c. Riwayat Penyakit
Untuk keperluan analisa data maka kondisi fisik pemanen diklasifikasikan kedalam 2 katagori:
- memiliki riwayat penyakit tertentu
- tidak memiliki riwayat penyakit tertentu
Adapun penyakit yang dimaksud adalah: Anemia, Diabetes, Tekanan darah tingi, Tekanan darah rendah, Penyakit jantung, Gangguan ginjal, Asma. Kondisi fisik
pemanen diperoleh data kesehatan di klinik perusahaan. Untuk memperoleh riwayat penyakit yang dialami responden
d. Masa Kerja
Pengkelompokan masa kerja untuk uji statistic dibagi atas 3 kelompok, sesuai dengan pengklasifikasian oleh Budiono, 2003:
- 6 tahun.
- 6-10 tahun.
- 10 tahun.
Masa kerja pemanen diperoleh dengan melihat data sekunder yang ada di PT. Perkebunan Nusantara IV Persero Unit Usaha Adolina.
3.7.2 Cara Kerja. a. Pemotongan Pelepah dan Tandan Buah Segar TBS
Untuk keperluan uji statistic maka proses kerja pemotongan pelepah dan Tandan Buah Segar TBS ini dikelompokan menjadi 2 bagian sesuai dengan tinggi
tanaman, dimana tinggi tanaman akan memengaruhi cara kerja panen yang dilakukan:
- ketinggian tanaman 2-5 m - ketinggian tanaman 5 m
b. Mengangkat, Memasukan, dan Membawa TBS dengan Angkong ke TPH.
untuk keperluan uji statistic maka proses mengangkat, memasukan, dan
membawa TBS dengan angkong ke TBG.ini dikelompokan menjadi 2 bagian sesuai
dengan usia tanaman, dimana usia tanaman akan memengaruhi cara kerja panen dan juga beban TBS yang diangkat oleh pemanen yang dilakukan:
- Tanaman berumur 3-5 tahun
- Tanaman berumur 5 tahun 3.7.3 Kelelahan Kerja
Untuk mengukur kelelahan pada pemanen kelapa sawit, digunakan pengukuran denyut nadi. Denyut nadi merupakan salah satu variabel fisiologis tubuh
yang menggambarkan tubuh dalam keadaan statis atau dinamis. Oleh karena itu denyut nadi dipakai sebagai salah satu indicator yang dipakai untuk mengetahui berat
ringanya beban kerja seseorang. Semakin berat beban kerja, maka akan semakin pendek waktu kerja seseorang untuk bekerja tanpa kelelahan dan gangguan fisiologis
lainya Azizah, 2005. Pengukuran denyut nadi untuk mengetahui kelelahan ini dilakukan oleh
dokter didampingi oleh peneliti, yang sebanyak 2 kali untuk mnegetahui rerata denyut nadi kerja dan denyut nadi istirahat. Sebelum responden memulai kerja pertama-tama
dihitung denyut nadi istirahat. Segera setelah responden melakukan kerja dan belum sempat beristirahat dilakukan pengukuran denyut nadi kembali untuk mengetahui
denyut nadi kerja. Selanjutnya beban cardiovascular CVL Dihitung dengan menggunakan rumus
Contoh untuk seorang pekerja yang telah berusia 45 tahun, saat pengukuran diketahui denyut nadi sebelum memulai kerja tidak beraktivitas sebanyak 72 bps.
Segera bekerja segera sebelum istirahat dilakukan pengukuran denyut nadi kembali untuk mengetahui denyut nadi kerja dan diperoleh hasil sebnayk 128 bps. Maka dapat
dihitung CVL : CVL = 100 X 128-72
220 – 45 = 54.4.
Selanjutnya untuk keperluan uji statistic maka kelelahan akan diklasifikasikan menjadi 5 katagori, dengan klasifikasi yang telah ditetapkan sebagai berikut:
Tabel 3.3 Klasifikasi Berdasarkan Cardiovaskular Load CVL
CVL Klasifikasi
30 Tidak terjadi kelelahan
30 s.d 60 Diperlukan perbaikan
60 s.d 80 Kerja dalam waktu singkat
80 s.d 100 Diperlukan tindakan segera
100 Tidak diperbolehkan beraktivitas
Sumber : Tarwaka, 2010
3.8. Teknik Analisa Data