EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 3E PADA MATERI REAKSI OKSIDASI-REDUKSI DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENGKOMUNIKASIKAN DAN PENGUASAAN KONSEP PADA SISWA

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 3E PADA
MATERI REAKSI OKSIDASI-REDUKSI DALAM MENINGKATKAN
KETERAMPILAN MENGKOMUNIKASIKAN DAN
PENGUASAAN KONSEP PADA SISWA

(Skripsi)

Oleh
LIA ANDESTA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2012

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang
pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan disuatu perguruan tinggi
dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang
pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu

dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila ternyata kelak dikemudian hari terbukti ada ketidakbenaran dalam
pernyataan saya diatas, maka saya akan bertanggung jawab sepenuhnya.

Bandar Lampung,

Lia Andesta
NPM 0853023027

2012

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 3E PADA
MATERI REAKSI OKSIDASI-REDUKSI DALAM MENINGKATKAN
KETERAMPILAN MENGKOMUNIKASIKAN DAN
PENGUASAAN KONSEP PADA SISWA

Oleh
LIA ANDESTA


Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Pendidikan Kimia
Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2012

ABSTRAK
EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 3E PADA
MATERI REAKSI OKSIDASI-REDUKSI DALAM MENINGKATKAN
KETERAMPILAN MENGKOMUNIKASIKAN DAN
PENGUASAAN KONSEP PADA SISWA

Oleh
LIA ANDESTA


Berdasarkan observasi yang dilakukan di SMA Negeri 13 Bandar Lampung,
diketahui bahwa proses pembelajaran pada materi reaksi oksidasi-reduksi masih
menggunakan metode ceramah, yang diselingi dengan latihan soal dan tanya
jawab, serta siswa tidak dilibatkan dalam menemukan konsep. Hal ini belum
sesuai dengan KTSP yang proses pembelajarannya harus berpusat pada siswa.
Salah satu model pembelajaran yang mampu melibatkan siswa dalam proses
pembelajaran adalah model pembelajaran yang bersifat kontruktivisme, yaitu
learning cycle 3E yang terdiri dari 3 fase yaitu fase eksplorasi (exploration), fase
penjelasan konsep (explaination) dan fase penerapan konsep (elaboration).

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan efektivitas model pembelajaran
learning cyle 3E pada materi reaksi oksidasi-reduksi dalam meningkatkan
keterampilan mengkomunikasikan dan penguasaan konsep. Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMAN 13 Bandar Lampung.

Lia Andesta
Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling, dan
didapatkan kelas X4 dan X5 sebagai sampel. Jenis penetian ini adalah kuasi
eksperimen dengan menggunakan Non Equivalent Control Group Design.

Efektivitas model pembelajaran Learning Cycle 3E diukur berdasarkan perbedaan
gain yang signifikan.

Hasil penelitian menunjukkan nilai rata-rata n-gain keterampilan mengkomunikasikan untuk kelas kontrol dan eksperimen masing-masing 0,18 dan 0,67;
dan rata-rata n-gain penguasaan konsep untuk kelas kontrol dan eksperimen
masing-masing 0.12 dan 0,27. Berdasarkan pengujian hipotesis, diketahui bahwa
kelas dengan pembelajaran Learning Cycle 3E memiliki keterampilan mengkomunikasikan dan penguasaan konsep yang lebih tinggi dibandingkan kelas
dengan pembelajaran konvensional. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran
Learning Cycle 3E lebih efektif dalam meningkatkan keterampilan mengkomunikasikan dan penguasaan konsep siswa dibandingkan pembelajaran
konvensional.

Kata kunci: Learning Cycle 3E, keterampilan mengkomunikasikan dan
penguasaan konsep

Judul Skripsi

: EEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN
LEARNING CYCLE 3E PADA MATERI OKSIDASIREDUKSI DALAM MENINGKATKAN
KETERAMPILAN MENGKOMUNIKASIKAN DAN
PENGUASAAN KONSEP PADA SISWA


Mahasiswa

: Lia Andesta

Nomor Pokok Mahasiswa

: 0853023027

Program Studi

: Pendidikan Kimia

Jurusan

: Pendidikan MIPA

Fakultas

: Keguruan dan Ilmu Pendidikan


MENYETUJUI
1. Komisi Pembimbing

Drs. Ila Rosilawati, M.Si.
NIP 19650717 199003 2 001

2.

Dr. Noor Fadiawati, M.Si.
NIP 19660824 199111 2 001

Ketua Jurusan Pendidikan MIPA

Dr. Caswita, M.Si.
NIP 19671004 199303 1 004

MENGESAHKAN

1.


2.

Tim Penguji

Ketua

: Drs. Ila Rosilawati, M.Si.

______________

Sekretaris

: Dr. Noor Fadiawati, M.Si.

______________

Penguji
Bukan Pembimbing


: Drs. Tasviri Efkar, M.S.

______________

Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. Bujang Rahman, M.Si.
NIP 19600315 198503 1 003

Tanggal Lulus Ujian Skripsi :

2012

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Dayamurni, Tulang Bawang Barat pada tanggal 03 Oktober
1989, anak pertama dari pasangan Bapak Jasman dan Ibu Suryati.

Penulis mengawali pendidikan pada tahun 1995 di TK MI Bandar Sakti, Lampung
Utara diselesaikan pada tahun 1996. Penulis melanjutkan sekolah di SD Negeri

Bandar Sakti diselesaikan tahun 2002, SMP Negeri 2 Tumijajar diselesaikan pada
tahun 2005, SMA Negeri 1 Tumijajar diselesaikan tahun 2008. Pada tahun yang
sama penulis diterima di Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan Pendidikan
MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah menjadi asisten praktikum Kimia Dasar. Pada tahun 2011, penulis mengikuti Kuliah Kerja Lapangan (KKL) ke Jakarta-Bandung. Dan pada tahun yang sama penulis telah menyelesaikan Kuliah Kerja
Nyata (KKN) di Desa Totomulyo Kecamatan Gunung Terang Tulang Bawang Barat bersamaan dengan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMA Negeri 1
Gunung Terang.

PERSEMBAHAN
Bismillahirohmanirohim.........
Dengan segala kerendahan hati terucap syukur alhamdulillah
kapada Allah SWT yang selalu memberikan limpahan rahmat dan
karunia-Nya, sehinggan dengan ridho-Nya skripsi ini dapat
terselesaikan. Tulisan ini kupersembahkan kepada:

Terstimewa untuk Papi dan Mami tercinta....
Terima kasih karena kalian telah membesarkanku dengan
penuh rasa cinta, mendoakan ku siang dan malam,
memotivasiku disaat kemalasan datang menghampiriku,

mengajariku arti sebuah pengorbanan, dan memberikanku
cinta, kasih sayang, dan materi untuk keberhasilan ku
dimasa yang akan datang
U um dan Holi tersayang....
Terimakasih karena kalian telah memberikanku motivasi,
doa, dan materi untuk keberhasilan studiku
Adik-adikku terkasih (Linda dan Jesa), serta seluruh
keluarga besarku....
Terimakasih atas keceriaan, perhatian, inspirasi, dan
doa yang telah kalian berikan, menjadi pengiring
langkah ku untuk terus maju
Almamaterku tercinta....

MOTTO

Jenius adalah 1% inspirasi dan 99% keringat. Tidak ada yang bisa menggatikan
kerja keras. Keberuntungan adalah sesuatu yang terjadi ketika kesempatan
bertemu dengan kesiapan.
(Thomas A. Edison)
Jika Hujan Adalah Kegagalan dan Matahari adalah Kesuksesan, Maka Kita

butuh Kedua-duanya Untuk Melihat Pelangi Yang Indah.
(Mario Teguh)
Harapan adalah jembatan yang menghubungkan antara satu doa dengan doamu
yang berikutnya. Bersabarlah dalam harapan terbaikmu. Karena harapan
adalah tali kehidupan yang menghubungkanmu dengan Tuhan.
(Mario Teguh)

iii

SANWACANA

Alhamdulillah, puji syukur terucap kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
karunia, rahmat, dan ridho-Nya sehingga dapat diselesaikannya skripsi yang berjudul
“Efektivitas Model Pembelajaran Learning Cycle 3E Pada Materi Reaksi
Oksidasi-Reduksi Dalam Meningkatkan Keterampilan Mengkomunikasikan
Dan Penguasaan Konsep Pada Siswa”. Shalawat serta salam juga senantiasa
tercurah pada Rasullulah Muhammad SAW, keluarga, sahabat, serta umatnya yang
senantiasa istiqomah di jalan-Nya.

Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1.

Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Unila.

2.

Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA

3.

Ibu Dra. Nina Kadaritna, M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Kimia

4.

Ibu Dra. Nina Kadaritna, M.Si., selaku Pembimbing Akademik atas kesediaan
dan kesabarannya memberikan saran, dan motivasi dalam proses penyelesaian
kuliah.

5.

Ibu Dra. Ila Rosilawati, M.Si., selaku Pembimbing I atas kesediaan dan kesabarannya memberikan bimbingan, saran, dan motivasi dalam proses penyusunan
skripsi ini.

iv

6.

Ibu Dr. Noor Fadiawati, M.Si., selaku Pembimbing II atas kesediaan dan kesabarannya memberikan bimbingan, saran, dan motivasi dalam proses penyusunan
skripsi ini.

7.

Bapak Drs. Tasviri Efkar, M.S., selaku dosen Penguji yang telah memberikan
saran dan kritik dalam penyusunan skripsi ini agar menjadi lebih baik lagi.

8.

Seluruh dosen dan staf di Jurusan Pendidikan MIPA khususnya di Program Studi
Pendidikan Kimia Unila atas bantuan dan curahan ilmunya.

9.

Bapak Suyatmo, S.Pd, selaku Kepala SMA Negeri 13 Bandar Lampung, yang telah memberikan izin penulis untuk melaksanakan penelitian.

10. Ibu Drs. Umiyati Murni, S.Pd., selaku guru mitra atas bantuan dan kerjasamanya.
11. Siswa-siswi X4 dan X5 SMA Negeri 13 Bandar Lampung yang bersedia menjadi
objek penelitianku. Terimakasih untuk perhatian dan kerjasama kalian.
12. Teristimewa untuk papi dan mami ku tercinta, u’um dan holi ku tersayang, adikadikku linda dan jesa, serta keluarga besarku yang selalu memberikan semangat,
doa, perhatian, dan kasih sayangnya.
13. Teman-teman seperjuangan Yuli, Kiki, Ria, Esti, Irma, mbak mimi, dan sulis atas
dukungan, doa, dan semangat yang diberikan.
14. Sahabat karibku eva dan ena atas motivasi, dukungan, dan doa yang diberikan.
Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.
Bandar Lampung,
Penulis,

Lia Andesta

Juli 2012

v

vi

DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR TABEL ........................................................................................
viii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................
I.

ix

PENDAHULUAN .......................................................................... ....

1

A. Latar Belakang …………………………………………………….

1

B. Rumusan Masalah …………………………………………………

6

C. Tujuan Penelitian …………………………………………………..

6

D. Manfaat Penelitian …………………………………………………

7

E. Ruang Lingkup Penelitian …………………………………………

7

II. TINJAUAN PUSTAKA .…………………………………..................

9

A. Teori Belajar Konstruktivisme .........................................................

9

B. Model Pembelajaran Learning cycle 3E ..........................................

11

C. Penguasaan Konsep .........................................................................

15

D. Keterampilan Proses Sains ...............................................................

17

E. Kerangka Pemikiran .........................................................................

21

F. Anggapan Dasar ...............................................................................

22

G. Hipotesis ...........................................................................................

22

III. METODE PENELITIAN ……………………………………………..

23

A. Populasi dan Sampel ……………………………………………....

23

B. Jenis dan Variabel Penelitian ………………………………………

23

C. Jenis dan Sumber Data ......................................................................

24

vii
D. Instrumen Penelitian …………………………………………….....

25

E. Pelaksanaan Penelitian …………………………………………….

26

F. Teknik Analisis Data ………………………………………………

28

1.
2.
3.
4.

Uji N-gain ………………………………………………………
Uji normalitas …………………………………………………..
Uji kesamaan dua varians (homogenitas) ………………………
Uji hipotesis penelitian …………………………………………

28
28
29
30

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ……………………...

33

A. Hasil Penelitian dan Analisis Data ………………………………..

33

B. Pembahasan ……………………………………………………….

40

V. SIMPULAN DAN SARAN …………………………………………..

49

A. Simpulan ………………………………………………………….

49

B. Saran ………………………………………………………………

49

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………….

51

LAMPIRAN ……………………………………………………………...

53

1.

Silabus kelas eksperimen …………………………………………….

54

2.

Silabus kelas kontrol …………………………………………….......

60

3.

Rencana pelaksanaan pembelajaran kelas eksperimen ………………

64

4.

Rencana pelaksanaan pembelajaran kelas kontrol …………………..

85

5.

Lembar kerja siswa 1, 2, 3, dan 4 ……………………………………

105

6.

Kisi-kisi soal pretest dan posttest …………………………………....

134

7.

Soal pretest dan posttes ……………………………………………...

150

8.

Pedoman penskoran pretest dan posttest …………………………….

158

9.

Perhitungan dan analisis data penelitian ……………………………

166

viii

DAFTAR TABEL

Tabel
Halaman
1. Tahap pembelajaran learning cycle 3E ............................................
13
2. Keterampilan Proses Sains...................................................................

18

3. Desain Penelitian..................................................................................

24

4. Rencana Kegiatan Pembelajaran..........................................................

27

5. Data rata-rata nilai pretest dan posttest keterampilan
mengkomunikasikan siswa …………………………………………

33

6. Data rata-rata nilai pretest dan posttest penguasaan konsep siswa ...

33

7. Rata-rata n-Gain keterampilan mengkomunikasikan siswa ………..

34

8. Rata-rata n-Gain penguasaan konsep siswa ………………………..

35

9. Nilai Chi-kuadrat ( χ2) untuk distribusi N-gain keterampilan
mengkomunikasikan ……………………………………………….

37

10. Nilai Chi-kuadrat ( χ2) untuk distribusi N-gain penguasaan konsep..

37

11. Nilai varians N-gain keterampilan mengkomunikasikan …………..

38

12. Nilai varians N-gain penguasaan konsep ………………………...

38

13. Nilai uji hipotesis (uji-t) keterampilan mengkomunikasikan …….

39

14. Nilai uji hipotesis (uji-t) penguasaan konsep …………………….

39

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar
Halaman
1. Alur Penelitian ……...……………………………......…...……...
27
2. Grafik rata-rata N-gain keterampilan mengkomunikasikan ..........

35

3. Grafik rata-rata N-gain penguasaan konsep ….……....…..….…..

36

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ilmu kimia merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang berkaitan
dengan cara mencari tahu tentang gejala alam secara sistematis, sehingga ilmu
kimia bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta,
konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses.
Proses tersebut berupa suatu keterampilan yang bersumber dari kemampuankemampuan mendasar yang pada prinsipnya telah ada dalam diri siswa. Keterampilan-keterampilan dasar tersebut dalam IPA disebut dengan keterampilan
proses sains. Untuk dapat memahami ilmu kimia sebagai hakikat IPA, yakni IPA
sebagai proses, produk, dan sikap; siswa harus memiliki kemampuan Keterampilan Proses Sains (KPS), seperti mengamati (observasi), inferensi, mengelompokkan, menafsirkan (interpretasi), meramalkan (prediksi), dan mengkomunikasikan.
Keterampilan proses sains merupakan suatu tindakan instruksional untuk
mengembangkan kemampuan-kemampuan yang dimiliki oleh siswa, sehingga
konsep yang diperoleh siswa akan lebih bermakna karena kemampuan berpikir
siswa akan lebih berkembang.

Sejalan dengan itu, pemerintah telah berupaya untuk meningkatkan mutu
pendidikan, dengan cara menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

2
(KTSP). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ini menuntut perubahan
paradigma dalam pendidikan dan pembelajaran, khususnya pada jenis dan jenjang
pendidikan formal. Perubahan paradigma pembelajaran yaitu orientasi pembelajaran yang mulanya berpusat pada guru (teacher centered) beralih berpusat
pada murid (student centered); kemudian metodologi yang semula lebih didominasi ekspositori berganti ke partisipatori; dan pendekatan yang semula lebih
banyak bersifat tekstual berubah menjadi kontekstual. KTSP ini sebagai salah
satu contoh hasil akhir pengembangan yang mengacu pada Standar Isi (SI) dan
Standar Kompetensi Lulusan (SKL). Berdasarkan KTSP kegiatan pembelajaran
dirancang dan dikembangkan berdasarkan karakteristik standar kompetensi,
kompetensi dasar, potensi peserta didik, daerah dan lingkungan.

Berdasarkan kurikulum tersebut siswa harus memiliki standar kompetensi pada
setiap jenjang pendidikannya, standar kompetensi ini dijabarkan dalam bentuk
kompetensi dasar. Salah satu kompetensi dasar yang harus dimiliki oleh siswa
kelas X semester ganjil adalah menjelaskan perkembangan konsep reaksi dan
hubungannya dengan tatanama senyawa serta penerapannya. Materi pokok untuk
kompetensi dasar tersebut adalah reaksi oksidasi-reduksi.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru kelas X SMA Negeri 13
Bandar Lampung pada tanggal 9 Januari 2011 diperoleh informasi bahwa, materi
reaksi oksidasi-reduksi (redoks) disampaikan dengan pembelajaran konvensional,
yaitu pembelajaran dengan metode ceramah, tanya jawab, latihan ataupun
penugasan. Melalui ceramah, guru lebih berperan aktif sehingga siswa kurang
dapat berkembang dan menggali potensi dirinya akibatnya siswa hanya

3
memperoleh sedikit ilmu. Seperti halnya pada pembelajaran materi pokok reaksi
oksidasi-reduksi (redoks) ini yang lebih dikondisikan untuk dihafal oleh siswa
tanpa memperhatikan bahwa informasi/konsep pada siswa dapat saja kurang
bermanfaat bahkan tidak bermanfaat sama sekali kalau hal tersebut hanya dikomunikasikan oleh guru kepada siswa melalui satu arah. Hal ini belum sesuai
dengan Kurikulum Satuan Pendidikan (KTSP) yang proses pembelajarannya
harus mengacu pada student centered (berpusat pada siswa). Oleh karena itu,
sudah menjadi tugas guru untuk memilih metode dan media pembelajaran yang
tepat bagi siswa, sehingga siswa tidak hanya mendapatkan penguasaan konsep
saja, tetapi juga manfaat dari ilmu kimia tersebut bagi kehidupan mereka seharihari.

Hasil penelitian Purniati (2009) yang meneliti tentang penerapan model siklus
belajar learning cycle untuk meningkatkan pemahaman konsep siswa pada kapita
selekta matematika. Diperoleh hasil bahwa pembelajaran dengan lerning cycle
dapat meningkatkan pemahaman konsep mahasiswa pada kapita selekta
matematika. Sadia (2011), meneliti tentang pengembangan kemampuan berpikir
formal siswa SMA melalui pembelajaran problem based leaning dan learning
cycle dalam pembelajaran fisika. Diperoleh hasil bahwa model pembelajaran
problem based learning dan lerning cycle lebih efektif dalam mengembangkan
kemampuan berpikir formal siswa.

Model pembelajaran Learning Cycle 3E adalah salah satu model pembelajaran
yang berlandaskan pandangan kontruktivisme, yang berasumsi bahwa mengajar
bukan sebagai proses dimana gagasan-gagasan guru diteruskan pada siswa,

4
melainkan sebagai proses untuk mengubah dan membangun gagasan-gagasan
siswa yang sudah ada. Model pembelajaran learning cycle 3E ini terdiri dari tiga
fase yaitu, fase eksplorasi (exploration), fase penjelasan konsep (explanation) dan
fase penerapan konsep (elaboration). Fase-fase pembelajaran ini diorganisasi
sedemikian rupa sehingga siswa dapat menguasai kompetensi. Pada fase
eksplorasi (exploration), guru memberi kesempatan pada siswa untuk bekerja
sama dalam kelompok-kelompok kecil tanpa pengajaran langsung dari guru untuk
menguji prediksi, melakukan dan mencatat pengamatan serta ide-ide melalui
kegiatan-kegiatan seperti praktikum dan telaah literatur. Fase penjelasan konsep
(explaination), siswa lebih aktif untuk menentukan atau mengenal suatu konsep
berdasarkan pengetahuan yang telah diperoleh sebelumnya di dalam fase
eksplorasi, siswa lebih mudah memahami suatu konsep apabila siswa menemukan
sendiri konsep-konsep tersebut. Fase penerapan konsep (elaboration), dimaksudkan mengajak siswa untuk menerapkan konsep pada contoh kejadian yang lain,
baik yang sama tingkatannya ataupun yang lebih tinggi tingkatannya.

Pembelajaran pada materi reaksi oksidasi-reduksi yang bersifat abstrak dengan
contoh konkrit dapat dilakukan dengan pembelajaran melalui model learning
cycle 3E yaitu seperti pada sub materi perkembengan reaksi oksidasi-reduksi
berdasarkan penglepasan dan penangkapan oksigen melalui contoh-contoh yang
ada didalam kehidupan sehari-hari, seperti reaksi perkaratan besi. Melalui
pengamatan contoh reaksi yang disertakan dengan LKS dan gambar paku berkarat
sebagai media pembelajaran, guru dapat melatihkan keterampilan mengkomunikasikan siswa.

5
Pada penelitian ini, selain untuk meningkatkan penguasaan konsep siswa pada
materi reaksi oksidasi-reduksi, juga akan diteliti keterampilan proses sains siswa,
yaitu keterampilan mengkomunikasikan dengan indikator yang diamati adalah
mengubah data dari bentuk narasi menjadi data dalam bentuk tabel, membaca
reaksi-reaksi kimia, menjelaskan secara tertulis informasi apa yang terdapat
dalam tabel, dan membuat kesimpulan dari hasil menjelaskan data. Keterampilan
mengkomunikasikan dapat dikembangkan dan dilatihkan kepada siswa dengan
menggunakan media lembar kerja siswa (LKS).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Fitri (2011), pembelajaran dengan
menggunakan model learning cycle 3E pada materi reaksi redoks dapat meningkatkan penguasaan konsep dan keterampilan berkomunikasi siswa kelas X1 SMA
Budaya Bandar Lampung. Penelitian yang dilakukan oleh Fitri (2011) tersebut
menggunakan Lembar Kerja Siswa (LKS) eksperimen yang diantaranya dilakukan
percobaan pemanasan CuO samapai berpijar dengan menggunakan lampu spritus.
Hal ini tidak berhasil karena pemanasan CuO sampai berpijar membutuhkan suhu
yang sangat tinggi. Selain itu, dalam penelitian yang dilaksanakan oleh Fitri
(2011) memiliki kendala dalam hal pengelolaan waktu yang digunakan dalam
proses pembelajran, hal ini dikarenakan LKS eksperimen yang digunakan dalam
proses pembelajaran mengharuskan siswa melakukan praktikum, mengamati
percobaan, mencatat hasil percobaan, mempresentasikan hasilnya, dan mengambil
kesimpulan, sehingga memerlukan pengelolaan waktu yang baik. Untuk
mengatasi hal tersebut, maka dalam penelitian ini menggunakan LKS noneksperimen.

6
Berdasarkan hal-hal tersebut, maka dilakukan penelitian dengan judul:” Efektivitas Model pembelajaran Learning Cycle 3E Pada Materi Reaksi OksidasiReduksi Dalam Meningkatkan keterampilan Berkomunikasi dan Pengusaan
Konsep Pada Siswa SMA”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan di atas, rumusan masalah penelitian ini adalah:
1.

Bagaimanakah efektivitas model pembelajaran learning cycle 3E pada materi
reaksi oksidasi-reduksi dalam meningkatkan keterampilan mengkomunikasikan siswa kelas X4 SMA Negeri 13 Bandar Lampung?

2.

Bagaimanakah efektivitas model pembelajaran learning cycle 3E pada materi
reaksi oksidasi-reduksi dalam meningkatkan penguasaan konsep siswa kelas
X4 SMA Negeri 13 Bandar Lampung?

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk:
1.

Mendeskripsikan efektivitas model pembelajaran learning cycle 3E pada
materi reaksi oksidasi-reduksi dalam meningkatkan keterampilan mengkomunikasikan siswa kelas X4 SMA Negeri 13 Bandar Lampung.

2.

Mendeskripsikan efektivitas model pembelajaran learning cycle 3E pada
materi reaksi oksidasi-reduksi dalam meningkatkan penguasaan konsep
siswa kelas X4 SMA Negeri 13 Bandar Lampung.

7
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1.

Dengan model pembelajaran learning cycle3E diharapkan siswa terbiasa
memperoleh pengetahuan dan membangun konsepnya sendiri terutama pada
materi reaksi oksidasi-reduksi.

2.

Memberikan masukan bagi guru dan calon guru sebagai salah satu alternatif
dalam pemilihan model pembelajaran untuk membelajarkan kimia dengan
model learning cycle 3E terutama pada materi reaksi oksidasi-reduksi.

3.

Menjadi informasi dan sumbangan pemikiran dalam upaya meningkatkan
mutu pembelajaran kimia di sekolah.

E. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini dibatasi pada:
1.

Lokasi Penelitian ini adalan SMA Negeri 13 Bandar Lampung

2.

Siswa yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas X4 dan X5
SMA Negeri 13 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011/2012

3.

Efektivitas pembelajaran merupakan sesuatu ukuran yang memiliki pengaruh
atau akibat yang ditimbulkan dan berhubungan dengan tingkat keberhasilan
dari suatu proses pembelajaran. Pembelajaran dikatakan efektif meningkatkan hasil belajar siswa apabila secara statistik hasil belajar siswa menunjukkan perbedaaan yang signifikan antara pemahaman awal sebelum pembelajaran dan pemahaman setelah pembelajaran (gain yang signifikan).
(Wicaksono, 2008)

8
4.

Model pembelajaran learning cycle 3E adalah pembelajaran dengan cara
membimbing siswa dalam menemukan konsep kimia dengan menggunakan
tiga fase yaitu, exsploration, explanation, dan elaboration.

5.

Pembelajaran konvensional merupakan pembelajaran yang selama ini digunakan di SMA Negeri 13 Bandar Lampung, yaitu memberikan konsep kimia
secara langsung kepada siswa dan siswa tidak dibimbing untuk menemukan
konsep itu sendiri.

6.

Keterampilan proses sains yang diamati adalah keterampilan mengkomunikasikan dengan indikator yang diamati, yaitu mengubah data dari bentuk narasi
menjadi data dalam bentuk tabel, membaca reaksi-reaksi kimia, menjelaskan
secara tertulis informasi apa yang terdapat dalam tabel, dan membuat
kesimpulan dari hasil menjelaskan data.

7.

Penguasaan konsep reaksi oksidasi-reduksi berupa nilai siswa pada materi
pokok reaksi larutan elektrolit dan non-elektrolit yang diperoleh melalui
pretest, dan pada materi reaksi oksidasi-reduksi melalui posttest.

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Belajar Konstruktivisme
Teori belajar konstruktivisme merupakan salah satu aliran filsafat pengetahuan
yang menekankan bahwa pengetahuan kita merupakan hasil konstruksi (bentukan)
kita sendiri. Konstruktivisme menurut Von Glasersfeld dalam Pannen, Mustafa,
dan Sekarwinahyu (2001) "konstruktivisme juga menyatakan bahwa semua
pengetahuan yang kita peroleh adalah hasil konstruksi sendiri, maka sangat kecil
kemungkinan adanya transfer pengetahuan dari seseorang kepada yang lain”.

Menurut Von Glasersfeld dalam Pannen, Mustafa, dan Sekarwinahyu (2001),
agar siswa mampu mengkonstruksi pengetahuan, maka diperlukan:
1. Kemampuan siswa untuk mengingat dan mengungkapkan kembali
pengalaman. Kemampuan untuk mengingat dan mengungkapkan kembali
pengalaman sangat penting karena pengetahuan dibentuk berdasarkan
interaksi individu siswa dengan pengalaman-pengalaman tersebut.
2. Kemampuan siswa untuk membandingkan, dan mengambil keputusan
mengenai persamaan dan perbedaan suatu hal. Kemampuan membandingkan sangat penting agar siswa mampu menarik sifat yang lebih umum dari
pengalaman-pengalaman khusus serta melihat kesamaan dan
perbedaannya untuk selanjutnya membuat klasifikasi dan mengkonstruksi
pengetahuannya.
3. Kemampuan siswa untuk lebih menyukai pengalaman yang satu dari yang
lain (selective conscience). Melalui “suka dan tidak suka” inilah muncul
penilaian siswa terhadap pengalaman, dan menjadi landasan bagi pembentukan pengetahuannya.

10
Menurut Trianto (2007):
Setiap orang membangun pengetahuannya sendiri, sehingga transfer
pengetahuan akan sangat mustahil terjadi. Pengetahuan bukanlah suatu
barang yang dapat ditransfer dari orang yang mempunyai pengetahuan
kepada orang yang belum mempunyai pengetahuan. Bahkan, bila seorang
guru bermaksud mentransfer konsep, ide, dan pengertiannya kepada siswa,
pemindahan itu harus diinterpretasikan dan dikonstruksikan oleh siswa itu
lewat pengalamannya.

Prinsip-prinsip konstruktivisme menurut Suparno (1997), antara lain:
1). Pengetahuan dibangun oleh siswa secara aktif; 2). Tekanan dalam proses
belajar terletak pada siswa; 3). Mengajar adalah membantu siswa belajar; 4).
Tekanan dalam proses belajar lebih pada proses bukan pada hasil akhir; 5).
Kurikulum menekankan partisipasi siswa; dan 6). Guru adalah fasilitator.
Ciri atau prinsip dalam belajar menurut Suparno (1997) sebagai berikut :
1.
2.
3.

4.
5.

Belajar berarti mencari makna. Makna diciptakan oleh siswa dari apa
yang mereka lihat, dengar, rasakan dan alami.
Konstruksi makna adalah proses yang terus menerus.
Belajar bukanlah kegiatan mengumpulkan fakta, tetapi merupakan
pengembangan pemikiran dengan membuat pengertian baru. Belajar
bukanlah hasil perkembangan tetapi perkembangan itu sendiri.
Hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman subjek belajar dengan dunia
fisik dan lingkungannya.
Hasil belajar seseorang tergantung pada apa yang telah diketahui, si
subjek belajar, tujuan, motivasi yang mempengaruhi proses interaksi
dengan bahan yang sedang dipelajari.

Jadi menurut teori konstruktivisme, belajar adalah kegiatan yang aktif di mana
siswa membangun sendiri pengetahuannya. Siswa juga mencari sendiri makana
dari sesuatu yang mereka pelajari.

Menurut Sagala (2003) konstruktivisme merupakan landasan berfikir (filosofi)
pendekatan kontekstual, yaitu pengetahuan dibangun sedikit demi sedikit, yang
hasilnya diperluasmelalui konteks yang terbatas (sempit)dan tidak dengan tibatiba. Landasan berfikir konstruktivisme adalah lebih menekankan pada strategi
memperoleh dan mengingat pengetahuan.

11
B. Learning Cycle 3 Fase (LC 3E)

Learning Cycle (LC) merupakan salah satu model pembelajaran yang telah diakui
dalam pendidikan, khususnya pendidikan IPA. Model ini merupakan model yang
mudah untuk digunakan oleh guru dan dapat memberikan kesempatan untuk
mengembangkan kreativitas belajar IPA pada setiap siswa. Model LC termasuk
ke pendekatan kontruktivisme karena siswa sendiri yang mengkonstruksi
pemahamannya.
Piaget dan para kontruktivis pada umumnya dalam Sudirman (2007) berpendapat
bahwa:
Di dalam mengajar, seharusnya diperhatikan pengetahuan yang telah diperoleh siswa. Mengajar bukan sebagai proses memindahkan gagasan-gagasan
guru kepada siswanya, melainkan proses untuk mengubah gagasan-gagasan
siswa yang sudah ada yang mungkin “salah”, sehingga proses belajarmengajar tidak monoton dan membosankan karena paradigma guru yang
selalu menganggap bahwa dirinyalah yang paling benar. Siswa dianggap
sebagai suatu wadah kosong sehingga guru hanya mengajarkan apa-apa
yang ia ketahui tanpa mengukur apa-apa yang telah diketahui oleh sang
anak. Guru adalah seorang yang meluruskan paradigma para muridnya
yang mungkin “salah”, sehingga dengan kata lain guru adalah orang yang
dianggap oleh seorang siswa sebagai tempat untuk bertukar pendapat.
Model pembelajaran ini memiliki tiga langkah sederhana, yaitu pertama, fase
eksplorasi, dalam fase ini guru menggali pengetahuan awal siswa. Kedua, fase
eksplanasi. Ketiga, fase penerapan konsep dimaksudkan mengajak siswa untuk
menerapkan konsep pada contoh kejadian yang lain, baik yang sama tingkatannya
ataupun yang lebih tinggi tingkatannya.
Karplus dan Their dalam Fajaroh dan Dasna (2007) mengungkapkan bahwa:
Siklus Belajar (Learning Cycle) atau dalam penulisan ini disingkat LC
adalah suatu model pembelajaran yang berpusat pada siswa (student
centered). LC merupakan rangkaian tahap-tahap kegiatan (fase) yang
diorganisasi sedemikian rupa sehingga pebelajar dapat menguasai

12
kompetensi-kompetensi yang harus dicapai dalam pembelajaran dengan
jalan berperanan aktif. Learning Cycle 3 Fase (LC 3-E) terdiri dari fasefase, eksplorasi (exploration), penjelasan konsep (concept introduction/
explaination), dan penerapan konsep (elaboration).
Ketiga fase tersebut dapat dijabarkan oleh Dasna dan Sutrisno (2004).
1. Fase Eksplorasi (Eksploration)
Pada fase eksplorasi, siswa terlibat secara aktif untuk mengeksplorasi
objek, peristiwa atau situasi menarik melalui pengamatan (observasi) atau
penggunaan panca indera. Melalui kegiatan dalan fase ini, siswa diharapkan mampu menetapkan hubungan-hubungan, mengamati pola, mengidentifikasi variabel dan bertanya tentang suatu peristiwa. Tujuan dari
fase eksplorasi ini adalah melibatkan siswa secara aktif dalam suatu
kegiatan yang dapat menumbuhkan rasa ingin tahu, motivasi untuk belajar,
berinteraksi dengan teman dan guru serta meningkatkan komunikasi yang
bermakna dalam mengembangkan konsep tertentu. Serangkaian kegiatan
belajar yang dapat dilakukan siswa pada fase eksplorasi, seperti:
melakukan pengamatan (observasi), membaca uraian, membaca dan
menganalisa artikel, membaca tabel dan berdiskusi
2. Fase Penjelasan (Explain)
Pada fase pengenalan konsep, siswa diberi paparan untuk memperkenalkan
konsep inti pelajaran yang dikaitkan langsung dengan fase eksplorasi.
Dalam fase ini guru membimbing siswa untuk mempresentasikan data
yang telah diperoleh pada fase eksplorasi. Dalam fase pengenalan konsep,
siswa mendapatkan penjelasan tentang konsep yang ditemukan dan
memperoleh informasi yang berhubungan dengan konsep yang dipelajari
dengan kehidupan sehari-hari. Berbagai kegiatan pembelajaran dapat
digunakan dalam fase ini seperti: penggunaan bacaan kutipan dari buku
teks, contoh soal, dan model pengayaan lain untuk memperjelas konsep
yang telah ditemukan sebelumnya. Uraian pengayaan diarahkan untuk
menyamakan presepsi, definisi atau hubungan antar konsep
3. Fase Penerapan Konsep (Elaboration)
Pada fase penerapan konsep, kepada siswa diberi kesempatan untuk
menerapkan konsep yang dipelajari dalam situasi baru serta memahami
hubungan antara konsep yang dipelajari dengan konsep-konsep lain.
Siswa diberi kegiatan yang dapat memperkuat dan memperluas konsep
yang telah dipelajari. Kegiatan ini dapat berupa pemberian masalah dan
proyek (penelitian) yang dikembangkan dari dua kegiatan sebelumnya.
Pada kegiatan ini, diharapkan adanya penerapan konsep yang telah
dipelajari siswa dalam kehidupan sehari-hari. Penerapan konsep dapat
meningkatkan pemahaman konsep dan motivasi belajar karena siswa
mengetahui penerapan nyata dari konsep yang mereka pelajari (Karplus

13
dan Their dalam Fajaroh dan Dasna, 2007). Hal ini didukung dengan
pendapat Gagne (1975) bahwa proses belajar yang baik diawali dari fase
motivasi. Jika motivasi tidak ada pada siswa, sulit akan diharapkan terjadi
proses belajar dalam diri mereka. Dari motivasi ini akan lahirlah harapanharapan terhadap apa yang dipelajarinya.
Secara umum tahap pembelajaran learning cycle 3E yang menunjukkan tujuan
dan aktivitas pembelajaran, disajikan pada tabel 1 sebagai berikut:
Tabel 1. Tahap Pembelajaran Learning Cycle 3E
Fase

Tujuan

Eksplorasi

Tujuan:
1. Mengetahui
pengetahuan awal
2. Menumbuhkan rasa
ingin tahu
3. Menumbuhkan motivasi
siswa untuk belajar
4. Mengidentifikasi suatu
pola keteraturan dalam
fenomena yang
diselidiki

Penjelasan
Konsep

Tujuan:
1. Menjelaskan konsep
yang ditemukan siswa
2. Menyamakan persepsi
3. Memperluas hubungan
antar konsep

Aplikasi
Konsep

Tujuan:
1. Menjelaskan konsep
yang ditemukan siswa
2. Menggunakan konsepkonsep untuk
penyelidikan lebih
lanjut

Aktivitas Pembelajaran
1. Siswa belajar melalui aksi dan
reaksi dalam situasi baru
2. Menyelidiki satu fenomena dengan
bimbingan minimal
3. Memberikan gagasan yang dapat
menimbulkan perdebatan dan
analisis
4. Mengeksplorasi objek/peristiwa
berupa gambar/tabel/artikel
5. Melakukan percobaan/telaah
literatur untuk mengeksplorasi
hubungan
6. Menjawab pertanyaan-pertanyaan
pada LKS
7. Menelaah dan mendiskusikan
uraian materi
1. Memperkenalkan suatu konsep
yang ada hubungannya dengan
fenomena yang diselidiki
2. Mendiskusikan konsep dalam
konteks apa yang telah diamati
selama fase eksplorasi
3. Mendistribusikan/mengkaji bahan
kajian/bacaan
4. Memberikan penjelasan tentang
konsep
5. Mempresentasikan /mendiskusikan
hasil diskusi
1. Melakukan percobaan dan
mengerjakan LKS
2. Membaca/mengkaji skema
3. Membuat karya tulis

(Lawson, 1988 dalam Dahar, 1988: 199)

14
Hudojo (2001) mengemukakan bahwa LC 3E melalui kegiatan dalam tiap fase
mewadahi siswa untuk secara aktif membangun konsep-konsepnya sendiri dengan
cara berinteraksi dengan lingkungan fisik maupun sosial. Hudojo juga mengemukakan bahwa:
Implementasi LC 3E dalam pembelajaran sesuai dengan pandangan konstruktivis:
1. siswa belajar secara aktif. Siswa mempelajari materi secara bermakna dengan
bekerja dan berpikir. Pengetahuan dikonstruksi dari pengalaman siswa
2. informasi baru dikaitkan dengan skema yang telah dimiliki siswa. Informasi
baru yang dimiliki siswa berasal dari interpretasi individu
3. orientasi pembelajaran adalah investigasi dan penemuan yang merupakan
pemecahan masalah.
Cohen dan Clough dalam Fajaroh dan Dasna (2007) menyatakan bahwa LC 3E
merupakan strategi jitu bagi pembelajaran sains di sekolah menengah karena
dapat dilakukan secara luwes dan memenuhi kebutuhan nyata guru dan siswa.
Dilihat dari dimensi guru, penerapan strategi ini memperluas wawasan dan
meningkatkan kreativitas guru dalam merancang kegiatan pembelajaran. Ditinjau
dari dimensi pebelajar, penerapan strategi ini memberi keuntungan berikut:
a. meningkatkan motivasi belajar karena pebelajar dilibatkan secara aktif dalam
proses pembelajaran,
b. membantu mengembangkan sikap ilmiah pebelajar,
c. pembelajaran menjadi lebih bermakna.
Adapun kekurangan penerapan strategi ini yang harus selalu diantisipasi
diperkirakan sebagai berikut (Soebagio, 2000):
a. efektivitas pembelajaran rendah jika guru kurang menguasai materi dan
langkah-langkah pembelajaran,
b. menuntut kesungguhan dan kreativitas guru dalam merancang dan melaksanakan proses pembelajaran,

15
c. memerlukan pengelolaan kelas yang lebih terencana dan terorganisasi,
d. memerlukan waktu dan tenaga yang lebih banyak dalam menyusun rencana
dan melaksanakan pembelajaran.
Lingkungan belajar yang perlu diupayakan agar LC 3E berlangsung secara
konstruktivistik adalah:
a. tersedianya pengalaman belajar yang berkaitan dengan pengetahuan yang telah
dimiliki siswa
b. tersedianya berbagai alternatif pengalaman belajar jika memungkinkan
c. terjadinya transmisi sosial, yakni interaksi dan kerja sama individu dengan
lingkungannya
d. tersedianya media pembelajaran,
e. kaitkan konsep yang dipelajari dengan fenomena sedemikian rupa sehingga
siswa terlibat secara emosional dan sosial yang menjadikan pembelajaran
berlangsung menarik dan menyenangkan.
Dalam melaksanakan pembelajaran mengunakan model pembelajaran LC 3E ada
beberapa tahap yang harus dilakukan yaitu:

C. Penguasaan Konsep
Konsep merupakan salah satu pengetahuan awal yang harus dimiliki siswa karena
konsep merupakan dasar dalam merumuskan prinsip-prinsip. Penguasaan konsep
yang baik akan membantu pemakaian konsep-konsep yang lebih kompleks.
Penguasaan konsep merupakan dasar dari penguasaan prinsip-prinsip teori,
artinya untuk dapat menguasai prinsip dan teori harus dikuasai terlebih dahulu
konsep-konsep yang menyusun prinsip dan teori yang bersangkutan. Untuk

16
mengetahui sejauh mana penguasaan konsep dan keberhasilan siswa, maka
diperlukan tes yang akan dinyatakan dalam bentuk angka atau nilai tertentu.
Penguasaan konsep juga merupakan suatu upaya ke arah pemahaman siswa untuk
memahami hal-hal lain di luar pengetahuan sebelumnya. Jadi, siswa di tuntut
untuk menguasai materi-materi pelajaran selanjutnya.
Menurut Dahar (1998) konsep adalah suatu abstraksi yang memiliki suatu kelas
objek-objek, kejadian-kejadian, kegiatan-kegiatan, hubungan-hubungan yang
mempuyai atribut yang sama. Setiap konsep tidak berdiri sendiri melainkan berhubungan satu sama lain, oleh karena itu siswa dituntut tidak hanya menghafal
konsep saja, tetapi hendaknya memperhatikan hubungan antara satu konsep
dengan konsep yang lainnya.
Piaget dalam Dimyati dan Madjiono (2002) menyatakan bahwa pengetahuan dibentuk oleh individu. Individu melakukan interaksi terus-menerus dengan
lingkungan. Lingkungan tersebut mengalami perubahan. Dengan adanya
interaksi dengan lingkungan maka fungsi intelek semakin berkembang.
Posner dalam Suparno (1997) menyatakan bahwa dalam proses belajar terdapat
dua tahap perubahan konsep yaitu tahap asimilasi dan akomodasi. Pada tahap
asimilasi, siswa menggunakan konsep-konsep yang telah mereka miliki untuk
berhadapan dengan fenomena yang baru. Pada tahap akomodasi, siswa mengubah
konsepnya yang tidak cocok lagi dengan fenomena baru yang mereka hadapi.
Guru sebagai pengajar harus memiliki kemampuan untuk menciptakan kondisi
yang kondusif agara siswa dapat menemukan dan memahami konsep yang diajarkan. Hal ini sesuai dengan pendapat Toulmin dalam Suparno (1997) yang menya-

17
takan bahwa bagian terpenting dari pemahaman siswa adalah perkembangan
konsep secara evolutif. Dengan terciptanya kondisi yang kondusif, siswa dapat
menguasai konsep yang disampaikan guru. Penguasaan konsep adalah kemampuan siswa menguasai materi pelajaran yang diberikan.

D. Keterampilan Proses Sains
Prosedur yang dilakukan para ilmuwan untuk melakukan penyelidikan dalam
usaha mendapatkan pengetahuan tentang alam biasa dikenal dengan istilah
metode ilmiah. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh para ilmuwan untuk
mendapatkan atau menemukan suatu ilmu pengetahuan membutuhkan kecakapan
dan keterampilan dasar untuk melakukan kegiatan ilmiah tersebut. Kemampuan
dasar tersebut dikenal dengan istilah keterampilan proses sains/IPA.
Menurut Gagne dalam Dahar (1996) keterampilan proses sains adalah kemampuan-kemampuan dasar tertentu yang dibutuhkan untuk menggunakan dan memahami sains. Setiap keterampilan proses merupakan keterampilan intelektual
yang khas yang digunakan oleh semua ilmuwan, serta dapat learning cycle 3E
digunakan untuk memahami fenomena apapun juga. Keterampilan proses sains
mempunyai cakupan yang sangat luas sehingga aspek-aspek keterampilan proses
sains sering digunakan dalam beberapa pendekatan dan metode. Demikian halnya
dalam proses pembelajaran yang dikembangkan yaitu, keterampilan proses sains
menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan.
Menurut Funk dalam Nur (1996) keterampilan proses terdiridari : Keterampilan
proses tingkat dasar yang terdiri dari mengobservasi, mengklasifikasi, meng-

18
komunikasikan, mengukur, meramal, dan menyimpulkan; dan keterampilan
proses terpadu yang terdiri dari menentukan variabel, menyusun table data,
membuat grafik, menghubungkan antar variabel, mem-proses data, menganalisis
penyelidikan, menyusun hipotesis, merencanakan penyelidikan dan
bereksperimen.
Menurut Dahar (1985) keterampilan proses terdiri dari mengamati, menafsirkan
pengamatan, meramalkan, menggunakan alat/bahan, menerapkan konsep, merencanakan penelitian, berkomunikasi dan mengajukan pertanyaan.
Beberapa pendapat tersebut dapat digolongkan kedalam dua kelompok, yang
membedakan aspek keterampilan proses kedalam keterampilan proses dasar dan
keterampilan proses terpadu dengan yang memberikan rincian aspek keterampilan
proses lebih ringkas. Jika diamati, kedua kelompok aspek keterampilan proses
tersebut cakupanya sama tetapi memiliki rincian yang berbeda.

Menurut Esler & Esler (1996) keterampilan proses sains dikelompokkan seperti
pada Tabel 2 berikut:
Tabel 2. Keterampilan Proses Sains
Keterampilan Proses Dasar

Keterampilan Proses Terpadu

Mengamati (observasi)

Mengajukan pertanyaan

Inferensi

Berhipotesis

Mengelompokkan (klasifikasi)

Penyelidikan

Menafsirkan (iterpretasi)

Menggunakan alat/bahan

Meramalkan (prediksi)

Menerapkan Konsep

Berkomunikasi

Melaksanakan percobaan

19
Keterampilan mengkomunikasikan merupakan keterampilan untuk menyampaikan
hasil penemuannya kepada orang lain baik secara lisan maupun tulisan dapat
berupa penyusunan laporan, pembuatan paper, penyusunan karangan, pembuatan
gambar, tabel, diagram, grafik (Semiawan, 1992).
Kemampuan berkomunikasi ilmiah, terutama dalam mengkomunikasikan hasil
penelitian ilmiah sangat penting dalam suatu kerja ilmiah. Setiap ahli dituntut agar
mampu menyampaikan hasil penemuannya kepada orang lain. Adapun indikator
dalam keterampilan mengkomunikasikan dalam kerja ilmiah menurut
Semiawan (1992) antara lain:
1.
2.
3.
4.

Menyimpulkan hasil penelitian.
Merekomendasikan tindak lanjut dari hasil penelitian.
Menginformasikan alasan logis perlunya penelitian/penyelidikan ilmiah.
Mendeskripsikan masalah penelitian/penyelidikan secara jelas dalam
laporan dan mengkomunikasikannya.
5. Menspesifikasi variabel yang diteliti.
6. Mengkomunikasikan prosedur perolehan data.
7. Mengkomunikasikan cara mengolah dan menganalisis data yang sesuai
untuk menjawab masalah penelitian.
8. Menyajikan hasil pengolahan data dalam bentuk tabel, grafik, diagram
alur, dan peta konsep.
9. Menggunakan media yang sesuai dalam menyajikan hasil pengolahan
data.
10. Menjelaskan data baik secara lisan maupun tulisan.
11. Mengkomunikasikan kesimpulan dan temuan penelitian berdasarkan
data.
12. Menyajikan model hubungan dengan simbol dan standar internasional
dengan benar.
Jenis keterampilan yang akan diukur adalah kemampuan mengubah data dari
bentuk narasi menjadi data dalam bentuk tabel, membaca reaksi-reaksi kimia dan
menjelaskannya, menjelaskan secara tertulis informasi apa yang terdapat dalam
tabel dan grafik, dan membuat kesimpulan dari hasil menjelaskan data.

20
Conny Setiawan dalam Hariwibowo (2008) mengemukakan empat alasan
mengapa pendekatan keterampilan proses harus diwujudkan dalam proses belajar
dan pembelajaran, yaitu:
a. Dengan kemajuan yang sangat pesat dalam ilmu pengetahuan dan teknologi,
guru tidak mungkin lagi mengajarkan semua fakta dan konsep dari sekian
mata pelajaran, karena waktunya tidak akan cukup.
b. Siswa-siswa, khususnya dalam usia perkembangan anak, secara psikologis
lebih mudah memahami konsep,apalagi yang sulit, bila disertai dengan
contoh-contoh konkrit, dialami sendiri, sesuai dengan lingkungan yang
dihadapi. J. Piaget mengatakan bahwa intisari pengetahuan adalah kegiatan
atau aktivitas, baik fisik maupun mental.
c. Ilmu pengetahuan dapat dikatakan bersifat relatif, artinya suatu kebenaran
teori pada suatu saat berikutnya bukan kebenaran lagi, tidak sesuai lagi
dengan situasi. Suatu teori bisa gugur bila ditemukan teori-teori yang lebih
baru dan lebih jitu. Jadi, suatu teori masih dapat dipertanyakan dan
diperbaiki. Oleh karena itu, perlu orang-orang yang kritis, mempunyai sikap
ilmiah. Wajar kiranya kalau siswa sejak dini sudah ditanamkan dalam dirinya
sikap ilmiah dan sikap kritis ini. Dengan menggunakan keterampilan proses,
maksud tersebut untuk saat ini pantas diterima.
d. Proses belajar dan pembelajaran bertujuan membentuk manusia yang utuh
artinya cerdas, terampil dan memiliki sikap dan nilai yang diharapkan. Jadi,
pengembangan pengetahuan dan sikap harus menyatu. Dengan keterampilan
memproses ilmu, diharapkan berlanjut kepemilikan sikap dan mental.

21
E. Kerangka Pemikiran
Pembelajaran melalui Learning Cycle 3E, terutama dalam membelajarkan materi
reaksi oksidasi-reduksi, merupakan pembelajaran siklus belajar mengharuskan
siswa dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran dalam artian siswa lebih
mendominasi dibandingkan guru sehingga siswa dapat mengembangkan ide-ide
atau daya pikir yang mereka miliki. Pembelajaran menjadi lebih bermakna karena
pembelajaran dilakukan secara bertahap dimulai dari eksplorasi, penjelasan
konsep dan penerapan konsep. Pada tahap eksplorasi, pembelajar berinteraksi
dengan lingkungan melalui kegiatan-kegiatan seperti telaah literatur, mendiskusikan fenomena alam, mengamati fenomena alam dan lain-lain dengan bekerja sama
dalam kelompok-kelompok kecil. Dari kegiatan ini muncul pertanyaanpertanyaan yang mengarah pada berkembangnya daya nalar. Pada tahap penjelasan konsep pembelajar lebih aktif , sehingga siswa mengenal istilah-istilah
yang berkaitan dengan konsep-konsep baru yang sedang dipelajari. Pada fase
terakhir, yakni aplikasi konsep, pembelajar diajak menerapkan pemahaman
konsep yang telah didapatkan.

Pembelajaran kimia yang demikian memberikan pengalaman belajar pada siswa
sebagai proses dengan menggunakan sikap ilmiah agar mampu memiliki pemahaman melalui fakta-fakta yang mereka temukan sendiri, sehingga mereka
dapat menemukan konsep, hukum, dan teori, serta dapat mengaitkan dan
menerapkan pada realistis kehidupan. Dengan Berpikir apabila pembelajaran
tersebut dapat diterapkan dikelas maka keterampilan mengkomunikasikan dan
penguasaan konsep siswa dapat meningkat.

22
F. Anggapan Dasar
Anggapan dasar dalam penelitian ini adalah:
1.

Siswa kelas X semester ganjil SMA Negeri 13 Bandar Lampung tahun
pelajaran 2011/2012 yang menjadi populasi penelitian mempunyai kemampuan awal yang sama dalam penguasaan konsep kimia.

2.

Perbedaan keterampilan mengkomunikasikan dan penguasaan konsep siswa
terjadi karena perbedaan perlakuan dalam proses pembelajaran.

G. Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah:
Pembelajaran Learning Cycle 3-E efektif dalam meningkatkan keterampilan
mengkomunikasikan dan penguasaan konsep reaksi oksidasi-reduksi.

III. METODE PENELITIAN

A. Penentuan Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas X semester genap SMA
Negeri 13 Bandar Lampung tahun ajaran 2011/2012 yang berjumlah 239 dan
tersebar dalam tujuh kelas. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan
teknik purposive sampling. Purposive sampling adalah teknik pengambilan
sampel didasarkan pada pertimbangan perorangan atau peneliti, yaitu ingin mendapatkan sampel dengan kemampuan akademik relatif sama. Berdasarkan kemampuan akademik yang relatif sama dilihat dari nilai rata-rata uji blok ikatan
kimia yang hampir sama, diambil dua kel

Dokumen yang terkait

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 3E PADA MATERI KESETIMBANGAN KIMIA DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENGKOMUNIKASIKAN DAN PENGUASAAN KONSEP

0 3 35

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA MATERI LAJU REAKSI DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENGKOMUNIKASIKAN DAN PENGUASAAN KONSEP

0 23 51

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 3E PADA MATERI KESETIMBANGAN KIMIA DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN PENGUASAAN KONSEP

0 24 44

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 3E PADA MATERI REAKSI OKSIDASI-REDUKSI UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENYIMPULKAN DAN PENGUASAAN KONSEP PADA SISWA

0 10 57

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 3E PADA MATERI REAKSI OKSIDASI-REDUKSI UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENGELOMPOKKAN DAN PENGUASAAN KONSEP PADA SISWA

0 25 54

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 3E PADA MATERI REAKSI OKSIDASI- REDUKSI DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN INFERENSI DAN PENGUASAAN KONSEP

0 8 61

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 3E DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENGKOMUNIKASIKAN DAN PENGUASAAN KONSEP SISWA PADA MATERI ASAM BASA

0 4 43

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E PADA MATERI ASAM BASA DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENGKOMUNIKASIKAN DAN PENGUASAAN KONSEP

2 12 44

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 3E PADA MATERI KESETIMBANGAN KIMIA DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENGKOMUNIKASIKAN DAN INFERENSI

0 12 43

EFEKTIVITAS MODEL LEARNING CYCLE 3E PADA MATERI TERMOKIMIA DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENGKOMUNIKASIKAN DAN INFERENSI

0 14 34