Peningkatan Kinerja Aparatur Melalui Sistem Informasi SMS (Short Message Service) Gateway Di Inspektorat Kabupaten Bandung

(1)

v

Penelitian ini dilatar belakangi oleh adanya penggunaan pelayanan Sistem Informasi SMS Gateway yang bertujuan untuk meningkatkan pelayanan, tanggung jawab dan produktivitas kerja aparat pemerintah Kabupaten Bandung dan untuk efisien dan efektifnya pelayanan pengaduan masyarakat. Penelitian ini difokuskan sampai sejauhmana terlaksananya pelayanan penanganan pengaduan melalui Sistem Informasi SMS Gateway di Inspektorat Kabupaten Bandung.

Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori dari Dwiyanto tentang faktor pendukung keberhasilan kinerja birokrasi publik. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan pendekatan yang digunakan pendekatan kualitatif. Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah melalui studi pustaka, studi lapangan dan observasi serta dengan melakukan wawancara. Informan dalam penelitian ini adalah aparatur Inspektorat Kabupaten Bandung dengan menggunakan teknik purposive, selain itu masyarakat dijadikan sebagai informan dengan teknik purposive.

Keberhasilan kinerja birokrasi publik dipengaruhi oleh beberapa indikator diantaranya adalah produktivitas, kualitas layanan, responsivitas, responsibilitas dan akuntabilitas. Dari kelima indikator diatas diharapkan akan meningkatkan pelayanan penanganan kepada masyarakat dan meningkatnya sumber daya manusia terhadap aparatur di Inspektorat Kabupaten Bandung.

Berdasarkan hasil penelitian, produktivitas dalam pelayanan pengolahan data SMS masyarakat sampai pengeluaran data masyarakat masih kurang cepat, karena Aparatur Inspektorat di Kabupaten Bandung masih ada yang belum bisa mengoperasikan komputer khususnya penggunaan SMSGateway, kualitas layanan sudah cukup baik, responsivitas merupakan tanggapan aparatur yang sudah cukup baik, responsibilitas merupakan tanggung jawab aparatur yang sudah sesuai dengan aturan – aturan atau norma – norma yang berlaku, akuntabilitas sudah terlaksana dengan baik.


(2)

vi

This research was conducted as background by the use of SMS Gateway Information System service which aims to improve services, responsibilities and work productivity Bandung regency government officials and for efficient and effective complaints service. This research is focused to the extent of implementation of the complaints handling service via SMS Gateway Information System in Bandung District Inspectorate.

Theory used in this research is the theory of factor endowments Dwiyanto about the success of the performance of public bureaucracies. The method used is descriptive method with approach used a qualitative approach. As for data collecting technique applied in this research is through library, field studies and observations and by conducting interviews. Informants in this research is Bandung District Inspectorate apparatus using a purposive technique, besides society serve as informants by purposive technique.

The success of the performance of public bureaucracies is influenced by several indicators such as productivity, service quality, responsiveness, responsibility and accountability.Of the five indicators above are expected to improve the handling of service to the community and increasing the human resources of personnel in the Inspectorate of Bandung regency.

Based on this research, the productivity in the service of SMS data processing community to the public expenditure data are still not quick enough, because Apparatus Inspectorate in Bandung regency still exist that have not been able to operate a computer, especially the use of SMS Gateway, service quality is good enough, the response is the response apparatus, which is enough well, responsibility is the responsibility of the apparatus which is in conformity with the rules - rules or norms - norms, accountability has been performing well.


(3)

1 1.1 Latar Belakang Masalah

Pembangunan daerah yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat, dan meningkatkan peran serta masyarakat dalam proses pembangunan di daerahnya. Penerapan otonomi daerah telah membuka peluang bagi daerah provinsi, daerah kabupaten/kota untuk mengembangkan kreativitas dan inovasinya membangun daerah guna mengimplementasikan makna otonomi yang luas, nyata dan bertanggung jawab. Konsep otonomi daerah yang diberlakukan sekarang ini merupakan suatu bentuk pelayanan kepada publik yang lebih berorientasi pada kebutuhan masyarakat, sehingga secara otomatis berbagai fasilitas pelayanan publik harus lebih didekatkan sehingga mudah dijangkau oleh masyarakat atau publik.

Pelayanan pemerintah daerah merupakan suatu informasi yang sangat penting untuk diketahui oleh seluruh mayarakat. Pemerintah daerah harus mewujudkan suatu pelayanan sistem informasi. Pelayanan sistem informasi dilakukan karena suatu keharusan terutama didalam Pemerintahan untuk memudahkan dan meningkatkan kinerja para aparatur. Penggunaan sistem teknologi informasi dalam bidang pemerintahan salah satunya digunakan untuk kelancaran komunikasi antar lembaga-lembaga, dinas, instansi dan badan. Komunikasi antar pemerintah pusat dengan pemerintah daerah serta bagi masyarakat luas supaya terjalin suatu sistem kepemerintahan yang efektif, efisien


(4)

serta cepat dalam melayani masyarakat luas. Teknologi sistem informasi mampu menyediakan ruang informasi pelayanan publik yang dapat diakses oleh siapapun, dimana pun secara mudah.

Kemajuan teknologi dan informasi pemerintah Kabupaten Bandung dapat dilihat dari pelayanan administrasi yang sudah berbasis pada penggunaan teknologi komputer, yaitu dengan menerapkan konsep teknologi pemerintahan yang sering disebut e-Government. Penerapan e-Government merupakan salah satu bentuk usaha yang dilakukan pemerintah Kabupaten Bandung, dalam menjalankan aktivitas pemerintahannya yang lebih efektif dan efisien.

Inspektorat Kabupaten Bandung berdasarkan peraturan daerah Kabupaten Bandung Nomor 21 Tahun 2007 tentang pembentukan organisasi lembaga teknis daerah Kabupaten Bandung mempunyai tugas pokok membantu Bupati. Tugas pokok Inspektorat yaitu merumuskan dan menentukan kebijaksanaan teknis di bidang pengawasan daerah dalam melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan urusan pemerintah daerah, pelaksanaan pembinaan atas penyelenggaraan pemerintahan desa dan pelaksanaan urusan pemerintahan desa serta melaksanakan ketatausahaan Inspektorat.

Inspektorat Kabupaten Bandung mempuyai tugas melaksanakan pengawasan terhadap penyelenggaraan pemerintahan di daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Inspektorat Kabupaten Bandung dalam melaksanakan tugasnya berkeinginan kuat untuk meningkatkan kinerja pengawasan melalui peningkatan kualitas SDM, sarana dan prasarana, serta kualitas perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian kegiatan pengawasan.


(5)

Misi ini diharapkan seluruh pegawai Inspektorat termotivasi untuk menyelesaikan tugasnya secara profesional sesuai dengan peraturan yang berlaku, efisien, efektif dan akuntabel sehingga memberikan nilai tambah bagi unit kerja di lingkungan pemerintah Kabupaten Bandung.

Inspektorat Kabupaten Bandung merupakan salah satu kantor pemerintahan yang bergerak di bidang pengawasan. Inspektorat Kabupaten Bandung dalam melaksanakan tugasnya membentuk tim pusat pelayanan pengaduan masyarakat berbasis elektronik pada Pemerintah Kabupaten Bandung dibentuk berdasarkan keputusan Bupati Bandung nomor : 55.8/KEP.191 – BAPAPSI/2008 yang diberi nama sistem informasi SMS gateway. Pemograman SMS gateway adalah program yang dapat digunakan untuk menangani atau mengelola pesan berupa SMS dari pengguna dengan aturan tertentu. Membuat program otomatisasi teleakses maka harus tersedia aplikasi yang dapat menangani pesan-pesan yang dikirimkan pada ponsel yang telah dihubungkan dengan komputer melalui port serial. Aplikasi akan berkomunikasi atau bertukar data melalui port serial tersebut. Program harus dapat melakukan penulisan dan pembacaan data melalui port serial.

Pelaksanaan pelayanan pengaduan masyarakat berbasis elektronik berlangsung dari tahun 2006-sekarang. Tuntutan masyarakat untuk mendapat pelayanan dan informasi secara cepat seiring pesatnya perkembangan teknologi informasi akhir-akhir ini bukan lagi merupakan hal yang sulit dilakukan, yang ada hanyalah bagaimana pelayanan yang baik dan informasi yang benar bisa diperoleh dengan cepat, tepat dan akurat pada saat dibutuhkan. BAPAPSI (Badan


(6)

Perpustakaan, Arsip dan Pengembangan Sistem Informasi) selaku pengelola membangun dan mengembangkan sistem informasi yang diberi nama SMS gateway bagi kebutuhan masyarakat luas yang dioperasionalkan oleh Inspektorat Kabupaten Bandung.

Maksud dan tujuan pembentukan tim pusat pelayanan pengaduan masyarakat berbasisi elektronik adalah untuk meningkatkan pelayanan, tanggung jawab dan produktivitas kerja aparat pemerintah Kabupaten Bandung dan untuk efisien dan efektifnya pelayanan pengaduan masyarakat. Tim pusat pelayanan pengaduan masyarakat berbasis elektronik mempunyai tugas melakukan upaya yang sinergis dalam pencegahan penyimpangan-penyimpangan dalam rangka pelaksanaan tugas-tugas pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan, serta melaksanakan pelayanan pengaduan masyarakat berbasis elektronik sesuai dengan mekanisme penanganan atau prosedur. Tim pusat pelayanan pengaduan masyarakat berbasis elektronik setelah menerapkan strategi pencapaian tersebut akan melaksanakan evaluasi dan pelaporan pelaksanaan kegiatan pelayanan penanganan pengaduan masyarakat berbasis elektronik.

Mekanisme pelayanan pengaduan masyarakat di sampaikan melalui SMS resmi Pemerintah Kabupaten Bandung nomor 022-706-22222. Selain melalui SMS gateway penanganan pengaduan masyarakat dilakukan pula melalui saluran penanganan PO. BOX 9999. Penanganan pengaduan masyarakat yang memerlukan audit / periksaan oleh Inspektorat. Masyarakat (pihak pelapor) harus menyampaikan bukti atau fakta yang jelas agar dapat ditindaklanjuti. Pelaporan


(7)

dari masyarakat akan diproses, dan lamanya proses pelayanan berupa jawaban untuk SMS pengaduan selambat-lambatnya selama 2 (dua) minggu.

Saluran penanganan pengaduan melalui SMS gateway dan PO. BOX 9999, disediakan guna memberikan pelayanan kepada masyarakat yang akan memberikan laporan atau pengaduan dengan melampirkan bukti/data-data terjadinya suatu penyimpangan yang terjadi, baik yang dilakukan oleh aparat pemerintah Kabupaten Bandung ataupun pemerintahan desa yang ada di wilayah Kabupaten Bandung. Penyediaan sarana pengaduan masyarakat ini baik melalui SMS gateway 022-706-22222 maupun PO. BOX 9999 dimaksudkan sebagai upaya dalam rangka peningkatan sistem pengawasan khususnya dalam penanganan kasus-kasus pengaduan.

Standar Operating Procedur (SOP) penanganan sistem pelayanan informasi berbasis SMS di pemerintah Kabupaten Bandung, dimulai dari adanya SMS pengaduan dari masyarakat. Inspektorat selaku koordinator operasional akan menerima semua SMS database pengaduan dari masyarakat. Klarifikasi SMS atau jenis pengaduan terbagi menjadi dua, yang bersifat audit/kasus akan diaudit/diperiksa oleh inspektorat dan yang tidak bersifat audit/kasus tetapi bersifat kondisional dilanjutkan ke SKPD (satuan kerja perangkat daerah) terkait. Pengaduan dari masyarakat (pihak pelapor) harus menyampaikan bukti/fakta yang jelas agar dapat ditindaklanjuti. Bukti/fakta tersebut akan diproses menjadi laporan hasil audit untuk diminta pertanggungjawabannya terhadap evaluasi kinerja aparatur.


(8)

Sistem informasi SMS gateway merupakan suatu totalitas yang terpadu terdiri atas modul group, modul phonebook/nomor telepon relasi, modul send message, modul list message/sms data list dan yang terakhir modul template. Perangkat SMS gateway berjumlah 1 unit PC, modemCDMA, softwaremySQL, kemudian ditambah 1 unit jaringan (switch+kabel).

Sasaran Inspektorat Kabupaten Bandung merupakan penjabaran dari tujuan yang dirumuskan sebelumnya. Sasaran yang dikembangkan mencakup konsep, tujuan, ruang lingkup, arah dan kepastian dari tujuan yang ingin dicapai yaitu, pertama meningkatnya kualitas hasil pengawasan. Kedua, meningkatnya kualitas kuantitas penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat. Ketiga, meningkatnya efektivitas pelaksanaan tupoksi SKPD dalam rangka meningkatkan pencapaian akselerasi pembangunan. Keempat, berkurangnya praktek-praktek korupsi, kolusi, dan nepotisme.

Pelaksanaan dalam peningkatan kinerja aparatur di pemerintahan Kabupaten Bandung melalui pengaduan SMS gateway ini masih banyak kekurangan-kekurangan yang perlu diperbaiki dan dibenahi. Seperti dari segi teknis dan non teknis. Hambatan atau kendala yang sering muncul dalam tim pusat pelayanan pengaduan masyarakat berbasis elektronik diantaranya yaitu, pertama penulisan/pengetikan pelapor yang masuk ke program kadang tidak terbaca dengan jelas, dikarenakan nomor program eror. Kedua, adanya virus yang masuk ke program, mengakibatkan terlambatnya pembacaan berita/ SMS. Ketiga, program yang digunakan kadang susah dibuka, dikarenakan adanya gangguan jaringan.


(9)

Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti mengambil judul “Peningkatan Kinerja Aparatur melalui Sistem Informasi SMS (Short Message Service) Gateway di Inspektorat Kabupaten Bandung”.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka untuk memfokuskan arah dan proses pembahasan dalam penelitian ini, peneliti mengidentifikasikan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana produktifitas aparatur melalui sistem informasi SMS gateway di Inspektorat Kabupaten Bandung?

2. Bagaimana kualitas layanan aparatur melalui sistem informasi SMS gateway di Inspektorat Kabupaten Bandung?

3. Bagaimana responsivitas aparatur melalui sistem informasi SMS gateway di Inspektorat Kabupaten Bandung?

4. Bagaimana responsibilitas aparatur melalui sistem informasi SMS gateway di Inspektorat Kabupaten Bandung?

5. Bagaimana akuntabilitas aparatur melalui sistem informasi SMS gateway di Inspektorat Kabupaten Bandung?

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menggambarkan peningkatan kinerja aparatur melalui sistem informasi SMS gateway di Inspektorat Kabupaten Bandung. Sedangkan tujuan penelitian ini adalah:


(10)

1. Untuk mengetahui produktifitas aparatur melalui sistem informasi SMS gateway di Inspektorat Kabupaten Bandung.

2. Untuk mengetahui layanan aparatur melalui sistem informasi SMSgateway di Inspektorat Kabupaten Bandung.

3. Untuk mengetahui responsivitas aparatur melalui sistem informasi SMS gateway di Inspektorat Kabupaten Bandung.

4. Untuk mengetahui responsibilitas aparatur melalui sistem informasi SMS gateway di Inspektorat Kabupaten Bandung.

5. Untuk mengetahui akuntabilitas aparatur melalui sistem informasi gateway di Inspektorat Kabupaten Bandung.

1.4 Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi baik dari segi teoritis maupun dari segi praktis, yaitu:

1. Bagi Peneliti

Penelitian ini dapat berguna untuk menambah wawasan dan pengetahuan peneliti mengenai peningkatan kinerja aparatur melalui sistem informasi SMS gateway diInspektorat Kabupaten Bandung.

2. Secara teoritis

Pada bidang keilmuan yang berkaitan dengan penelitian. Penelitian yang dilaksanakan dapat berguna untuk ilmu pemerintahan sesuai bidang ilmu yang dipelajari. Di mana dengan penelitian ini, diharapkan akan memberikan sumbangan ilmu serta dapat dijadikan bahan tinjauan awal untuk melakukan


(11)

penelitian serupa di masa yang akan datang, yaitu dengan mengetahui gejala-gejala baik hambatan, tantangan, dan gangguan dalam proses pelaksanaan penelitian.

3. Secara praktis

hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran, informasi atau solusi kepada Inspektorat Kabupaten Bandung dalam peningkatan kinerja aparatur melalui sistem informasi SMS gateway.

1.5 Kerangka Pemikiran

Perkembangan teknologi informasi, khususnya melalui website sudah demikian pesatnya, sehingga website sudah menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan oleh sebagian organisasi perusahaan, organisasi kemasyarakatan, partai politik termasuk oleh pemerintah. Penggunaan teknologi dalam pemerintahan, dikenal dengan nama sebutan e-Government, yaitu penggunaan teknologi informasi dan komunikasi yang khusus dirancang untuk memenuhi kebutuhan pemerintahan, terutama dalam penyimpanan data dan memperluas akses publik sehingga terciptanya akuntabilitas dan terwujudnya good governance.

Penggunaan teknologi dan informasi pada lembaga pemerintah akan berdampak pada peningkatan kinerja aparatur pemerintah dan menghasilkan kualitas kerja yang produktif dan tepat guna. Peningkatan tersebut tidak akan lancar, jika tidak diimbangi dengan kinerja yang efektif maka aplikasi e-Government tidak akan berjalan dengan sempurna. Hal ini sejalan dengan


(12)

pendapat yang dikemukakan oleh Anwar Prabu Mangkunagara. Menurut Anwar Prabu Mangkunagara : “kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai negeri dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya” (Mangkunegara,2006:67).

Salah satu faktor penentu keberhasilan organisasi pemerintahan adalah kinerja dan produktivitas aparatur. Setiap organisasi atau instansi dalam melaksanakan program yang diarahkan selalu berdaya guna untuk mencapai tujuan pemerintahan yang baik. Salah satu caranya adalah meningkatkan kinerja aparatur. Organisasi pemerintahan menggunakan alat untuk mengukur kinerja birokrasi publik, indikator yang digunakan menurut Dwiyanto dalam bukunya yang berjudul Reformasi Birokrasi Publik, yaitu :

1. Produktifitas 2. Kualitas Layanan 3. Responsivitas 4. Responsibilitas 5. Akuntabilitas.

(Dwiyanto 2008 : 50-51)

Model kinerja menurut Dwiyanto di atas jelas bahwa terdapat lima faktor yang mempengaruhi kinerja, yaitu produktifitas, kualitas layanan, responsivitas, responsibilitas, akuntabilitas.

Kesatu, produktivitas yaitu rasio input dan output suatu proses produksi dalam periode tertentu. Semakin baik hasil kerja yang dicapai aparatur dalam suatu proses kinerja, maka terjadinya kesalahan-kesalahan akan sangat kecil untuk terjadi dan begitu pula jika semakin buruk hasil kerja yang dicapai aparatur, maka terjadinya kesalahan-kesalahan akan sangat besar untuk terjadi.

Kedua, kualitas layanan yaitu biaya pelayanan, lamanya pemberian pelayanan dan kualitas sumber daya manusia yang relatif rendah. Kepastian biaya pelayanan yang harus dikeluarkan oleh masyarakat merupakan suatu hal yang penting untuk melihat intensitas korupsi dalam


(13)

sistem layanan. Lamanya pemberian pelayanan kepada publik pengguna jasa karena disebabkan adanya kendala internal dan eksternal.

Ketiga, responsivitas yaitu kemampuan birokrasi untuk mengenali kebutuhan masyarakat, menyusun agenda dan prioritas pelayanan, serta mengembangkan program-program pelayanan.

Keempat, responsibilitas yaitu kegiatan pelaksanaan yang dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip administrasi pelayanan yang baik dalam menggunakan sistem layanan. Menurut Warsito Utomo, responsibilitas pelayanan publik dijabarkan menjadi beberapa antara lain: infrastruktur pelayanan dan aktivitas administrasi pelayanan.

Kelima, akuntabilitas yaitu suatu ukuran yang menunjukan seberapa besar tingkat kesesuaian penyelenggaraan pelayanan dengan ukuran nilai-nilai atau norma eksternal yang ada di masyarakat. Jika penyelenggaraan pelayanan publik diukur dengan nilai-nilai yang baik, maka kemungkinan besar mereka akan menggunakan sistem layanan secara bersungguh-sungguh seperti tujuan yang diharapkannya. Sebaliknya jika penyelenggaraan pelayanan publik tidak diukur dengan nilai-nilai yang baik dalam menggunakan sistem layanan. Maka proses kinerja aparatur dalam pelayanan publik akan mengalami kesulitan. Menurut Dwiyanto akuntabilitas penyelenggaraan pelayanan publik melalui indikator-indikator kinerja antara lain: acuan pelayanan, tindakan yang dilakukan oleh aparat birokrasi dan tugas pelayanan.

(Dwiyanto 2008 : 50-51)

Setiap organisasi atau instansi dalam melaksanakan program diarahkan selalu berdaya guna mencapai tujuannya. Salah satu faktor kelancaran tujuan suatu organisasi atau instansi adalah mengidentifikasi dan mengukur kinerja aparatur. Kinerja aparatur mempengaruhi seberapa banyak mereka memberikan kontribusi kepada organisasi atau instansi. Setiap pekerjaan memiliki kriteria pekerjaan yang spesifik, atau dimensi kerja yang mengidentifikasi elemen-elemen yang paling penting dari suatu pekerjaan. Organisasi atau Instansi pemerintahan perlu mengetahui berbagai kelemahan dan kelebihan aparatur sebagai landasan untuk memperbaiki kelemahan dan menguatkan kelebihan dalam rangka meningkatkan produktifitas dan pengembangan aparatur sehingga kinerja aparatur pada setiap instansi harus dioptimalkan demi majunya instansi tersebut. Untuk itu


(14)

perlu dilakukan penilaian kinerja secara periodik yang berorientasi pada masa lalu atau masa yang akan datang. Penilaian disini dimaksudkan untuk mengetahui apakah untuk kerja dari aparatur sudah memenuhi standar kerja yang diharapkan atau belum. Hal ini sesuai dengan pendapat Soerwono Handayaningrat yang mengatakan bahwa:

“Aparatur ialah aspek-aspek administrasi yang diperlukan dalam penyelenggaraan pemerintahan atau negara, sebagai alat untuk mencapai tujuan organisasi. Aspek-aspek administrasi itu terutama ialah kelembagaan atau organisasi dan kepegawaian”. (Handayaningrat, 1982:154).

Kinerja pada dasarnya adalah apa yang dilakukan atau tidak dilakukan aparatur sehingga mereka mempengaruhi beberapa banyak mereka memberikan kontribusi kepada organisasi atau instansi termasuk kualitas pelayanan yang disajikan. Pemerintahan berbasis elektronik atau dikenal dengan e-Government menjadi populer seiring perkembangan dan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi. Pemerintah dalam hal ini sebagai organisasi kekuasan harus dapat meningkatkan kemampuan dalam menjalankan tugas dan fungsinya. Kemampuan pemerintah sebagai organisasi kekuasaan seharusnya dapat menerapkan berbagai hal, termasuk di dalam penerapan e-Government yang menyediakan layanan dalam bentuk elektronik. Implementasi teknologi informasi pada pemerintahan dengan istilah e-Government diharapkan menjadi jawaban atas pelayanan yang diinginkan masyarakat. Pengertian e-Government menurut Edi Sutanta adalah:

e-Government adalah penggunaan teknologi informasi yang dapat meningkatkan hubungan antara pemerintah dan pihak-pihak lain. Penggunaan teknologi ini kemudian menghasilkan hubungan bentuk baru, seperti pemerintah kepada masyarakat. Pemerintah kepada pemerintah dan pemerintah kepada bisnis atau pengusaha”. (Sutanta, 2003:150).


(15)

Melalui e-Government dapat terciptanya hubungan secara elektronik antara pemerintah dengan masyarakat sehingga dapat mengakses berbagai informasi dan layanan dari pemerintah, melaksanakan perbaikan dan peningkatan pelayanan masyarakat ke arah yang lebih baik, menuju good governance. Berdasarkan hal tersebut, maka implementasi e-Government diharapkan dapat merubah sistem pelayanan pada manajemen pemerintahan dan dapat dimanfaatkannya dengan baik.

Munculnya e-Government dapat meningkatkan kinerja aparatur pemerintah. Aplikasi e-Government ini biasanya berupa penyediaan sumber informasi, berupa akses data-data dalam melayani publik cepat terlaksana dan penyampaian informasi kepada publik lebih akurat. Maka Pegawai harus bisa mengaplikasikan sistem ini dengan mudah, sehingga keterbukaan menjadi lebih efektif dan tidak adanya birokrasi yang berbelit belit.

Aplikasi e-Government diharapkan memberikan pelayanan terbaik kepada publik atau masyarakat. Menurut Sinambela di dalam bukunya yang berjudul Reformasi Pelayanan Publik, bahwa pelayanan publik dapat didefinisikan sebagai berikut:

“Pelayanan Publik adalah pemenuhan keinginan dan kebutuhan masyarakat oleh penyelenggara pemerintah serangkaian aktivitas yang dilakukan oleh birokrasi publik untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, Negara didirikan oleh publik (masyarakat) tentu saja dengan tujuan agar dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat”. (Sinambela, 2006:5). Pelayanan publik menurut definisi diatas dikatakan bahwa pelayanan publik merupakan pemenuhan keinginan dan kebutuhan masyarakat oleh penyelenggara pemerintah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Pada


(16)

hakikatnya negara dalam hal ini adalah pemerintah (birokrat) harus memenuhi kebutuhan masyarakat dan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Moenir dalam bukunya yang berjudul Manajemen Pelayanan Umum di Indonesia, mengatakan bahwa pemerintah dalam memberikan pelayanan terbaik kepada publik dapat dilakukan dengan cara:

1. Kemudahan dalam pengurusan kepentingan. 2. Mendapatkan pelayanan secara wajar.

3. Mendapatkan perlakuan yang sama tanpa pilih kasih. 4. Mendapatkan perlakuan yang jujur dan terus terang.

(Moenir, 2006:47)

Pelayanan yang dilakukan oleh pemerintah terhadap masyarakatnya harus dilakukan dengan cara yang terbaik. Pelayanan yang terbaik harus dilakukan dengan cara-cara seperti yang telah dikutif di atas dengan cara memberikan kemudahan dalam mengurus berbagai urusan supaya pelayanan yang dilakukan bisa berjalan dengan cepat, memberikan pelayanan secara wajar dan tidak berlebihan sesuai dengan keperluannya masing-masing, memberikan perlakuan yang sama dan tidak membeda-bedakan dan bisa bersikap jujur.

Berdasarkan penjelasan di atas, pelayanan yang baik dan memuaskan akan berdampak positif seperti yang dikutip dari H.A.S. Moenir dalam bukunya Manajemen Pelayanan Umum di Indonesia, antara lain:

1. Masyarakat menghargai kepada korp pegawai. 2. Masyarakat patuh terhadap aturan-aturan layanan.

3. Masyarakat bangga kepada korp pegawai. 4. Ada kegairahan usaha dalam masyarakat.

5. Ada peningkatan dan pengembangan dalam masyarakat menuju segera tercapainya masyarakat yang adil dan makmur berlandaskan pancasila. (Moenir, 2006:47)


(17)

Pelayanan yang baik akan berdampak positif seperti yang diuraikan di atas, jika masyarakat menghargai kepada korp pegawai, masyarakat patuh terhadap aturan-aturan layanan yang telah diberikan oleh para aparatur, masyarakat akan merasa bangga kepada korp pegawai, adanya kegairahan usaha dalam masyarakat, dan adanya peningkatan dan pengembangan dalam masyarakat menuju segera tercapainya masyarakat yang adil dan makmur berlandaskan pancasila.

Melengkapi teori tentang Sistem Informasi maka akan di uraikan mengenai pengertian sistem, data, dan informasi. Pengertian sistem menurut Abdul Kadir dalam bukunya yang berjudul Pengenalan Sistem Informasi, yaitu : Sistem adalah sekumpulan elemen yang saling terkait atau terpadu yang dimaksudkan untuk mencapai suatu tujuan (Kadir, 2003:54).

Definisi tentang sistem di atas, maka sistem tersebut merupakan suatu kumpulan yang saling berhubungan antara yang satu dengan yang lainnya dan melakukan suatu kerja sama untuk mencapai suatu tujuan yang akan dicapainya. Jika komponen-komponen tersebut yang membentuk sistem tidak saling berhubungan dan tidak bekerja sama untuk mencapai suatu tujuan maka komponen tersebut atau kumpulan tersebut bukanlah sistem. Maka suatu sistem sangat diperlukan untuk menentukan dan mencapai suatu tujuan tertentu.

Sistem harus memiliki input, proses dan output. Menurut Sutanta mengemukakan bahwa:

“Sistem merupakan sekumpulan hal atau kegiatan atau elemen atau subsistem yang saling bekerjasama atau yang dihubungkan dengan cara-cara tertentu sehingga membentuk satu kesatuan untuk melaksanakan suatu tujuan”. (Sutanta, 2003:4).


(18)

Jadi suatu sistem harus mempunyai tujuan dalam proses pelaksanaanya. Dalam hal ini, sistem tesebut dijalankan oleh pegawai melalui pembangunan sistem informasi. Model umum suatu sistem terdiri atas masukan (input), pengolah (procces), dan keluaran (output). Sebagaimana ditunjukan dalam bagan sebagai berikut:

Bagan 1.1

Keterkaitan antara Input, Proses dan Output

(Sumber: Sutanta, 2003:4).

Model Penjelasan bagan tersebut dapat dilihat bahwa hubungan antara input dengan proses dan output sangat berpengaruh sekali. Menunjukan bagaimana suatu sistem berpengaruh terhadap kinerja pegawai, bila sistem informasi berjalan sesuai prosedur dan didukung dengan kualitas sumber daya aparatur, maka kinerja akan terlihat berupa kepuasan dan efektifitas penerapan sistem.

Sedangkan pengertian data menurut Wahyono:

“Bahan baku informasi, didefinisikan sebagai kelompok teratur simbol-simbol yang mewakili kuantitas, tindakan, benda dan sebagainya informasi adalah hasil dari pengolahan data menjadi bentuk yang lebih berguna bagi yang menerimanya yang menggambarkan suatu kejadian-kejadian nyata dan dapat digunakan sebagai alat bantu untuk pengambilan suatu keputusan” (Wahyono, 2004:3).

Suatu informasi merupakan hasil dari pengolahan data menjadi bentuk yang lebih berguna bagi yang menerimanya, dan suatu informasi mengambarkan kejadian-kejadian nyata yang dapat digunakan sebagai alat bantu untuk

Input

Proses


(19)

pengambilan suatu keputusan. Pengolahan data masyarakat secara elektronik merupakan serangkaian kegiatan yang dimaksudkan untuk menyediakan informasi dengan menggunakan komputer yang mencakup pengumpulan data, pemprosesan data, penyimpanan data dan pengawasan hasil pengolahan tersebut.

Pegawai menjalankan tugas sesuai dengan kinerjanya, maka setiap pegawai harus dituntut lebih profesional agar dapat mewujudkan pelayanan yang prima dan tentunya ini akan berdampak terhadap pembangunan daerah. organisasi atau instansi, ditata secara benar, dengan memperhatikan prinsip-prinsip organisasi modern yang mempunyai visi dan misi dengan jelas dan baik, maka akan dapat mempermudah organisasi atau instansi dalam memberikan segala pelayanan yang masyarakat butuhkan pada umumnya. Keadaan seperti ini tentunya akan menciptakan pelayanan kepada publik dapat menjadi lebih mudah, cepat, dan akurat.

Setelah menguraikan tentang sistem, data dan informasi di atas, maka sistem informasi bisa disimpulkan menurut Kadir dalam bukunya yang berjudul Pengenalan Sistem Informasi,yaitu :

“Sistem informasi mencakup sejumlah komponen (manusia, komputer, teknologi informasi dan prosedur kerja), ada sesuatu yang diproses (data menjadi informasi), dan dimaksudkan untuk mencapai suatu sasaran dan tujuan”(Kadir, 2003:10).

Definisi di atas menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan sistem informasi adalah sejumlah komponen yang saling berhubungan antara manusia, komputer, teknologi informasi dan prosedur kerja, dan diproses data menjadi informasi dan dimaksudkan untuk mencapai suatu sasaran dan tujuan. Sistem informasi juga digunakan untuk mendukung didalam pengambilan keputusan,


(20)

koordinasi, pengendalian dan untuk memberikan gambaran efektivitas dalam suatu organisasi atau instansi.

Sistem informasi merupakan bagian dari hasil pengolahan data yang lebih berguna bagi penerimanya. Pengolahan data secara elektronik merupakan serangkaian kegiatan yang dimaksudkan untuk menyediakan informasi dengan menggunakan komputer yang mencakup pengumpulan, pemprosesan, penyimpanan, dan pengawasan hasil pengolahan tersebut.

Berdasarkan kerangka pemikiran diatas, maka definisi operasional dalam penelitian ini adalah:

1. Peningkatan Kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab.

2. Aparatur adalah aspek-aspek administrasi yang diperlukan dalam penyelenggaraan SMS gateway, sebagai alat untuk mencapai tujuan khususnya kinerja aparatur dalam pelayanan pengaduan melalui SMS gateway di Inspektorat Kabupaten Bandung.

3. SMS gateway adalah pelayanan pengaduan masyarakat yang di sampaikan melalui SMS resmi pemerintah Kabupaten Bandung nomor 022-706-22222. Penanganan pengaduan masyarakat yang memerlukan audit / periksaan oleh Inspektorat. Masyarakat (pihak pelapor) harus menyampaikan bukti atau fakta yang jelas agar dapat ditindaklanjuti dan diproses.


(21)

4. Peningkatan Kinerja aparatur adalah aspek-aspek administrasi yang diperlukan dalam SMS gateway, merupakan hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab khususnya kinerja aparatur dalam pelayanan pengaduan melalui SMS gateway di Inspektorat Kabupaten Bandung dapat dilihat dengan indikator sebagai berikut:

1) Produktivitas adalah rasio input dan output yang terkait dengan peningkatan kinerja aparatur melalui SMS gateway tentang pelayanan, tanggung jawab dan produktivitas kerja aparat pemerintah Kabupaten Bandung serta untuk efisien dan efektifnya pelayanan pengaduan masyarakat khususnya kinerja aparatur dalam pelayanan melalui SMS gateway di Inspektorat Kabupaten Bandung, yang meliputi:

a. Input adalah masukan data masyarakat ke sebuah pengolahan data dalam pelayanan SMS gateway di Inspektorat Kabupaten Bandung.

b. Output adalah hasil dari kegiatan kinerja aparatur mengenai pelayanan SMS gateway di Inspektorat Kabupaten Bandung. 2) Kualitas layanan adalah perbandingan terbaik antara input dan

output pelayanan, pelayanan yang efisien apabila aparatur Inspektorat dapat menyediakan input pelayanan, khususnya kinerja aparatur dalam pelayanan pengaduan melalui SMS gateway di Inspektorat Kabupaten Bandung, yang meliputi:


(22)

a. Biaya pelayanan adalah suatu pembayaran administrasi pelayanan yang baik harus dinikmati oleh publik secara keseluruhan.

b. Lamanya pelayanan adalah suatu proses pemenuhan keinginan dan kebutuhan masyarakat yang dilakukan oleh kinerja aparatur Inspektorat Kabupaten Bandung.

c. Kualitas sumber daya manusia adalah kinerja aparatur yang mempunyai kualitas keahlian yang tinggi dalam melaksanakan pelayanan pengaduan melalui SMS gateway di Inspektorat Kabupaten Bandung.

3) Responsivitas adalah kemampuan aparatur untuk mengenali kebutuhan publik, menyusun agenda dan prioritas pelayanan, serta mengembangkan program-program pelayanan di pemerintahan Kabupaten Bandung sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat, khususnya kinerja aparatur dalam pelayanan pengaduan melalui SMS gateway di Inspektorat Kabupaten Bandung, yang meliputi:

a. Keluhan masyarakat adalah suatu proses kebutuhan masyarakat yang dapat dipenuhi oleh suatu kinerja aparatur dalam pelayanan pengaduan melalui SMS gateway di Inspektorat Kabupaten Bandung.

b. Sikap aparat birokrasi adalah suatu sikap respon menerima dan netral dalam pelayanan masyarakat, khususnya kinerja aparatur


(23)

dalam pelayanan pengaduan melalui SMS gateway di Inspektorat Kabupaten Bandung.

c. Penggunaan keluhan adalah suatu proses dalam kemampuan aparatur dalam pelayanan masyarakat, khususnya kinerja aparatur dalam pelayanan pengaduan melalui SMS gateway di Inspektorat Kabupaten Bandung.

4) Responsibilitas adalah kegiatan pelaksanaan yang dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip administrasi pelayanan yang baik dalam menggunakan sistem informasi SMS gateway, yang meliputi: a. Infrastruktur pelayanan adalah fasilitas pelayanan di

Inspektorat Kabupaten Bandung dalam memenuhi kebutuhan masyarakat.

b. Aktivitas admnistrasi pelayanan adalah keseluruhan proses kegiatan pelaksanaan yang dilakukan aparatur dalam pelayanan SMS gateway di Inspektorat Kabupaten Bandung.

5) Akuntabilitas adalah suatu ukuran yang menunjukan seberapa besar tingkat kesesuaian penyelenggaraan sistem informasi SMS gateway dalam pelayanan yang diukur dengan nilai-nilai atau norma eksternal yang ada di masyarakat, khususnya kinerja aparatur dalam pelayanan pengaduan melalui SMS gateway di Inspektorat Kabupaten Bandung, yang meliputi:

a. Acuan pelayanan adalah pelayanan yang mengarah pada kepuasan publik sebagai pengguna jasa, khususnya kinerja


(24)

aparatur dalam pelayanan pengaduan melalui SMS gateway di Inspektorat Kabupaten Bandung.

b. Tindakan aparat birokrasi adalah suatu perlakuan yang sama dari aparatur Inspektorat Kabupaten Bandung tanpa membeda-bedakan masyarakat yang akan membutuhkan pelayanan pengaduan di Inspektorat Kabupaten Bandung.

c. Tugas pelayanan adalah suatu pelayanan yang dipikul oleh aparatur atau Inspektorat dalam memberikan pelayanan yang cepat dan bertanggung jawab.


(25)

Gambar 1.1

Model Kerangka Pemikiran

SMS Gateway Masyarakat

Kinerja Aparatur Inspektorat Kabupaten Bandung

Produktivitas Aparatur : 1. Input

2. Output

Kualitas Layanan Aparatur : 1. Biaya pelayanan

2. Lamanya pelayanan 3. Kualitas SDM Responsivitas Aparatur : 1. Keluhan masyarakat 2. Sikap aparatur birokrasi 3. Penggunaan keluhan Responsibilitas Aparatur : 1 Infrastruktur pelayanan

2. Aktivitas administrasi pelayanan Akuntabilitas Aparatur :

1. Acuan pelayanan

2. Tindakan aparat biriokrasi 3. Tugas pelayanan

Untuk Meningkatkan Pelayanan, Tanggung jawab dan Produktivitas Kerja Aparatur Pemerintah Kabupaten

Bandung serta Efisien dan Efektifnya Pelayanan Pengaduan Masyarakat


(26)

1.6 Metode Penelitian 1.6.1 Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif yaitu menggambarkan dan menganalisa data yang dilakukan dengan cara mengumpulkan data berdasarkan keadaan yang nyata. Hal ini sejalan dengan pendapat Mohammad Nazir dalam bukunya Metode Penelitian Sosial yang mendefinisikan metode deskriptif, sebagai berikut:

“Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kasus peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuat deskriptif, gambaran, atau lukisan secara sistematis faktual dan akurat mengenai faktor-faktor, sifat-sifat serta hubungan antara fenomena yang diselidiki” (Nazir, 1998:63).

Berdasarkan pengertian di atas, metode penelitian deskriptif mempunyai tujuan untuk membuat gambaran atau lukisan secara sistematis mengenai faktor-faktor, sifat-sifat serta hubungan antara fenomena yang diselidiki.

Hal yang sama dikemukakan oleh pendapat Ronny Kountur dalam bukunya Metode Penelitian mendefinisikan metode penelitian deskriptif, yaitu:

“Metode penelitian deskriptif (descriptive research) adalah jenis penelitian yang memberikan gambaran atau uraian atas suatu keadaan sejelas mungkin tanpa ada perlakuan terhadap obyek yang diteliti” (Kountur, 2004:105).

Berdasarkan metode yang digunakan, penyusun menggunakan pendekatan kualitatif yaitu berupa gambaran dari jawaban informan. Pendekatan kualitatif digunakan untuk mendapatkan data yang mendalam, suatu data yang mengandung makna. Makna adalah data yang sebenarnya, data yang pasti yang merupakan suatu nilai dibalik data yang tampak (Sugiyono, 2005:3). Oleh karena itu, dalam


(27)

penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif tidak menekankan pada generalisasi, akan tetapi lebih menekankan pada makna.

Adapun pengertian metode kualitatif menurut Sugiyono dalam bukunya Memahami Penelitian Kualitatif mendefinisikan pengertian kualitatif, sebagai berikut:

“Metode Kualitatif adalah metode yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi” (Sugiyono, 2005:1).

Mencermati definisi-definisi di atas dapat disimpulkan, bahwa metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif merupakan metode penelitian yang memberikan gambaran dan uraian yang jelas, sistematis, faktual dan akurat dalam sebuah penelitian serta peneliti merupakan instrumen kunci dalam sebuah penelitian yang mengutamakan kualitas data, artinya data yang disajikan dalam bentuk kata atau kalimat (tidak menggunakan analisis statistika).

1.6.2 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini disesuaikan dengan fokus dan tujuan penelitian, yaitu:

1. Studi Pustaka (Library Research)

Penelitian yang dilakukan dengan cara menelaah dan membandingkan sumber kepustakaan untuk memperoleh data yang bersifat teoritis. Disamping itu dengan menggunakan studi pustaka peneliti dapat memperoleh informasi tentang


(28)

teknik-teknik penelitian yang diharapkan, sehingga pekerjaan peneliti tidak merupakan duplikasi.

2. Studi Lapangan (Field Research)

Peninjauan yang dilakukan langsung di Inspektorat Kabupaten Bandung yang menjadi objek penelitian dengan tujuan yakni, mencari bahan-bahan sebenarnya, bahan-bahan yang lebih banyak, lebih tepat, lebih up to date, disamping itu peneliti juga melakukan suatu penelitian dengan cara sebagai berikut:

a) Observasi (Observation)

Observasi, yaitu cara memperoleh data dengan cara pengamatan langsung ke obyek penelitian dengan mengadakan pencatatan menyangkut hal-hal yang berhubungan dengan kinerja aparatur melalui pelayanan pengaduan SMS gateway di Inspektorat Kabupaten Bandung.

b) Wawancara (Interview)

Yaitu pengumpulan data dengan cara berkomunikasi secara langsung dengan pimpinan instansi dan bagian-bagian yang menangani masalah yang diteliti. Peneliti melakukan wawancara dengan narasumber, yaitu pihak-pihak yang terlibat pada kinerja aparatur melalui pelayanan pengaduan SMS gateway di Inspektorat Kabupaten Bandung.

c) Dokumentasi yaitu penelaahan melalui dokumen tertulis yang diperoleh dari instansi terkait berupa cuplikan, kutipan, atau penggalan dari catatan organisasi. Teknik studi dokumentasi diharapkan data yang diperoleh bisa sesuai dengan data dilapangan.


(29)

1.6.3 Teknik Penentuan Informan

Teknik penentuan informan yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive (pengambilan informan berdasarkan tujuan). Teknik penentuan informan ini adalah siapa yang akan diambil sebagai anggota informan diserahkan pada pertimbangan pengumpul data yang sesuai dengan maksud dan tujuan penelitian. Menurut Soehartono teknik pengambilan Purposive sampling adalah (pengambilan sampel berdasarkan tujuan) dalam teknik ini, siapa yang akan diambil sebagai anggota sampel diserahkan pada pertimbangan pengambil data yang menurut dia sesuai dengan maksud dan tujuan penelitian”(Soehartono, 2002 : 62).

Penentuan informan dalam penelitian ini berdasarkan objek yang diteliti dan berdasarkan keterkaitan informan tersebut dengan penelitian. Informan dalam penelitian ini terdiri dari dua informan yang berkaitan dengan peningkatan kinerja aparatur melalui SMS gateway di Inspektorat Kabupaten Bandung yaitu aparatur Inspektorat Kabupaten Bandung dan masyarakat.

Adapun Informan yang berkaitan dengan peningkatan kinerja aparatur melalui SMS gateway di Inspektorat Kabupaten Bandung, yaitu:

1 Aparatur pemerintah Inspektorat Kabupaten Bandung, terdiri dari:

a. Agus Mulya, S.Pt yaitu sebagai Kepala Sub Bagian Evaluasi Pelaporan (EVLAP) yang peneliti anggap sebagai seorang Kasubbag beliau lebih mengetahui mengenai gambaran pelaksanaan kegiatan pelayanan penanganan pengaduan masyarakat berbasis elektronik.


(30)

b. Isef Taofiq, S.Sos yaitu sebagai Pelaksana Sub Bagian Evaluasi dan Pelaporan (EVLAP) selaku operator SMS gateway di Inspektorat Kabupaten Bandung yang peneliti anggap sebagai seorang Pelaksana Operasional SMS gateway beliau lebih mengetahui tentang proses penerapan dan pelaksanaan SMS gateway serta gambaran mengenai aplikasi SMS gateway.

c. Aparatur Inspektorat Inspektur pembantu wilayah I, II, III dan IV yang peneliti anggap sebagai Inspektur pengawas beliau lebih mengetahui mengenai gambaran peningkatan kinerja aparatur melalui SMS gateway di Inspektorat Kabupaten Bandung.

d. Aparatur Inspektorat Kepala Seksi Pengawas bidang Pemerintahan, Pembangunan, dan Kemasyarakatan yang peneliti anggap sebagai Kasiwas beliau lebih mengetahui mengenai gambaran peningkatan kinerja aparatur melalui SMS gateway di Inspektorat Kabupaten Bandung.

2. Masyarakat yang mengadukan laporannya melalui SMS gateway di Inspektorat Kabupaten Bandung. Peneliti akan mewawancarai kepada masyarakat yang hendak mengadukan laporannya dengan cara melihat database terbanyak yg masuk ke SMS gateway. Peneliti akan menghubungi masyarakat yang sering mengadukan laporannya dengan melihat modul phonebook/nomor telepon yang ada di SMS gateway. Adapun mengenai identitas informan dari masyarakat, yaitu:

a. Bapak Dadan Hadiana, beliau memohon bantuan untuk meninjau kembali ijin mendirikan bangunan yang disalahgunakan oleh pengelola PT.BAP


(31)

(bumi adiguna persada) Di perum banjaran inti permai. Beliau memberikan informasi yang peneliti butuhkan.

b. Bapak Oman Somantri beliau mengadukan laporan mengenai kasus Sekdes Margaluyu Pangalengan yang menyalahgunakan hak warga korban desa Margaluyu Pangalengan. Beliau memberikan informasi yang peneliti butuhkan.

c. Bapak Adang Yusup beliau mengadukan laporan mengenai kasus Kades Pacet Cinanggela yang menyalahgunakan beras raskin warga desa Pacet Cinanggela. Beliau memberikan informasi yang peneliti butuhkan.

1.6.4 Teknik Analisa Data

Teknik analisa data yang sesuai dengan penelitian ini adalah analisa deskriptif kualitatif. Penelitian kualitatif menurut Bagong Suyanto dalam bukunya yang berjudul Metode Penelitian Sosial:Berbagai Alternatif Pendekatan dapat diartikan sebagai berikut:

“Penelitian kualitatif adalah strategi penyelidikan yang naturalistis dan induktif dalam mendekati suatu suasana (setting) tanpa hipotesis-hipotesis yang telah ditentukan sebelumnya. Teori muncul dari pengalaman kerja lapangan dan berakar (grounded) dalam data”. (Suyanto, 2005:183). Hal ini sejalan dengan pendapat Sugiyono dalam bukunya Memahami Penelitian Kualitatif menyebutkan ada tiga unsur dalam kegiatan proses analisa data, sebagai berikut:

1. Data Reduction (reduksi data), yaitu bagian dari proses analisis dengan bentuk analisis untuk mempertegas, memperpendek, membuat fokus, membuang hal yang tidak penting dan mengatur data sehingga dapat disimpulkan.


(32)

2. Data Display (penyajian data), yaitu susunan informasi yang memungkinkan dapat ditariknya suatu kesimpulan, sehingga memudahkan untuk memahami apa yang terjadi.

3. Conclusion Verification (penarikan kesimpulan), yaitu suatu kesimpulan yang diverifikasi dengan cara melihat dan mempertanyakan kembali, dengan meninjau kembali secara sepintas pada catatan lapangan untuk memperoleh pemahaman yang lebih cepat.

(Sugiyono, 2005:92-99).

Peneliti menggunakan analisis ini supaya dapat mengklasifikasikan secara efektif dan efisien mengenai data-data yang terkumpul, sehingga siap untuk diinterpretasikan. Data yang didapat akan lebih lengkap, lebih mendalam dan kredibel serta bermakna sehingga tujuan penelitian dapat dicapai.

1.7 Lokasi dan Jadwal Penelitian

Lokasi penelitian dilaksanakan di Kabupaten Bandung Provinsi Jawa Barat Jalan Raya Soreang Km. 17 Kab. Bandung. Telp,/Fax. (022) 5891583/2171. Tepatnya di kantor Inspektorat yang ditempatkan dibagian ketatausahaan. Adapun waktu penelitian ini berlangsung pada bulan Januari sampai bulan Juli 2010 dengan perincian sebagai berikut:

Tabel 1.1 Jadwal Penelitian

Tahun 2010

No Kegiatan

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust

1. Tahap Persiapan

a. Observasi Lokasi Penelitian

b. Pengajuan Judul

c. Penyusunan Usulan Penelitian.


(33)

2. Tahap Pelaksanaan a. Pelaksanaan Penelitian

b. Wawancara

c. Observasi

d. Studi Kepustakaan

3. Tahap Akhir

a. Penyusunan Skripsi


(34)

32 2.1 Pengertian Peningkatan

2.1.1 Peningkatan

Peningkatan Kinerja aparatur yang kuat untuk melaksanakan, memanfaatkan, mengembangkan dan mengambil langkah-langkah kebijakan yang strategis dalam pembangunaan teknologi informasi perlu diwujudkan. Melalui komitmen yang kuat untuk mewujudkan penggunaan teknologi informasi pada akhirnya dapat meningkatkan kinerja pelayanaan pemerintah kepada masyarakat. Penggunaan teknologi menginginkan adanya kebijakan dan langkah-langkah yang jelas dalam rangka mewujudkan pembangunan di segala bidang. Penggunaan teknologi diharapkan dapat menggali kinerja yang lebih optimal baik oleh aparatur pemerintah ataupun masyarakat.

Peningkatan kinerja aparatur merupakan hal yang sangat perlu untuk dilakukan, mengingat keadaan yang selalu berubah dan berkembang sesuai dengan kemajuan zaman. Pengembangan sumber daya aparatur merupakan salah satu bentuk untuk mewujudkan profesional pegawai supaya kinerja para pegawai tersebut dapat meningkat. Menurut Adi D, (2001), dalam kamus bahasanya istilah peningkatan berasal dari kata dasar tingkat yang berarti lapis dari sesuatu yang bersusun dan peningkatan berarti kemajuan.

Melihat penjelasan diatas, peningkatan berarti berproses kearah yang lebih baik mengalami kemajuan dalam pengembangan sumber daya aparatur.


(35)

2.2 Kinerja Aparatur 2.2.1 Pengertian Kinerja

Penggunaan teknologi dan informasi pada lembaga pemerintah akan berdampak pada peningkatan kinerja aparatur pemerintah dan menghasilkan kualitas kerja yang produktif dan tepat guna. Peningkatan tersebut tidak akan lancar, jika tidak diimbangi dengan kinerja yang efektif maka aplikasi e-Government tidak akan berjalan dengan sempurna. Hal ini sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Anwar Prabu Mangkunagara. Menurut Anwar Prabu Mangkunagara : “kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai negeri dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya” (Mangkunegara,2006:67).

Hasil kerja yang dicapai oleh seorang aparatur, yang menjalankan tugas penuh tanggung jawab, dapat mempermudah arah penataan organisasi pemerintahan. Akibatnya akan tercapai peningkatan kinerja yang efektif dan efisien.

2.2.2 Pengertian Aparatur

Setiap aparatur pemerintahan dalam menjalankan kinerjanya, harus selalu dilandasi dengan tanggung jawab, dalam melaksanakan tugasnya agar dapat menciptakan kualitas kinerja yang optimal dan dirasakan manfaatnya oleh masyarakat pada umumnya. Sebuah lembaga pemerintah tidak lepas dari aparatur sebagai pelaksana penyelenggaraan pemerintahan, hal ini sesuai dengan pendapat Soerwono Handayaningrat yang mengatakan bahwa:


(36)

“Aparatur ialah aspek-aspek administrasi yang diperlukan dalam penyelenggaraan pemerintahan atau negara, sebagai alat untuk mencapai tujuan organisasi. Aspek-aspek administrasi itu terutama ialah kelembagaan atau organisasi dan kepegawaian” (Handayaningrat,1982:154).

Aparatur menurut definisi diatas dikatakan bahwa aparatur merupakan organisasi kepegawaian dalam penyelenggaraan administrasi pemerintahan atau negara dalam melayani masyarakat. Aspek-aspek administrasi merupakan kelembagaan atau organisasi dalam penyelenggaraan pemerintahan.

2.3 Electronic Government (e-Government) 2.3.1 Pengertian e-Government

Perkembangan teknologi begitu cepat seiring dengan semakin pesatnya dunia informasi, sehingga menjadikan jarak antara negara yang satu dengan yang lain begitu dekat dengan adanya teknologi.Masyarakat menuntut pelayanan yang cepat, efektif dan efesien yang diberikan pemerintah. Implementasi teknologi informasi pada pemerintahan dengan istilah e-Government diharapkan menjadi jawaban atas pelayanan yang diinginkan masyarakat. Pengertian e-Government menurut Richardus Eko Indrajit adalah:

“Merupakan suatu mekanisme interaksi baru (modern) antara pemerintah dengan masyarakat dan kalangan lain yang berkepentingan (stakeholder); dimana melibatkan penggunaan teknologi informasi (terutama internet); dengan tujuan memperbaiki mutu (kualitas) pelayanan yang selama berjalan” (Indrajit, 2004:4-5).

Melalui e-Government dapat terciptanya hubungan secara electronic antara pemerintah dengan masyarakat sehingga dapat mengakses berbagai informasi dan layanan dari pemerintah, melaksanakan perbaikan dan peningkatan pelayanan


(37)

masyarakat ke arah yang lebih baik, menuju good governance. Berdasarkan hal tersebut, maka implementasi e-Government diharapkan dapat merubah sistem pelayanan pada manajemen pemerintahan dan dapat dimanfaatkannya dengan baik.

e-Government menginginkan adanya perubahan dalam pemberian pelayanan kepada masyarakat, sebagaimana yang dikatakan M. Khoirul Anwar dan Asianti Oetojo S bahwa suatu sistem untuk penyelenggaraan pemerintahaan dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi terutama yang berkaitan dengan pemberian pelayanan kepada masyarakat. (Anwar dan Oetojo, 2004:136). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa e-Government adalah penggunaan teknologi informasi dan komunikasi dalam penyelenggaran pemerintahan oleh lembaga pemerintah untuk meningkatkan kinerja dan hubungan antar pemerintah dengan pihak lain. Penggunaan teknologi informasi ini kemudian menghasilkan hubungan dan memperluas akses publik untuk memperoleh informasi sehingga akuntabilitas pemerintah meningkat.

2.3.2 Indikator-Indikator e –Government

Dalam penerapan e-Government terdapat indikator-indikator penting yang harus diperhatikan. Menurut Indrajit indikator-indikator tersebut meliputi:

1. data infrastruktur. 2. infrastruktur legal. 3. infrastruktur institusional. 4. infrastruktur manusia. 5. infrastruktur teknologi.

6. strategi pemikiran dan kepemimpinan. (Indrajit, 2004:25).


(38)

Berdasarkan indikator-indikator di atas, maka penerapan e-Government harus memenuhi berbagai hal seperti data infrastruktur yang memadai dan infrastruktur legal. Disamping itu kemampuan sumber daya manusia sangat dibutuhkan dalam menerapkan teknologi informasi yang berbasis e-Government. Hal tersebut dapat dilihat dari:

1. Data infrastruktur

Kesiapan data infrastruktur tersebut meliputi manajemen sistem, dokumentasi dan proses kerja ditempat untuk menyediakan kuantitas dan kualitas data yang berfungsi mendukung menuju penerapan e-Government (Indrajit, 2004:25). Kemampuan mendokumentasi juga menjadi bagian dari standar penerapan e-Government. Dengan adanya dokumentasi maka proses mengevaluasi jadi lebih mudah.

2. Infrastruktur legal

Dasar hukum dan peraturan-peraturan merupakan landasan dalam penerapan e-Government (Indrajit, 2004:25). Selain itu dasar hukum dan peraturan-peraturan dijadikan strategi dari pemerintahan untuk menerapkan e-Government secara berkesinambungan. Adapun dasar hukum tersebut dapat berupa peraturan perundang-undangan ataupun surat keputusan yang mempunyai kekuatan hukum.

3. Infrastruktur institusional

Infrastruktur institusional merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kesadaran dalam membangun e-Government . Salah satu cara untuk meningkatkan kesadaran dilakukan dengan melakukan koordinasi dengan baik antar lembaga


(39)

tentang penerapan e-Government (Indrajit, 2004:25). Selain melakukan koordinasi dapat juga dilakukan dengan melakukan komunikasi dengan baik sehingga dapat meningkatkan kerjasama antar lembaga (Indrajit, 2004:26).

4. Infrastruktur manusia

Penerapan e-Government dalam pelaksanaannya membutuhkan kemampuan sumberdaya aparatur, karena penerapan e-Government yang harus didukung dengan aparatur yang berkompeten dibidang teknologi informasi (Indrajit, 2004:26). Adapun upaya untuk menciptakan sumberdaya aparatur yang berkualitas melalui pelatihan dan pendidikan yang berbasis teknologi informasi. Infrastruktur manusia merupakan hal yang penting dengan adanya sumberdaya manusia yang mendukung maka pelaksanaan penerapan e-Government dapat berjalan sesuai dengan yang diinginkan.

5. Infrastruktur teknologi

Inisiatif penerapan e-Government banyak bertumpu pada infrastruktur teknologi maka implementasi penerapan e-Government harus disesuaikan dengan kondisi infrastruktur yang tersedia. Dengan adanya infrastrukutr teknologi yang memadai maka penerapan e-Government akan berjalan sebagaimana mestinya (Indrajit, 2004:26). Adapun untuk mengetahui ketersediaan sarana teknologi yang dimiliki maka dapat dilihat melalui jumlah komputer atau sarana teknologi lainnya yang menunjang dalam penerapan e-Government serta jaringan komputer untuk lebih memudahkan dalam mengakses (Indrajit, 2004:26).


(40)

6. Strategi pemikiran dan kepemimpinan

Penerapan e-Government di dalam pelaksanaannya membutuhkan pemimpin yang mempunyai visi dan misi yang berkaitan dengan e-Government. Hal tersebut diperlukan agar agenda strategi serta pemikirannya yang berkaitan dengan e-Government akan diwujudkan secara nyata. Disamping itu juga pemimpin yang mempunyai wawasan tentang e-Government dapat mengatasi hambatan-hambatan dalam pelaksanaan e-Government secara operasional (Indrajit, 2004:27).

2.3.3 Jenis-jenis e-Government

Penerapan e-Government memiliki beberapa jenis dalam memberikan pelayanan yang diberikan pemerintah kepada masyarakat. Dalam mengkategorikan jenis-jenis e-Government tersebut dapat dilihat dari dua aspek utama. Aspek tersebut meliputi :

1. aspek kompleksitas, yaitu yang menyangkut seberapa rumit anatomi sebuah aplikasi e-Government yang ingin dibangun dan diterapkan. 2. aspek manfaat, yaitu menyangkut hal-hal yang berhubungan dengan

besarnya manfaat yang dirasakan oleh penggunanya. (Indrajit, 2004:29).

Keberadaan aspek-aspek di atas dapat memudahkan untuk membedakan jenis-jenis e-Government yang ada. Berdasarkan aspek-aspek tersebut, maka jenis-jenis e-Government dibagi menjadi tiga kelas utama, yaitu 1)Publish / Publikasi, 2) Interact / interaksi, 3)Transact / transaksi (Indrajit, 2004:30).


(41)

1. Publish / Publikasi

Merupakan implementasi e-Government yang termudah karena aplikasi yang digunakan tidak perlu melibatkan sejumlah sumber daya yang besar dan beragam, selain itu juga skala yang digunakan kecil. Komunikasi yang digunakan merupakan komunikasi satu arah. Adapun menurut Richardus E. Indrajit publish yaitu:

Di dalam kelas publish ini yang terjadi adalah komunikasi satu arah, dimana pemerintah mempublikasikan berbagai data dan informasi yang dimilikinya untuk dapat secara langsung dan bebas diakses oleh masyarakat dan pihak-pihak lain yang berkepentingan melalui Internet (Indrajit, 2004:30).

Dalam kelas publish / publikasi ini Internet merupakan sesuatu yang penting dalam menjalin komunikasi antara pemerintah dengan masyarakat. Dengan adanya Internet maka interaksi pemerintah dengan masyarakat menjadi lebih cepat dan mudah.

2. Interact / interaksi

Interaksi ini terjadi antara pemerintah dengan mereka yang mempunyai kepentingan. Terdapat dua cara yang dapat digunakan untuk melakukan pelayanan interaksi ini yaitu:

Yang pertama adalah bentuk portal dimana situs terkait memberikan fasilitas searching bagi mereka yang ingin mencari data atau informasi secara spesifik. Jenis yang kedua adalah pemerintah menyediakan kanal dimana masyarakat dapat melakukan diskusi dengan unit-unit tertentu yang berkepentingan, baik secara langsung (seperti Chatting, tele-conference, web tv) maupun tidak langsung (melalui e-mail, frequent ask questions, newsletter,mailing list)


(42)

Dalam jenis ini terdapat komunikasi yang diwujudkan dalam dua bentuk yaitu, komunikasi secara langsung dan tidak langsung (Indrajit, 2004:31). Interact / interaksi berpotensi meningkatkan peluang kepada masyarakat untuk dapat berpartisipasi dengan pemerintah secara cepat dan bebas. Fasilitas yang diberikan dalam jenis ini adalah polling / ruang diskusi dalam situs web pemerintah.dengan adanya jenis ini maka komunikasi antar pemerintah dengan masyarakat lebih cepat untuk disampaikan.

3. Transact / transaksi

Proses interaksi yang terjadi adalah interaksi dua arah dimana antara pemerintah dengan masyarakat yang mempunyai kepentingan. Dalam proses ini terjadi sebuah transaksi yang berhubungan dengan perpindahan uang dari satu pihak kepihak lainnya. Seperti dikatakan Richardus E Indrajit bahwa :

Yang terjadi pada kelas ini adalah interaksi dua arah seperti pada interact, hanya saja terjadi sebuah transaksi yang berhubungan dengan perpindahan uang dari satu pihak lainnya (tidak gratis, masyarakat harus membayar kasa pelayanan yang diberikan oleh pemerintah atau mitra kerjanya) (Indrajit, 2004:32).

Penerapan e-Government dalam jenis ini tidak hanya berfungsi sebagai media penyampaian informasi dan interaksi saja, namun dapat terjadi proses transaksi yang melibatkan pertukaran uang atau pihak lain. Memerlukan biaya untuk melakukan proses interaksi tersebut. Aplikasi yang digunakan lebih sulit dibandingkan dengan publish serta interact. Dalam jenis interaksi ini diperlukan sistem keamanan yang baik agar perpindahan uang yang dilakukan aman dan hak-hak privacy berbagai pihak yang bertransaksi terlindungi dengan baik.


(43)

2.3.4 Tipe Relasi e-Government

Konsep e-Government apabila diklasifikasikan menurut Richardurs Eko Indrajit dibagi kedalam empat jenis, yaitu:

1) Government to Citizens (G-to-C), tujuannya adalah untuk mendekatkan pemerintah dengan masyarakat melalui kanal-kanal akses yang beragam agar masyarakat dapat dengan mudah menjangkau pemerintahnya untuk pemenuhan berbagai kebutuhan pelayanan sehari-hari.

2) Government to Business (G-to-B), merupakan bentuk relasi antara pemerintah dengan para pengusaha, dengan tujuan untuk memperlancar para praktisi bisnis dalam menjalankan roda perusahaannya.

3) Government to Government (G-to-G), merupakan interaksi antar satu pemerintah dengan pemerintah lainnya dengan tujuan untuk memperlancar kerjasama antar negara dan kerjasama antar entiti-entiti negara dalam melakukan hal-hal yang berkaitan dengan administrasi perdagangan, proses-proses politik dan mekanisme hubungan sosial dan budaya.

4) Government to Employes (G-to-E), tujuannya untuk meningkatkan kinerja dan kesejahteraan para pegawai negeri atau karyawan pemerintahan yang bekerja di sejumlah institusi sebagai pelayan masyarakat.

(Indrajit, 2004:42).

Klasifikasi jenis-jenis e-Government di atas adalah yang menjadi dasar bahwa implementasi e-Government sangat penting. Jenis-jenis tersebut menggambarkan suatu interaksi, pemerintah sebagai unsur penyelenggara roda pemerintahan sangat membutuhkan akan hubungan dengan masyarakat untuk kebutuhan pelayanan yang dibutuhkan publik, hubungan dengan para pengusaha karena melalui hubungan tersebut pemerintah mengharapkan akan terciptanya sistem perekonomian yang baik, hubungan antar instansi pemerintahan untuk kepentingan pemenuhan data dan implementasi G-to-E adalah untuk peningkatan kinerja dan memberikan kemudahan kepada aparatur dalam melayani masyarakat.


(44)

2.4 Tinjauan Tentang Sistem Informasi 2.4.1 Pengertian Sistem

Negara Indonesia saat ini sedang menuju ke arah perkembangan yang lebih menjunjung tinggi nilai-nilai demokrasi dan lebih terbuka dalam menangkap aspirasi atau suara nurani masyarakat yang berkembang di lingkungan masyarakat. Dalam era keterbukaan ini, tuntutan pemerintah untuk menyampaikan informasi melalui perangkat-perangkat lunak seperti komputer sangat diperlukan. Hal tersebut dikarenakan masyarakat sekarang lebih kritis dalam mengatasi masalah yang berkaitan dengan pelayanan publik, selain itu juga masyarakat era sekarang jauh lebih terbuka terhadap hal-hal baru khususnya dalam perkembangan dunia informasi.

Perkembangan informasi berbasis komputer ini, pemerintah daerah juga dituntut agar siap dalam mengoprasionalkan semua pelayanan kepada masyarakat dengan menggunakan sistem komputerisasi. Melengkapi pandangan tersebut, maka diuraikan mengenai sistem, data dan informasi. Pengertian sistem menurut Abdul Kadir dalam bukunya yang berjudul Pengenalan Sistem Informasi, yaitu : Sistem adalah sekumpulan elemen yang saling terkait atau terpadu yang dimaksudkan untuk mencapai suatu tujuan (Abdul Kadir,2003:54).

Pengertian sistem menurut Abdul Kadir di atas jelas bahwa sistem merupakan sekumpulan elemen yang saling berhubungan untuk mencapai suatu tujuan. M. Khoirul Anwar juga menjelaskan pengertian sistem, sistem adalah seperangkat komponen yang saling berhubungan dan saling bekerja sama untuk mencapai beberapa tujuan (Anwar, 2004:4).


(45)

Setelah membahas kedua pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa sistem merupakan suatu komponen yang tidak bisa dipisahkan satu dengan yang lainnya, komponen tersebut saling berhubungan dan mempunyai tujuan yang sama. Jika komponen-komponen tersebut yang membentuk sistem tidak saling berhubungan dan tidak bekerja sama untuk mencapai suatu tujuan maka komponen tersebut atau kumpulan tersebut bukanlah sistem. Maka suatu sistem sangat diperlukan untuk menentukan dan mencapai suatu tujuan tertentu.

2.4.2 Pengertian Informasi

Informasi sangat dibutuhkan agar dapat mengetahui keakuratan data yang dihasilkan. Informasi ibarat data yang mengalir didalam tubuh suatu organisasi, informasi ini sangat penting dalam pengambilan keputusan didalam suatu organisasi.

Menurut Mc. Fadden, dalam bukunya Abdul Kadir yang berjudul Pengenalan Sistem Informasi, mendefinisikan informasi sebagai data yang telah diproses sedemikian rupa sehingga meningkatkan pengetahuan seseorang yang menggunakan data tersebut (dalam Kadir, 2002:31). Sedangkan menurut Davis, informasi adalah data yang telah diolah menjadi sebuah bentuk yang berarti bagi penerimanya dan bermanfaat dalam pengambilan keputusan saat ini atau saat mendatang (dalam Kadir, 2002:31). Berdasarkan penjelasan tersebut, bahwa informasi merupakan data yang sudah diproses atau diolah sehingga menjadi pengetahuan. Informasi juga bermanfaat dalam pengambilan keputusan pada waktu sekarang dan yang akan datang.


(46)

Jogiyanto mengemukakan, bahwa informasi adalah informasi adalah hasil pengolahan data, akan tetapi tidak semua hasil dari pengolahan tersebut bisa menjadi informasi (dalam Jogiyanto, 1999:8). Dari pengertian informasi tersebut, dapat disimpulkan bahwa, informasi merupakan kumpulan data-data yang diolah sedemikian rupa sehingga dapat memberikan arti dan manfaat sesuai dengan keperluan tertentu yang bisa menjadi suatu informasi.

Data merupakan bentuk yang masih mentah yang belum dapat berbicara banyak, sehingga perlu diolah lebih lanjut. Data yang diolah melalui suatu model menjadi informasi, penerima kemudian menerima informasi tersebut, membuat suatu keputuan dan melakukan tindakan, yang berarti menghasilkan tindakan lain yang akan membuat sejumlah data kembali. Data yang ditangkap dianggap sebagai input, diproses kembali melalui model dan seterusnya membentuk suatu siklus.

Menurut Mc. Leod informasi yang berkualitas harus memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

1. Akurat, artinya harus mencerminkan keadaan yang sebenarnya.

2. Tepat waktu, artinya informasi itu harus tersedia atau ada pada saat informasi itu diperlukan.

3. Relevan, artinya informasi yang diberikan harus sesuai yang dibutuhkan.

4. Lengkap, artinya informasi harus diberikan secara lengkap. (dalam Jogiyanto, 1999:10).

Pendapat tersebut mengemukakan, bahwa informasi yang dihasilkan dikatakan berkualitas, apabila infomasi yang didapatkan akurat, tepat waktu, relevan serta lengkap. Suatu informasi merupakan kunci keberhasilan dalam


(47)

melaksanakan suatu kegiatan untuk pengambilan keputusan, karena informasi merupakan faktor penting dalam melakukan kegiatan.

2.4.3 Pengertian Sistem Informasi

Sistem informasi merupakan bentuk penerapan dalam sebuah organisasi, dimana penerapan/penggunaan sistem informasi dalam sebuah organisasi tersebut untuk mendukung dalam mengumpulkan dan mengolah data dan menyediakan informasi yang berguna di dalam perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian. Suatu organisasi yang tumbuh dan menjadi lebih kompleks membuat manajemen melakukan permintaan yang semakin besar terhadap fungsi sistem informasi. Mereka membutuhkan untuk dapat melakukan akses terhadap data kapanpun dan dimanapun dengan mudah, akurat dan konsisten, sistem informasi yang cepat dapat mengikuti perubahan kondisi.

Menurut pendapat Tata Sutabri dalam bukunya Sistem Informasi Manajemen mendefinisikan sistem informasi, sebagai berikut:

“Sistem informasi adalah suatu sistem di dalam suatu organisasi, yang mempertemukan kebutuhan pengolahan transaksi harian yang mendukung fungsi operasi organisasi yang bersifat manajerial dengan kegiatan strategi dari suatu organisasi untuk dapat menyediakan kepada pihak luar tertentu dengan laporan-laporan yang diperlukan” (Sutarbi, 2005:42).

Dengan demikian sistem informasi adalah suatu sistem manusia/mesin yang terpadu untuk menyajikan informasi guna mendukung fungsi operasi, manajemen dan pengambilan keputusan dalam organisasi. Sistem informasi adalah (kesatuan) formal yang terdiri dari berbagai sumber daya fisik maupun logika. Dari organisasi ke organisasi, sumber daya ini disusun atau distrukturkan


(48)

dengan beberapa cara yang berlainan, karena organisasi dan sistem informasi merupakan sumber daya yang bersifat dinamis.

Menurut Alter sistem informasi adalah kombinasi antara prosedur kerja, informasi, orang, dan teknologi informasi yang diorganisasikan untuk mencapai tujuan dalam sebuah organisasi (dalam Kadir, 2002:17). Pendapat tersebut mengemukakan, bahwa sistem informasi merupakan kumpulan kegiatan yang diintegrasikan antara program kerja, informasi ke dalam suatu server database sehingga keinginan suatu organiasi dalam mencapai tujuan bisa terwujudkan.

Sehubungan dengan definisi di atas, Menurut Robert A. Letch dan K. Roscoe Davis sistem informasi adalah :

“sistem informasi adalah suatu sistem didalam suatu organisasi yang mempertemukan kebutuhan pengolahan transaksi harian, mendukung operasi, bersifat manajerial dan kegiatan strategis dari suatu organisasi dan menyediakan pihak luar tertentu dengan laporan-laporan yang diperlukan.” (dalam Jogiyanto, 1999:11)

Berdasarkan definisi di atas, sistem informasi merupakan kumpulan informasi-informasi yang saling berhubungan dan berinteraksi satu sama lainnya untuk keperluan tertentu. Adapun kegiatan sistem informasi menurt Jogiyanto, sebagai berikut:

a. Input, menggambarkan suatu kegiatan untuk menyediakan data untuk proses.

b. Proses, menggambarkan bagaimana suatu data diproses untuk menghasilkan suatu informasi yang bernilai tambah.

c. Penyimpanan, suatu kegiatan untuk memelihara dan menyimpan data. d. Output, suatu kegiatan untuk menghasilkan laporan dari suatu proses

informasi.

e. Kontrol, suatu aktivitas untuk menjamin bahwa sistem informasi tersebut berjalan sesuai dengan yang diharapkan.


(49)

Berdasarkan pendapat di atas, sistem informasi merupakan rangkaian kegiatan yang terdiri dari input, proses, output, dan kontrol yang tersusun secara sistematis. Sistem informasi tidak terlepas dari kegiatan yang diungkapkan pendapat di atas, karena dalam bekerja sistem tersebut terdiri dari rangkaian yang tidak bisa dipisah-pisah atau dibagi dalam bekerja.

Sehubungan dengan penjelasan di atas mengenai sistem informasi, komponen sistem informasi menurut Jogiyanto terdiri dari:

1. Perangkat keras (hardware), merupakan komponen fisik yang terdiri dari peralatan pengolah (processor), peralatan untuk mengingat (memory), peralatan output dan peralatan komunikasi, terdiri dari komputer, printer, jaringan.

2. Perangkat lunak (software), merupakan kumpulan dari program-program yang digunakan untuk menjalankan aplikasi tertentu pada komputer.

3. Data, merupakan komponen dasar informasi yaitu fakta-fakta atau kumpulan bahan-bahan pemrosesan.

4. Manusia (user), sebagai pengoperasi sistem. (Jogiyanto, 1999:12).

Berdasarkan penjelasan dari pendapat di atas, bahwa komponen sistem informasi merupakan sarana pendukung dalam mengoperasinalkan sebuah data untuk mendapat sebuah informasi yang dibutuhkan. Tanpa komponen-komponen seperti processor, memory, sofware serta manusia sebagai pengguna program tersebut, semuanya tidak akan berjalan sebagimana mestinya.

2.5 Pengertian dan Karakteristik Sistem Informasi SMS Gateway 2.5.1 Pengertian Sistem Informasi SMS Gateway

SMS (Short Message Service) merupakan layanan messaging yang pada umumnya terdapat pada setiap sistem jaringan wireless digital. SMS adalah


(50)

layanan untuk mengirim dan menerima pesan tertulis (teks) dari maupun kepada perangkat bergerak (mobile device). Pesan teks yang dimaksud tersusun dari huruf, angka, atau karakter alfanumerik. SMS disebut sebagai atractive bearer (penghantar yang menarik) karena merupakan layanan bernilai tambah, sederhana, dan berharga murah yang diberikannya sehingga sangat menarik dan memiliki pengguna yang sangat besar.

Layanan SMS merupakan sebuah layanan yang bersifat non real time dimana sebuah short message dapat di submit kesuatu tujuan, tidak peduli apakah tujuan tersebut aktif atau tidak, bila dideteksi tujuan tidak aktif, maka sistem akan menunda pengiriman ke tujuan hingga tujuan aktif kembali. Kegagalan pengiriman yang bersifat sementara seperti tujuan tidak aktif akan selalu teridentifikasi sehingga pengiriman ulang short message akan selalu dilakukan kecuali bila diberlakukan aturan bahwa short message yang telah melampaui batas waktu tertentu harus dihapus dan dinyatakan gagal terkirim.

Pemograman SMS gateway adalah program yang dapat digunakan untuk menangani atau mengelola pesan berupa SMS dari pengguna dengan aturan tertentu. Membuat program otomatisasi teleakses maka harus tersedia aplikasi yang dapat menangani pesan-pesan yang dikirimkan pada ponsel yang telah dihubungkan dengan komputer melalui port serial. Aplikasi akan berkomunikasi atau bertukar data melalui port serial tersebut. Program harus dapat melakukan penulisan dan pembacaan data melalui port serial.


(51)

2.5.2 Karakteristik Sistem Informasi SMS Gateway

SMS gateway adalah sebuah aplikasi yang memungkinkan kita melakukan pengiriman dan penerimaan teks short message service melalui teknologi CDMA/GSM di komputer. Adapun beberapa karakteristik dari program SMS gateway antara lain:

a. SMS merupakan sebuah pesan singkat yang terdiri atas 160 karakter yang terdiri atas huruf atau angka.

b. Mempunyai kemampuan menangani antrian pesan (message queue) sehingga kegagalan pesan, baik penerimaan maupun pengiriman pesan sangat kecil.

c. Melakukan segmentasi pesan dengan beberapa cara yaitu discard excess (pemotongan pesan setelah melewati batas jumlah tertentu), multiple message (pengiriman pesan dalam beberapa bagian), dan concantended message (pengiriman pesan dalam satu pengiriman utuh).


(52)

(53)

50

3.1 Gambaran Umum Kabupaten Bandung 3.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Bandung

Kabupaten Bandung terdiri atas 45 kecamatan, yang dibagi lagi menjadi 426 desa yang pusat pemerintahannya di Kecamatan Soreang. Kabupaten Bandung terletak antara 6º41 - 7º19 lintang selatan dan 107º22 - 108º5 bujur timur, pada ketinggian antara 110m 2.249 m diatas permukaan laut. Luas wilayah Kabupaten Bandung 309.207,93 Ha. Sebagian besar wilayah Kabupaten Bandung adalah pegunungan. Adapun dengan batas-batas administratif Kabupaten Bandung sebagai berikut :

1) Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Purwakarta dan Kabupaten Subang.

2) Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Sumedang dan Kabupaten Garut.

3) Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Cianjur, bagian Tengah Kota Bandung dan Kota Cimahi.

4) Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Garut dan Kabupaten Cianjur. Kabupaten Bandung meski sudah berusia cukup tua (361 tahun pada tahun 2002) ternyata belum menjadi jaminan untuk mulai menuju masyarakat yang repeh rapih kerta raharja. Arus deras otonomi daerah Kabupaten Bandung harus mulai dari titik baru lagi kalau tidak mau disebut dari nol. Daerah cekungan seluas


(54)

309.207,93 hektar telah menjadi daerah percontohan pelaksanaan otonomi daerah sejak beberapa tahun lalu namun keluarnya UU No.22/1999 diakui Bupati H. Obar Sobarna.S.IP memiliki konsekuensi yang cukup berat. Otonomi daerah merupakan barang baru sehingga semua Dati II di Indonesia termasuk Kabupaten Bandung masih dalam proses transisi. Proses transisi itu sejumlah peraturan daerah sebagai penjabaran semangat otonomi daerah harus segera diwujudkan pihak eksekutif dan legislatif. Siap atau tidak siap kita harus melaksanakan otonomi daerah sebagai keputusan terbaik yang dipilih bangsa. Kita juga harus siap menghadapi perdagangan bebas AFTA tahun 2003 dan perdagangan bebas dunia tahun 2010.

Langkah awal pembenahan H. Obar mengedepankan visi Kabupaten Bandung sebagai daerah yang berbasis religius, kultural, dan berwawasan lingkungan. Visi ini bersifat utopia layaknya masyarakat yang adil dan makmur. Tiap tahun harus ada perkembangan dan kelanjutan menuju terciptanya visi tersebut. Aspek religius dengan mayoritas penduduk Kabupaten Bandung beragama Islam menurut H.Obar salah satu realisasinya dengan membantu keberadaan mesjid, pesantren, dan madrasah sesuai dengan kemampuan pemerintah daerah Kabupaten Bandung. Kita juga berusaha memajukan dunia pendidikan sehingga dana pendidikan dalam APBD meningkat, sedangkan aspek kultural Bupati berusaha mengembangkan kesenian dan kebudayaan yang ada di Kabupaten Bandung dengan menggelar kesenian di Lapangan Upakarti tiap minggu pagi.


(55)

Khusus soal penataan lingkungan Bupati H.Obar menegaskan jajaran pemerintah daerah Kabupaten Bandung akan mulai membenahi kondisi tersebut dengan diawali pembuatan Rancangan Tata Ruang Kecamatan (RTRK) sebagai penjabaran dari Rancangan Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Bandung yang telah menjadi Perda No.01/2001. RTRK itu kita bisa melangkah untuk membenahi wilayah kota-kota kecamatan sehingga akan lebih tertata dengan baik. Salah satu langkah strategis dalam upaya pembenahan itu H. Obar menunjuk penyusunan Struktur Organisasi dan Tata Kerja (SOTK). Kita akan masukkan orang-orang yang sesuai dengan struktur baru. Orang yang tepat dan profesional di bidangnya. Bupati tidak akan terpaku kepada orang melainkan kepada sistem sehingga roda organisasi tak akan tergantung dengan beberapa orang. Kita buat sistem sebaik-baiknya yakni sistem yang profesional.

3.1.2 Visi dan Misi Kabupaten Bandung

Visi dari Pemerintahan Kabupaten Bandung, yakni terwujudnya masyarakat Kabupaten Bandung yang Repeh Rapih Kertaraharja melalui akselerasi pembangunan partisipatif yang berbasis religius, kultural dan berwawasan lingkungan dengan berorientasi pada peningkatan kinerja pembangunan desa. Visi yang telah ditetapkan dapat direalisasikan dengan bertumpu pada potensi sumber daya dan kemampuan yang dimiliki serta ditunjang dengan semangat kebersamaan, tanggung jawab yang optimal dan proporsional dari seluruh komponen kota, maka misi yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut:


(1)

xii

3.8 Gambaran Umum Sistem Informasi SMS Gateway

di Inspektorat Kabupaten Bandung...74 3.8.1 Sasaran dan Manfaat Sistem Informasi SMS Gateway

di Inspektorat Kabupaten Bandung...76 3.8.2 Tampilan Sistem Informasi SMS Gateway

di Inspektorat Kabupaten Bandung...80 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Produktivitas Aparatur Melalui Sistem Informasi

SMS Gateway di Inspektorat Kabupaten Bandung………...86 4.1.1 Input Aparatur Melalui Sistem Informasi

SMS Gateway di Inspektorat Kabupaten Bandung...88 4.1.2 Output Aparatur Melalui Sistem Informasi

SMS Gateway di Inspektorat Kabupaten Bandung...94 4.2 Kualitas layanan Aparatur Melalui Sistem Informasi

SMS Gateway di Inspektorat Kabupaten Bandung...99 4.2.1 Biaya Pelayanan Melalui Sistem Informasi

SMS Gateway di Inspektorat Kabupaten Bandung...101 4.2.2 Lamanya Pelayanan Aparatur Melalui Sistem Informasi

SMS Gateway di Inspektorat Kabupaten Bandung...109 4.2.3 Kualitas Sumber Daya Aparatur Melalui Sistem Informasi

SMS Gateway di Inspektorat Kabupaten Bandung...114 4.3 Responsivitas Aparatur Melalui Sistem Informasi

SMS Gateway di Inspektorat Kabupaten Bandung...119 4.3.1 Keluhan Masyarakat Melalui Sistem Informasi

SMS Gateway di Inspektorat Kabupaten Bandung...121 4.3.2 Sikap Aparatur Birokrasi Melalui Sistem Informasi

SMS Gateway di Inspektorat Kabupaten Bandung...126 4.3.3 Penggunaan Keluhan Aparatur Melalui Sistem Informasi

SMS Gateway di Inspektorat Kabupaten Bandung...130 4.4 Responsibilitas Aparatur Melalui Sistem Informasi


(2)

xiii

4.4.1 Infrastruktur Pelayanan Melalui Sistem Informasi

SMS Gateway di Inspektorat Kabupaten Bandung...136

4.4.2 Aktivitas Administrasi Pelayanan Melalui Sistem Informasi SMS Gateway di Inspektorat Kabupaten Bandung...141

4.5 Akuntabilitas Aparatur Melalui Sistem Informasi SMS Gateway di Inspektorat Kabupaten Bandung...146

4.5.1 Acuan Pelayanan Aparatur Melalui Sistem Informasi SMS Gateway di Inspektorat Kabupaten Bandung...150

4.5.2 Tindakan Aparat Birokrasi Melalui Sistem Informasi SMS Gateway di Inspektorat Kabupaten Bandung...154

4.5.3 Tugas Pelayanan Aparatur Melalui Sistem Informasi SMS Gateway di Inspektorat Kabupaten Bandung...159

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan………....163

5.2 Saran………..164

DAFTAR PUSTAKA... 165


(3)

xiv

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1.1 Jadwal Kegiatan Penelitian………31 Tabel 3.1 Jumlah Pegawai Inspektorat Kabupaten Bandung

Berdasarkan Tingkat Jabatan………....70 Tabel 3.2 Keberadaan Pegawai Berdasarkan Golongan...72 Tabel 3.3 Keberadaan Pegawai Berdasarkan Pendidikan……….73 Tabel 3.4 Report Data SMS Gateway yang Diproses


(4)

xv

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1.1 Model Kerangka Pemikiran………..23 Gambar 3.1 Struktur Organisasi Inspektorat Kabupaten Bandung...60 Gambar 3.2 Rekapitulasi Penerimaan SMS Tahun 2007

Berdasarkan Kategori………...77 Gambar 3.3 Rekapitulasi Penerimaan SMS Tahun 2008

Berdasarkan Kategori………...78 Gambar 3.4 Rekapitulasi Penerimaan SMS Tahun 2009

Berdasarkan Kategori………...79 Gambar 3.5 Tampilan Halaman Utama SMS Gateway

di Inspektorat Kabupaten Bandung………...80 Gambar 3.6 Tampilan Halaman Kedua SMS Gateway

di Inspektorat Kabupaten Bandung………...81 Gambar 3.7 Tampilan Halaman Ketiga SMS Gateway

di Inspektorat Kabupaten Bandung………...82 Gambar 3.8 Tampilan Menu Utama SMS Gateway

di Inspektorat Kabupaten Bandung………...83 Gambar 3.9 Tampilan List Message SMS Gateway


(5)

xvi

DAFTAR BAGAN

Halaman Bagan 1.1 Model Sistem………16


(6)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1 Pedoman Wawancara

(Untuk Aparatur Inspektorat Kabupaten Bandung)... 169

Lampiran 2 Pedoman Wawancara (Untuk Masyarakat)………...174

Lampiran 3 Daftar Informan Aparatur Inspektorat Kabupaten Bandung Yang Telah Diwawancarai……….176

Lampiran 4 Daftar Informan Masyarakat Yang Telah Diwawancarai…………....178

Lampiran 5 Dokumentasi Penelitian………...180

Lampiran 7 Surat Keterangan Ijin Penelitian………..182

Lampiran 8 Surat Telah Melakukan Penelitian………...183