BAB 3
SEJARAH SINGKAT KOTA TEBING TINGGI
3.1 Latar Belakang Terbentuknya Kota Tebing Tinggi
Kira-kira seratus tiga puluh enam tahun yang lalu Kota Tebing Tinggi sudah didiami suku bangsa Indonesia. Hal ini dapat di buktikan dari Arsip lama, di mana dalam catatan tersebut
dinyatakan Tebing Tinggi telah menjadi tempat pemukiman, tepatnya pada tahun 1864. Dari cerita-cerita rakyat yang di kisahkan oleh orang tua, dari sebuah bandar di Simalungun
berangkatlah seorang tua yang bergelar Datuk Bandar Kajum, meninggalkan kampung halamannya yang di ikuti para penggawa dan inang pengasuhnya melalui kerajaan Padang
menuju Asahan. Dalam perjalanan ini tibalah beliau di sebuah desa yang pertma di kunjunginya yang bernama tanjung Marulak yang sekarang menjadi perkebunan PN III
Kebun Rambutan.
Setelah beberapa Tahun Datuk Bandar Kajum tinggal di kampung Tanjung Marulak, karena kelihaian Kolonialis Belanda dengan politik pecah belahnya maka timbul sengketa
dengan orang-orang dari Kerajaan Raya, yang berdekatan dengan Kerajaan Padang yang letaknya di sebelah Selatan, dan akhirnya meluas menjadi perang saudara. Untuk
mempertahankan serangan ini Datuk Bandar Kajum berhasil mencari tempat di sebuah
Universitas Sumatera Utara
dataran tinggi di tepi sungai Padang, di sini dia membangun kampung yang di pagari dengan benteng-benteng pertahanan. Kampung itu sekarang di sebut kampung Tebing Tinggi Lama.
Dari sinilah berkembang kampung itu menjadi tempat pemukiman sebagai asal usul kota Tebing Tinggi. Pada tahun 1887, oleh pemerintah Hindia Belanda Tebing Tinggi di
tetapkan sebagai kota pemerintahn dimana pada tahn tersebut juga di bangun perkebunan besar yang berlokasi di sekitar Kota Tebing Tinggi Hinterland. Menjelang persiapan Tebing
Tinggi menjadi kota otonom, maka untuk melaksanakan roda pemerintahan pda tahun 1904 di dirikan sebuah Badan Pemerintahan yang bernamaPlaatselijkke Fonds oleh Cultuur Paad
Soematera Timoer. Dalam perundang-undangan yang berlaku pada di Dentralisasi ewet yang di tetapkan pada tanggal 23 Juli 1903 untuk selanjutnya dapat di sebut daerah Otonom Kota
kecil Tebing Tinggi, oleh pemerintah Hindia Belanda, pemerintahan kota Tebing Tinggi di tetapkan sebagai daerah otonom dengan sistim desentralisasi. Pada tahun 1910, sebelum di
laksanakannya Zelf Bestuur Padang Kerajaan Padang, maka telah di buat titik “Pole Gruth” yaitu pusat perkembangan kota sebagai jarak ukur antara Kota Tebing Tinggi dengan kota
sekitarnya. Patok Pole Gruth tersebut terletak di tengah-tengah Taman Bunga di lokasi Rumah Sakit Umum Herna. Untuk menunjang jalannya roda pemerintahan maka di adakan
kutipan-kutipan berupa Cukai Pekan, Iuran penerangan dan lain-lain yang berjalan dengan baik.
Pada masa Tebing Tinggi menjadi Kota Otonom maka untuk melaksanakan Pemerintahan selanjutnya di bentuk Badan Gementeraad Tebing Tinggi, yang beranggotakan
9 orang dengan komposisinya 5 orang Bangsa Eropa, 3 orang Bumiputera, dan 1 orang Bangsa Timur Asing. Hal ini di dasarkan kepada Akte Perjanjian Pemerintah Belanda dengan
Sultan Deli, bahwa dalam lingkungan Zelfbestuur di dudukan orang asing Eropa dan
Universitas Sumatera Utara
disamakan di tambah dengan orang-orang Timur Asing. Dengan adanya perbedaan golongan Penduduk, dalam penguasaan tanah juga terdapat perbedaan hak yang mengaturnya. Untuk
mengadakan pengutipan-pengutipan yang di sebut setoran Retribusi dan pajak daerah, di angkatlah pada waktu itu Penghulu Pekan. Tugas Penghulu Pekan ini juga untuk
menyampaikan perintah-perintah atau kewajiban-kewajiban kepada rakyat Kota Tebing Tinggi yang masuk daerah Zelfbestuur. Dalam perkembangan selanjutnya Kota Tebing
Tinggi sebagi Kota Otonom dapat kita baca dari tulisan J.J.MENDELAAR, dalam “NOTA BERTREFENDE DEGEMENTE TEBING TINGGI” yang di buatnya sekitar bulan Juli 1930.
Dalm salah satu bab dari tulisan tersebut dinyatakan setelah beberapa tahun dalam keadaan vakum mengenai perluasaan pelaksanaan Desentralisasi, maka pada tanggal 1 Juli 1917
berdasarkan Desentralisasiewet berdirilah Gementee Tebing Tinggi dengan Stelings Ordanitie Van Statblaad 1917 yang berlaku 1 Juli 1917.
Jadi tanggal 1Juli inilah merupakan Hari jadi Kota Tebing Tinggi.
Pada masa pendudukan Jepang pelaksanaan pemerintah di Tebing Tinggi tidak lagi di laksanakan oleh Dewan Kota yang bernama Gementeeraad. Pemerintah Jepang menggantikan
dengan nama Dewan Gementee Tebing Tinggi. Menjelang Proklamasi masih pada masa Jepang pemerintahan kota Tebing Tinggi tidak berjalan dengan baik.
Pada tanggal 20 Nopember 1945 Dewan kota di susun kembali. Dalam Formasi ke anggotanya suddah mengalami kemajuan, yang para Anggota Dewan Kota terdiri dari
pemuka Masyarakat dan Anggota Komite Nasional Daerah. Dewan Kota ini juga tidak berjalan lama, karena pada tanggal 13 Desember 1945 terjadilah pertempuran dengan Militer
Jepang dan sampai sekarang terkenal dengan PERISTIWA BERDARAH 13 DESEMBER
Universitas Sumatera Utara
1945, yang di peringati setiap tahun. Kemudian pada tanggal 17 Mei 1946, Gubernur Sumatera Utara menerbitkan suatu keputusan No.13 tentang pembentukan Dewan Kota
Tebing Tinggi kembali yang lebih ddi sempurnakan kembali dengan nama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, walaupun pada waktu itu ketua Dewan di rangkap Bupati Deli
Serdang. Ketika Agresi pertama Belanda yang di lancarkan pada tanggal 21 Juli 1947, Dewan Kota Tebing Tinggi dibekukan, demikian pula keadaan pada waktu berdirinya Negara
Sumatera Timur, Kota Tebing Tinggi tidak lagi mempunyai Dewan Kota untuk melaksanakan tugas pemerintahan. Peraturan Pemerintah kota pada masa RIS, Dewan kota
diadakan berdasarkan peraturan Pemerintah No.39 tahun 1950, tetapi dalam proses pelaksanaannya panitia pemilihan belum sempat menjalankan tugasnya. Peraturan
Pemerintah No. 39 tersebut telah di batalkan. Menurut undang-undang no.1 tahun 1957, pemerintah di daerah ini mengatur azas otonomi daerah yang seluasnya. Walaupun dalam
undang-undang tersebut di tetapkan, bahwa ini berhak mempunyai DPRD diambil dari hasil pemilihan umum 1955 dari sini terlihat berdasarkan undang-undang darurat 1956 DPRD
PERALIHAN kota Tebing Tinggi hanya mempunyai 10 seouluh orang anggota.
Setelah keluarnya Undang-undang no. 5 tahun 1974, tentang pokok-pokok Pemerintahan Didaerah, Pelaksanaan Pemerintahan di Kota Tebing Tinggi sudah jauh lebih
maju di bandingkan pada masa-masa sebelumnya. Pemerintahan Daerah mempunyai perangkat yang cukup baik. Sebagai suatu Daerah Otonom yang berhak mengatur dan
mengurus rumah tangganya sendiri Pemerintah kota Tebing Tinggi di dalam melaksanakan dan menjalankan roda Pemerintahan di daerah ternyata masih banyak mengalami hambatan,
oleh karena terbatasnya kemampuan daerah dalam mendukung pengadaan dalam berbagai fasilitas yang di butuhkan. Pada tahun 1980 Presiden Republik Indonesia telah
menganugerakan tanda kehormatan “PARASAMYA PURNA KARYA NUGRAHA” kepada
Universitas Sumatera Utara
Kotamadya Dati II Tebing Tinggi sebagai penghargaan tertinggi atas hasil kerjanya dalam melaksanakan pembanguna Lima Tahun Kedua, sehingga di nilai telah memberikan
kemampuan bagi pembangunan, demi kemajuan Negara Indonesia pada umumnya daerah khususnya. Suatu hal yang tetap tercatat dan diabadikan di dalam Sejarah perkembangan
Pemerintah Kota Tebing Tinggi adalah bahwa sejak Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia sampai dengan saat ini, kepala Daerah beserta Pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat
telah silih berganti.
3.2 Lokasi dan Keadaan Geografis