kepentingan negara. Karena jika hampir sebagian masyarakat mengambil batu permata tersebut tanpa memperhatikan dampak yang akan terjadi bahkah demi
meraih kekayaan untuk dirinya sendiri. Kekhwatiran saya terhadap permasalahan ini ialah pada kesadaran masyarakat untuk melestarikan kekayaan alam yang
semakin berkurang. Kemudian timbul permasalahan yang diakibatkan keserakahan masyarakat, baik untuk alam maupun sesama manusia.
C. SIMPULAN
Kebijakan yang pemerintah lakukan mengenai pajak batu permata merupakan hal yang sudah semestinya dilakukan dan disadari oleh khalayak. Meskipun
kebijakan tersebut terdapat protes dari penjual terutama penjual. Hal ini guna menghindari permasalahan yang akan terjadi di masa mendatang karena begitu
gemarnya masyarakat terhadap batu permata tersebut. Permasalahan ini bukan halnya melibatkan semua kalangan bahkan anak-anak dan wanita. Selain itu,
pemerintah juga harus mampu memperhatikan terutama pada peraturan yang mudah dipahami dan publikasi yang jelas. Sehingga tidak menimbulkan persepsi
yang negatif terhadap kebijakan ini.
Pemungutan pajak merupakan salah satu sumber utama bagi pemerintah untuk memupuk dana guna berbagai kegiatan yang harus dilaksanakan. Kesadaran rakyat
untuk membayar pajak merupakan manifestasi rasa tanggungjawab sebagai warga negara. Kebanyakan negara menganut tarif progresif yang pada intinya berarti
bahwa semakin tinggi tingkat penghasilan seorang warga kepadanya dikenakan tarif yang makin tinggi dan sebaliknya semakin rendah tingkat penghasilan seorang
warga, semakin kecil jumlah pajak yang harus dibayarnya.
D. REFERENSI
Siagian, Sondang P. 2001. Kerangka Dasar Ilmu Administrasi. Jakarta: Rineka Cipta
Srijanti,dkk. 2006. Etika Berwarga Negara. Jakarta: Salemba Empat
Kaho, Josef Riwu. Prospek Otonomi Daerah di Negara Republik
Indonesia. Jakarta:Rajawali.
Lembaga Ketahanan Nasional Lemhannas. 1997. Pembangunan Nasional. Jakarta: Balai Pustaka
9
TUGAS 3
REVIEW ARTIKEL
10
VONIS MATI KORUPTOR DI INDONESIA. MUNGKINKAH?
A. IDENTITAS DAN ISI PAPER
Terbitan : Harian Pontianak Post pada hari Senin, 23 Februari 2015 pada Kolom Opini di Halaman 14 dengan judul “Vonis Mati Koruptor,
Mungkinkah”
Penulis : Dr. Erdi, M.Si. Ketua Program Studi Ilmu Administrasi Negara FISIP Universitas Tanjungpura. Dosen S2 MAP UPBJJ-UT Pontianak
Ringkasan
Hingga 17 Januari 2015, vonis mati di Indonesia dijatuhkan kepada pelaku kejahatan pidana, seperti kasus politik era orde baru, kasus pembunuhan dan
pembunuhan berencana, kasus terorisme, serta kasus narkoba. Akibat korupsi, upaya Indonesia untuk mewujudkan negeri impian the dream
country, hingga kini belum terwujud. Terdapat 4 jenis kendala dalam mewujudkan Negara Impian Widjayanto, 2000, salah satunya adalah maraknya
tindakan korupsi, padahal daya serap anggaran Negara oleh Sektor Public dan privat tetap berada pada kisaran angka 97,00 s.d 99,99 Erdi,2014. Korupsi
menelan semua tujuan program pembangunan sehingga program pembangunan itu tidak memberikan manfaat secara optimal bagi kedigjayaan negeri nusantara
Indonesia dan tetap menyisakan pekerjaan rumah besar bagi pemerintahnya, yakni kesejahteraan rakyat secara tidak merata di seluruh negeri Collin, 2007.
Presiden pilihan rakyat, Jokowi punmasih belum berani setegas dukungan vonis mati bagipelaku tindak terorisme dan narkotika kepada korupsi. Hukum
mati bagi koruptor sudah dibunyikan pada UU No. 31 tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi UU Tipikor, khususnya Pasal 2 ayat 2
dan Penjelasan. Kemudian dirubah menjadi UU No. 20 Tahun 2001 dengan definisi yang lebih sempit, hasil adopsi model penanggulangan korupsi di Taiwan.
Meskipun pelaku terbukti melalui putusan Pengadilan Negara melakukan korupsi uang negara Rp 1 Miliyar, pelakunya tetap melenggang dan kaya raya setelah
menjalani putusan peradilan. Mulai dari hakim dan jaksa hingga pejabat publik dan anggota parlemen takut “senjata makan tuan”.
Dari situs http:citizen6.liputan6.com
, ditemukan 5 Negara yang telah menerapkan hukuman mati bagi koruptor, yakni Singapura, Korea Utara, China,
Vietnam dan Taiwan, dengan konteks yang tidak sama. Singapura sekarang termasuk negara maju dengan tingkat korupsi paling rendah. Pada kurun waktu
1994-1999 hukuman mati sudah dilakukan kepada lebih dari seribu orang. Termasuk para pembunuh,penyeludupan obat terlarang, dan kejahatan tingkat atas
lainnya. Korea Utara dengan pemimpin negara yang memiliki cara yang mengerikan dalam mengeksekusi para koruptor. Kim Jong-Un mengeksekusi
pamannya Jang Song Thaek dalam kandang anjing herder sebanyak 120 ekor, dengan disaksikan para pejabat lainnya. China sebagai Negara terbanyak
melakukan hukuman mati bagi para pejabat yang korupsi. Korupsi Rp 193 Juta, bisa terpidana hukuman mati. Vietnam menghukum mati para koruptor dengan
11
Rp 283 juta. Taiwan mengatur eksekusi mati untuk pelaku korupsi yang mengambil uang untuk bencana alam atau dana untuk mengatasi krisis ekonomi.
Semoga Pemerintah Indonesia Presiden dan DPR segera mengikuti 5 negara di atas, tentunya dengan mengeluarkan perundangan yang sesuai dengan
cita Hukum Nasional Indonesia.
B. TANGGAPAN PAPER