Beban Kardiovaskuler cardiovascular load = CVL

mengukur tingkat kelelahan subjektif. Berisi 30 daftar pertanyaan dimana pernyataan nomor 1 sampai 10 mengenai pelemahan kegiatan, pertanyaan 11 sampai 20 pelemahan motivasi dan pertanyaan 21 sampai 30 untuk gambaran kelelahan fisik. Dimana setiap pertanyaan diberi scoring dengan skala Likert 4 Skala dimana: - Skor 1 = Tidak pernah merasakan - Skor 2 = Kadang-kadang merasakan - Skor 3 = Sering merasakan - Skor 4 = Sering sekali merasakan Dimana untuk menentukan klasifikasi kelelahan subjektif berdasarkan total skor individu menggunakan pedoman: Tabel 2.2 Klasifikasi Tingkat Kelelahan Subjektif berdasarkan total skor individu Tingkat Kelelahan Total Skor Individu Klasifikasi Kelelahan 1 30 – 52 Rendah 2 53 – 75 Sedang 3 76 – 98 Tinggi 4 99 – 120 Sangat Tinggi Sumber: Tarwaka, 2010

7. Beban Kardiovaskuler cardiovascular load = CVL

Denyut nadi merupakan salah satu variabel fisiologis tubuh yang menggambarkan tubuh dalam keadaan statis atau dinamis. Oleh karena itu denyut nadi dipakai sebagai salah satu indicator yang dipakai untuk mengetahui berat ringanya beban kerja seseorang. Semakin berat beban kerja, maka akan semakin pendek waktu kerja seseorang untuk bekerja tanpa kelelahan dan gangguan fisiologis lainya Azizah, 2005. Beban Kardiovaskuler cardiovascular load = CVL adalah perbandingan antara peningkatan denyut nadi kerja dengan denyut nadi maksimum, yang dihitung dengan rumus sebagai berikut: Grandjean dalam Tarwaka 2010, mendefinisikan beberapa jenis denyut nadi yaitu sebagai berikut: 1. Denyut Nadi Istirahat: adalah rerata denyut nadi sebelum pekerjaan dimulai 2. Denyut Nadi Kerja: adalah rerata denyut nadi selama bekerja 3. Nadi Kerja: adalah selisih antara denyut nadi istirahat dan denyut nadi kerja. Dimana untuk menentukan CVL diketahui bahwa denyut nadi maksimum adalah 220menit -umur untuk laki-laki dan 200- umurmenit untuk wanita. Dari hasil perhitungan CVL tersebut kemudian dibandingkan dengan klasifikasi yang telah ditetapkan sebagai berikut: Tabel 2.3 Klasifikasi Berdasarkan Cardiovaskular Load CVL CVL 100Klasifikasi 30 Tidak terjadi kelelahan 30 s.d 60 Diperlukan perbaikan 60 s.d 80 Kerja dalam waktu singkat 80 s.d 100 Diperlukan tindakan segera 100 Tidak diperbolehkan beraktivitas Sumber : Tarwaka, 2010

2.1.7 Penanggulangan Kelelahan Kerja

Penanggulangan terjadinya kelelahan menurut Silaban 1998 dalam Putri 2008 antara lain: 1. Seleksi tenaga kerja yang tepat mencakup fisik dan kesehatan secara umum. 2. Menciptakan kondisi lingkungan yang aman dan nyaman terutama disebabkan oleh faktor fisik, kimia, dan psikologi serta penerapan ergonomik. 3. Penggunaan warna yang lembut, dekorasi, dan musik di tempat kerja. 4. Organisasi proses produksi yang tepat atau pelaksanaan kerja bertahap mulai dari aktifitas ringan. 5. Rotasi pekerjaan secara periodik, libur kerja, serta rekreasi. 6. Memberi waktu istirahat yang cukup. 7. Latihan fisik. Latihan fisik secara fisiologis membantu kelancaran fungsi organ tubuh agar dapat melakukan pekerjaan lebih kuat, cekatan dan efisien. 8. Peningkatan upah dapat meningkatkan kepuasan kerja. 9. Penyediaan sarana dan fasilitas tempat istirahat yang nyaman, ruang makan, dan kantin. 10. Pemberian penyuluhan untuk meningkatkan pengetahuan pekerja. Untuk mengurangi tingkat kelelahan maka harus dihindari sikap kerja yang bersifat statis dab diupayakan sikap kerja yang lebih dinamis. Hal ini dapat dilakukan dengan merubah sikap kerja lebih dinamis. Hal ini dapat dilakukan dengan merubah sikap kerja yang statis menjadi sikap kerja yang lebih bervariasi atau dinamis, sehingga sirkulasi darah dan oksigen dapat berjalan normal ke seluruh anggota tubuh Husein, 2009 Seperti yang telah diuraikan sebelumnya bahwa kelelahan disebabkan oleh banyak faktor yang sangat kompleks dan saling berkaitan, hal yang paling penting adalah mengupayakan secepat mungkin untuk menangani kelelahan yang muncul agar tidak menjadi kronis. Agar dapat menangani kelelahan dengan cepat, maka kita harus mengetahui apa yang menjadi penyebab terjadinya kelelahan. Berikut akan diuraikan faktor penyebab terjadinya kelelahan, penyegaran dan cara menangani kelelahan Tarwaka, 2010. Gambar 2.4 Penyebab kelelahan, Cara mengatasi dan Manajemen Resiko Kelelahan PENYEBAB KELELAHAN 1. Aktifitas kerja fisik 2. Aktifitas kerja Mental 3. Stasiun kerja tidak ergonomi 4. Sikap paksa 5. Kerja statis 6. Kerja monoton 7. Lingkungan kerja ekstrim 8. Psikologis 9. Kebutuhan kalori kurang 10. Waktu kerja, istirahat CARA MENGATASI 1. Sesuai kapasitas kerja fisik 2. Sesuai kapasitas kerja mental 3. Redesain stasiun kerja ergonomis 4. Sikap kerja alamih 5. Kerja lebih dinamis 6. Kerja lebih bervariasi 7. Redesain lingkungan kerja 8. Reorganisasi kerja 9. Kebutuhan kalori seimbang 10. Istirahat setiap 2 jam kerja dengan sedikit kudapan RESIKO 1. Motivasi kerja turun 2. Performansi rendah 3. Kualitas kerja rendah 4. Banyak terjadi kesalahan 5. Produktifitas kerja rendah 6. Stress akibat kerja 7. Penyakit akibat kerja 8. Cedera 9. Terjadi kecelakaan kerja MANAJEMEN RESIKO 1. Tindakan preventif melalui pendekatan inovatif dan partisipatoris 2. Tindakan kuratif 3. Tindakan rehabilitative 4. Jaminan masa tua 5. Dan lain-lain Monica, 2010 Karakteristik kelelahan kerja akan meningkat dengan semakin lamanya pekerjaan yang dilakukan, sedangkan menurunnya rasa lelah recovery adalah didapat dengan memberikan istirahat yang cukup. Istirahat sebagai usaha pemulihan dapat dilakukan dengan berhenti kerja sewaktu-waktu sebentar samapi tidur malam hari Kelelahan dapat dikurangi dengan berbagai cara, diantaranya: 1. Sediakan kalori secukupnya sebagai input untuk tubuh. 2. Bekerja dengan menggunakan metoda kerja yang baik, misalnya bekerja dengan memakai prinsip ekonomi gerakan. 3. Memperhatikan kemampuan tubuh, artinya mengeluarkan tenaga tidak melebihi pemasukannya dengan memperhatikan batasan-batasannya 4. Memperhatikan waktu kerja yang teratur. Berarti harus dilakukan pengaturan terhadap jam kerja, waktu istirahat dan sarana-sarananya masa-masa libur dari rekreasi, dan lain-lain. 5. Mengatur lingkungan fisik sebaik-baiknya, seperti temperatur, kelembaban, sirkulasi udara, pencahayaan, kebisingan, getaran bau wangi-wangian dan lain-lain. 6. Berusaha untuk mengurangi monotoni dan ketegangan-ketegangan akibat kerja. Menurut Suma’mur 1996, kelelahan dapat dikurangi dengan berbagai cara yang ditujukkan kepada keadaan umum dan lingkungan fisik di tempat kerja. Misalnya, dengan pemberian kesempatan istirahat yang tepat. Penerapan ergonomi dalam hal pengadaan tempat duduk meja dan bangku-bangku kerja sangat membantu. Demikian pula organisasi proses produksi yang tepat. Selanjutnya usaha-usaha perlu ditujukkan kepada kebisingan, tekanan panas, pengudaraan dan penerangan yang baik.

2.2 Karakteristik Pekerja

Istilah karakteristik diambil dari bahasa Inggris yakni characteristic, yang artinya suatu sifat khas yang melekat pada seseorang atau suatu objek. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Karakteristik adalah cirri-ciri khusus atau mempunyai sifat khas sesuai dengan perwatakan tertentu. Ditambahkan oleh Wdianingrum 1999, karakteristik adalah cirri-ciri dari demografi dan status sosial. Demografi berkaitan dengan umur, stuktur prnduduk dan juga jenis kelamin, sedangkan statsu sosial terdiri dari tingkat pendidikan, pekerjaan, ras, status ekonomi dan sebagainya. Ditambahkan lagi oleh Efendi 2004, ciri demografi karakteristik individu, berkaitan dengan struktur penduduk, umur, jenis kelamin dan status ekonomi. Sedangkan data cultural berkaitan dengan tingkat pendidikan, pekerjaan, agama, adat istiadat, penghasilan dan sebagainya.

2.2.1 Usia

Usia seseorang akan memengaruhi kondisi, kemampuan, dan kapasitas tubuh dalam melakukan aktivitasnya. Produktivitas kerja akan menurun seiring dengan bertambahnya usia. Berbagai perubahan fisiologis disebabkan oleh penuaan tetapi semakin jelas bahwa banyak perubahan fungsi itu berhubungan dengan penyakit, gaya hidup misalnya: Kurang gerak badan atau keduanya WHO, 1996. Usia berkaitan dengan kelelahan karena pada usia yang meningkat akan diikuti dengan proses degenerasi dari organ sehingga dalam hal ini kemampuan organ akan menurun. Dengan adanya penurunan kemampuan organ, maka hal ini akan menyebabkan tenaga kerja akan semakin mudah mengalami kelelahan Bertambanya usia akan memengaruhi komposisi tubuh manusia. Massa tubuh tanpa lemak dan berat otot berkurang yang mengakibatkan berkurangnya kekuatan, ketahanan, dan volume otot. Dari segi histologinya, perubahan-perubahan tersebut ada hubunganya dengan berkurangnya serabut otot tipe 2 dan berkurangnya aktivitas enzim-enzim otot. Hal ini lah yang dapat memacu terjadinya kelelahan Putri, 2008. Hal itu juga didukung oleh ILOWHO, 1996 yang mengemukakan bahwa kapasitas kerja seorang pekerja akan berkurang hingga menjadi 80 pada usia 50 tahun dan akan lebih menurun lagi hingga tinggal 60 saja pada usia 60 tahun jika dibandingkan dengan kapasitas kerja mereka yang berusia 25 tahun. Dengan menurunya kapasitas kerja seseorang maka kesanggupan untuk bekerja akan semaakin berkurang akibatnya perasaan lelah akan lebih cepat timbul. Seseorang dengan usia menjelang 45 tahun akan lebih cepat merasakan lelah. Hal ini dikarenakan seseorang dengan usia tersebut akan mengalami penurunan kapasitas kerja yang meliputi kapasitas fungsional, mental dan sosial. Menurut laporan, untuk beberapa pekerjaan bukan semua kapasitas kerja akan terus menurun menjelang usia 50 sampai 55 tahun Adiningsari, 2009. 2.2.2 Status Gizi IMT Status gizi adalah salah satu faktor dari faktor kapasitas kerja. Dimana keadaan gizi buruk dengan beban kerja yang berat akan menganggu kerja dan menurunkan efisiensi serta mengakibatkan kelelahan Oentoro, 2004. Status gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk variabel tertentu. Contohnya gondok endemik merupakan keadaan seimbang tidaknya asupan dan pengeluaran yodium dalam tubuh Supariasa, 2001. Antropometri merupakan metode yang paling sering digunakan dalam penilaian status gizi. Metode ini menggunakan parameter berat badan BB dan tinggi badan TB. Melalui kedua parameter tersebut, dapat dilakukan penghitungan Indeks Masa Tubuh IMT dengan rumus sebagai berikut Depkes RI, 2003: Depkes RI 2003, mengklasifikasikan status gizi berdasarkan IMT dengan didasari penyesuaian terhadap postur tubuh orang Indonesia yang lebih kecil dibandingkan dengan postur tubuh orang luar. Tabel 2.3 Klasifikasi Status Gizi Berdasarkan IMT Menurut DepKes RI 2003 Keadaan Keterangan IMT Laki-Laki Kgm 2 Status Gizi Baik Normal 17,00-23,00 Status Gizi Buruk Kurang berat badan Kelebihan berat badan 17,00 23,01 Modifikasi dari sumber: Pedoman Praktis Terapi Gizi Medis, DepKes RI 2003 Menurut Stellman dalam Astono 2003, status gizi sangat berpengaruh terhadap kelelahan yang terjadi. Pekerja dengan status gizi yang baik akan memiliki mekanisme pemulihan dari kelelahan kerja yang lebih baik. Dengan pemulihan yang lebih baik akan memiliki mengurangi efek kumulatif dari kelelahan sehingga kemungkinan kelelahan yang terjadi akan semakin rendah. Selain itu pengaturan pola makan dan pengaturan berat badan berpengaruh terhadap kapasitas kerja sesorang. Indicator yang dapat dipakai untuk menilai status gizi seseorang antara lain adalah kadar Hb darah dan Indeks Masa Tubuh IMT.

2.2.3 Riwayat Penyakit

Grandjean 1997 dalam Putri 2007, mengemukakan bahwa kelelahan secara fisiologis dan psikologis dapat terjadi saat kondisi tubuh tidak fitsakit atau seseorang mempunyai keluhan terhadap penyakit tertentu. Semakin buruk kondisi kesehatan seorang pekerja maka kelelahan akan semakin cepat timbul. Individu dengan kondisi kesegaran jasmani secara umum baik memiliki resiko lebih kecil terhadap terjadinya resiko Low Back Pain LBP dan penyembuhan akan rasa nyeri akan lebih cepat pulih dibandingkan dengan individu lain Dickerson dan Chaffin, 1994 dalam Astono, 2003. Menurut NTC, 2006 kelelahan pada seorang pekerja juga dapat terjadi dari riwayat penyakit seseorang yang dapat berkontribusi menimbulkan kelelahan seperti, Penyakit Jantung, Diabetes, Anemia, gangguan tidur, Parkinson. Oentoro 2004, adanya beberapa penyakit yang dapat mempengaruhi kelelahan, penyakit tersebut antara lain: a. Penyakit Jantung Seseorang yang mengalami nyeri jantung jika kekurangan darah, kebanyakan menyerang bilik kiri jantung sehingga paru-paru akan mengalami bendungan dan penderita akan mengalami sesak napas sehingga akan mengalami kelelahan. b. Penyakit gangguan ginjal Pada penderita gangguan ginjal, sistem pengeluaran sisa metabolisme akan terganggu sehingga tertimbun dalam darah uremi. Penimbunan sisa metabolisme menyebabkan kelelahan. c. Penyakit asma Pada penderita penyakit asma terjadi gangguan saluran udara bronkus kecil bronkiolus. Proses transportasi oksigen dan karbondioksida terganggu sehingga terjadi akumulasi karbondioksida dalam tubuh yang menyebabkan kelelahan. Terganggunya proses tersebut karena jaringan otot paru-paru terkena radang. d. Tekanan darah rendah Pada penderita tekanan darah rendah kerja jantung untuk memompa darah ke bagian tubuh yang membutuhkan kurang maksimal dan lambat sehinggakebutuhan oksigennya tidak terpenuhi, akibatnya proses kerja yang membutuhkan oksigen terhambat. Pada penderita penyakit paru-paru pertukaran O2 dan CO2 terganggu sehingga banyak tertimbun sisa metabolisme yang menjadi penyebab kelelahan. f. Tekanan darah tinggi Pada tenaga kerja yang mengalami tekana darah tinggi akan menyebabkan kerja jantung menjadi lebih kuat sehingga jantung membesar. Pada saat jantung tidak mampu mendorong darah beredar ke seluruh tubuh dan sebagian akan menumpuk pada jaringan seperti tungkai dan paru. Selanjutnya terjadi sesak napas bila ada pergerakan sedikit karena tidak tercukupi kebutuhan oksigennya akibatnya pertukaran darah terhambat. Pada tungkai terjadi penumpukan sisa metabolisme yang menyebabkan kelelahan.

2.2.4 Masa Kerja

Kelelahan berkaitan dengan tekanan yang terjadi pada saat bekerja yang dapat berasal dari tugas kerja, kondisi fisik, kondisi kimia, dan sosial ditempat kerja. Tekanan konstan, terjadi seiring dengan penambahan masa kerja dan adaptasi. Malkom, 1988 dalam Putri, 2007. Masa kerja merupakan akumulasi dari waktu dimana pekerja telah memegang pekerjaan tersebut. Semakin banyak informasi yang disimpan, maka semakin banyak keterampilan yang dipelajari serta semakin banyak pekerjaan yang dikerjakan. Rohmert, 1988 dalam Andiningsari, 2008. Lama kerja berkaitan dengan efek kumulatif dari stressor untuk menimbulkan suatu strain. Semakin lama seseorang bekerja pada suatu pekerjaan, maka kelelahan yang terjadi akan semakin sering Stellman 1998, dalam Astono, 2003 . Masa kerja dapat mempengaruhi pekerja baik positif maupun negatif. Akan memberikan pengaruh positif bila semakin lama seseorang bekerja maka akan berpengalaman dalam melakukan pekerjaannya. Sebaliknya akan memberikan pengaruh negatif apabila semakin lama bekerja akan menimbulkan kelelahan dan kebosanan. Semakin lama seseorang dalam bekerja maka semakin banyak dia telah terpapar bahaya yang ditimbulkan oleh lingkungan kerja tersebut. Secara garis besar masa kerja dapat dikategorikan menjadi 3 Budiono, 2003, yaitu: 1. Masa kerja 6 tahun 2. Masa kerja 6-10 tahun 3. Masa kerja 10 tahun

2.3 Pemanenan

Pemanenan adalah kegiatan memotong Tandan Buah Segar TBS dari pohon hingga penganggkutan ke pabrik. Proses pelaksanaan kerja dimulai dengan, pemanen terlebih dahulu memeriksa tandan buah yang sudah masak untuk selanjutnya dilakukan proses pemanenan. Selanjutnya sebelum tandan buah yang matang tersebut diturunkan dipanen, pemanen harus terlebih dahulu memotong pelepah mati yang menghalangi TBS yang sudah matang dengan sudut 30 , dan menyusunya di gawangan mati. Setelah pelepah dipotong, maka selanjutnya pemanen memotong TBS dari pokok dengan tidak menyisakan brondolan di tangkai tandan buah. Jika tandan buah masih panjang, maka diupayakan dipotong serapat mungkin dengan buah. Rata-rata pemanen perhari dapat memanen tandan buah sawit TBS sebanyak 60 tandan dengan berat sekitar 1200 kg. TBS yang telah jatuh didekat pohon atau disekitar piringan, dikumpulkan. Selanjutnya pemanen memuat angklong dengan TBS, dimana isi muatan angklong tergantung ukuran dan berat TBS. Umumnya berat TBS berkisar antara 15-50 kg tergantung usia tanaman dan kualitas TBS. Apabila TBS berukuran besar, maka satu angkong hanya berisi 2 TBS, tetapi apabila TBS berukuran kecil maka dapat mengangkut 3-4 TBS dan diangkut ke Tempat Pemungutan Hasil TPH. Selanjutnya berondolan yang jatuh dan masih tersisa akan dikutip untuk selanjutnya juga diangkut dan dikumpulkan di TPH. Akhirnya bekas potongan TBS yang sudah dipanen diberi penomoran yang menunjukan blokpetak dan inisial pemanen PTPN IV Unit Usaha Adolina, 2012.

2.3.1 Tahapan Proses Kerja Panen

Proses pemanenan kelapa sawit atau TBS terdiri dari beberapa tahapan pekerjaan yaitu:

1. Pemotongan Pelepah dan Tandan Buah Segar TBS