8
dengan ketebalan yang sama, disebabkan saat peluru masuk secara tegak lurus ke dalam kulit. Ketika ujung peluru melakukan penetrasi pada kulit dengan membentuk
sudut, maka hal ini akan menghasilkan abrasi tepi yang eksentris, yaitu bentuk cincin yang lebih tebal pada satu area. Area yang tebal dari abrasi tepi yang eksentris
mengindikasikan arah datangnya peluru. Sebagai tambahan, semakin tebal abrasi tepi, semakin kecil sudut peluru pada saat mengenai kulit. Eka Nilawati, 2011.
b. Luka tembak keluar
Ketika luka tembak mengenai tubuh, dapat menghasilkan luka tembak keluar. Ketika senjata kaliber kecil mengenai tubuh, energi sisa pada tiap peluru biasanya
tidak cukup untuk menembus. Luka pada ekstremitas, leher dan kepala akan mudah untuk dilalui. Jarak juga dapat mempengaruhi efek luka tembak keluar.
Peluru yang berhasil melewati tubuh akan keluar dan menghasilkan luka tembak keluar. Biasanya karakteristik luka tembak keluar berbeda dengan luka tembak
masuk. Bentuknya tidak sirkular melainkan bervariasi dari seperti celah slitlike, seperti bintang, iregular, atau berjarak gaping. Bentuk luka tembak keluar tidak
dapat di prediksi. Luka tembak keluar akan meghasilkan gambaran acak atau tidak teratur,
tergantung pada struktur anatominya serta tulang dan jaringan, khasnya bergerigi, laserasi yang tidak teratur dengan sisi luar yang membuka dan kemungkinan fraktur
komunitif. Luka tembak pada dada dan perut selalu sulit keluar karena adanya hambatan yang cukup besar. Tidak adanya penahan pada kulit akan menyebabkan
anak peluru mengoyak kulit pada saat keluar. Dalam beberapa keadaan dimana kulit
9
memiliki penahan, maka bentuk luka tembak sirkular atau mendekati sirkular yang disekelilingnya dibatasi oleh abrasi. Eka Nilawati, 2011.
2.5 Diagnosis
Diagnosis pada kasus vulnus sclopetorum bisa ditegakkan dengan melakukan anamnesa kepada si pemilik dan pemeriksaan fisik, serta melakukan rongent untuk
peneguhan diagnosa dan memastikan tempat peluru berada pada tubuh hewan tersebut.
1. Bila pada tubuh korban tampak banyak pellet tersebar, maka dapat dipastikan
bahwa korban ditembak dengan senjata jenis “shoot gun” ,yang tidak beralur, dimana dalam satu peluru terdiri dari berpuluh pellet.
2. Bila pada tubuh korban tampak satu peluru, maka korban ditembak oleh senjata jenis rifled.
3. Pada keadaan dimana tubuh korban telah membusuk lanjut atau telah rusak sedemikian rupa, sehingga pemeriksaan sulit, maka dengan pemeriksaan
radiologi ini akan dengan mudah menentukan kasusnya, yaitu dengan
ditemukannya anak peluru pada foto rongent Idries, 1997.
2.6 Prognosis
Pada kasus vulnus sclopetorum prognosis ditentukan dari tingkat keparahan yang ditimbulkan dari tembakan tersebut, termasuk dalam luka tembak keluar ataupun
luka tembak masuk. Namun dalam kasus anjing ini, walaupun dikatagorikan dalam luka tembak masuk, namun tidak begitu dalam dan melukai organ vital. Hal ini
dipertegas