tempatnya dalam empat kiasan.

Kinerja organisasi sebagaimana yang kita telah melihat, berbeda dengan organisasi itu sendiri, secara umum didefinisikan dalam kuantitatif dan juga diukur, meskipun pengukuran adalah dibebani dengan berbagai tingkat kesulitan. Oleh karena itu, penyelidikan kinerja organisasi secara definisi belaka kurang lebih kuantitatif dalam karakter: lebih dalam hal kinerja input, kurang dalam hal kinerja outlook. Dengan demikian, metode dari semua jenis diserap oleh Saintisme. Dominan scientistic ini membantu menjelaskan dominasi kinerja masukan, karena jenis ini adalah yang paling mudah dan paling kontroversial mengukur.

Kinerja masukan (efisiensi) pada dasarnya adalah kinerja biaya.Gaya dari pikiran adalah Metonymic sikap akuntansi analitis terhadap realitas. Metode yang paling scientistic semua dalam pengurangan atas segalanya untuk unit diukur tepat terukur dan kriteria profitabilitas. Modenya presentasi Tragis, dan dapat diilustrasikan terutama dengan jelas oleh rasionalisasi, yang memimpin organisasi tersebut, menyusul krisis kinerja akibat yang tidak masuk akal, untuk tanah yang


(2)

dijanjikan hukum profitabilitas. Genre dapat terbaik diklasifikasikan sebagai kemenangan dengan unsur fatalistik.

Kinerja pribadi berpendapat bahwa individu dan persepsi mereka tentang pekerjaan yang berarti adalah aspek sentral dari organisasi. Gambar dasar adalah manusia individu yang - melalui Manajemen Sumber Daya Manusia dan teknik yang mirip - akan dibawa romantis untuk menemukan kembali atau dia mythically hilang tapi diri sejati. Plot berfokus pada pencarian ini sendiri, bukan dari persiapan untuk itu atau konsolidasi tersebut; sesuatu yang menandai Romantis biasa tidak seperti genre Romantic lainnya.

Gaya keseluruhan pikiran didominasi oleh makna batin, sehingga metafora. Namun, ada invasi Tragis dan Metonymic berkelanjutan wilayah ini. "Kinerja Manajemen ", filosofi kurang lebih Tayloristic dan mengatur teknik, dan tren terbaru dalam penilaian kinerja, memiliki selama 1990-an menjadi bagian dari Manajemen Sumber Daya Manusia di kedua organisasi swasta dan publik. Saat melawan perkembangan ini, selalu mungkin untuk berdebat untuk lebih benar-benar romantis Manajemen Sumber Daya Manusia, misalnya sebagai "Ramah keluarga" filosofi dan praktek.

Kinerja sistem menempatkan bagian Synecdochically dalam kaitannya denganutuh. Modus presentasi adalah bahwa Comedy Disfungsi harus dihilangkan dan eufunctions dipromosikan untuk kepentingan abadi sistem -umum harmoni dan rekonsiliasi, yang menemukan ekspresi dalam sistem kelangsungan hidup dan / atau pertumbuhan. Kedua jenis fungsi sesuai dengan memblokir dan membantu karakter masing-masing. Yang pertama, di sini disfungsi, akun, seperti biasa, untuk sebagian besar Komik dari bermain. Genre adalah arcadian Komedi, di mana penekanannya adalah tidak begitu banyak tentang perbedaan antara dua negara, asli, kekurangan dan satu diinginkan, seperti pada harmonis kelanjutan atau perluasan yang sudah mapan, negara yang diinginkan.

Kinerja misionaris merupakan kontras Ironis ke yang lain gaya kinerja. Kepala eksponen gaya misionaris adalah pengusaha (atau intrapreneur). Dalam hati, / nya penglihatannya menembus organisasi sebagai media irasional. Dari luar, pengusaha konsisten menarik ejekan dari lingkungan, seperti aneh manusia-out, atau menyimpang. Ide rewel seperti, di atas semua novelideas tersebut, setelah semua hanya bahan tertawaan. Dengan demikian pemain misionaris memegang cermin lucu menyindir ke kebijaksanaan dan sententiousness konvensional; genre, akibatnya, adalah pemurah. Setiap jenis kinerja yang diserap oleh Saintisme, tetapi dalam organisasi pendekatan, keempat metode muncul. Hal ini dapat dijelaskan dengan mengacu sifat dasarnya kuantitatif kinerja sebagai sebuah konsep, membuat pengukuran-orientasi metode alami.

Sebuah penggambaran otobiografi menarik tentang bagaimana keseimbangan antara jenis tujuan dapat diperoleh pada kenyataannya disediakan oleh Iacocca (dikutip di atas). Dia telah datang dengan cara yang sulit di Ford, akhirnya mencapai puncak sebagai Presiden sangat sukses korporasi. Dengan demikian, dia tumbuh terlalu kuat untuk pemilik, dan setelah periode pelecehan itu ringkasnya dipecat. Daripada pensiun dari kehidupan bisnis dan budidaya kebunnya mawar ia menerima jabatan presiden Chrysler, perusahaan kemudian pada ambang


(3)

kebangkrutan. Dia berhasil mengubah tren, dan dielu-elukan sebagai pahlawan nasional dari kehidupan bisnis.

Dalam bukunya Iacocca mengarahkan beberapa antipeluru berat di "counter bean" Ford, terpaku pada akuntansi biaya sempit dengan mengorbankan tujuan sistem seperti pemasaran. Tapi dia juga mengkritik mengabaikan Henry Ford keterampilan personil pembangunan dan kurangnya tujuan sumber daya manusia. Selama hari-hari awal di kinerja biaya Chrysler adalah pusat perhatian, namun, karena ini adalah titik lemah. Selama terburuk dari Organizational dan kiasan. Dengan demikian, menghubungkan kembali ke pendahuluan bab ini, menjadi jelas bahwa klaim bahwa tidak ada "nyata" perbedaan antara organisasi pendekatan (karena semua secara fundamental dirancang untuk meningkatkan kinerja) bisa merujuk ke salah satu dari tiga hal berikut. (Seringkali, ada pergeseran antara tiga interpretasi bawah, sehingga jika salah satu disangkal, salah satu lain disajikan, dll)

Pertama, artinya bisa seperti itu perusahaan dari operasi dirancang untuk membuatnya "berfungsi lebih baik" dalam arti seluas mungkin. Kemudian kita ke arti sepele kinerja, yang disinggung awalnya. Pada Tanggal rekening ketidakjelasan mengucapkan nya, sulit untuk mendiskusikan, dan ketat (meskipun agak drastis) berbicara, itu hanya berjumlah pernyataan bahwa perusahaan (secara umum) tidak dipimpin oleh masokis: siapa yang tidak ingin mereka organisasi untuk berfungsi lebih baik?

Kedua, makna dapat bahwa bentuk dan prosedur organisasi yang "Benar-benar" dirancang untuk memaksimalkan kinerja input, efisiensi. Maka pernyataan tersebut secara empiris palsu, karena tidak semua cara pengorganisasian, seperti yang kita telah dilihat, bertujuan kinerja input (bahkan tidak langsung). Ini adalah fakta empiris bahwa banyak perusahaan (terutama mereka yang di bawah manajerial sebagai lawan kontrol pemilik) melakukan notaim di memaksimalkan keuntungan, baik dalam jangka pendek atau panjang jangka; sebaliknya, profitabilitas memainkan peran kendala yang, ketika puas, menyisakan ruang untuk tujuan-tujuan lain seperti keamanan, kontrol dan pertumbuhan. Ada sejumlah besar perusahaan (terutama kecil dan mediumsized) yang telah baik misi mereka (jenis kewirausahaan) atau stabilitas sebagai tujuan utama, dan sama sekali tidak berniat meningkatkan keuntungan dengan harga apapun, di atas tingkat minimum yang dapat diterima tertentu.

Penafsiran ketiga adalah bahwa cara-cara non-Metonymic berfungsi di Pertanyaan yang "benar-benar" untuk mencapai tujuan dalam kinerja outlook. Tapi kemudian, seperti yang kita lihat, kita hanya mengatakan bahwa ini cara berfungsi bertujuan untuk mencapai tujuan-tujuan mereka sendiri, kelangsungan hidup, pertumbuhan, dan lain-lain - yang tak cukup bisa tidak setuju dengan. Proposisi sebenarnya yg ulangannya tdk berguna. Dengan demikian, kesimpulan kami adalah bahwa klaim bahwa semua organisasi adalah "benar-benar" hanya untuk meningkatkan kinerja, tergantung pada interpretasi, terbukti baik sepele, secara empiris tidak benar, atau yg ulangannya tdk berguna. Seperti organisasi sendiri, konsepsi mereka kinerja prefigured oleh empat kiasan utama dan tidak dapat direduksi menjadi salah satu dari ini. Bahkan, kebijakan kinerja yang baik akan muncul menyerupai satu didukung oleh Iacocca - bermain selama semua


(4)

empat gaya, membuat salah satu dari mereka mendominasi pada satu waktu, meskipun tidak dengan mengesampingkan yang lain. Selalu ada risiko gaya kinerja tertentu akan terlalu jauh ke arah sendiri, jika hanya dengan alasan bahwa "apa yang telah bekerja sebelumnya juga harus bekerja di masa depan ".

Menelusuri kembali ke pusat "semanggi", organisasi dapat kemudian mempersiapkan transisi dari sana ke modus berikutnya presentasi yang akan akan mendominasi - mana, hanya keadaan dan phronesis manajerial, istilah Aristoteles untuk kebijaksanaan praktis, dapat memberitahu. Dengan cara ini, modus kinerja akan menyerupai panggung bergulir, di mana salah satu adegan utama pada suatu waktu yang berpaling ke arah penonton.

Apa yang dikemukakan di sini agak lebih fleksibel, prinsip berurutan "gaya kinerja pelengkap", bolak antara bahkan antara periode transformasi radikal, menurut nasib organisasi. Namun, mungkin ada Cara menengah antara dua kebijakan ini: menjaga secara umum untuk mendominasi sebuah, diprioritaskan gaya kinerja (atau gaya), tetapi memungkinkan jenis sekunder untuk datang di saat terutama menyerukan. Apa gaya kinerja diprioritaskan tergantung, tentu saja, pada strategi yang dipilih oleh organisasi, dan banyak lagi tepatnya jenis tujuan, jika ada, yang ditempatkan di garis terdepan. (Mei ini terdengar seperti tautologi, tetapi tidak, sejak mendirikan kebijakan tertentu adalah salah satu hal dan menempatkan gaya kinerja tertentu untuk kerja praktek adalah hal lain; di khususnya, yang pertama tidak secara otomatis menyebabkan kedua, sehingga mereka mungkin sangat baik bertentangan satu sama lain.)

Tapi, untuk mengulangi, semacam operasi berurutan atas bidang gaya kinerja yang berbeda dianjurkan dari sudut pandang tropological dari Tampilan. Organisasi harus juga umumnya tidak menaruh semua telur dalam yang sama keranjang, tetapi harus ingat untuk mengawasi pada waktu tertentu pada gaya kinerja nonprioritized juga. Tentu saja, dalam kasus yang jarang terjadi ketika Situasi benar-benar putus asa itu tergoda untuk melepaskan kedua sama sekali; tapi seperti yang kita lihat dalam bab ini, manajer yang sukses berusaha untuk menjaga kebebasan puitis mereka bahkan dalam kesulitan yang sangat mengerikan.

B. TANGGAPAN DARI HASIL RESUME

Efektivitas merupakan keberhasilan dalam melaksanakan kegiatan dengan mencapai hasil akhir (tujaun) sebagaimana yang ditetapkan. Sedangkan, efesiensi merupakan keberhasilan menghemat penggunaan sumber-sumber daya dalam rangka pencapaian tujuan. Efektif dan sekaligus efesien adalah yang paling baik dan yang paling dikehendaki. Efektif tapi kurang efesien termasuk dalam kategori berhasil, tetapi masih kurang memuaskan. Sebaliknya, efesien saja tetapi tidak efektif bisa berarti tidak berhasil. Jadi efektif dan efektivitas merupakan ukuran penilaian yang justru lebih utama, karena berarti mencapai hasil sesuai tujuan yang ditetapkan. Sedangkan efisien dan efisiensi, walau memang sangat diharapkan, tetapi merupakan ukuran penilaian penunjang atau prioritas kedua. (Rudy,2005;37)

Organisasi yang baik adalah organisasi yang dipimpin dengan cara-cara demokratis. Sifat keterbukaan organisasi yang demokratis dimanifestasikan terutama oleh hubungan kerja yang informal, tanpa melupakan segi formal dari


(5)

hubungan kerja itu. Serta membedakan manusia dengan unsur non manusia lainnya dalam organisasi, karena manusia dalam bertindak berdasarkan motif, tabiat, serta keinginan yang berbeda pula. (Rudy,2005;52/55)

Pusatkan perhatian tujuan pada “tujuan yang benar” dari setiap sumber daya utama perusahaan. Tujuannya untuk memperbaiki ukuran kinerja dalam penggunaan setiap sumber daya perusahaan maupun untuk meningkatkan mutu dengan mengubah tingkah laku setiap orang. (Johnson,2001:36). Sistem pengendalian dalam suatu organisasi berinteraksi dengan sikap pegawai dan dengan faktor situasi untuk menghasilkan motivasi spesifik bagi setiap pegawai pada saat tertentu. (Newstrom, 1985;26)

Perilaku manusia hakekatnya adalah berorientasi pada tujuan dengan kata lain bahwa perilaku seseorang itu pada umumnya dirangsang oleh keinginan untuk mencapai beberapa tujuan. (Thoha, 2011;206)

Dari konsep tersebut menjelaskan bahwa dalam kinerja organisasi sangat membutuhkan efektivitas dan efesiensi. Sehingga tujuan organisasi dapat tercapai sesuai dengan perencanaan yang telah dikehendaki. Efektivitas dan efesiensi merupakan satuan mata rantai dalam kinerja organisasi yang saling berhubungan maka tidak dapat dipisahkan. Ketika salah satunya tidak dimiliki dalam organisasi maka hasil yang akan di dapatkan kurang memuaskan bahwa gagal dalam pencapaian tujuan. Selain memperhatikan efektivitas dan efesiensi, pemimpin organisasi juga harus demokratis dalam rangka perkembangan organisasi ke arah yang lebih baik. Seorang pemimpin organisasi diharapkan tidak mengikuti kehendak emosional pribadinya saja akan tetapi mampu pula dalam mengdengar keluhan dari bawahannya. Sehingga kemampuan yang dimiliki bawahannya dapat dimanfaatkan untuk pencapaian tujuan organisasi.

Dengan adanya sifat keterbukaan dalam kinerja organisasi tentunya kita bisa mengetahui ide-ide maupun inisiatif yang dimiliki dari pihak bawahan. Sehingga dengan banyaknya ide tersebut dapat dimanfaatkan dalam pelaksanakan kinerja yang lebih baik sehingga mampu pula dalam mewujudkan tujuan dengan benar. Hal yang paling penting adalah bagaimana suatu organisasi memanfaatkan sumber daya dengan baik, maka suatu pekerjaan bukan keberhasilan juga kepuasan dengan orientasinya pada efektivitas dan efesiensi.

Dalam pencapaian tujuan suatu organisasi hendaknya perlu adanya ukuran kinerja agar bisa memanfaatkan sumber daya yang dimiliki dalam organisasi, serta kekurangan yang dimiliki dapat di ketahui untuk menghindari terjadinya kegagalan dalam pencapaian suatu kinerja organisasi. Perbaikan dalam kinerja sangat perlu dilakukan dalam rangka meningkatkan mutu suatu organisasi agar apa yang dilakukan berhasil guna. Manfaat yang di dapatkan bukan hanya peningkatan mutu organisasi melainkan para pelaku dalam organisasi juga meningkat sumber daya sehingga mampu bekerja dengan baik.

Suatu organisasi akan memberikan kesan yang lebih baik jika adanya interaksi baik secara vertikal (pimpian-bawahan) maupun horizontal (antar bawahan). Kemudian perlu pula meningkatkan motivasi dalam bekerja, seperti menaikan pangkat/jabatan maupun hadiah berupa kenaikan gaji bagi para bawahan yang bisa bekerja dengan baik dan disiplin dalam bekerja. Hal ini perlu di lakukan guna


(6)

kinerja mereka dalam organisasi dapat terlaksana sehingga tenaga dan pikiran yang mereka keluarkan tidak hanya bermanfaat untuk organisasi tetapi pada dirinya.

C. SIMPULAN

Dalam bab ini sangat banyak hal yang bisa didapatkan terutama dari pemahaman dari Efektivitas maupun efesiensi, yaitu: Efektivitas adalah melakukan sesuatu dengan cara yang benar. Efisiensi sebagai ideal operasi menganggap bahwa tujuan diselesaikan dan sumber daya utama dan metode untuk mencapai mereka yang tersedia. Pembelajaran lainnya mengenai jenis-jenis dari tujuan kinerja, yaitu: Tujuan Rasional, Tujuan Human Relations, Tujuan sistem terbuka, serta Tujuan sistem internal. Ukuran kinerja meliputi masalah validitas yang cukup besar yang membuatnya bijaksana dan memutuskan pertanyaan dari jangka pendek atau jangka panjang profitabilitas dan memaksimalkan keuntungan. Konsep puisi kinerja adalah sebuah konsep dengan banyak konsekuensi; tetapi dapat dimanfaatkan. Kinerja secara umum dapat didefinisikan sebagai tingkat pencapaian tujuan.

Dari beberapa penjelasan tersebut bahwa dalam kinerja organisasi pada dasarnya dalam rangka pencapaian tujuan dari organisasi. Tujuan terebut berorientasi pada peningkatan efektivitas dan efesiensi dengan memperhatikan ukuran kinerja yang dimiliki dari organisasi tersebut. Kemudian mengelola bagaimana organisasi dapat berhasil guna dan bermanfaat yang tidak hanya pada organisasi itu sendiri melainkan pada bawahan dan lingkungan sekitarnya.

Pada kinerja organisasi perlu diperhatikan pula dalam pemanfaatan sumber daya yang terdapat dalam organisasi sebagai penunjang kelancaran dalam melaksanakan tugas yang menjadi prioritas yang harus dijalani organisasi. Kemudian sebagai pemimpin juga perlu bersifat demokratis terhadap bawahannya dalam rangka meningkatkan motivasi dan solidaritas terhadap organisasi.

Dalam pencapaian tujuan organisasi alternatif yang paling utama dengan meningkatkan kinerja organisasi secara efektif dan efesien. Hal ini dapat perlu dipahami semua pihak dalam organisasi agar mereka mampu bekerja dengan baik dan tujuan yang diinginkan tepat pada sasaran yang hendak dicapai. Organisasi bisa berjalan dengan baik pula jika dalam pelaksanaannya mengikuti peraturan maupun prosedur yang telah ditetapkan pada organisasi. Kemudian jika ada yang melanggar harus diberikan sanksi seperti penurunan jabatan, dan jika mereka bekerja dengan baik maka diberikan hadiah baik berupa kenaikan pangkat/jabatan maupun gaji.

D. REFERENSI

 Rudy, Teuku May. 2005. Komunikasi & Humas Internasional. Bandung: PT Refika Aditama

 Johnson, C. Ray. 2001. LOGIKA CEO: Berpikir dan Bertindak seperti Chif Executive Officer. Jakarta: Erlangga

 Newstrom, John W & Keith Davis. 1985. Perilaku dalam Organisasi. Jakarta: Erlangga

 Thoha, Miftah. 2011. Perilaku Organisasi: Konsep Dasar dan Aplikasinya. Jakarta: Rajawali Pers