Deskripsi Keadaan Penduduk Kota Tebing Tinggi Tahun 2013 Berdasarkan Data Tahun 2005-2010

(1)

(2)

(3)

PERSETUJUAN

Judul : DESKRIPSI KEADAAN DEMOGRAFI KOTA TEBING TINGGI

TAHUN 2013 BERDASARKAN DATA TAHUN 2005-2010

Kategori : TUGAS AKHIR

Nama : FEBRY RUSTIA WARDANI SIREGAR

NIM : 092407029

Program Studi : D3 STATISTIKA

Departemen : MATEMATIKA

Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

(FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Diluluskan di Medan, Juni 2012

Diketahui

Departemen Matematika FMIPA USU Pembimbing

Prof. Dr. Tulus,vordipl.Math.,M.Si.,Ph.D Drs. Henry Rani Sitepu,M.S


(4)

PERNYATAAN

DESKRIPSI KEADAAN DEMOGRAFI KOTA TEBING TINGGI TAHUN 2013 BERDASARKAN DATA TAHUN 2005-2010

TUGAS AKHIR

Saya mengakui bahwa tugas akhir ini adalah kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dari beberapa ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Juni 2012

FEBRY RUSTIA WARDANI SIREGAR 092407029


(5)

PENGHARGAAN

Bismillahirrahmanirrahim,

Puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada seluruh alam beserta seluruh isinya dan berkat kekuatan iman dari-Nya, maka Tugas

Akhir dengan judul “DESKRIPSI KEADAAN PENDUDUK KOTA TEBING TINGGI TAHUN 2013 BERDASARKAN DATA TAHUN 2005-2010” dapat diselesaikan tepat pada

waktunya. Kemudian seiring shalawat dan salam penulis ucapkan kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW yang membawa umatnya ke jalan yang benar dan kesejahteraan hidup.

Penulis meyadari bahwa Tugas Akhir ini masih banyak kekurangan dan kelemahan dengan demikian penulis harapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun demi peningkatan mutu penulisan Tugas Akhir di masa yang akan datang.

Pada kesempatan ini penulis menghaturkan terima kasih atas petunjuk dan bimbingan yang telah diberikan kepada penulis sehingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini. Maka dengan ini penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Drs. Henry Rani Sitepu,M.S selaku Pembimbing yang memberikan bimbingan, arahan dan pengalaman kepada penulis.

2. Ayahanda Rusli Siregar dan Ibunda tersayang Teti Paryati, yang membesarkan dan mendidik penulis dengan penuh kasih sayang dan cinta dari kecil hinggga saat ini telah memberikan motivasi dan restu serta materi yang tak ternilai dengan apapun. 3. Bapak DR. Sutarman, M.Sc, selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Bapak Prof. Dr. Tulus, M.Si selaku Ketua Pelaksana Program Studi Ilmu Komputer dan Statistika FMIPA USU.

5. Bapak Drs. Faigiziduhu Bu’ulolo selaku Koordinator Program Studi DIII Satistika FMIPA USU.

6. Untuk adik saya Rio Gussanda Siregar, yang telah memberikan semangat dan do’a


(6)

7. Untuk saudara Rahmat Basyir yang telah memberikan semangat, motivasi, kasih sayangdan do’a yang tulus kepada penulis.

8. Untuk saudari Dewi Purnama Sari Damanik, Nurul Tifanny Sitompul, Siti Maya

ramadhani, yang telah memberikan semangat dan do’a kepada penulis.

9. Untuk sahabat-sahabatku dari kelas Statistika A 2009 terutama buat Dina S Sihombing, Nadra khairunnisa, Wanda novia, Ristya Novalina, Samim Ahmad, Muhammad Dana Wiyasa, Respati Nugraha dan semua rekan-rekan dari DIII Statistika FMIPA USU yang telah membantu, memberi semangat, arahan dan motivasi selama perkuliahan.

Atas segala bantuan dan budi baik semua pihak penulis ucapkan terima kasih, semoga Allah SWT memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua. Amin ya

rabbal’alamin.

Akhirnya penulis berharap semoga Tugas Akhir ini dapat memberikan manfaat kepada semua pihak yang memerlukan.

Medan, Juni 2012 Penulis

Febry Rustia Wardani Siregar 092407029


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

Persetujuan Pernyataan Penghargaan Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar

Bab 1 Pendahuluan 1

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Tujuan Penulisan 3

1.3 Rumusan Masalah 3

1.4 Metode Penelitian 4

1.5 Sistematika Penulisan 5

Bab 2 Tinjauan Teoritis 7

2.1 Pengertian-pengertian 7

2.1.1 Komposisi penduduk 9

2.1.2 Kepadatan penduduk 10

2.1.3 Rasio anak perempuan 11

2.1.4 Rasio beban tanggungan 12

2.2 Kegunaan Proyeksi Penduduk 12

2.3 Teori-teori Kependudukan 13


(8)

2.4.1 Angka Pertumbuhan Penduduk 14

2.4.2 Rasio Jenis Kelamin 14

Bab 3 Sejarah Singkat Kota Tebing Tinggi 16

3.1 Latar Belakang Terbentuknya Kota Tebing Tinggi 16

3.2 Lokasi dan Keadaan Geografis 20

3.3 Iklim 21

3.4 Pemerintah 21

3.5 Penduduk 22

3.6 Tenaga Kerja 23

Bab 4 Analisa dan Pembahasan 25

4.1 Arti dan Kegunaan Data Statistika 25

4.2 Keadaan jumlah penduduk kota Tebing Tinggi 26

4.2.1 Rasio anak perempuan 29

4.2.2 Rasio beban tanggungan 30

4.2.3 Kepadatan penduduk 32

4.3 Proyeksi pertambahan penduduk di kota Tebing Tinggi tahun 2013 33 4.3.1 Presentase pertumbuhan penduduk menurut jenis kelamin 34

4.3.2 Perkiraan jumlah penduduk 37

4.4 Rasio Jenis Kelamin ( Sex Ratio ) 41

Bab 5 Impelementasi Sistem 42

5.1 Tahap Implementasi 42

5.2 Pengaktifan Excel 43

5.3 Jendela Lembar Kerja Excel 44


(9)

5.5 Pembuatan Grafik 47

Bab 6 Kesimpulan dan Saran 49

6.1 Kesimpulan 49

6.2 Saran 50

Daftar Pustaka Lampiran


(10)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 4.1 Jumlah Penduduk menurut Jenis Kelamin dari Tahun 2005-2010 26 Tabel 4.2 Banyaknya Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin

di Kota Tebing Tinggi Tahun 2010 28

Tabel 4.3 Presentase Pertumbuhan Jumlah Penduduk Laki-laki, Perempuan dan Jumlah Keseluruhan Dari Laki-laki dan

Perempuan 35

Tabel 4.4 Proyeksi Penduduk Kota Tebing Tinggi Tahun 2011-2013 39 Tabel 4.5 Rasio Jenis Kelamin Penduduk Kota Tebing Tinggi Tahun


(11)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 4.1 Jumlah Penduduk Kota Tebing Tinggi Tahun 2005-2010 27 Gambar 4.2 Hasil Ramalan Jumlah Penduduk Kota Tebing Tinggi

Tahun 2013 40

Gambar 5.1 Cara Pengaktifan Excel 44

Gambar 5.2 Jendela Lembar Kerja Excel 45

Gambar 5.3 Data Pertambahan Penduduk Kota Tebing Tinggi Pada Lembar

Kerja Excel 46

Gambar 5.4 Grafik Pertambahan Penduduk Kota Tebing Tinggi Pada Lembar


(12)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masalah kependudukan sudah merupakan masalah serius yang bukan saja dihadapi oleh Negara – Negara yang sedang berkembang, tetapi juga oleh Negara - Negara maju karena banyak menyangkut segi kehidupan. Bahkan beberapa tahun belakangan ini ahli ekonomi telah memusatkan perhatiannya kepada hubungan antara pembangunan ekonomi dan pertumbuhan penduduk. Perencanaan pembangunan yang sejalan dengan kebijaksanaan yang dituangkan dalam upaya meningkatkan kesejahteraan rakyat baik di daerah perkotaan maupun di daerah pedesaan dimana aspek kependudukan perlu dipertimbangkan sebagai tolak ukur pembangunan masyarakat.

Penduduk merupakan objek yang sekaligus sebagai subjek dalam pembangunan nasional. Kebijaksanaan dibidang kependudukan bukan saja hanya menyangkut jumlah dan kepadatan penduduk, arus imigrasi, kelahiran serta kematian tetapi juga kebijakan dalam mengendalikan pertumbuhan penduduk yang tinggi serta mengarahkan mobilitas dan sebaran penduduk yang lebih merata, terutama didaerah yang jarang penduduknya, dengan memperhatikan daya dukung alam serta lingkungan, dinamika penduduk tanpa disertai


(13)

dengan kontrol untuk mengatur jumlah penduduk yang diinginkan akan disertai dengan kontrol untuk mengatur jumlah penduduk yang diinginkan akan menimbulkan permasalahan sosial dan ekonomi dengan segala akibatnya. Pertambahan penduduk yang sangat besar akan mempengaruhi sarana dan prasarana dibidang pendidikan, kesehatan, pemukiman, kesempatan kerja dan hal sebagainya.

Usaha-usaha yang dilakukan pemerintah dan masyarakat dewasa ini sangat mempengaruhi demografi dimasa mendatang, masalah kependudukan erat kaitannya dengan manusia sebagai anggota masyarakat maupun perorangan, karena itu pengetahuan tentang kependudukan harus diketahui oleh seluruh lapisan masyarakat dan tidak terbatas hanya untuk para ilmuwan saja.

Pertambahan penduduk yang cukup besar setiap tahunnya memerlukan tambahan dan sarana untuk menunjang kesejahteraan rakyat seperti sarana pendidikan, kesehatan, lapangan pekerjaan dan lain sebagainya. Hal tersebut tentu saja merupakan hal yang sangat rumit bagi pemerintah dalam usaha membangun dan meningkatkan taraf hidup rakyat demi untuk menuju masyarakat yang adil, makmur dan sejahtera sesuai cita-cita nasional bangsa Indonesia.

Sesuai permasalahan penduduk tersebut diatas maka penulis memilih judul

“DESKRIPSI KEADAAN DEMOGRAFI KOTA TEBING TINGGI TAHUN 2013 BERDASARKAN DATA TAHUN 2005-2010”dengan maksud untuk memberikan masukan kepada pemerintah Kota Tebing Tinggi dalam mengambil tindakan yang tepat untuk dilakukan dimasa mendatang dalam mengatasi masalah kependudukan di Kota Tebing Tinggi.


(14)

1.2 Tujuan Penulisan

Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui keadaan demografi Kota Tebing Tinggi serta bertujuan agar pemerintah pusat dan daerah, khususnya pemerintah daerah Kota Tebing Tinggi dapat mengambil tindakan yang akan dilaksanakan untuk tahun-tahun berikutnya dalam mengatasi pertambahan penduduk.

1.3 Perumusan Masalah

Untuk mengetahui keadaan demografi Kota Tebing Tinggi di butuhkan data dasar yang menggambarkan keadaan demografi di masa lampau. Di mana keadaan demografi ini dapat berubah setiap tahunnya.

Untuk membahas permasalahan yang dihadapi maka diperlukan perumusan masalah, diantaranya:

1. Menghitung rasio jenis kelamin (sex ratio=SR). 2. Rasio Anak Perempuan (Child Women Ratio=CWR). 3. Rasio Beban Tanggungan (Dependency Ratio=DR). 4. Kepadatan penduduk.

5. Menghitung laju pertambahan penduduk berdasarkan jenis kelamin .

6. Memperkirakan jumlah penduduk yang akan datang (2013) dengan menggunakan data tahun 2005-2010.


(15)

1.4 Metode Penelitian

Penyusunan tugas akhir ini penulis memerlukan beberapa data yang bisa disajikan sebagai penelitian. Adapun cara yang digunakan penulis untuk memperoleh data adalah :

1. Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan penulis adalah data skunder yaitu data yang dikutip dari data yang telah tersedia di dalam suatu perusahaan ( data yang berupa laporan yang diterima oleh BPS dari pemerintah Kota Tebing Tinggi per periode ). Jadi penulis tidak langsung memperoleh data dari sumbernya.

2. Penelitian Kepustakaan

Dalam hal ini penulis melakukan penelitian kepustakaan yaitu untuk

mencari data dari buku-buku atau sumber terbitan lainnya yang bersifat teoritis yang relevan dengan penelitian.

1.5 Sistematika Penulisan

Adapun sistematika dalam penulisan “ Tugas Akhir “ secara garis besarnya dibagi dalam 6

( enam ) bab yang masing–masing bab dibagi atas beberapa sub–sub bab yaitu sebagai berikut :


(16)

BAB 1 PENDAHULUAN

Bab ini menjelaskan latar belakang pengambilan judul, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, lokasi penelitian, metodologi penelitian, tinjauan pustaka dan sistematika penulisan.

BAB 2 LANDASAN TEORI

Dalam bab ini menjelaskan tentang segala sesuatu yang mencakup penyelesaian masalah dengan judul dan masalah yang diutarakan.

BAB 3 GAMBARAN UMUM KOTA TEBING TINGGI

Bab ini menjelaskan tentang sejarah dan struktur organisasi Kota Tebing Tinggi.

BAB 4 ANALISIS DATA

Bab ini berisikan tentang implementasi sistem yang digunakan dalam menyelesaikan analisa pembahasan.

BAB 5 IMPLEMENTASI SISTEM

Pada bab ini dijelaskan tentang cara pengaktifan Excel pengisian data dan cara membuat grafik.

BAB 6 PENUTUP

Bab ini memberikan beberapa kesimpulan dan saran sesuai dengan hasil analisis yang telah dilakukan.


(17)

BAB 2

TINJAUAN TEORITIS

2.1 Pengertian-pengertian

Kependudukan sangat erat kaitannya dengan demografi. Demografi sendiri berasal dari

bahasa Yunani yaitu “Demos” yang berarti rakyat atau penduduk dan “Grafien” yang berarti

menulis. Jadi demografi adalah tulisan–tulisan mengenai rakyat atau penduduk.

Berdasarkan : Multilingual Demographic Dictionary ( USSP, 1982 ) defenisi demografi adalah:Demografi is the scientific study of human population in primarily with the respect to their size, their structur ( compotition ) and development ( chage ). Dalam bahasa Indonesia apabila diterjemahkan maka artinya adalah sebagai berikut: Demografi mempelajari penduduk ( suatu wilayah ) terutama mengenai struktur (komposisi) penduduk dan perkembangannya (perubahannya).

Philip M.Hauser dan Dudley (1959) mengusulkan defenisi demografi sebagai berikut: Demografi mempelajari jumlah, persebaran teritorial dan komposisi penduduk serta perubahannya dan sebab – sebab perubahan itu, yang biasanya timbul karena fertilitas, mortalitas, gerak territorial (migrasi) dan mobilitas social.


(18)

Dua defenisi tersebut dapat disimpulkan bahwa demografi adalah Ilmu yang mempelajari struktur dan proses penduduk di suatu wilayah. Struktur penduduk meliputi jumlah, persebaran dan komposisi penduduk. Struktur penduduk ini sllau berubah – ubah, dan perubahan tersebut disebabkan oleh proses demografi, yaitu kelahiran (fertilitas), kematian (mortalitas), dan perpindahan penduduk (migrasi).

Struktur penduduk merupakan aspek yang statis, yang menggambarkan penduduk dari hasil sensus penduduk pada hari sensus tersebut. Data yang didapat pada hari dilakukannya sensus dijadikan sebagai basis perhitungan penduduk. Setelah hari sensus tersebut dilakukan maka struktur penduduk akan berubah dari basis penduduk tadi. Unsur–unsur kependudukan yang dapat merubah stuktur kependudukan tersebut merupakan unsur –unsur yanag dinamis yang terdiri dari kelahiran, kematian dan migrasi. Proses perubahan tersebut juga dengan proses dinamis.

Masalah kependudukan sangat mempengaruhi kesejahteraan dan perkembangan suatu daerah dan Negara. Pada tahun 1973 di Paris selama kongres masalah kependudukan dilangsungkan, Adolphe Laundry telah membuktikan secara matematik adanya hubungan antara unsur – unsur demografi secara kelahiran, kematian, jenis kelamin, umur dan

sebagainya. Ia menyarankan penggunaan istilah “PURE DEMOGRAPHY” untuk cabang ilmu

demografi yang bersifat analitik matematik dan lain dari ilmu demografi yang bersifat deskriptif.

Pure demografi (demografi umum) atau juga disebut demografi formal menghasilkan teknik – teknik untuk menghitung data kependudukan. Dengan teknik tersebut dapat diperoleh perkiraan keadaan penduduk dimasa depan atau masa lampau.


(19)

Studi kependudukan (Population Studies) mempunyai kajian yang lebih luas dari kajian demografi murni, karena dalam memahami struktur dan proses kependudukan di suatu daerah, faktor–faktor non demografis ikut dilibatkan.

Kammeyer (1971) menjelaskan perbedaan antara demografi formal dengan studi kependudukan lewat perbedaan antara variabel pengaruh dan variabel terpengaruh. Jika variabel pengaruh dan variabel terpengaruh kedua-duanya terdiri dari variabel demografi maka tipe studi adalah demografi murni apabila salah satu variabelnya adalah variabel non demografi, maka kajian tersebut adalah studi kependudukan.

2.1.1 Komposisi Penduduk

Komposisi penduduk dalam arti demografi adalah komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin. Kedua variabel ini sangat mempengaruhi kebutuhan penduduk di masa yang akan datang. Misalnya dalam suatu negara terdapat penduduk umur tua (50 tahun keatas) lebih dengan banyak, maka diharapkan negar tersebut mempunyai angka kelahiran yang rendah. Demikian pula ketidakseimbangan jumlah penduduk laki-laki dan wanita , bisa mengakibatkan rendahnya fertilitas dan rendahnya angka pertumbuhan.

Ketidakseimbangan itu akan mempengaruhi pula keadaan sosial, ekonomi dan keluarga. Komposisi penduduk umur tua di gambarkan dalam piramida penduduk yang dapat mencerminkan apakah negara tersebut mempunyai ciri penduduk tua dan muda. Sedangkan pada penduduk umur muda dapat di pakai sebagai ukuran perbandingan beban tanggungan yaitu angka yang menyatakan perbandingan antara banyaknya orang yang tidak produktif


(20)

( umur di bawah 15 tahun dan 65 tahun keatas) dengan banyaknya orang yang produktif (umur 16-64 tahun).

2.1.2 Kepadatan Penduduk

Kepadatan penduduk merupakan indikator daripada tekanan penduduk di suatu daerah. Kepadatan di suatu daerah dibandingkan dengan luas tanah yang ditempati dinyatakan dengan banyaknya penduduk per kilometer persegi.

Kepadatan penduduk dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

=

Jumlah penduduk yang digunakan sebagai pembilang dapat berupa jumlah seluruh penduduk di wilayah tersebut atau bagian-bagian penduduk tertentu seperti : penduduk daerah perdesaan atau penduduk yang bekerja di sektor pertanian, sedangkan sebagai penyebut dapt berupa luas seluruh wilayah, luas daerah pertanian atau luas daerah perdesaaan.

Kepadatan penduduk di suatu wilayah dapat dibagi menjadi empat bagian :

1. Kepadatan penduduk kasar (Crude Density of Population) atau sering pula disebut dengan kepadatan penduduk aridmatika

2. Kepadatan penduduk fisiologis (physiological density) 3. Kepadatan penduduk agraris (Agricutural Density)


(21)

2.1.3 Rasio Anak Perempuan (Child Women Ratio = CWR)

Rasio Anak Perempuan (Child Women Ratio = CWR) adalah perbandingan antara anak, yaitu jumlah penduduk di bawah usia lima tahun terhadap jumlah perempuan usia subur (usia melahirkan atau usia reproduksi) yaitu umur 15 tahun sampai dengan 49 tahun. Rasio anak perempuan merupakan salah satu ukuran kelahiran yang sederhan yang datanya didapat dari hasil sensus penduduk. Makin besar angka rasio anak perempuan memberikan gambaran semakin tinggi tingkat kelahiran.

Dalam bentuk rumus rasio anak perempuan dinyatakan sebagai berikut :

CWR= ( )

( )

x k

Keterangan :

CWR = Rasio Anak Wanita (Child Women Ratio)

( ) = Jumlah penduduk usia di bawah 5 tahun

( ) = Jumlah penduduk perempuan usia 15-49 tahun

K = Angka, konstanta, dalam rumus ini biasanya 100

2.1.4 Rasio Beban Tanggungan (Dependency Ratio = DR)

Kalau kelompok penduduk umur 0-14 tahun dianggap sebagai kelompok penduduk belum produktif secara ekonomis, kelompok penduduk umur 15-64 tahun sebagi kelompok produktif dan kelompok penduduk umur 65 tahun keatas sebagai kelompok penduduk yang


(22)

tidak lagi produktif, maka rasio beban tanggungan dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Rasio Beban Tanggungan= ( )

( ) x k

Keterangan :

K = Angka Konstanta, dan dalam rumus ini besarnya 100.

2.2 Kegunaan Proyeksi Penduduk

Proyeksi penduduk adalah perhitungan yang menunjukkan keadaan fertilitas, mortalitas dan migrasi dimasa yang akan datang. Pada decade akhir – akhir ini, pemerintah memerlukan proyeksi penduduk sehubungan dengan tanggung jawabnya untuk memperbaiki kondisi sosial ekonomi dari rakyatnya melalui pengembangan yang terencana.

Mengingat semua rencana-rencana pembangunan baik ekonomi maupun sosial, menyangkut pertimbangan tentang jumlah serta karakteristik dari pada penduduk dimasa mendatang, proyeksi mengenai jumlah serta struktur penduduk dianggap sebagai pernyataan yang minimum untuk proses perencanaan pembangunan.

2.3 Teori-teori Kependudukan

Teori kependudukan dikembangkan oleh faktor yang sangat dominan. Pertama adalah meningkatkan pertumbuhan penduduk terutama pada Negara-negara yang sedang berkembang. Hal ini menyebabkan para ahli memahami faktro-faktor yang dapat


(23)

mempengaruhi pertumbuhan penduduk. Faktor kedua adalah adanya masalah-masalah yang bersifat universal, yang menyebabkan para ahli harus lebih banyak mengembangkan dan menguasai kerangka teori untuk mengkaji lebih lanjut sejauh mana terjalin hubungan antara penduduk dengan perkembangan penduduk ekonomi sosial.

2.4 Metode yang digunakan

Pada dasarnya ukuran-ukuran yang dipergunakan dalam Demografi sama dengan uuran-ukuran yang dipergunakan pada ilmu-ilmu yang lain yaitu uuran-ukuranabsolute dan ukuranrelatif. Ukuran relative yang sering digunakan dalam demografi adalah perbandingan rasio,proporsi,persentase dan tingkat (rate).

2.4.1 Angka Pertumbuhan Penduduk

Angka pertumbuhan penduduk menunjukkan rata-rata pertambahan penduduk pertahu pada periode atau waktu tertentu, dan biasanya dinyatakan dalam persen (%). Untuk menghitung besarnya angka pertumbuhan penduuduk setiap tahunnya maka penulis menggunakan rumus

Exponential Growth, yaitu :


(24)

Dengan :

Pt = Jumlah penduduk pada tahun t Po = Jumlah penduduk pada tahun awal

r = Angka pertumbuhan (dinyatakan dalam %) t = Jangka waktu dalam tahun

e = 2,718282

2.4.2 Rasio Jenis Kelamin

Rasio adalah perbandingan dua perangkat, yang dinyatakan dalam suatu satuan tertentu. Biasanya dinyatakan dalam banyaknya penduduk laki-laki per 100 perempuan.

Secara umum rasio dapat dituliskan :

SR= (k)

Besar kecilnya rasio di suatu daerah dipengaruhi oleh : 1. Sex Ratio

Di beberapa Negara umumnya berkisar antara 103-105 bayi laki-laki per 100 bayi perempuan


(25)

2. Pola Mortalitas antara Penduduk laki-laki dan perempuan

Jika kematian laki-laki lebih besar dari pada jumlah kematian perempuan maka rasio jenis kelamin semakin kecil.


(26)

BAB 3

SEJARAH SINGKAT KOTA TEBING TINGGI

3.1 Latar Belakang Terbentuknya Kota Tebing Tinggi

Kira-kira seratus tiga puluh enam tahun yang lalu Kota Tebing Tinggi sudah didiami suku bangsa Indonesia. Hal ini dapat di buktikan dari Arsip lama, di mana dalam catatan tersebut dinyatakan Tebing Tinggi telah menjadi tempat pemukiman, tepatnya pada tahun 1864. Dari cerita-cerita rakyat yang di kisahkan oleh orang tua, dari sebuah bandar di Simalungun berangkatlah seorang tua yang bergelar Datuk Bandar Kajum, meninggalkan kampung halamannya yang di ikuti para penggawa dan inang pengasuhnya melalui kerajaan Padang menuju Asahan. Dalam perjalanan ini tibalah beliau di sebuah desa yang pertma di kunjunginya yang bernama tanjung Marulak yang sekarang menjadi perkebunan PN III Kebun Rambutan.

Setelah beberapa Tahun Datuk Bandar Kajum tinggal di kampung Tanjung Marulak, karena kelihaian Kolonialis Belanda dengan politik pecah belahnya maka timbul sengketa dengan orang-orang dari Kerajaan Raya, yang berdekatan dengan Kerajaan Padang yang letaknya di sebelah Selatan, dan akhirnya meluas menjadi perang saudara. Untuk mempertahankan serangan ini Datuk Bandar Kajum berhasil mencari tempat di sebuah


(27)

dataran tinggi di tepi sungai Padang, di sini dia membangun kampung yang di pagari dengan benteng-benteng pertahanan. Kampung itu sekarang di sebut kampung Tebing Tinggi Lama.

Dari sinilah berkembang kampung itu menjadi tempat pemukiman sebagai asal usul kota Tebing Tinggi. Pada tahun 1887, oleh pemerintah Hindia Belanda Tebing Tinggi di tetapkan sebagai kota pemerintahn dimana pada tahn tersebut juga di bangun perkebunan besar yang berlokasi di sekitar Kota Tebing Tinggi (Hinterland). Menjelang persiapan Tebing Tinggi menjadi kota otonom, maka untuk melaksanakan roda pemerintahan pda tahun 1904 di dirikan sebuah Badan Pemerintahan yang bernamaPlaatselijkke Fonds oleh Cultuur Paad Soematera Timoer. Dalam perundang-undangan yang berlaku pada di Dentralisasi ewet yang di tetapkan pada tanggal 23 Juli 1903 (untuk selanjutnya dapat di sebut daerah Otonom Kota kecil Tebing Tinggi, oleh pemerintah Hindia Belanda, pemerintahan kota Tebing Tinggi di tetapkan sebagai daerah otonom dengan sistim desentralisasi). Pada tahun 1910, sebelum di

laksanakannya Zelf Bestuur Padang (Kerajaan Padang), maka telah di buat titik “Pole Gruth”

yaitu pusat perkembangan kota sebagai jarak ukur antara Kota Tebing Tinggi dengan kota sekitarnya. Patok Pole Gruth tersebut terletak di tengah-tengah Taman Bunga di lokasi Rumah Sakit Umum Herna. Untuk menunjang jalannya roda pemerintahan maka di adakan kutipan-kutipan berupa Cukai Pekan, Iuran penerangan dan lain-lain yang berjalan dengan baik.

Pada masa Tebing Tinggi menjadi Kota Otonom maka untuk melaksanakan Pemerintahan selanjutnya di bentuk Badan Gementeraad Tebing Tinggi, yang beranggotakan 9 orang dengan komposisinya 5 orang Bangsa Eropa, 3 orang Bumiputera, dan 1 orang Bangsa Timur Asing. Hal ini di dasarkan kepada Akte Perjanjian Pemerintah Belanda dengan Sultan Deli, bahwa dalam lingkungan Zelfbestuur di dudukan orang asing Eropa dan


(28)

disamakan di tambah dengan orang-orang Timur Asing. Dengan adanya perbedaan golongan Penduduk, dalam penguasaan tanah juga terdapat perbedaan hak yang mengaturnya. Untuk mengadakan pengutipan-pengutipan yang di sebut setoran Retribusi dan pajak daerah, di angkatlah pada waktu itu Penghulu Pekan. Tugas Penghulu Pekan ini juga untuk menyampaikan perintah-perintah atau kewajiban-kewajiban kepada rakyat Kota Tebing Tinggi yang masuk daerah Zelfbestuur. Dalam perkembangan selanjutnya Kota Tebing Tinggi sebagi Kota Otonom dapat kita baca dari tulisan J.J.MENDELAAR, dalam “NOTA BERTREFENDE DEGEMENTE TEBING TINGGI” yang di buatnya sekitar bulan Juli 1930.

Dalm salah satu bab dari tulisan tersebut dinyatakan setelah beberapa tahun dalam keadaan vakum mengenai perluasaan pelaksanaan Desentralisasi, maka pada tanggal 1 Juli 1917 berdasarkan Desentralisasiewet berdirilah Gementee Tebing Tinggi dengan Stelings Ordanitie Van Statblaad 1917 yang berlaku 1 Juli 1917.

Jadi tanggal 1Juli inilah merupakan Hari jadi Kota Tebing Tinggi.

Pada masa pendudukan Jepang pelaksanaan pemerintah di Tebing Tinggi tidak lagi di laksanakan oleh Dewan Kota yang bernama Gementeeraad. Pemerintah Jepang menggantikan dengan nama Dewan Gementee Tebing Tinggi. Menjelang Proklamasi (masih pada masa Jepang) pemerintahan kota Tebing Tinggi tidak berjalan dengan baik.

Pada tanggal 20 Nopember 1945 Dewan kota di susun kembali. Dalam Formasi ke anggotanya suddah mengalami kemajuan, yang para Anggota Dewan Kota terdiri dari pemuka Masyarakat dan Anggota Komite Nasional Daerah. Dewan Kota ini juga tidak berjalan lama, karena pada tanggal 13 Desember 1945 terjadilah pertempuran dengan Militer Jepang dan sampai sekarang terkenal dengan PERISTIWA BERDARAH 13 DESEMBER


(29)

1945, yang di peringati setiap tahun. Kemudian pada tanggal 17 Mei 1946, Gubernur Sumatera Utara menerbitkan suatu keputusan No.13 tentang pembentukan Dewan Kota Tebing Tinggi kembali yang lebih ddi sempurnakan kembali dengan nama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, walaupun pada waktu itu ketua Dewan di rangkap Bupati Deli Serdang. Ketika Agresi pertama Belanda yang di lancarkan pada tanggal 21 Juli 1947, Dewan Kota Tebing Tinggi dibekukan, demikian pula keadaan pada waktu berdirinya Negara Sumatera Timur, Kota Tebing Tinggi tidak lagi mempunyai Dewan Kota untuk melaksanakan tugas pemerintahan. Peraturan Pemerintah kota pada masa RIS, Dewan kota diadakan berdasarkan peraturan Pemerintah No.39 tahun 1950, tetapi dalam proses pelaksanaannya panitia pemilihan belum sempat menjalankan tugasnya. Peraturan Pemerintah No. 39 tersebut telah di batalkan. Menurut undang-undang no.1 tahun 1957, pemerintah di daerah ini mengatur azas otonomi daerah yang seluasnya. Walaupun dalam undang-undang tersebut di tetapkan, bahwa ini berhak mempunyai DPRD diambil dari hasil pemilihan umum 1955 dari sini terlihat berdasarkan undang-undang darurat 1956 DPRD PERALIHAN kota Tebing Tinggi hanya mempunyai 10 (seouluh) orang anggota.

Setelah keluarnya Undang-undang no. 5 tahun 1974, tentang pokok-pokok Pemerintahan Didaerah, Pelaksanaan Pemerintahan di Kota Tebing Tinggi sudah jauh lebih maju di bandingkan pada masa-masa sebelumnya. Pemerintahan Daerah mempunyai perangkat yang cukup baik. Sebagai suatu Daerah Otonom yang berhak mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri Pemerintah kota Tebing Tinggi di dalam melaksanakan dan menjalankan roda Pemerintahan di daerah ternyata masih banyak mengalami hambatan, oleh karena terbatasnya kemampuan daerah dalam mendukung pengadaan dalam berbagai fasilitas yang di butuhkan. Pada tahun 1980 Presiden Republik Indonesia telah


(30)

Kotamadya Dati II Tebing Tinggi sebagai penghargaan tertinggi atas hasil kerjanya dalam melaksanakan pembanguna Lima Tahun Kedua, sehingga di nilai telah memberikan kemampuan bagi pembangunan, demi kemajuan Negara Indonesia pada umumnya daerah khususnya. Suatu hal yang tetap tercatat dan diabadikan di dalam Sejarah perkembangan Pemerintah Kota Tebing Tinggi adalah bahwa sejak Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia sampai dengan saat ini, kepala Daerah beserta Pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat telah silih berganti.

3.2 Lokasi dan Keadaan Geografis

Kota Tebing Tinggi adalah satu dari tujuh kota yang ada di Provinsi Sumatera Utara, yang berjarak sekitar 78 kilometer dari Kota Medan. Kota Tebing Tinggi terletak pada 3019҆00”-30 21’00” LU dan 98011’- 980 21’ BT. Kota Tebing Tinggi berada dibagian tengah Kecamatan Tebing Tinggi Kabupaten Serdang Bedagai yang dibatasi oleh PTPN III Rmabutan di Sebelah Utara, PT. Soefindo Kebun Tanah Besih di sebelhan Timur, PTPN III Kebun Pabatu di sebelah Selatan, dan PTPN III Kebun Gunung Pamela Bandar Bejambu di sebelah Barat.

Hingga desember 2010, Kota Tebing Tinggi terdiri dari 5 kecamatan dan 35 keluharan dengan luas wilayah 38,438 km². Kecamatan Padang Hilir merupakan kecamatan yang terluas dengan luas 11,441 km² atau 29,76 persen dari luas Kota Tebing Tinggi. Sebagian besar (50,89 persen) lahan di Kota Tebing Tinggi digunakan sebagai lahan pertanian.


(31)

3.3 Iklim

Kota Tebing Tinggi beriklim tropis, dan berada pada ketinggian rata-rata 26-34 m di atas permukaan laut (dpl) serta memiliki topografi mendatar dan bergelombang , maka temperatur udara di kota ini cukup panas yaitu berkisar 25° - 29° C. Sebagaimana kota-kota yang ada di Propinsi Sumatera Utara, Kota Tebing tinggi mempunyai dua musim yaitu penghujan dan kemarau.

3.4 Pemerintah

Visi dan Misi Pemerintah Kota Tebing Tinggi tahun 2011 - 2016

Visi : " Mewujudkan masyarakat Kota Tebing yang Beriman, Bertaqwa, Maju, Sejahtera, Mandiri, Berkeadilan dalam kebhinekaan "

Misi :

1. Menyelenggarakan pembinaan mentak spiritual masyarakat, sumber daya aparatur untuk mewujudkan insan yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

2. Menyelenggarakan pendidikan yang lebih berkualitas secara terpadu, merata, terjangkau, dan memiliki wawasan kebangsaan.

3. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan dan peningkatan kualitas hidup untuk mewujudkan masyarakat sehat, cerdas, dan berkualitas.

4. Melanjutkan pembangunan kota Tebing Tinggi sebagai kota jasa yang memiliki produktivitas, inovasi, kreatifitas dengan berorientasi pada pemberdayaan ekonomi kerakyatan.

5. Menyelenggarakan pembangunan infrastrukturm sarana, dan prasarana secara terkoordinasi dengan titik berat pada penanggulangan banjir.


(32)

6. Melaksanakan Pembinaan UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah) secara terpadu menyeluruh dan mensejahterakan masyarakat melalui pemanfaatan usaha yang memiliki prospek.

7. Menyelenggarakan peningkatan kualitas sumber daya aparatur dan sumber daya masyarakat untuk meningkatkan daya saing dan kesempatan kerja,

8. Menyelenggarakan pembangunan, pembinaan sosial kemasyarakatan secara berkeadilan, taat azas, taat prosedur dengan menjungjung tinggi tertib hukum

3.5 Penduduk

Pada pertengahan 2010, jumlah penduduk kota Tebing Tinggi sebanyak 145.248 jiwa dengan jumlah rumah tangga sebanyak 32.807 rumah tangga.

Dengan luas wilayah kota Tebing Tinggi yang hanya 38,438 km², tingkat kepadatan penduduk kota Tebing Tinggi mencapai 3,78 jiwa/km². Jumlah penduduk laki-laki lebih sedikit dari jumlah penduduk perempuan. Pada tahun 2009 jumlah penduduk laki-laki sebanyak 70.072 jiwa (49,10 persen) dan perempuan 72.645 (50,90 persen). Rasio jenis kelamin (sex ratio) penduduk kota Tebing Tinggi sebesar 96,46 persen, yang berarti hanya ada 96 laki-laki dalam 100 penduduk perempuan.

Sebagian besar penduduk kota Tebing Tinggi berdomisili di Kecamatan Bajenis (21,72 persen), Kecamatan Tebing Tinggi Kota 21,36 persen, Kecamatan Rambutan 19,83 persen, sedangkan 19,67 persen Kecamatan Padang Hilir dan sisanya 17,41 persen tinggal di Kecamatan Padang Hulu.


(33)

Penduduk usia produktif (15-64 tahun) di Kota Tebing Tinggi mencapai 67,92 persen dari total jumlah penduduk. Sementara penduduk usia non produktif (usia 0-14 tahun dan 64 tahun keatas) sebanyak 32,08 persen.

3.6 Tenaga Kerja

Pada tahun 2009, jumlah penduduk Kota Tebing Tinggi pada usia 15 tahun ke atas sebanyak 98.915 orang, yang terdiri dari 59.717 orang angkatan kerja dan 39.198 orang bukan

angkatan kerja (penduduk yang masih sekolah dan mengurus rumah tangga).

Dari seluruh angkatan kerja, penduduk yang bekerja ada sebanyak 52.865 orang, sedangkan yang mencari pekerjaan sebanyak 6.852 orang. Sebagian besar penduduk Kota Tebing Tinggi bekerja di sektor perdagangan (40,02 persen) dan jasa-jas (23,52 persen), pada sektor industri pengolahan (11,07 persen), dan sektor lainnya 20,38 persen.

Pada tahun 2009, berdasarkan data dari Dinas Tenaga Kerja Kota Tebing Tinggi, tercatat ada sebanyak 439 orang mencari pekerjaan, yang sebagian besar adalah tamatan SLTA (33,49 persen), yang terdiri dari SMU sebanyak 90 orang, STM sebanyak satu orang, dan SMEA sebanyak 56 orang.

Jumlah pencari kerja yang sudah di tempatka sebanyak 439 orang, yang terdiri dari 85 orang sarjana lengkap, 75 orang sarjana muda, 6 orang diploma, 90 orang tamatan SLTA. Sementar itu sebanyak 572 orang pencari kerja lainnya belum ditempatkan.


(34)

BAB 4

ANALISA DAN PEMBAHASAN

4.1 Arti dan Kegunaan Data Statistika

Analisa data pada dasarnya dapat diartikan sebagai berikut:

1. Membandingkan dua hal atau lebih variabel untuk mengetahui selisih atau rasionya kemudian diambil kesimpulan.

2. Menguraikan atau memecahkan suatu keseluruhan menjadi bagian-bagian atau komponen yang lebih kecil agar dapat :

a. Mengetahui komponen yang menonjol

b. Membandingkan antara komponen yang satu dengan komponen yang lainnya

c. Membandingkan salah satu atau beberapa komponen dengan keseluruhan

3. Memperkirakan atau memperhitungkan besarnya pengaruh secara kuantitatif dari suatu kejadian terhadap suatu kejadian yang lain serta memperkirakan meramalkan kejadian lainnya yang dapat dinyatakan dengan suatu perubahan nilai suatu variabel.


(35)

Tahun

Penduduk

Jumlah Laki-laki Perempuan

2005 67.240 68.431 135.671

2006 68.381 69.578 137.959

2007 68.712 70.697 139.409

2008 69.232 71.827 141.059

2009 70.072 72.645 142.717

2010 71.892 73.356 145.248

0 20.000 40.000 60.000 80.000 100.000 120.000 140.000 160.000

2005 2006 2007 2008 2009 2010

jumlah penduduk laki-laki jumlah penduduk perempuan jumlah penduduk laki-laki dan perempuan


(36)

Dari tabel dan Grafik dilihat bahwa pada umumnya jumlah penduduk di Kota Tebing Tinggi yang dirinci bedasarkan jenis kelamin menunjukkan bahwa jumlah antara penduduk yang berjenis kelamin laki-laki dan perempuan jumlahnya cukup seimbang di setiap tahunnya.

Tabel 4.2 Banyaknya Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Kota Tebing Tinggi Tahun 2010

Nomor Kelompok

umur

Penduduk Jumlah

Laki-laki Perempuan

1 0-4 7.580 7.219 14.799

2 5-9 7.433 7.049 14.482

3 10-14 7.329 6.999 14.328

4 15-19 6.700 6.740 13.440

5 20-24 5.936 6.195 12.131

6 25-29 6.560 6.511 13.071

7 30-34 5.650 5.584 11.234

8 35-39 5.055 5.317 10.372

9 40-44 4.613 5.079 9.692

10 45-49 4.330 4.529 8.859

11 50-54 3.794 3.969 7.763

12 55-59 2.797 2.763 5.560

13 60-64 1.526 1.783 3.309

14 65-69 1.163 1.385 2.548


(37)

16 75+ 665 1.201 1.866

Jumlah 71.892 73.356 145.248

Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS) Sumut

4.2.1 Rasio Anak Perempuan

Rasio Anak Perempuan (Child Woman Ratio = CWR)adalah perbandingan antara anak, yaitu jumlah penduduk di bawah usia lima tahun terhadap jumlah perempuan usia subur (usia melahirkan atau usia reproduksi) yaitu umur 15 tahun sampai dengan usia 49 tahun.

Rasio anak perempuan merupakan salah satu ukuran kelahiran yang sederhana dan datanya didapat dari hasil sensus penduduk. Makin besar angka rasio anak perempuan memberikan gambaran semakin tinggi tingkat kelahiran. Dalam bentuk rumus rasio anak perempuan dinyatakan sebagai berikut :

CWR= ( )

( )

x k

Keterangan :

CWR = Rasio Anak Wanita (Child Women Ratio)

( ) = Jumlah penduduk usia di bawah 5 tahun

( ) = Jumlah penduduk perempuan usia 15-49 tahun

K = Angka, konstanta, dalam rumus ini biasanya 100

Dari tabel 4.2 didapat angka-angka sebagai berikut :

( ) = 14799


(38)

Bila angka-angka tersebut di distribusikan ke dalam rumus, didapat rasio anak perempuan sebagai berikut :

CWR = ( )

( )

= 100

= 0,370392 x 100 = 37,0

Ini berarti rasio anak perempuan di Kota Tebing Tinggi pada tahun 2010 cukup rendah. Hal ini memberikan gambaran rendahnya tingkat kelahiran di Kota Tebing Tinggi. Rendahnya rasio anak perempuan ini di sebabkan karena beberapa faktor, misalnya faktor genetika dan faktor KB. Rendahnya rasio anak perempuan di Kota Tebing Tinggi mempengaruhi kepadatan penduduk Kota Tebing Tinggi.

4.2.2 Rasio Beban Tanggungan

Rasio Beban Tanggungan adalah angka yang menyatakan perbandingan antara banyaknya orang yang tidak produktif (umur di bawah 15 tahun dan 65 tahun keatas) dengan banyaknya orang yang tidak produktif (umur antara 16-64).

Rasio Beban Tanggungan dapat digunakan sebagai indikator ekonomi suatu negara, apakah tergolong negara maju atau tidak. Negara-negara yang sedang berkembang pada umumnya mempunyai angka beban ketergantungan yang lebih tinggi pula, disebabkan


(39)

besarnya proporsi anak-anak di dalam komposisi penduduk tersebut. Rasio beban tanggungan dapat dihitung dengan menggunakan rumus :

Rasio Beban Tanggungan= ( )

( ) x k

dari tabel 4.2 didapat angka-angka sebagai berikut : = 14328

= 6208 = 95431

Bila angka-angka di atas didistribusikan ke dalam rumus, didapat besarnya angka beban tanggungan sebagai berikut :

Rasio Beban Tanggungan (DR) = x K

= x 100

= x 100

= 0,215192 x 100 = 21,5

= 22

Ini berarti setiap 100 orang yang produktif harus menanggung 22 orang yang tidak produktif. Angka beban tanggungan ( DR ) Kota Tebing Tinggi rendah sehingga Kota Tebing Tinggi tergolong sejahtera. Hal tersebut dikarenakan banyaknya penduduk produktif yang bekerja dan sedikitnya jumlah lanjut usia ( lansia ).


(40)

Rendahnya angka beban tanggungan merupakan faktor pendorong pembangunan ekonomi karena sebagian besar dari pendapatan yang diperoleh oleh golongan yang produktif tidak harus dikeluarkan untuk memenuhi kebutuhan mereka yang belum produktif.

4.2.3 Kepadatan Penduduk

Kepadatan penduduk suatu daerah adalah perbandingan antara jumlah penduduk dengan luas daerah dalam kilometer persegi. Kepadatan penduduk yang berbeda-beda disebabkan oleh berbagai faktor seperti lokasi daerah, keadaan alamnya serta sejarahnya.

Kepadatan penduduk di Kota Tebing Tinggi Tahun 2010 dapat dihitung dengan menggunakan rumus :

KP = =

= 3,7797439

= 3,8 jiwa/kilometer persegi

Kepadatan penduduk Kota Tebing Tinggi pada tahun 2010 mencapai 3,8 jiwa/kilometer persegi. Dibandingkan dengan kota-kota besar seperti Medan, kepadatan penduduk Kota Tebing Tinggi masih sangat jauh perbedaannya. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat lebih memilih tinggal di Ibu Kota karena di Kota besar tersebut jenis pekerjaan bervariasi sesuai dengan tingkat pendidikan yang dicapai dan fasilitas di Kota Medan lebih memadai di banding dengan daerah seperti Kota Tebing Tinggi.


(41)

4.3 Proyeksi Pertambahan Penduduk di Kota Tebing Tinggi Tahun 2013

Pertambahan atau pertumbuhan jumlah penduduk dapat mempengaruhi kesejahteraan daerah atau Negara yang bersangkutan. Dalam pengolahan data ini penulis menggunakan model matematis yang sesuai dipergunakan untuk memperkirakan jumlah penduduk Kota Tebing Tinggi. Model tersebut adalah model Eksponensial. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :

Pt=Po.ert………..(1) r=

atau

r= ...(2)

dengan Pt = Jumlah penduduk pada tahun t Po = Jumlah penduduk pada tahun awal

r = Angka pertumbuhan ( dinyatakan dalam % ) t = Jangka waktu dalam tahunan

e = 2,718282

4.3.1 Persentase Pertumbuhan Penduduk menurut Jenis Kelamin

1.Persentase pertumbuhan jumlah penduduk laki-laki

r2006=

. .


(42)

r2007=

. .

, =0,004828848 = 0,48%

r2008=

. .

, =0,007539327 = 0,75%

r2009=

. .

, =0,012060101 = 1,21%

r2010=

. .

, =0,025641706 = 2,56%

2.Persentase pertumbuhan jumlah penduduk perempuan

r2006=

. .

, =0,016622486 = 1,66%

r2007=

. .

, =0,015954713 = 1,60%

r2008=

. .

, =0,01585731 = 1,59%

r2009=

. .

, =0,011324114 = 1,13%

r2010=

. .

, =0,009739736 = 0,97%

3.Persentase pertumbuhan jumlah penduduk secara keseluruhan

r2006=

. .

, =0,016723701 = 1,67%

r2007=

. .


(43)

r2008=

. .

, =0,011766183 = 1,18%

r2009=

. .

, =0,011685405 = 1,17%

r2010=

. .

, =0,017578977 = 1,76%

Tabel 4.3 Persentase Pertumbuhan Jumlah Penduuduk Laki-laki, Perempuan dan Jumlah Keseluruhan dari Laki-laki dan Perempuan

Tahun Jumlah Laki-laki ( % ) Jumlah Perempuan ( % ) Jumlah Laki-laki dan perempuan (%)

2006 1.68 1.66 1,67

2007 0.48 1.60 1,05

2008 0.75 1.59 1,18

2009 1.21 1.13 1,17

2010 2.56 0.97 1,76

jumlah 6,69 6,95 6,82

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa jumlah persentase pertumbuhan (r) jumlah penduduk perempuan di Kota Tebing Tinggi mengalami perubahan / penurunan pada tahun 2009 dan 2010. Berkurangnya pertumbuhan penduduk perempuan di Kota Tebing Tinggi disebabkan karena pada kaum perempuan secara biologis cenderung lebih cepat tua dari pada kaum laki-laki, sehingga tingkat mortalitas lebih tinggi dan biasanya juga dikarenakan fasilitas dari kesehatan yang kurang memadai dan tingkat ekonomi masyarakat.


(44)

Untuk persentase pertumbuhan jumlah penduduk keseluruhan perubahan juga terjadi pada laki-laki. Selain penurunan jumlah penduduk tentu juga masa pertambahannya yaitu untuk laki-laki pertambahan pada tahun 2010.

Dari perubahan angka-angka tersebut di atas dapat dilihat bahwa setiap tahunnya jumlah penduduk Kota Tebing Tinggi mengalami bermacam perubahan. Ada yang mengalami peningkatan dan juga mengalami penurunan. Keadaan seperti ini mungkin ada keterkaitannya dengan program Keluarga Berencana ( KB ) yang telah disarankan pemerintah. Dimana pemerintah mengambil kebijakan untuk berusaha menekan angka kelahiran serendah mungkin, faktor-faktor penyebab lain adalah perpindahan penduduk ( mobilitas ), baik untuk menetap selamanya maupun hanya sementara waktu.

4.3.2 Perkiraan Jumlah Penduduk

Setelah diperoleh nilai dari setiap variable persentase pertumbuhan penduduk menurut jenis kelamin Kota Tebing Tinggi, maka proyeksi ( ramalan ) jumlah penduduk Kota Tebing Tinggi pada tahun 2013 mendatang dapat ditentukan dengan menggunakan rumus (1) yaitu :

Pt=Po.ert

1.Ramalan jumlah penduduk laki-laki di Kota Tebing Tinggi


(45)

= 71892 . 2,7182820.067 = 76866

P2012 =P2010.ert

= 71892 . 2,7182820,067.2 = 82184

P2013 =P2010.ert

= 71892 . 2,7182820,067.3 = 87870

2.Perkiraan jumlah penduduk perempuan di Kota Tebing Tinggi

P2011 =P2010.ert

= 73356 . 2,7182820,069 = 78635

P2012 =P2010.ert

= 84295 . 2,7182820,069.2 = 84295

P2013 =P2010.ert

= 73356 . 2,7182820,069.3 = 90362


(46)

3.Perkiraan jumlah penduduk laki-laki dan perempuan di Kota Tebing Tinggi

P2011 =P2010.ert

= 145248 . 2,7182820,068 = 155501

P2012 =P2010.ert

= 145248 . 2,7182820,068.2 = 166478

P2013 =P2010.ert

= 145248 . 2,7182820,068.3 = 178229

Untuk lebih jelasnya,hasil ramalan ( proyeksi ) jumlah penduduk Kota Tebing Tinggi dari tahun 2011-2013 dapat dilihat dari pada tabel berikut ini :

Tabel 4.4 Proyeksi Penduduk Kota Tebing Tinggi Tahun 2011-2013

Tahun

Jumlah Penduduk laki-laki

Jumlah Penduduk Perempuan

Jumlah Penduduk laki-laki dan

perempuan

2011 76866 78635 155501

2012 82184 84295 166478


(47)

Dari data proyeksi da bertambah dengan kata lain ti perempuan. Pada tahun 2010 proyeksi jumlah penduduk pa menunjukkan terjadinya pertam

Bila dilihat jumlah sebelumnya, terlihat bahwa pa ini bisa saja dikarenkan oleh t melakukan migrasi ke Kota Te

Ramalan jumlah penduduk pada

Ramal

Gambar 4.2. Hasil ramalan j

0

20000

40000

60000

80000

100000

120000

140000

160000

180000

2011 2012

dapat diketahui bahwa setiap tahun jumlah pe tidak terjadi penurunan baik jumlah penduduk 2010 jumlah penduduk sekitar 145248 jiwa, uk pada tahun 2013 diperkirakan berjumlah 178

tambahan penduduk sekitar 32981 jiwa.

h penduduk yang ada di Kota Tebing Ti pada tahun 2013 jumlah penduduk mengalam

h tingkat kelahiran yang tinggi, besarnya juml Tebing Tinggi dan lain sebagainya.

uk pada tahun 2013 dapat juga dilihat pada grafik be

malan Jumlah Penduduk Tebing Tinggi

an jumlah penduduk Kota Tebing Tinggi Tah

2011 2012 2013

penduduk

laki-laki

penduduk

perempuan

h penduduk semakin nduduk laki-laki maupun a, dan berdasarkan 178229 jiwa. Hal ini

Tinggi pada tahun ami peningkatan. Hal umlah penduduk yang

k berikut ini :

ahun 2013

penduduk

laki-laki

penduduk

perempuan


(48)

4.4 Rasio jenis kelamin (Sex Ratio)

Setelah didapat hasil ramalan ( proyeksi ) jumlah penduduk Kota Tebing Tinggi pada tahun 2013, maka selanjutnya untuk mengetahui sex rasio dapat dicari dengan menggunakan rumus:

SR= ( )

Tabel dibawah ini menunjukkan bahwa rasio kelamin penduduk Kota Tebing Tinggi pada tahun 2011-2013 :

Tabel 4.5 Rasio Jenis Kelamin Penduduk Kota Tebing Tinggi tahun 2011-2013

Tahun

Jumlah Penduduk Laki-laki

Jumlah Penduduk Perempuan

Sex Ratio

2011 76866 78635 97,8%

2012 82184 84295 97,5%

2013 87870 90362 97,2%

Jumlah 246920 253292 97,5%

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa rasio jenis kelamin ( sex ratio ) penduduk Kota Tebing Tinggi tahun 2013 besarnya dibawah 100. Hal ini berarti dapat diramalkan pada tahun 2013 secara keseluruhan jumlah penduduk perempuan lebih banyak dari pada jumlah penduduk laki-laki.


(49)

BAB 5

IMPLEMENTASI SISTEM

5.1 Tahap Implementasi

Tahapan Implementasi merupakan tahapan penerapan hasil desain yang tertulis dalam programming ( coding ). Pada tahap inilah seluruh hasil desain dituangkan kedalam bahasa pemograman tertentu untuk menghasilkan sebuah system informasi yang sesuai dengan hasil tertulis.

Tahapan implementasi harus dapat menentukan basis apa yang akan diterapkan dalam menuangkan hasil desain tertulis sehingga system yang dibentuk memiliki kelebihan-kelebihan tersendiri ( contoh dalam hal efisien si pemakai memori maupun dalam waktu proses mengakses data ). Implementasi yang sudah selesai harus diuji coba kehandalannya sehingga dapat diketahui kehebatannya dari system yang ada dan telah sesuai dengan apa yang diinginkan. Dalam data pengolahan jumlah penduduk, implementasi yang digunakan penulis adalah dengan menggunakansoftware excel


(50)

Selain berfungsi sebagai pengolahan data, angka atau manipulasi angka, excel juga dapat digunakan untuk memanipulasi teks computer, untuk dapat mendayagunakan excel dengan maksimal, harus juga menguasai system operasi Microsoft Windows.

5.2. Pengaktifan excel

Tahap pertama yang harus dilakukan adalah mengaktifkanwindows, pastikanMicrosoft excel

berada pada jaringan Microsoft windows. Lalu lanjutkan dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Dari windows klik start pada taskbar, lalu klik program. Tampilkan item menu program aplikasi yang telah diinstal.

2. Klik Microsoft excel, secara otomatis akan tampil jendela utama Excel dan selanjutnya biasa digunakan langsung untuk manipulasi angka atau data lainnya.


(51)

(52)

(53)

(54)

5.5. Pembuatan grafik

Grafik pada excel dapat dibuat menjadi satu dengan data terpisah pada lembar grafik tersendiri, namun masih berada di file yang sama. Untuk membuat grafik pada excel, biasa menggunakan icon chart wizard yang terdapat pada toolbar. Adapun langkah-langkah yang diperlukan adalah :

1. Sorot sel ataurangeyang ingin dibuat grafik.

2. Klikicon chart wizardtampil kotak dialogChart Wizard

3. Klik type grafik yang diinginkan kemudian kli next. Tampil kotak dialog Chart Sourcedata.

4. Pada tampilan terlihat range data yang telah disorot dan klik Radio Button Rows

dan pada kolom yang diinginkan kliknexttampil kotak dialogChart Option. 5. Pada chart option, ketik judul grafik. Setelah itu klik next. Tampil kotak dialog

Chart location.

6. Anda biasa memilih tempat untuk meletakkan grafik ini, lalu klik finish. Maka grafik akan ditempatkan pada lembar kerja.


(55)

(56)

DAFTAR PUSTAKA

Ida Bagoes Mantra,Prof,P.hD.1985.Pengantar Studi Demografi.Jilid 1.Yogyakarta: Nur Cahaya

Ida Bagoes Mantra,Prof,P.hD.2003.Demografi Umum.Jilid 2.Yogyakarta.Pustaka Pelajar.

BPS,2005-2010.Tebing Tinggi Dalam Angka.Badan Pusat Statistik,Medan.

Sudjana, Prof.DR.M.A.,M.Sc. 1992.Metode Statistika. Bandung. Edisi ke-5 : Tarsito


(1)

(2)

(3)

(4)

5.5. Pembuatan grafik

Grafik pada excel dapat dibuat menjadi satu dengan data terpisah pada lembar grafik tersendiri, namun masih berada di file yang sama. Untuk membuat grafik pada excel, biasa menggunakan icon chart wizard yang terdapat pada toolbar. Adapun langkah-langkah yang diperlukan adalah :

1. Sorot sel ataurangeyang ingin dibuat grafik.

2. Klikicon chart wizardtampil kotak dialogChart Wizard

3. Klik type grafik yang diinginkan kemudian kli next. Tampil kotak dialog Chart Sourcedata.

4. Pada tampilan terlihat range data yang telah disorot dan klik Radio Button Rows

dan pada kolom yang diinginkan kliknexttampil kotak dialogChart Option. 5. Pada chart option, ketik judul grafik. Setelah itu klik next. Tampil kotak dialog

Chart location.

6. Anda biasa memilih tempat untuk meletakkan grafik ini, lalu klik finish. Maka grafik akan ditempatkan pada lembar kerja.


(5)

(6)

DAFTAR PUSTAKA

Ida Bagoes Mantra,Prof,P.hD.1985.Pengantar Studi Demografi.Jilid 1.Yogyakarta: Nur Cahaya

Ida Bagoes Mantra,Prof,P.hD.2003.Demografi Umum.Jilid 2.Yogyakarta.Pustaka Pelajar.

BPS,2005-2010.Tebing Tinggi Dalam Angka.Badan Pusat Statistik,Medan.

Sudjana, Prof.DR.M.A.,M.Sc. 1992.Metode Statistika. Bandung. Edisi ke-5 : Tarsito

http://id.wikipedia.org/wiki/Pertumbuhan_penduduk.