commit to user
57
entitas induk berikutnya yang paling pertama melakukannya next most senior parent juga harus diungkapkan.
23. Aktivitas Khusus Dalam SAK-ETAP dan IFRS tidak menerapkan aktivitas khusus. SAK
umum aktivitas khusus terdiri dari: a. Akuntansi perbankan dan asuransi
b. Akuntansi perkoperasian c. Akuntansi minyak dan gas bumi
d. Akuntansi pertambangan umum e. Akuntansi perusahaan efek
f. Akuntansi reksa dana g. Akuntansi perbankan dan asuransi
24. Ketentuan Transisi IFRS dan SAK umum tidak ada ketentuan transisi. Sedangkan SAK-
ETAP entitas menerapkan SAK-ETAP secara retrospektif, namun jika praktis maka entitas diperkenankan untuk menerapkan SAK-ETAP secara prospektif.
25. Tanggal Efektif SAK-ETAP berlaku efektif untuk laporan keuangan yang dimulai pada
tanggal 1 Januari 2011, penerapan dini 1 Januari 2010. IFRS dan SAK umum tanggal efektif berubah-ubah karena ada penyesuaian didalamnya.
C. Materi Perbedaan SAK-ETAP, SAK umum dan IFRS
Pada tahun 2011 ini, laporan keuangan akan mengalami sedikit perubahan. Perubahan yang paling mencolok akan terlihat dalam laporan laba rugi yang menjadi
laporan laba rugi komprehensif. Mulai tahun 2011, pos luar biasa tidak lagi diperbolehkan. Alasannya karena tidak ada hal yang luar biasa extraordinary.
commit to user
58
Semua kejadian di dunia adalah biasa dan seharusnya dapat dikendalikan oleh manajemen melalui manajemen risiko. Oleh karena itu, dalam tahun 2011,
manajemen diharapkan memiliki manajemen risiko yang baik. Sebagai contoh, kebakaran maupun bencana alam merupakan kejadian biasa, bukan kejadian luar
biasa. Diharapkan manajemen dapat melakukan manajemen risiko yang baik atas kejadian-kejadian semacam ini. Sebagai lelucon, mungkin yang disebut dengan
kejadian luar biasa adalah jika ada mahkluk asing yang mengakuisisi perusahaan. Untuk jurnalnya maupun penyajian pos luar biasa di tahun 2011 ini, jika dahulu
kejadian kebakaran dicatat sebagai kerugian luar biasa pada akun yang terbakar. Sekarang, jika terjadi kebakaran dan aset masih tersisa, maka aset tersebut diturunkan
nilainya impairment. Jika aset tidak tersisa lagi, maka dicatat sebagai kerugian di luar usaha pokok. Logika yang sama berlaku untuk kejadian bencana alam seperti
gempa bumi atau lain sebagainya. Selain tidak adanya lagi pos luar biasa, saat ini muncul pendapatan
komprehensif lain other comprehensive income. Disebut pendapatan komprehensif lain karena pos-pos ini menampung peningkatan aset karena peningkatan ekuitas
yang bukan karena transaksi oleh pemilik . Oleh karena pos-pos yang menampung hasil revaluasi nilai wajar ini belum terealisasi unrealized, maka tidak cocok masuk
ke laba-rugi. Pos-pos ini juga tidak dimasukkan ke ekuitas karena memenuhi definisi pendapatan. Oleh karena itulah, pos-pos ini disendirikan dalam pendapatan
komprehensif lain dinamai deng an kata awal ‘pendapatan’‘income‘, bukannya ‘pendapatan atau beban’, karena definisi yang sesuai dengan pendapatan.
Dari hasil analisis sebagian besar SAK umum sama dengan IFRS hal ini dikarenakan SAK umum di Indonesia pada tahun 2010 telah mengadopsi seluruh
IFRS kedalam SAK umum. Pengadopsian IFRS wajib diterapkan untuk entitas dengan akuntabilitas publik seperti: Emiten, perusahaan publik, perbankan, asuransi,
dan BUMN. Dapat diterapkan oleh entitas lainya bukan entitas publik. Basis transaksi, bukan basis industri karena standar akuntansi berbasis industri dicabut.
commit to user
59
SAK-ETAP ini sejalan dengan International Financial Reporting Standard for Small and Medium-sized Entities IFRS for SMEs. Meskipun memiliki judul
yang berbeda, namun baik SAK-ETAP maupun IFRS for SMEs sama-sama diperuntukkan bagi entitas tanpa akuntabilitas publik, hanya saja istilah yang
digunakan sebagai judul pada IFRS adalah Small And Medium-Sized Entities SMEs. Entitas yang memiliki akuntabilitas publik signifkan dapat menggunakan SAK-ETAP
jika otoritas berwenang membuat regulasi yang mengizinkan penggunaan SAK- ETAP. Akan tetapi, bila suatu entitas yang memiliki akuntabilitas publik signifikan
menyusun laporan keuangannya sesuai IFRS for SMEs, maka laporan keuangan yang disusun tersebut tidak boleh menyatakan bahwa “laporan keuangan telah disusun
sesuai dengan IFRS for SMEs”, meskipun terdapat undang-undang atau regulasi yang mengizinkan penggunaan IFRS for SMEs bagi entitas yang memiliki akuntabilitas
yang signifikan. Tingginya jumlah UMKM, lemahnya akses ke perbankan serta hadirnya program konvergensi IFRS principal based menuntut timbulnya SAK
ETAP. Ini sesuai dengan anjuran World Bank, yang menyatakan bahwa tiap negara, minimum mempunyai dua standar akuntansi standar untuk perusahaan publik dan
standar untuk entitas non publik. Pengguna PSAK umum adalah entitas publik, jumlahnya tak sampai satu pormil dari seluruh entitas di Indonesia, sedangkan
pengguna SAK ETAP diperkirakan 24 dari seluruh entitas di Indonesia. Tujuan diterapkanya IFRS untuk memberikan informasi yang relevan bagi
user laporan keuangan Indonesia melakukan adopsi penuh 1 Januari 2012. Secara bertahap mulai diadopsi tahun 2007, namun sejak 1994 sudah mengacu pada IAS.
Indonesia mengadopsi IFRS karena Indonesia bagian dari IFAC, yang harus tunduk pada SMO Statement Membership Obligation, salah satunya menggunakan IFRS
sebagai accounting standard. a Konvergensi IFRS adalah salah satu kesepakatan pemerintah Indonesia sebagai
anggota G20 forum.
commit to user
60
b Hasil dari pertemuan pemimpin negara G20 forum di Washington DC, 15
November 2008 :“Strengthening Transparency and Accountability”
c Pertemuan G20 di London, 2 April 2009 menghasilkan kesepakatan untuk Strengthening Financial Supervision and Regulation “to call on the accounting
standard setters to work urgently with supervisors and regulators to improve standards on valuation and provisioning and achieve a single set of high-quality
global accounting standards.” Dengan adanya IFRS yang telah diadopsi di Indonesia akan memberi
manfaat untuk meningkatkan kualiatas SAK di Indonesia. Berikut ini manfaat IFRS untuk laporan keuangan di Indonesia :
a Meningkatkan daya banding laporan keuangan. b Memberikan informasi yang berkualitas di pasar modal internasional
c Menghilangkan hambatan arus modal internasional dengan mengurangi perbedaan dalam ketentuan pelaporan keuangan.
d Mengurangi biaya pelaporan keuangan bagi perusahaan multinasional dan biaya untuk analisis keuangan bagi para analis.
e Meningkatkan kualitas pelaporan keuangan menuju “best practise”. Namun ada juga permasalahan yang timbul dalam implementasi dan adopsi
IFRS sebagai berikut: a Translasi Standar Internasional
b Ketidaksesuaian Standar Internasional dengan Hukum Nasional c Struktur dan Kompleksitas Standar Internasional
d Frekuensi Perubahan dan Kompleksitas Standar Internasional e Tingkat implementasi standar yang belum optimal
Hamonisasi telah berjalan cepat dan efektif, terlihat bahwa sejumlah besar perusahaan secara sukarela mengadopsi standar pelaporan keuangan Internasional
IFRS. Banyak Negara dan juga Indonesia yang telah mengadopsi IFRS secara
commit to user
61
keseluruhan dan menggunakan IFRS sebagai dasar standar nasional. Hal ini dilakukan untuk menjawab permintaan investor institusional dan pengguna laporan
keuangan lainnya. Usaha-usaha standar internasional ini dilakukan secara sukarela, saat standar internasional tidak berbeda dengan standar nasional, maka tidak akan ada
masalah, yang menjadi masalah, apabila standard internasional berbeda dengan standard nasional. Bila hal ini terjadi, maka yang didahulukan adalah standar
nasional.
D. Perbedaan Penerapan SAK Penuh berbasis IFRS dan SAK ETAP