Penyusunan Perangkat Tes Uji Coba Alat Uukur 1. Validitas

3. Metode Angket Metode angket sering disebut metode kuosioner yang berarti daftar pertanyaan. Hubungannya dengan hal ini Moh. Nasir dijelaskan bahwa angket adalah pertanyaan-pertanyaan yang disusun dan dikirimkan untuk memperoleh responsi dari responden Moh. Nasir, 1983: 255 Dengan berpijak pada pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa metode angket adalah cara menjaring atau mendapatkan data yang diperoleh dengan cara menyajikan pertanyaan yang bersifat tertulis dan mendapat jawaban yang tertulis pula. Selanjutnya jenis item yang terdapat dalam angket dibagi menjadi jenis isian dengan angket tipe pilihan. Isian artinya bahwa item-item yang terdapat pada angket berupa pemberian kebebasan kepada responden untuk mengisinya. Sedang angket tipe pilihan artinya responden diminta untuk memilih salah satu item yang telah disediakan oleh penulisnya. Sedangkan tipe angket yang peneliti pilih dalam penelitian ini adalah angket tipe pilihan dengan alternatif jawaban ”ya” atau ”tidak” dengan jumlah soal 15. Manfaat metode angket dalam penelitian ini adalah memudahkan peneliti untuk mendapat data mengenai pendapat siswa tentang efektifitas penerapan model pembelajaran kooperatife tipe STAD

F. Penyusunan Perangkat Tes

Langkah-langkah yang ditempuh dalam menyusun perangkat tes dalam penelitian ini adalah: 1. Membatasi ruang lingkup bahan atau materi yang akan diteskan. 2. Menentukan jumlah waktu yang disediakan untuk mengerjakan tes 3. Menentukan jumlah item soal 4. Menentukan tipe soal, bentuk soal yang akan disusun untuk memperoleh data dalam penelitian adalah bentuk soal obyektif atau soal pilihan ganda yang masing-masing soal terdapat lima opsi jawaban. 5. Membuat kisi-kisi soal dapat dilihat pada lampiran 4

G. Uji Coba Alat Uukur 1. Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat kevalidan atau kesahihan mempunyai tingkat validitas tinggi. Sebaliknya instumen yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah Arikunto,2002:144-145 Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila dapatmengukur data dari fariabel yangditeliti secara tepat. Tinggi rendahny validitas instrumen menunjukan sejauhmana data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang validitas yang dimaksud Arikunto, 2002:145. Untuk melihat validitas instumen maka menggunakan rumus point biserial yaitu sebagai berikut: r : pbis q p S M M t t p − Arikunto,2002: 79 Keterangan: M = Rata-rata skot total yang menjawab benar pada butir soal p M t = Rata-rata skor total S t = Standar devisi skor total P = Proporsi siswa yang menjawab benar pada setiap butir soal Q = Proporsi siswa yang menjawab salah pada butir soal Dari hasil perhitungan soal no 1 diperoleh r tabel = 0,369 pada taraf nyata = 5 dengan n = 30 diperoleh r tabel = 0,361 . Karena r ≥ r tabel, maka soal tersebut valid. Selanjutnya untuk butir soal yang lain dihitung dengan cara yang sama. Berdasarka hasiln soal uji coba dari 30 soal terdapat 12 soal yang valid. pbis 2. Validitas isi Sebuah tes dikatakan memiliki validitas isi apabila mengukur tujuan khusus tertentu yang sejajar dengan materi atau isi pelajaran yang berkaitan. Oleh karena itu materi yang diajarkan tertera dalam kurikulum maka validitas isi ini sering disebut validitas kurikuler. Validitas isi dapat duusahakan tercapainya sejak saat penyusunan dengan cara merinci materi kurikulum atau materi buku pelajaran. Sedangkan materi pelajaran sosiologi Masyarakat multikultural ada dalam kurikulum, yang disampaikan pada bab terakhir semester dua kelas XI di seluruh SMA. 3. Realibilitas Suatu tes dikatakan reliabel apabila tes tersebut mempunyai keajegan hasil, artinya jika dikenakan pada obyek yang sama pada lain waktu maka hasilnya akan tetap. Untuk menentukan reliabilitas instrumen maka menggunakan rumus K-R 21 yaitu sebagai berikut: r 11 = ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ − ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ − kVt M k M k k 1 1 Arikunto, 2002:164 Keterangan: r 11 : Reliabilitas instrumen M : Rata-rata skor total Vt : Varian total Dari hasil perhitungan soal no 1 diperoleh r 11 =0,391 pada taraf nyata = 5 dengan n = 30 diperoleh r tabel = 0,361. Karena r 11 ≥ r tabel, karena r 11 r tabel maka dapat disimpulkan bahwa instrumen reliabel. 3. Taraf kesukaran Untuk menentukan indeks kesukaran digunakan rumus sebagai berikut: IK = B A B A JS JS JB JB + + Keterangan: IK : Indek kesukaran JB : Jumlah yang benar pada butir kelompok atas A JB : Jumlah yang benar pada butir kelompok bawah B JS : Banyak siswa pada kelompok atas A JS : Banyak siswa pada kelompok bawah B Kriteria Indeks Kesukaran P : 0,00-0,30 adalah sukar P : 0,31-0,70 adalah sedang P : 0.71-1,00 adalah mudah Arikunto,2002: 210 Dari hasil perhitungan soal no 1 diperoleh IK = 0,67 berdasarka kriteria diatas maka soal no 1 mempunyai daya pembeda sedang. Selanjutnya untuk butir soal yang lain dihitung dengan cara yang sama. 4. Daya pembeda Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai dan siswa yang bodoh Arikunto,2003:214 Untuk mencari daya pembeda soal digunakan rumus: DP = A B A JS JB JB − Keterangan: DP : Daya pembeda JB : Jumlah yang benar pada butir soal pada kelompok atas A JB : Jumlah yang benar pada butir soal pada kelompok bawah B JS : Banyaknya siswa kelompok atas A Arikunto,2003:214 Klasifikasi daya pembeda D : 0,00-0,20 dikategorikan soal jelek D : 0,20-0,40 dikategorikan soal cukup D : 0,40-0,70 dikategorikan soal baik Arikunto,2003: 218 Dari hasil perhitungan soal no 1 diperoleh DP = 0,27 berdasarka kriteria diatas maka soal no 1 mempunyai daya pembeda cukup. Selanjutnya untuk butir soal yang lain dihitung dengan cara yang sama.

H. Prosedur Penelitian

Dokumen yang terkait

Perbedaan hasil belajar biologi siswa antara pembelajaran kooperatif tipe stad dengan metode ekspositori pada konsep ekosistem terintegrasi nilai: penelitian quasi eksperimen di SMA at-Taqwa Tangerang

0 10 192

Peningkatan Hasil Belajar Biologi Siswa dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Pada Konsep Jaringan Tumbuhan (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas XI IPA MA Jamiyyah Islamiyah Pondok Aren Tangerang Tahun Ajaran 2012-2013)

1 6 287

Perbedaan hasil belajar siswa atara model pembelajaran NHT (numbered head together) dengan stad (student team achievment division pada konsep laju reaksi)

3 10 173

Perbedaan hasil belajar biologi antara siswa yang diajarkan melalui pendekatan kooperatif teknik: student team achievement divisions (STAD) dan teknik Group Investigation (GI)

0 36 221

Penerapan model pembelajaran kooperatif dengan teknik Student Teams Achievement Division (STAD) untuk meningkatkan hasil belajar fiqih di MTs Nurul Hikmah Jakarta

0 9 145

Perbedaan Hasil Belajar Biologi Antara Siswa yang Diajar dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dengan TGT (Penelitian Kuasi EKsperimen di SMAN 1 Bekasi))

0 42 0

Upaya meningkatkan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran kooperatif tipe Stad (Student Teams Achievement Division) pada pembelajaran IPS kelas IV MI Miftahul Khair Tangerang

0 13 0

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA MATERI BANGUN RUANG UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA.

0 0 36

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) TERHADAP HASIL BELAJAR BAHASA ARAB SISWA.

0 0 56

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA

0 0 10