KAJIAN LITERATUR ANALISIS PERBEDAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN ENTITAS TANPA AKUNTABILITAS PUBLIK (SAK ETAP), STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN UMUM (SAK UMUM), DAN INTERNATIONAL FINANCIAL REPORTING STANDARDS (IFRS)

(1)

KAJIAN LITERATUR ANALISIS PERBEDAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN

ENTITAS TANPA AKUNTABILITAS PUBLIK (SAK-ETAP), STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN UMUM (SAK UMUM), DAN INTERNATIONAL FINANCIAL REPORTING STANDARDS (IFRS)

SKRIPSI

Oleh:

KHASANAH YERRY PRADINI DANAR PUTRI

NIM K7407191

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011


(2)

KAJIAN LITERATUR ANALISIS PERBEDAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN

ENTITAS TANPA AKUNTABILITAS PUBLIK (SAK-ETAP), STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN UMUM (SAK UMUM), DAN INTERNATIONAL FINANCIAL REPORTING STANDARDS (IFRS)

Oleh:

KHASANAH YERRY PRADINI DANAR PUTRI

NIM K7407191

Skripsi

Ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Ekonomi

Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011


(3)

(4)

(5)

(6)

ABSTRAK

Khasanah Yerry Pradini Danar Putri. KAJIAN ANALISIS LITERATUR PERBEDAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN ENTITAS TANPA AKUNTABILITAS PUBLIK (SAK-ETAP), STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN UMUM (SAK UMUM), DAN INTERNATIONAL FINANCIAL REPORTING STANDARDS (IFRS). Skripsi. Surakarta. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta, Juli 2011.

Tujuan Penelitian ini adalah (1) Untuk mengetahui perbedaan ruang lingkup dan SAK-ETAP, SAK Umum, dan IFRS. (2) Untuk mengetahui perbedaan penerapan antara SAK-ETAP, SAK Umum, dan IFRS.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitaif. Sumber data yang digunakan adalah berupa literatur dan buku-buku yang berhubungan dengan SAK-ETAP,SAK umum, dan IFRS. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah menggunakan metode library research/ studi kepustakaan/ studi dokumentasi. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif yaitu analisis yang digunakan untuk menganalisa data dengan cara mendiskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasinya

Berdasarkanpenelitian yang telah dilaksanakan, dapat disimpulkan bahwa: (1) Dari hasil penelitian terdapat perbedaan antara SAK umum, SAK-ETAP dan IFRS dengan adanya pembagian standar akuntansi keuangan umum (SAK umum) menjadi SAK-ETAP dan SAK Penuh (Perusahaan dengan akuntabilitas publik), maka dikenal pembagian kelompok perusahaan yaitu entitas tanpa akuntabilitas publik (ETAP) dan entitas dengan akuntabilitas publik. Entitas berakuntabilitas publik ini juga mencakup perusahaan go public di Bursa Efek Indonesia. Sedangkan SAK-ETAP sendiri lebih mengarah (tapi tidak hanya mencakup) perusahaan dengan skala kecil dan menengah yang kesulitan menerapkan SAK umum secara menyeluruh. Adanya pemisahan tersebut disebabkan oleh konvergensi SAK umum ke full IFRS dengan


(7)

tujuan untuk meminimalkan perbedaan antara SAK Indonesia dan IFRS sehingga laporan keuangan akan lebih mudah dipahami dan juga meningkatkan kualitas keterbandingan (comparability) terutama oleh user dari berbagai Negara. (2) Pada umumnya SAK umum penggunanya seluruh entitas berakuntabilitas publik serta semua pelaku ekonomi di seluruh Indonesia. SAK-ETAP ditujukan bagi entitas tanpa akuntabilitas publik dimana laporan keuangan mengikuti SAK-ETAP yang berlaku, laporan keuangan untuk perusahaan sekala kecil dan menengah yang lebih sederhana dan tentunya lebih mudah untuk membuat laporan keuangan. IFRS diterapkan bagi perusahaan yang sudah bersekala internasional, dimana laporan keuangan keuangan global yang harus digunakan.


(8)

ABSTRACT

Khasanah Yerry Pradini Danar Putri. LITERATURE STUDY ON THE DIFFERENCE ANALYSIS OF FINANCIAL ACCOUNTING STANDARDS NO ACCOUNTABILITY OF PUBLIC ENTITIES (SAK-ETAP), GENERAL FINANCIAL ACCOUNTING STANDARDS (IFRSs GENERAL) AND INTERNATIONAL FINANCIAL REPORTING STANDARDS (IFRS). Thesis. Surakarta. Faculty of Teacher Training and Education. Sebelas Maret University, July 2011.

The purpose of this study were (1) To determine differences in scope and SAK-ETAP, General IFRSs, and IFRS. (2) To know the difference between GAAP-implementation of ETAP, the General GAAP and IFRS. This research uses descriptive method kualitaif. Source data used is in the form of literature and books related to SAK-ETAP, general SAK, and IFRS. Data collection techniques used is to use methods of research library / library research / documentation study. Analysis of the data used in this study is the qualitative descriptive analysis was used to analyze data in a way describes or illustrates the data already collected as it is without any intention to make inferences that apply to public or generalizations

Based on research that has been implemented, it can be concluded that: (1) From the research there is a difference between GAAP general, SAK-ETAP and the IFRS with the division of general financial accounting standards (GAAP general) to SAK and SAK-ETAP Full (companies with public accountability ), then the known distribution of group companies ie entities without public accountability (ETAP) and entities with public accountability. Publicly accountable entity also includes the company went public on the Indonesia Stock Exchange. While SAK-ETAP itself more towards (but not only covers) with small-scale enterprises and medium difficulty applying general SAK thoroughly. The separation was caused by the convergence of IFRSs common to full IFRS in order to minimize the differences


(9)

between Indonesian GAAP and IFRS financial statements that will be more easily understood and also improve the quality of comparability (comparability), especially by users from various countries. (2) In general SAK users all entities accountable general public as well as all economic actors in Indonesia. SAK-ETAP is intended for entities without public accountability in which financial statements follow-ETAP applicable GAAP, financial statements for small and medium scale enterprises are more simple and certainly easier to make the financial statements. IFRS applicable for companies that have international bersekala, where the global financial financial statements should be used.


(10)

MOTTO

”M i m pi a da la h ku nci un t uk ki t a m ena klukka n duni a , ber la r ila h t a npa lela h sa m pa i en ga ku m er a ihny a .” (La ska r

Pela n gi )

K esuksesa n a da la h da pa t m en gga pa i ci t a -ci t a diw a kt u kecil (penulis)

D a la m hidup a da cit a ci t a da n kem a ua n , da n t i da k a da cit a -ci t a y a ng ber ha si l t a npa per jua n ga n . (Penuli s)


(11)

PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan sebagai wujud rasa sayang, cinta kasih penulis dan terima kasih penulis kepada :

- Mommy and Daddy yang telah memberikan doa restu

sehingga penulis dapat menyelasaikan penulisan skripsi ini dengan lancar.

- Mahardikha dan Malinda yang selalu memberikan semangat dan dukungan.

- Micka yang selalu memberiku semangat dan inspirasi. - Sahabat-sahabatku Feli Firdianawati, Kristiana Dewi dan

mahasiswa BKK.Akuntansi angkatan 2007. - Almamater UNS.


(12)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat, taufik dan hidayah-Nya, skipsi ini dapat diselesaikan dengan baik oleh penulis untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Hambatan dan kesulitan yang penulis hadapi dalam menyelesaikan penulisan skipsi ini dapat diatasi berkat bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, atas segala bentuk bantuannya penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Drs. Saiful Bachri, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial yang telah memberikan ijin penulisan skripsi ini.

3. Drs. Wahyu Adi, M.Pd., selaku Ketua Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi yang telah memberikan bimbingan, pengarahan dengan bijaksana. 4. Drs. Sukirman, MM., selaku pembimbing I yang telah memberikan banyak

sekali motivasi, ilmu dan arahan dengan penuh kesabaran

5. Sohidin, SE, M. Si, Ak., selaku Pembimbing II yang telah membimbing penulis dengan kesabarannya.

6. Tim penguji skripsi yang bersedia menguji dan memberikan kritik dan saran.

7. Mommy, daddy, kedua adikku dan keluarga, yang selalu memberikan dorongan

baik moril maupun spiritual, kasih sayang serta doa yang tak henti-hentinya mengiringi penulis hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

8. Teman-teman dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Semoga amal kebaikan semua pihak tersebut mendapatkan imbalan dari Allah SWT. Amin.


(13)

Penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan, namun penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan perkembangan ilmu pengetahuan pada khususnya.

Surakarta, Juli 2011


(14)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... ii

HALAMAN PENGAJUAN ... iii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iv

HALAMAN PENGESAHAN ... v

HALAMAN ABSTRAK ... vi

HALAMAN MOTTO ... viii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan Masalah ... 5

C. Perumusan Masalah ... 6


(15)

E. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II. LANDASAN TEORI ... 8

A. Tinjauan Pustaka ... 8

1. SAK-ETAP... ... 8

a. Ruang lingkup SAK-ETAP ... 8

2. Standar Akntansi Keuangan Umum... 11

a. Ruang lingkup SAK umum ... 11

b. Pemakaian Informasi Akuntansi ... 11

c. Kegunaan Informasi Akuntansi ... 11

3. International Financial Reporting Standard ...12

a. Ruang Lingkup IFRS ... 12

b. Kerangka Konseptual IFRS ... 13

c. Penerapan IFRS ... 16

B. Kerangka Berfikir ... 19

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 21

A. Waktu Penelitian ... 21

1. Waktu Penelitian ... 21

B. Bentuk dan Strategi Penelitian ... 21


(16)

2. Strategi Penelitian ... 22

C. Pendekatan Penelitian ... 22

D. Sumber Data ... 22

E. Teknik Pengumpulan Data ... 22

F. Teknik Analis Data ... 23

G. Prosedur Penelitian ... 23

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 24

A. Deskripsi Umum ... 24

B. Ruang Lingkup Perbedaan SAK-ETAP, SAK umum dan IFRS .. 40

C. Materi Perbedaan SAK-ETAP, SAK umum dan IFRS ... 56

D. Perbedaan Penerapan SAK penuh (berbasis IFRS) dan SAK-ETAP ... 60

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ... 65

A. Simpulan ... 65

B. Implikasi ... 67

C. Saran ... 67

DAFTAR PUSTAKA ... 69

LAMPIRAN ... 72


(17)

DAFTAR GAMBAR


(18)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. IFRS/IAS yang Diadopsi ke dalam PSAK pada Tahun 2009 18 Tabel 2. IFRS/IAS yang diadopsi ke dalam PSAK pada Tahun 2010 19 Tabel 3. Perbedaan SAK umum, SAK-ETAP, dan IFRS 24

Tabel 4. Laporan posisi keuangan PSAK 1 41

Tabel 5. Laporan posisi keuangan IAS 1 (IFRS 1) 41 Tabel 6. Perbedaan Penerapan SAK Penuh (berbasis IFRS) dan SAK-ETAP 60


(19)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Makalah dan Jurnal 71

2. Contoh Laporan Keuangan 118


(20)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia telah memiliki sendiri standar akuntansi yang berlaku di Indonesia. Prinsip atau standar akuntansi yang secara umum dipakai di Indonesia tersebut lebih dikenal dengan nama Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK). PSAK disusun dan dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia. Ikatan Akuntan Indonesia adalah organisasi profesi akuntan yang ada di Indonesia. IAI yang didirikan pada tahun 1957 selain mewadahi para akuntan juga memiliki peran yang lebih besar dalam dunia akuntansi di Indonesia. Peran tersebut seperti yang telah disebutkan sebelumnya adalah peran dalam rangka penyusunan standar akuntansi. Standar akuntansi yang di Indonesia dikenal dengan nama PSAK (Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan) tersebut merupakan seperangkat standar yang mengatur tentang pelaksanaan akuntansi di dunia bisnis di Indonesia.

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia tersebut mengatur perlakuan akuntansi secara menyeluruh untuk berbagai aktivitas bisnis perusahaan di Indonesia. Standar-standar tersebut selain ditujukan untuk mengatur perlakuan akuntansi dari awal sampai ke tujuan akhirnya yaitu untuk pelaporan terhadap pengguna, standar-standar tersebut juga meliputi pedoman perlakuan akuntansi mulai dari perolehan, penggunaan, sampai dengan saat penghapusan untuk setiap elemen-elemen akuntansi. Standar-standar tersebut juga mengatur tentang pengakuan, pengukuran, penyajian dan pelaporan atas keuangan perusahaan. IAI selaku penyusun standar akuntansi di Indonesia tidak tinggal diam dalam menghadapi perubahan-perubahan yang turut berimplikasi kepada dunia akuntansi. Beberapa kali revisi terhadap beberapa pernyataan telah dilakukan untuk menyesuaikan standar akuntansi yang dibuatnya. Revisi pertama dilakukan pada tahun 1973 dengan melakukan kodifikasi atas standar-standar akuntansi dalam bentuk


(21)

Prinsip Akuntansi Indonesia (PAI). Revisi berikutnya dilakukan pada tahun 1984 dengan hasilnya adalah revisi berupa Prinsip Akuntansi Indonesia 1984 (PAI 1984). Selanjutnya revisi dilakukan pada tahun 1994. Revisi pada tahun 1994 dilakukan secara total terhadap PAI 1984 dan hasilnya adalah Standar Akuntansi Keuangan (SAK) 1994. Dari revisi tahun 1994 IAI juga telah memutuskan untuk melakukan harmonisasi standar PSAK kepada International Financial Reporting Standard

(IFRS).

Dengan diterapkannya SAK-ETAP pada tahun 2011 ini, maka Indonesia memiliki 3 SAK yang berlaku yaitu SAK Umum (berbasis IFRS), SAK-ETAP, dan SAK-Syariah. PSAK 1 (revisi 2009): Penyajian Laporan Keuangan, merupakan PSAK yang mengatur mengenai penyajian laporan keuangan bertujuan umum yang kemudian disebut saja sebagai laporan keuangan. Laporan keuangan bertujuan umum adalah laporan keuangan yang penyajian informasinya ditujukan untuk seluruh pihak berkepentingan. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan kepentingan antar pihak-pihak tersebut. Sebagai contoh, manajemen tidak ingin menyajikan laba yang tinggi karena ini akan berarti peningkatan pembayaran pajak (pemerintah menginginkan sebaliknya, laba yang tinggi untuk mendapat pajak yang tinggi), selain itu laba yang tinggi akan membuat karyawan meminta bonus. Konflik kepentingan (conflict of

interest) semacam ini dapat terjadi jika laporan keuangan ditujukan untuk melayani

kepentingan satu pihak saja. Oleh karena itu, untuk melayani kepentingan satu pihak tertentu, entitas menyajikan laporan keuangan bertujuan khusus (special purpose

financial statement), sebagai contoh adalah laporan fiskal.

Ikatan Akuntan Indonesia pada tanggal 17 Juli 2009 telah meluncurkan standar akuntansi ETAP (SAK-ETAP) bertepatan dalam acara Seminar Nasional Akuntansi “Tiga pilar Standar Akuntansi Indonesia” yang dilaksanakan oleh Universitas Brawijaya dan Ikatan Akuntan Indonesia. Nama standar ini sedikit unik karena diberi nama Standar Akuntansi UKM (Usaha Kecil dan Menengah), namun


(22)

mengingat definisi UKM sendiri sering berubah, maka untuk menghindari kerancuan, standar ini diberi nama SAK Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik. Apabila SAK-ETAP ini telah berlaku efektif, maka perusahaan kecil seperti UKM tidak perlu membuat laporan keuangan dengan menggunakan PSAK umum yang berlaku. Di dalam beberapa hal SAK- ETAP memberikan banyak kemudahan untuk perusahaan dibandingkan dengan PSAK adanya ketentuan pelaporan yang lebih kompleks. Perbedaan secara kasat mata dapat dilihat dari ketebalan SAK-ETAP yang hanya sekitar seratus halaman dengan menyajikan 30 bab.

Sesuai dengan ruang lingkup SAK-ETAP maka standar ini dimaksudkan untuk digunakan oleh entitas tanpa akuntabilitas publik, yang dimaksud adalah entitas yang tidak memiliki akuntabilitas publik secara signifikan dan tidak menerbitkan laporan keuangan untuk tujuan umum (general purpose financial statement) bagi pengguna eksternal. Contoh pengguna eksternal adalah pemilik yang tidak terlibat langsung dalam pengelolaan usaha, kreditur, dan lembaga pemberi kredit. SAK-ETAP ini akan berlaku efektif per 1 Januari 2011 namun penerapan dini per 1 Januari 2010 diperbolehkan. Entitas yang laporan keuangannya mematuhi SAK-ETAP harus membuat suatu pernyataan eksplisit dan secara penuh (explicit and unreserved

statement) atas kepatuhan tersebut dalam catatan atas laporan keuangan. Laporan

keuangan tidak boleh menyatakan mematuhi SAK-ETAP kecuali jika mematuhi semua persyaratan dalam SAK-ETAP, apabila perusahaan memakai SAK-ETAP, maka auditor yang akan melakukan audit di perusahaan tersebut juga akan mengacu kepada SAK-ETAP.

Mengingat kebijakan akuntansi SAK-ETAP di beberapa aspek lebih ringan daripada PSAK, maka ketentuan transisi dalam SAK-ETAP ini cukup ketat misalnya pada BAB 30 disebutkan bahwa pada tahun awal penerapan SAK-ETAP, yakni 1 Januari 2011, entitas yang memenuhi persyaratan untuk menerapkan SAK-ETAP dapat menyusun laporan keuangan tidak berdasarkan SAK-ETAP, tetapi berdasarkan


(23)

PSAK non-ETAP sepanjang diterapkan secara konsisten. Entitas tersebut tidak diperkenankan untuk kemudian menerapkan SAK-ETAP ini untuk penyusunan laporan keuangan berikutnya. Oleh sebab itu per 1 Januari 2011, perusahaan yang memenuhi definisi Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik harus memilih apakah akan tetap menyusun laporan keuangan menggunakan PSAK atau beralih menggunakan SAK-ETAP.

International Accounting Standards, yang lebih dikenal sebagai International

Financial Reporting Standards (IFRS), merupakan standar tunggal pelaporan

akuntansi berkualitas tinggi dan kerangka akuntasi berbasiskan prinsip yang meliputi penilaian professional dan transparan mengenai substansi ekonomis transaksi, penjelasan hingga mencapai kesimpulan tertentu, dan akuntansi terkait transaksi tersebut. Dengan demikian, pengguna laporan keuangan dapat dengan mudah membandingkan informasi keuangan entitas antarnegara di berbagai belahan dunia.

Implikasinya, mengadopsi IFRS berarti mengadopsi bahasa pelaporan keuangan global yang akan membuat suatu perusahaan dapat dimengerti oleh pasar global. Suatu perusahaan akan memiliki daya saing yang lebih besar ketika mengadopsi IFRS dalam laporan keuangannya. Tidak mengherankan, banyak perusahaan yang telah mengadopsi IFRS mengalami kemajuan yang signifikan saat memasuki pasar modal global. Di dunia internasional, IFRS telah diadopsi oleh banyak negara, termasuk negara-negara Uni Eropa, Afrika, Asia, Amerika Latin dan Australia. Di kawasan Asia, Hong Kong, Filipina dan Singapura pun telah mengadopsinya.

Sejak 2008, diperkirakan sekitar 80 negara mengharuskan perusahaan yang telah terdaftar dalam bursa efek global menerapkan IFRS dalam mempersiapkan dan mempresentasikan laporan keuangannya. Dalam konteks Indonesia, konvergensi IFRS dengan Pedoman Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) merupakan hal yang sangat penting untuk menjamin daya saing nasional. Perubahan tata cara pelaporan


(24)

keuangan dari Generally Accepted Accounting Principles (GAAP), PSAK, atau lainnya ke IFRS berdampak sangat luas. IFRS akan menjadi kompetensi bagi akuntan publik, penilai (appraiser), akuntan manajemen, regulator dan akuntan pendidik. Sejak 2004, profesi akuntan di Indonesia telah melakukan harmonisasi antara PSAK dan IFRS. Konvergensi IFRS diharapkan akan tercapai pada 2012. Walaupun IFRS masih belum diterapkan secara penuh saat ini, persiapan dan kesiapan untuk menyambutnya akan memberikan daya saing tersendiri untuk entitas bisnis di Indonesia. Dengan kesiapan adopsi IFRS sebagai standar akuntansi global yang tunggal, perusahaan Indonesia akan siap dan mampu untuk bertransaksi, termasuk merger dan akuisisi (M&A), lintasnegara. Karena IFRS dimaksudkan sebagai standar akuntansi tunggal global, kesiapan industri akuntansi Indonesia untuk mengadopsi IFRS akan menjadi daya saing di tingkat global. Di Indonesia telah menerapkan tiga Standar Akuntansi Keuangan yaitu, SAK-ETAP, SAK Umum (berbasis IFRS), dan yang terakhir yaitu SAK Syariah dimana masing-masing standar akuntansi tersebut mempunyai perbedaan. Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis tertarik untuk mengambil judul “ Kajian Analisis Literatur Perbedaan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK-ETAP), Standar

Akuntansi Keuangan Umum (SAK Umum), Dan International Financial

Reporting Standards (IFRS)”.

B. Pembatasan Masalah

Setelah mengetahui gambaran tentang SAK-ETAP, SAK Umum, dan IFRS, dapat di ketahui betapa pentingnya SAK tersebut untuk penyajian laporan keuangan sesuai dengan bidang dan jenis perusahaan. Oleh karena luasnya perbedaan antara SAK-ETAP, SAK Umum, dan IFRS maka dalam penelitian ini dibatasi hanya mengenai perbedaan ruang lingkup dan penerapan antara SAK-ETAP, SAK Umum, dan IFRS.


(25)

C. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, maka timbul permasalahan yang dapat dirumuskan sesuai dengan permasalahan yang dihadapi oleh obyek yang diteliti dan sesuai dengan latar belakang masalah, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah perbedaan ruang lingkup antara SAK-ETAP, SAK Umum, dan IFRS?

2. Bagaimanakah perbedaan penerapan antara SAK-ETAP, SAK Umum, dan IFRS?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka dapat dirumuskan tujuan penelitian ini, yaitu sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui perbedaan ruang lingkup antara SAK-ETAP, SAK Umum, dan IFRS.

2. Untuk mengetahui perbedaan penerapan antara SAK-ETAP, SAK Umum, dan IFRS.

E. Manfaat penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi semua pihak yang terkait. Manfaat yang diharapkan peneliti adalah :

1. Manfaat Teoritis

a. Untuk mendapatkan informasi gambaran umum perbedaan ruang lingkup dan penerapan SAK-ETAP, SAK Umum, dan IFRS.

b. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui kemampuan mahasiswa dalam menyerap dan memahami ilmu yang diperoleh.


(26)

c. Sebagai referensi peneliti lain yang akan meneliti tentang perbedaan ruang lingkup dan penerapan SAK-ETAP, SAK Umum, dan IFRS di Indonesia secara lebih luas.

2. Manfaat Praktis

Dapat memberikan informasi-informasi kepada pihak-pihak yang membutuhkan dan dapat sebagai bahan masukan dan informasi pada pihak-pihak yang bersangkutan.


(27)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntanbilitas

Publik (SAK-ETAP)

a. Ruang Lingkup SAK-ETAP

Standar akuntansi keuangan untuk Entitas Tanpa Akuntanbilitas publik (SAK-ETAP) dimaksudkan untuk digunakan entitas tanpa akuntabilitas publik. Dalam buku SAK-ETAP yang dikeluarkan oleh IAI (2009:1) menyebutkan bahwa entitas tanpa akuntanbilitas publik adalah entitas yang :

1) Tidak memiliki akuntabilitas publik signifikan; dan

2) Menerbitkan laporan keuangan untuk tujuan umum (general purpose

financial statement) bagi pengguna eksternal. Contoh pengguna eksternal

adalah pemilik yang tidak terlibat langsung dalam pengelolaan usaha, kreditur, dan lembaga pemeringkat kredit.

Entitas memiliki akuntabilitas publik signifikan jika:

1) Entitas telah mengajukan pernyataan pendaftaran, atau dalam proses pengajuan pernyataan pendaftaran, pada otoritas pasar modal atau regulator lain untuk tujuan penerbitan efek di pasar modal.

2) Entitas menguasai asset dalam kapasitas sebagai fidusia untuk kelompok besar masyarakat, seperti bank, entitas asuransi, pialang dan pedagang efek, dana pensiun, reksa dana dan bank investasi.

E n t i t a s y an g m e m i l i k i a k u n t an b i l i t a s p u b l i k s i g n i fi k a n d a p at menggunakan SAK-ETAP jika otorisasi berwenang membuat regulasi


(28)

mengizinkan penggunaan SAK-ETAP pada umumnya, entitas tanpa akuntabilitas publik adalah UKM, oleh karena itu pengguna ETAP akan banyak terdiri dari entitas dengan kategori UKM. Penerbitan SAK-ETAP oleh DSAK IAI ini adalah sebagai alternativ SAK yang boleh diterapkan oleh entitas di Indonesia, sebagai bentuk SAK yang lebih sederhana dibandingkan dengan SAK Umum yang lebih rumit. Apabila entitas tersebut memenuhi kriteria entitas publik, maka tentu tidak ada pilihan lain kecuali menerapkan PSAK umum. Namun jika tidak termasuk entitas yang memiliki akuntabilitas publik, maka entitas dapat memilih menerapkan SAK-ETAP atau SAK Umum. Menurut kebijakan yang diterbitkan oleh DSAK IAI, pada 1 Januari 2011 suatu entitas tanpa akuntabilitas publik dapat memilih untuk menerapkan SAK-ETAP atau PSAK Umum. Apabila pada tahun 2011 suatu entitas tanpa akuntabilitas publik menetapkan penggunaan PSAK umum, maka entitas tersebut setelah tahun 2011 tidak boleh merevisi kebijakan akuntansinya dengan menggunakan SAK-ETAP. Oleh karena adanya kebijakan tidak boleh merevisi ke SAK-ETAP itu, maka tahun 2011 ini menjadi tahun yang sangat menentukan dan strategik bagi pengambilan keputusan PSAK mana yang akan dipakai.

Sebagaimana diketahui, saat ini SAK yang diterapkan oleh setiap entitas penyaji laporan keuangan adalah SAK Umum. SAK Umum tersebut secara bertahap oleh DSAK IAI sedang dilakukan perubahan dengan adopsi

International Financial Reporting Standard (IFRS), sehingga pada tahun 2012

seluruh SAK merupakan hasil adopsi dari IFRS. Oleh karena itu, pada entitas tanpa akuntabilitas publik yang saat ini menerapkan SAK Umum dan bermaksud nantinya akan menerapkan SAK-ETAP, pada tahun 2011 harus melakukan perubahan kebijakan akuntansinya. Sedangkan bagi perusahaan dengan akuntabilitas publik tidak perlu melakukan penyesuaian apapun, karena entitas ini hanya melanjutkan saja.


(29)

Aktivitas penyesuaian hanya perlu dilakukan oleh Entitas yang akan menerapkan SAK-ETAP, maka terhadap entitas tanpa akuntabiltas publik saat ini adalah waktu yang penting untuk mulai melakukan pertimbangan apakah akan menerapkan SAK-ETAP atau melanjutkan PSAK Umum. Pertimbangan itu perlu dilakukan karena 1) Penerapan suatu SAK menyangkut isu strategik, dan 2) Sekali entitas menetapkan menggunakan SAK Umum maka tidak ada kesempatan lagi untuk merivisi ke SAK-ETAP.

Penentuan kebijakan PSAK dikatakan menyangkut isu strategik karena menyangkut isu yang berdampak jangka panjang disatu sisi, dan mempengaruhi arah perusahaan di masa depan. Perusahaan yang saat ini merupakan entitas tanpa akuntabilitas publik, umumnya perusahaan kecil-menengah (UKM) tentu akan lebih sederhana menggunakan SAK-ETAP.

Faktor yang dapat mempengaruhi kualitas laporan keuangan pada UKM yaitu dengan penerapan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK-ETAP). SAK-ETAP adalah pedoman pokok penyusunan dan penyajian laporan keuangan pada UKM, agar laporan keuangan lebih berguna dan dapat dimengerti, diperbandingkan serta tidak menyesatkan. Adapun penyajian laporan keuangan menurut SAK-ETAP mencangkup hal sebagai berikut:penyajian wajar, kepatuhan terhadap SAK-ETAP, kelangsungan usaha, frekuensi pelaporan, penyajian yang konsisten, informasi komparatif, materialitas dan agregasi dan laporan keuangan lengkap. Dengan demikian dilihat dari fungsi manajemen , laporan keuangan sekaligus dapat dijadikan sebagai salah satu alat evaluasi perkembangan UKM. Agar laporan keuangan dapat dimanfaatkan secara optimal sesuai dengan tujuan UKM, maka laporan keuangan harus disusun berdasarkan SAK- ETAP. Dengan SAK-ETAP UKM ini berarti UKM menyusun laporan keuangannya berdasarkan prinsip-prinsip


(30)

akuntansi yang lazim dipakai dengan memperhatikan karakteristik koperasi sehingga dapat menggambarkan kemajuan atau pekembangan usaha UKM.

Adanya SAK-ETAP untuk UKM ini bertujuan untuk mengatur perlakuan akuntansi yang timbul dari hubungan transaksi lain yang spesifik pada UKM. Pernyataan ini mencangkup mengenai pengakuan, pengukuran, penyajian, dan pengungkapan dalam laporan keuangan. UKM dalam menjalankan usahanya tidak terlepas dari bantuan oleh berbagai pihak, oleh karena itu dalam SAK-ETAP ini disajikan sebagai pedoman untuk menyusun laporan keuangan bagi pemilik UKM. Kelengkapan laporan keuangan pada UKM itu sangat penting karena dalam laporan tersebut harus dapat menyampaikan informasi-informasi keuangan yang telah dilakukan UKM.

2. Standar Akuntansi Keuangan umum.

a. Ruang Lingkup Standar Akuntansi Keuangan.

Standar Akuntansi Keuangan merupakan kerangka acuan dalam prosedur yang berkaitan dengan penyajian laporan keuangan. Keberadaanya dibutuhkan untuk membentuk kesamaan prosedur dalam menjelaskan bagaimana laporan keuangan disusun dan disajikan, oleh karenanya SAK umum sangat berarti dalam hal kesatuan bahasa dalam menganalisa laporan-laporan keuangan bagi perusahaan, dana pensiun dan unit ekonomi lainya. Di Indonesia standar akuntansi keuangan tersebut dikenal dengan istilah Standar Akuntansi Keuangan (SAK) yang merupakan hasil perumusan Komite Prinsipil Akuntansi Indonesia pada tahun 1994 menggantikan Prinsip Akuntansi Indonesia tahun 1984. Standar Akuntansi Keuangan ini sendiri terdiri dari sebuah pernyataan kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan serta seperangkat standar akuntansi keuangan dengan 35 pernyataan. SAK ini mulai berlaku efektif tanggal 1 januari 1995. Sebagai pedoman penyusunan dan penyajian laporan keuangan SAK menjadi peraturan yang mengikat, sehingga pengertian yang bias terhadap suatu pos laporan keuangan dapat dihindari.


(31)

b. Pemakaian Informasi Akuntansi

1) Pemakai informasi akuntansi

Pemakai informasi akuntansi dikelompokkan menjadi dua sebagai berikut: a) Pihak intern yaitu pihak yang bertanggungjawab melaksanakan

jalannya peursahaan dalam hal ini manajemen.

b) Pihak esktern yakni pihak-pihak yang berhubungan dengan perusahaan tetapi hanya dalam batas-batas tertentu seperti pemilik atau calon pemilik, kreditor/bank atau calon kreditor, badan pemerintah atau pajak, dan pegawai atau karyawan.

2) Kegunaan Informasi akuntansi

Informasi akuntansi berguna untuk hal-hal sebagai berikut : a) Bahan menyusun perencanaan perusahaan.

b) Pengendalian intern perusahaan. c) Pengambilan keputusan.

d) Mengetahui posisi keuangan.

e) Mengetahui prospek perusahaan pada masa yang akan dating.

f) Memberi pertanggungjawaban kepada erbagai pihak di luar perusahaan antara lain pemilik/persero, bank pemerintah dan pekerja atau pegawai.

3. International Financial Reporting Standards (IFRS).

a. Ruang Lingkup IFRS (Internasional Financial Accounting Standard)

IAI (2011): IFRS (Internasional Financial Accounting Standard) adalah Suatu upaya untuk memperkuat arsitektur keungan global dan mencari solusi jangka panjang terhadap kurangnya transparansi informasi keuangan. Tujuan IFRS adalah memastikan bahwa laporan keungan intern perusahaan untuk periode-periode yang dimasukan dalam laporan keuangan tahunan, mengandung informasi berkualitas tinggi yang :


(32)

1) Transparansi bagi para pengguna dan dapat dibandingkan sepanjang periode yang disajikan.

2) Menyediakan titik awal yang memadai untuk akuntansi yang berdasarkan pada IFRS.

3) Dapat dihasilkan dengan biaya yang tidak melebihi manfaat untuk para pengguna.

Manfaat dari adanya suatu standar global:

1) Pasar modal menjadi global dan modal investasi dapat bergerak di seluruh dunia tanpa hambatan. Standar pelaporan keuangan berkualitas tinggi yang digunakan secara konsisten di seluruh dunia akan memperbaiki efisiensi alokasi lokal.

2) Investor dapat membuat keputusan yang lebih baik.

3) Perusahaan-perusahaan dapat memperbaiki proses pengambilan keputusan mengenai merger dan akuisisi.

4) Gagasan terbaik yang timbul dari aktivitas pembuatan standar dapat disebarkan dalam mengembangkan standar global yang berkualitas tertinggi. Suatu perusahaan mulai terlibat dengan akuntansi internasional adalah pada saat mendapatkan kesempatan melakukan transaksi ekspor atau impor. Standar akuntansi internasional (IAS) adalah standar yang dapat digunakan perusahaan multinasional yang dapat menjembatani perbedaan-perbedaan antar Negara, dalam perdagangan multinasional.

b. Kerangka Konseptual IFRS

Roy Iman Wirahardja (2011) Kerangka: 1) Mendefinisikan tujuan laporan keuangan.

2) Mengidentifikasi karakteristik kualitatif yang membuat informasi dalam laporan keuangan berguna.

3) Mendefinisikan unsur-unsur dasar laporan keuangan dan konsep-konsep untuk mengakui dan mengukur dalam laporan keuangan.


(33)

4) Menyediakan konsep pemeliharaan modal.

Hamonisasi telah berjalan cepat dan efektif, terlihat bahwa sejumlah besar perusahaan secara sukarela mengadopsi standar pelaporan keuangan Internasional (IFRS). Banyak Negara yang telah mengadopsi IFRS secara keseluruhan dan menggunakan IFRS sebagai dasar standar nasional. Hal ini dilakukan untuk menjawab permintaan investor institusional dan pengguna laporan keuangan lainnya. Usaha-usaha standar internasional ini dilakukan secara sukarela, saat standar internasional tidak berbeda dengan standar nasional, maka tidak akan ada masalah, yang menjadi masalah, apabila standar internasional berbeda dengan standar nasional. Bila hal ini terjadi, maka yang didahulukan adalah standar nasional (rujukan pertama).

Banyak pro dan kontra dalam penerapan standar internasional, namun seiring waktu, standar internasional telah bergerak maju dan menekan Negara-negara yang kontra. Contoh : komisi pasar modal AS, SEC tidak menerima IFRS sebagai dasar pelaporan keuangan yang diserahkan perusahaan-perusahaan yang mencatatkan saham pada bursa efek AS, namun SEC berada dalam tekanan yang makin meningkat untuk membuat pasar modal AS lebih dapat diakses oleh para pembuat laporan non-AS. SEC telah menyatakan dukungan atas tujuan IASB untuk mengembangkan standard akuntansi yang digunakan dalam laporan keuangan yang digunakan dalam penawaran lintas batas. IFRS merupakan standar akuntansi internasional yang diterbitkan oleh International Accounting

Standard Board (IASB). Standar Akuntansi Internasional (International

Accounting Standards/IAS) disusun oleh empat organisasi utama dunia yaitu

Badan Standar Akuntansi Internasional Komisi Masyarakat Eropa Organisasi Internasional Pasar Modal dan Federasi Akuntansi Internasioanal. Badan Standar Akuntansi Internasional yang dahulu bernama Komisi Standar Akuntansi Internasional (IASC), merupakan lembaga independen untuk menyusun standar akuntansi. Organisasi ini memiliki tujuan mengembangkan dan mendorong


(34)

penggunaan standar akuntansi global yang berkualitas tinggi, dapat dipahami dan dapat diperbandingkan (Choi et al, 1999 dalam Intan Immanuela, puslit2.petra.ac.id)

IASC didirikan pada tahun 1973 dan beranggotakan anggota organisasi profesi akuntan dari sepuluh negara. Di tahun 1999, keanggotaan IASC terdiri dari 134 organisasi profesi akuntan dari 104 negara, termasuk Indonesia. Tujuan IASC adalah (1) merumuskan dan menerbitkan standar akuntansi sehubungan dengan pelaporan keuangan dan mempromosikannya untuk bisa diterima secara luas di seluruh dunia, serta (2) bekerja untuk pengembangan dan harmonisasi standar dan prosedur akuntansi sehubungan dengan pelaporan keuangan. IASC memiliki kelompok konsultatif yang disebut IASC Consultative Group yang terdiri dari pihak-pihak yang mewakili para pengguna laporan keuangan, pembuat laporan keuangan, lembaga-lembaga pembuat standar, dan pengamat dari organisasi antar-pemerintah. Kelompok ini bertemu secara teratur untuk membicarakan kebijakan, prinsip dan hal-hal yang berkaitan dengan peranan IASC.

Struktur IFRS

Natawidnyana (2008) menyatakan bahwa “Sebagian besar standar yang menjadi bagian dari IFRS sebelumnya merupakan International Accounting

Standars (IAS). IAS diterbitkan antara tahun 1973 sampai dengan 2001 oleh

IASC. Pada bulan April 2001, IASB mengadopsi seluruh IAS dan melanjutkan pengembangan standar yang dilakukan”.

International Financial Reporting Standards mencakup:

1) International Financial Reporting Standards (IFRS) standar yang diterbitkan

setelah tahun 2001.

2) International Accounting Standards (IAS) standar yang diterbitkan sebelum


(35)

3) Interpretations yang diterbitkan oleh International Financial Reporting

Interpretations Committee (IFRIC) setelah tahun 2001

4) Interpretations yang diterbitkan oleh Standing Interpretations Committee

(SIC) sebelum tahun 2001 (www.wikipedia.org).

Secara garis besar ada empat hal pokok yang diatur dalam standar akuntansi. Yang pertama berkaitan dengan definisi elemen laporan keuangan atau informasi lain yang berkaitan. Definisi digunakan dalam standar akuntansi untuk menentukan apakah transaksi tertentu harus dicatat dan dikelompokkan ke dalam aktiva, hutang, modal, pendapatan dan biaya. Yang kedua adalah pengukuran dan penilaian. Pedoman ini digunakan untuk menentukan nilai dari suatu elemen laporan keuangan baik pada saat terjadinya transaksi keuangan maupun pada saat penyajian laporan keuangan (pada tanggal neraca). Hal ketiga yang dimuat dalam standar adalah pengakuan, yaitu kriteria yang digunakan untuk mengakui elemen laporan keuangan sehingga elemen tersebut dapat disajikan dalam laporan keuangan. Yang terakhir adalah penyajian dan pengungkapan laporan keuangan. Komponen keempat ini digunakan untuk menentukan jenis informasi dan bagaimana informasi tersebut disajikan dan diungkapkan dalam laporan keuangan. Suatu informasi dapat disajikan dalam badan laporan (Neraca, Laporan Laba/Rugi) atau berupa penjelasan (notes) yang menyertai laporan keuangan (Chariri 2009).

c. Penerapan IFRS (Internasional Financial Accounting Standard)

Pada bulan Desember 2008, Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) telah mencanangkan konvergensi PSAK ke IFRS secara penuh pada tahun 2012. Sejak tahun 2009, Dewan Standar Akuntansi Keuangan - Ikatan Akuntan Indonesia (DSAK-IAI) melaksanakan program kerja terkait dengan proses konvergensi tersebut sampai dengan tahun 2011.

Ditargetkan bahwa pada tahun 2012, seluruh PSAK tidak memiliki beda material dengan IFRS yang berlaku per 1 Januari 2009. Setelah tahun 2012,


(36)

PSAK akan di-update secara terus-menerus seiring adanya perubahan pada IFRS. Bukan hanya mengadopsi IFRS yang sudah terbit, DSAK-IAI juga bertekad untuk berperan aktif dalam pengembangan standar akuntansi dunia.

Indonesia saat ini belum mewajibkan bagi perusahaan-perusahaan di Indonesia menggunakan IFRS melainkan masih mengacu kepada standar akuntansi keuangan lokal. Dewan Pengurus Nasional IAI bersama-sama dengan Dewan Konsultatif SAK dan Dewan SAK merencanakan tahun 2012 akan menerapkan standar akuntansi yang mendekati konvergensi penuh kepada IFRS. Dari data-data di atas kebutuhan Indonesia untuk turut serta melakukan program konverjensi tampaknya sudah menjadi keharusan jika kita tidak ingin tertinggal. Sehingga, dalam perkembangan penyusunan standar akuntansi di Indonesia oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK) tidak dapat terlepas dari perkembangan penyusunan standar akuntansi internasional yang dilakukan oleh International Accounting Standards Board

(IASB). Standar akuntansi keuangan nasional saat ini sedang dalam proses secara bertahap menuju konverjensi secara penuh dengan International

Financial Reporting Standards yang dikeluarkan oleh IASB.

Menurut Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK), tingkat pengadopsian IFRS dapat dibedakan menjadi 5 tingkat :

1) Full adoption

Suatu Negara mengadopsi seluruh produk IFRS dan menerjemahkan IFRS word by word ke dalam bahasa Negara tersebut gunakan

2) Adopted

Mengadopsi seluruh IFRS namun disesuaikan dengan kondisi di Negara tersebut.


(37)

Suatu Negara hanya mengadopsi sebagian nomor IFRS yaitu nomor standar tertentu dan memilih paragraph tertentu saja.

4) Referenced

Sebagai referensi, standar yang diterapkan hanya mengacu pada IFRS tertentu dengan bahasa dan paragraph yang disusun sendiri oleh badan pembuat standar.

5) Not adopted at all

Suatu Negara sama sekali tidak mengadopsi IFRS. Sedangkan arah pengembangan konvergensi IFRS meliputi :

1) PSAK yang sama dengan IFRS akan direvisi, atau akan diterbitkan PSAK yang baru.

2) PSAK yang tidak diatur dalam IFRS, maka akan dikembangkan 3) PSAK industri khusus akan dihapuskan

4) PSAK turunan dari UU tetap dipertahankan

Pada 2011 tahap persiapan akhir dilakukan dengan menyelesaikan seluruh infrastruktur yang diperlukan. Pada 2012 dilakukan penerapan pertama kali PSAK yang sudah mengadopsi IFRS. Namun, proses konvergensi ini tidak semudah membalikkan telapak tangan. Dampak yang ditimbulkan dari konvergensi ini akan sangat mempengaruhi semua kalangan, baik itu bidang bisnis maupun pendidikan. Handoko (2011) posisi IFRS/IAS yang sudah diadopsi hingga saat ini dan diadopsi pada tahun 2009 dan 2010 adalah seperti yang tercantum dalam daftar- daftar berikut ini.

Tabel 1:

IFRS/IAS yang Diadopsi ke dalam PSAK pada Tahun 2009 1. IFRS 2 Share-based payment


(38)

3. IFRS 5 Non-current assets held for sale and discontinued operations 4. IFRS 6 Exploration for and evaluation of mineral resources

5. IFRS 7 Financial instruments: disclosures 6. IAS 1 Presentation of financial statements

7. IAS 27 Consolidated and separate financial statements 8. IAS 28 Investments in associates

9. IFRS 3 Business combination 10. IFRS 8 Segment reporting

11. IAS 8 Accounting policies, changes in accounting estimates and errors 12. IAS 12 Income taxes

13. IAS 21 The effects of changes in foreign exchange rates 14. IAS 26 Accounting and reporting by retirement benefit plans 15. IAS 31 Interests in joint ventures

16. IAS 36 Impairment of assets

17. IAS 37 Provisions, contingent liabilities and contingent assets 18. IAS 38 Intangible assets

Tabel 2:

IFRS/IAS yang diadopsi ke dalam PSAK pada Tahun 2010 1. IAS 7 Cash flow statements

2. IAS 20 Accounting for government grants and disclosure of government

assistance

3. IAS 24 Related party disclosures

4. IAS 29 Financial reporting in hyperinflationary economies 5. IAS 33 Earning per share

6. IAS 34 Interim financial reporting 7. IAS 41 Agriculture


(39)

B. Kerangka Berfikir

SAK umum, SAK-ETAP dan International Financial Reporting Standards

(IFRS), merupakan standar pelaporan akuntansi berkualitas tinggi dan kerangka akuntasi berbasiskan prinsip yang meliputi penilaian profesional yang kuat dengan transparan mengenai substansi ekonomis transaksi, penjelasan hingga mencapai kesimpulan tertentu, dan akuntansi terkait transaksi tersebut. Dengan adanya standar global tersebut memungkinkan keterbandingan dan pertukaran informasi secara universal. Konvergensi IFRS dapat meningkatkan daya informasi dari laporan keuangan perusahaan-perusahaan yang ada di Indonesia. Adopsi standar internasional juga sangat penting dalam rangka stabilitas perekonomian. SAK umum, SAK-ETAP dan IFRS mempunyai perbedaan ruang lingkup dan penerapan dengan demikian, penulis akan menganalisis SAK umum, SAK-ETAP dan IFRS melalui literatur yang sesuai dengan SAK umum, SAK-ETAP dan IFRS. Sehingga pengguna laporan keuangan dapat dengan mudah membandingkan informasi keuangan negara entitas antarnegara dan di berbagai belahan dunia.

Alur kerangka berfikir dapat di gambarkan sebagai berikut:

Literatur Yang Berhubungan Dengan SAK umum, SAK-ETAP dan IFRS

SAK umum SAK-ETAP

IFRS

Analisis Perbedaan SAK umum, SAK-ETAP dan IFRS

Hasil Analisis

Kesimpulan dan Saran


(40)

Gambar 1. Alur kerangka berfikir

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama 7 bulan. Proposal disahkan dengan tahapan sebagai berikut:

TAHUN 2011

Januari Februari Maret April Mei Juni Juli 1. Proses penelitian

a. Menyusun proposal b. Mengurus perijinan 2. Pelaksanaan penelitian

a. Pengumpulan data b. Analisis data 3. Penyusunan laporan

B. Bentuk dan Strategi Penelitian

1. Bentuk Penelitian

Dalam penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan terhadap subyek atau obyek penelitian


(41)

untuk memecahkan masalah yang ada pada masa sekarang dengan mendasarkan fakta-fakta yang sesungguhnya terjadi.

Penelitian merupakan suatu kegiatan untuk mengumpulkan atau memperoleh data kemudian diolah dan dianalisa untuk mendapatkan kebenaran secara ilmiah. Sesuai dengan permasalahannya, penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang akan mendeskripsikan mengenai perbedaan SAK-ETAP,SAK umum, dan IFRS.

2. Strategi Penelitian

Sugiyono (2009:15) penelitian kualitatif adalah

Metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek alamiah, (sebagai lawannya adalah ekperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci, pengambilan sampel sumber data dilakukan secara purposive dan snowbaal, teknik pengumpulan dengan dengan trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi.

Sedangkan Kirk dan Miller (1986:9) dalam Lexy J. Moeleong (2003:25) mendifnisikan bahwa penelitian kualitatif adalah “Tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan pada manusia serta kawasannya sendiri berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan dalam peristilahanya”.

C. Pendekatan Penelitian

Dalam pendekatan kualitatif, peneliti akan memperoleh data dari kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang atau perilaku yang diamati serta informasi yang


(42)

dikumpulkan didapat dengan cara mendalami fenomena yang ada sehingga diperoleh deskripsi dan penjelasan mengenai perbedaan SAK-ETAP,SAK umum, dan IFRS.

D. Sumber Data

Sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan-tindakan selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Sumber data dalam penelitian ini adalah berupa literatur dan buku-buku yang berhubungan dengan SAK-ETAP,SAK umum, dan IFRS.

E. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan metode library research/ studi kepustakaan/ studi dokumentasi. Afifudin (2009:140) metode studi kepustakaan adalah “Teknik pengumpulan data dan informasi melalui pencarian dan penemuan bukti-bukti”. Dokumen-dokumen yang di kumpulkan akan membantu peneliti dalam memahami fenomena yang terjadi di lokasi penelitian dan membantu dalam membuat interpretasi data. Selain itu, dokumen dan data-data literer dapat membantu dalam menyusun teori dan melakukan validitas data.

F. Teknik Analisis Data

Suharsimi (2006:235) teknik analisis data adalah “Pengolahan data yang diperoleh dengan menggunakan rumus atau aturan-aturan yang ada sesuai dengan pendekatan penelitian”. Menurut Sugiono (2009:207) teknik analisis data adalah “Kegiatan setelah data dari seluruh responden atau sumber terkumpul”.

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif yaitu analisis yang digunakan untuk menganalisa data dengan cara mendiskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasinya.


(43)

Prosedur penelitian merupakan tahapan-tahapan yang ditempuh dalam penelitian dari awal sampai akhir. Tahapan persiapan yang terdiri dari pengumpulan informasi sampai pada bahan teori yang mendukung perumusan masalah penelitian ini. Tahap pelaksanaan, dimana peneliti dengan tujuan yang ingin dicapai yaitu kerangka teori dan hasil penelitian yang diharapkan mulai mengadakan observasi, survey dan pengumpulan data, penarikan kesimpulan, penyusunan laporan penelitian dan sampai memperbanyak laporan.

BAB IV PEMBAHASAN

A. Deskripsi Umum

Standar Akuntansi Keuangan merupakan kerangka acuan dalam prosedur yang berkaitan dengan penyajian laporan keuangan. Keberadaan SAK dibutuhkan untuk membentuk kesamaan prosedur dalam menjelaskan bagaimana laporan keuangan disusun dan disajikan, oleh karenanya standar laporan keuangan sangat berarti dalam hal kesatuan bahasa dalam menganalisa laporan-laporan keuangan bagi perusahaan, dana pensiun dan unit ekonomi lainya. Di Indonesia standar akuntansi keuangan tersebut dikenal dengan istilah Standar Akuntansi Keuangan (SAK) yang merupakan hasil perumusan Komite Prinsipil Akuntansi Indonesia pada tahun 1994 menggantikan Prinsip Akuntansi Indonesia tahun 1984. Standar Akuntansi Keuangan ini sendiri terdiri dari sebuah pernyataan kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan serta seperangkat standar akuntansi keuangan dengan 35 pernyataan. SAK ini mulai berlaku efektif tanggal 1 januari 1995. Sebagai pedoman penyusunan dan penyajian laporan keuangan SAK menjadi peraturan yang mengikat, sehingga pengertian yang bias terhadap suatu pos laporan keuangan dapat dihindari.


(44)

Karena saat ini standar akuntansi berbasis prinsip, maka diharapkan baik praktisi maupun akademisi di bidang akuntansi untuk sungguh-sungguh menguasai prinsip-prinsip akuntansi untuk melakukan judgement atas pencatatan transaksi. Hingga saat ini, masih banyak praktisi maupun akademisi yang masih menguasai akuntansi secara pragmatis. Konsep dan prinsip akuntansi tidak dikuasai dengan baik, yang dipentingkan hanyalah pemecahan praktis. Pola semacam ini harus segera ditinggalkan untuk menyambut era IFRS yang diawali pada tahun 2011(penerapan 15 PSAK dan 7 ISAK baru).

Tabel 3. Perbedaan SAK umum, SAK-ETAP, dan IFRS secara umum dapat digambarkan dengan tabel sebagai berikut:


(45)

26

No Elemen PSAK SAK ETAP IFRS

1 Penyajian Laporan Keuangan

 Laporan posisi keuangan

 Informasi yang disajikan dalam laporan posisi keuangan

 Pembedaan asset lancar dan tidak lancar

dan laibilitas jangka pendek dan jangka panjang

 Aset lancar

 Liabilitas jangka pendek

 Informasi yang disajikan dalam laporan

posisi keuangan atau catatan atas laporan keuangan  (Perubahan istilah di ED

PSAK 1: Neraca menjadi Laporan Posisi Keuangan,

 Sama dengan PSAK, kecuali informasi yang disajikan dalam neraca, yang menghilangkan pos:

 Aset keuangan

 Properti investasi yang diukur pada nilai wajar (ED PSAK 1)

 Aset biologi yang diukur pada biaya perolehan dan nilai wajar (ED PSAK 1)

 Kewajiban berbunga jangka panjang

 Aset dan kewajiban pajak tangguhan

 Kepentingan nonpengendalian


(46)

27

Kewajiban (laibility) menjadi (liabilitas)

2 Laporan Laba Rugi  Laporan laba rugi komprehensif.

 Informasi yang disajikan dalam laporan Laba Rugi Komprehensif.

 Laba rugi selama periode.

 Pendapatan komprehensif lain selama periode.

 Informasi yang disajikan dalam laporan laba rugi komprehensif atau catatan atas laporan keuangan

 Tidak sama dengan PSAK yang menggunakan istilah laporan laba rugi komprehensif, SAK ETAP menggunakan istilah laporan laba rugi.

3 Penyajian

Perubahan Ekuitas

 Sama dengan PSAK, kecuali untuk beberapa hal yang terkait pendapatan komprehensif lain. Laporan arus kas

 Arus kas operasi disajikan

 Terdapat pilihan penyajian sebagai pernyataan utama baik laporan laba rugi yang diakui dan beban atau laporan perubahan ekuitas yang mencakup


(47)

28

dengan metode tidak langsung

 Arus kas bunga & dividen, pajak penghasilan, dan transaksi nonkas

subtotal penghasilan dan beban.

 Menetapkan pengakuan dan pengukuran untuk pembayaran berbasis saham.

4 Catatan Atas Laporan Keuangan

 Catatan atas laporan keuangan

 Struktur

 Pengungkapan kebijakan Akuntansi

 Sumber estimasi ketidakpastian

 Modal (ED PSAK 1)

 Pengungkapan lain

 Sama dengan PSAK, kecuali pengungkapan modal.  Kebijakan akuntansi  Sumber estimasi

ketidakpastian

5 Laporan Arus Kas  Arus kas aktivitas operasi: metode langsung dan tidak langsung

 Arus kas aktivitas investasi

 Arus kas aktivitas pendanaan

 Arus kas mata uang asing

Sama dengan PSAK kecuali:

 Arus kas aktivitas operasi: metode tidak langsung

 Arus kas mata uang asing, tidak diatur.

 Sama dengan PSAK kecuali bahwa arus kas aktivitas operasi untuk perusahaan yang terdaftar tidak diharuskan


(48)

29

 Arus kas bunga dan dividen, pajak penghasilan, transaksi non-kas

langsung.

6 Laporan keuangan konsolidasi dan terpisah

 Persyaratan penyajian laporan keuangan konsolidasi

 Entitas bertujuan khusus

 Prosedur konsolidasi

 Laporan keungan tersendiri

 Laporan keuangan gabungan

Tidak diatur (Lihat Bab 12). Sama dengan PSAK

7 Kebijakan

akuntansi, estimasi, dan kesalahan

 PSAK 25 (Laba atau Rugi Bersih untuk periode Berjalan, Kesalahan Mendasar, dan Perubahan Kebijakan Akuntansi)

 Laba atau rugi bersih untuk Periode berjalan

 Kesalahan Mendasar

 Perubahan kebijakan Akuntansi

 Pemilihan dan penerapan

 SAK ETAP sudah maju satu langkah dibandingkan PSAK (tidak ada “kesalahan

mendasar” dan “laba atau rugi luar biasa”).

 Sama dengan PSAK kecuali tidak ada

penekanan bahwa hanya kesalahan yang mendasar yang dikoreksi.


(49)

30

kebijakan akuntansi

 Konsistensi dan perubahan kebijakan

 Akuntansi

 Perubahan Estimasi akuntansi

 Kesalahan.

 Pos luar biasa

 Laba atau rugi dari aktivitas normal

 Operasi yang tidak dilanjutkan

 Perubahan estimasi Akuntansi

 Penerapan suatu standar Akuntansi keuangan

 Perubahan kebijakan Akuntansi yang lain 8 Instrumen

Keuangan Dasar

 Ruang lingkup: aset dan kewajiban keuangan

 Instrumen keuangan dasar: Diklasifikasikan pada nilai wajar melalui laporan laba

Tidak diatur  Ruang lingkup: sama dengan PSAK.  Instrumen keuangan

dasar: Semua aset keuangan harus


(50)

31

rugi, dimiliki hingga jatuh tempo, tersedia untuk dijual, pinjaman dan pinjaman yang diberikan

Impairment menggunakan

incurred loss concept

Hedging dan derivatif

 Ruang lingkup: investasi pada efek tertentu

 Klasifikasi trading, held to

maturity, dan available for

sale.

diklasifikasikan menjadi pinjaman dan piutang, dimiliki hingga jatuh tempo, nilai wajar melalui laba rugi atau tersedia untuk dijual.

 Sebuah instrumen keuangan dapat ditunjuk pada awal pengakuan diukur sebagai salah satu nilai wajar melalui laba atau rugi jika kriteria tertentu terpenuhi.

9 Persediaan  Pengukuran persediaan

 Biaya persediaan

 Biaya pembelian

 Biaya konversi

 Biaya lain-lain

 Biaya persediaan pemberian

 Sama dengan PSAK. Kecuali tidak ada persediaan pialang komoditi.


(51)

32

jasa

 Teknik pengukuran biaya

 Rumus biaya

 Nilai realisasi bersih

 Pengakuan sebagai beban

 Pengungkapan 10 Investasi pada

perusahaan asosiasi dan entitas anak

 Ruang lingkup: entitas asosiasi

Metode akuntansi:

 Metode ekuitas yang dikonsolidasikan.

Model nilai wajar (ED PSAK 15)

 Ruang lingkup: entitas asosiasi dan entitas anak

 metode ekuitas dan tidak di konsolidasikan.

Sama dengan PSAK kecuali:  Ruang lingkup : untuk

semua jenis usaha.  Investor tidak menyusun

laporan konsolidasi.  Investor dapat menyususn

laporan keuangan tersendiri.

11 Investasi

pada perusahaan asosiasi dan entitas anak

Jointly controlled operation,

asset, and entity

 Metode akuntansi

 Metode konsolidasi proporsional

 Sama dengan PSAK kecuali metode akuntansi hanya menggunakan metode biaya dan tidak dikonsolidasikan.


(52)

33

 Metode ekuitas

 Model nilai wajar (ED PSAK 12 : PBA/PBO/PBE)

12 Property Investasi Metode akuntansi

 Model nilai wajar Model biaya

 Metode akuntansi: model biaya.

Sama dengan PSAK

13 Aset Tetap  Menggunakan pendekatan komponenisasi

 Pengukuran menggunakan model biaya atau model revaluasi

 Pengukuran biaya perolehan

 Pengakuan pengeluaran selanjutnya

 Penyusutan

 Tidak perlu review nilai residu, metode penyusutan, dan umur manfaat setiap akhir periode pelaporan, tetapi jika ada indikasi perubahan saja

Sama dengan PSAK kecuali:

 Tidak menggunakan

pendekatan komponenisasi.

 Revaluasi diijinkan jika dilakukan berdasarkan Peraturan Pemerintah. Hal ini mengacu ke PSAK 16 (1994)

 Tidak perlu review nilai residu.

 Umur manfaat terbatas.

Sama dengan PSAK kecuali:

 Masa manfaat, nilai sisa dan metode penyusutan harus direview minimum setiap tanggal neraca.

 Aktiva tetap dapat dinilai kembali.

 Biaya pembongkaran asset tetap dapat dikapitalisasi terhadap asset yang terkait.

 Perlakuan akuntansi untuk pertukaran asset tetap dilihat dari subtansi


(53)

34

komersial dari asset tersebut.

14 Asset Tidak Berwujud

 Prinsip umum untuk pengakuan

 Pengakuan awal, pengukuran selanjutnya

 Amortisasi selama umur manfaat atau 10 tahun Penurunan nilai

 Sama dengan PSAK, kecuali aset tidak berwujud yang diperoleh dari penggabungan usaha.

 Amortisasi tidak terbatas atau terbatas.

 Aktiva tidak berwujud mungkin akan dinilai kembali ke nilai wajar hanya jika ada pasar aktif.

 Menggunakan metode pembelian

 Goodwill dimaortisasi 5 tahun atau 20 tahun dengan

justifikasi manajemen

Tidak diatur  Mengakuisisi goodwill dan aktiva tak berwujud lainnya dengan tak terbatas dan tidak diamortisasi tetapi harus diuji untuk penurunan setidaknya setiap tahun. 15 Sewa  Mengatur perjanjian yang

mengandung sewa

 Klasifikasi sewa: indikator yang tidak perlu (pengalihan

 Mengakui sewa


(54)

35

 Klasifikasi bersifat principle based

 Laporan keuangan lessee dan

 Tidak mengatur perjanjian yang mengandung sewa (ISAK )

aset, opsi beli, min 75% umur ekonomis, min 90% nilai wajar, dan aset bersifat khusus)

dan kewajiban dalam neraca sebesar nilai sama dengan lebih rendah dari nilai wajar aset sewaan atau nilai sekarang dari pembayaran sewa

minimum, masing-masing ditentukan pada awal masa sewa.

 Mengatur perjanjian yang mengandung sewa.

lessor  Klasifikasi sewa: kombinasi

IFRS for SMEs dan SFAS 13

 Laporan keuangan lessee dan lessor menggunakan PSAK 30 (1990): Akuntansi SewaGuna Usaha


(55)

36

 Kewajiban kontinjensi

 Aset kontinjensi 16 Ekuitas  Penjelasan

 Akuntasi ekuitas untuk badan usaha bukan PT

 Akuntansi ekuitas untuk badan usaha berbentuk PT

 Reorganisasi

 Selisih penilaian kembali

Sama dengan PSAK, kecuali :

 Reorganisasi

 Selisih penilaian kembali

Sama dengan PSAK

17 Pendapatan  Penjualan barang

 Penjualan jasa

 Kontrak konstruksi

 Bunga, dividen dan royalti

 Lampiran kasus

pengakuan pendapatan (ED PSAK 23)

Sama dengan PSAK. Sama dengan PSAK

18 Biaya Pinjaman  Komponen biaya pinjaman

 Pengakuan dan kapitalisasi biaya pinjaman

 Biaya pinjaman langsung dibebankan


(56)

37

19 Penurunan Nilai Aset

 Penurunan nilai persediaan

 Penurunan nilai non-persediaan

 Penurunan nilai goodwill

Sama dengan PSAK, kecuali:

 Ruang lingkup yang meliputi semua jenis aset.

 Tidak mengatur penurunan nilai goodwill

 Ada tambahan penurunan nilai untuk pinjaman yang diberikan dan piutang yang menggunakan PSAK 31:AkuntansiPerbankan paragraf 16 dan 17.

Tidak diatur

20 Imbalan Kerja  Imbalan kerja jangka pendek

 Imbalan pasca kerja, untuk manfaat pasti menggunakan PUC

 Imbalan jangka panjang lainnya

Pesangon pemutusan kerja

 Sama dengan PSAK, kecuali untuk manfaat pasti

menggunakan PUC dan jika tidak bisa, menggunakan metode yang disederhanakan

Sama dengan PSAK kecuali :  Mengakui kenaikan

kewajiban untuk pasca- kerja selama tidak lebih dari lima tahun.

 Jika penerapan standar berkurang, kewajiban perusahaan diwajibkan


(57)

38

untuk mengakui penurunan segera.

21 Pajak Penghasilan  Menggunakan deferred tax concept

 Pengakuan dan pengukuran pajak kini

 Pengakuan dan pengukuran pajak tangguhan

 Menggunakan tax payable concept

 Tidak adapengakuan dan pengukuran pajaktangguhan

 Konsep pajak terutang (tax

liability concept)

Sama dengan PSAK kecuali :  Presentasi atau

pengungkapan item pendapatan dan beban bersih setelah pajak atau ditandai sebagai item pos luar biasa dalam laporan laba rugi atau catatan yang dilarang

22 Mata Uang Pelaporan

 Mata uang pencatatan dan pelaporan

 Mata uang fungsional

 Penentuan saldo awal

 Penyajian komparatif

 Perubahan mata uang pencatatan dan pelaporan

Sama dengan PSAK Mata Uang Pelaporan

 Mata uang fungsional

 Pelaporan transaksi mata uang asing dalam mata uang fungsional

 Perubahan mata uang

 Entitas dapat menyajikan laporan keuangan dalam mata uang selain mata uang fungsional.


(58)

39

fungsional (Pada prinsipnya sama)

 Dalam perpajakan mata uang yang digunakan adalah Rupiah.

23 Peristiwa setelah akhir periode pelaporan

 Peristiwa yang memerlukan penyesuaian

 Peristiwa yang tidak memerlukan penyesuaian

Sama dengan PSAK  Klasifikasi kewajiban dalam kasus-kasus tertentu mencerminkan neraca pasca perjanjian.

24 Pengungkapan pihak-pihak yang mempunyai hubung an istimewa

 Pengertian pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa

 Pengungkapan

Sama dengan PSAK 7 Sama dengan PSAK

25 Aktivitas Khusus  Akuntansi perkoperasian

 Akuntansi minyak dan gas bumi

 Akuntansi pertambangan umum


(59)

40

 Akuntansi perusahaan efek

 Akuntansi reksa dana

 Akuntansi perbankan dan asuransi

26 Ketentuan Transisi  Retrospektif atau prospektif

(jika tidak praktis) yang diterapkan secara

prospective catchup

(dampak ke saldo laba)

 Perpindahan dari dan ke SAK-ETAP

27 Tanggal Efektif  Berlaku efektif untuk laporan

keuangan yang dimulai pada tanggal 1 Januari 2011, penerapan dini 1 Januari 2010


(60)

B. Ruang Lingkup Perbedaan SAK umum, SAK-ETAP dan IFRS

1. Penyajian Laporan Keuangan.

Secara umum penyajian laporan keuangan PSAK umum, SAK-ETAP dan IFRS hampir sama yaitu dalam penyajian laporan lengkap terdiri dari:

a. Laporan posisi keuangan; b. Laporan laba rugi;

c. Laporan pendapatan komprehensif (kecuali untuk SAK-ETAP) d. Laporan perubahan ekuitas;

e. Laporan arus kas, dan

f. Catatan atas laporan keuangan, termasuk kebijakan akuntansi.

Nama menjadi Laporan Posisi Keuangan (Neraca), tambahan neraca untuk sinkronisasi dengan regulasi di Indonesia. Perubahan definisi-definisi seperti Kewajiban menjadi Liabilitas dan hak minoritas menjadi kepentingan nonpengendali (non-controlling interest) Penyajan kepentingan non pengendali sebagai bagian ekuitas dan bagian laba bukan sebagai pengurang laba. LK konsolidasian Laporan keuangan awal periode (dari periode sajian) untuk penyajian retroaktif. Urutan penyajian laporan keuangan dalam ilustrasi menurut PSAK 1 berbeda dengan IAS 1 (Aset tidak lancar).

Dalam PSAK umum dan IFRS perubahan penulisan neraca menjadi laporan posisi keuangan tetapi dalam SAK-ETAP tidak ada perubahan penulisan. PSAK 1 (revisi 2009) diadopsi dari IAS 1. Dalam IAS 1, penyajian dalam neraca aset diurutkan dari non current asset diikuti dengan current asset. Sedangkan di Indonesia penyajian diurutkan berdasar likuiditas (current asset diikuti dengan non current asset). Perubahan dalam adopsi dikarenakan dalam IAS 1, urutan penyajian bukan merupakan suatu hal yang wajib. Penyajian neraca dalam SAK-ETAP menghilangkan pos-pos :


(61)

b. Properti investasi yang diukur pada nilai wajar (ED PSAK 1).

c. Aset biolojik yang diukur pada biaya perolehan dan nilai wajar (ED PSAK 1) d. Kewajiban berbunga jangka panjang.

e. Aset dan kewajiban pajak tangguhan. f. Kepentingan non pengendalian.

Tabel 4. Laporan posisi keuangan PSAK 1

ASET LIABILITAS

Aset Lancar Liabilitas Jangka Pendek Aset tidak Lancar Liabilitas Jangka Panjang

Ekuitas

Hak Non Pengendali

Ekuitas yang dapat diatribusikan ke pemilik entitas induk

Tabel 5. Laporan posisi keuangan IAS 1 (IFRS 1)

ASET Ekuitas

Aset tidak Lancar Hak Non Pengendali

Aset Lancar Ekuitas yang dapat diatribusikan ke pemilik entitas induk

Liabilitas

Liabilitas Jangka Pendek Liabilitas Jangka Panjang


(62)

2. Laporan Laba Rugi

Dalam SAK umum laporan Laba rugi menjadi Laporan Laba Rugi Komprehensif. Penyajian laporan laba rugi dengan memasukkan unsur laba komprehensif Laba dialokasikan untuk pemegang saham minoritas dan mayoritas. Ketentuan minimum item dalam laporan laba rugi. Klasifikasi beban berdasarkan fungsi dan sifat, jika disajikan berdasarkan fungsi ada pengungkapan berdasarkan sifat penyajian pos luar biasa tidak diperkenankan lagi.

Laporan laba rugi perusahaan disajikan sedemikian rupa yang menonjolkan berbagai unsur kinerja keuangan yang diperlukan bagi penyajian secara wajar. Laporan laba rugi minimal mencakup pos-pos berikut :

a. Pendapatan b. Biaya keuangan

c. Bagian laba rugi dari entitas social dan joint venture yang dicatat dengan metode ekuitas

d. Beban pajak

e. Suatu jumlah tunggal yang mencangkup total dari: 1) Laba rugi setelah pajak dari operasi yang dihentikan

2) Keuntungan atau kerugian setelah pajak yang diakui dengan pengukuran nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual atau dari pelepasan asset atau kelompok yang dilepaskan dalam rangka operasi yang dihentikan.

f. Laba rugi

g. Setiap komponen pendapatan komprehensif lain yang diklasifikasikan seseuai dengan sifat

h. Bagian pendapatan komprehensif lain dari entitas social joint venture yang dicatat dengan metode ekuitas.

Informasi dalam Laba Rugi Komprehensif

a. Ketika pos-pos pendapatan atau bernilai material, maka entitas mengungkapkan sifat dan jumlah yang terpisah.


(63)

b. Entitas menyajikan analisis beban yang diakui dalam laba rugi dengan menggunakan klasifikasi berdasarkan sifat atau fungsinya dalam entitas mana yang lebih andal dan relevan.

Tidak sama dengan PSAK yang menggunakan istilah laporan laba rugi komprehensif, SAK-ETAP menggunakan istilah laporan laba rugi.

3. Penyajian Perubahan Ekuitas. PSAK umum

a. Menunjukkan total laba rugi komprehensif selama suatu periode yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk dan pihak non pengendali.

b. Untuk tiap komponen ekuitas pengaruh penerapan retospektif .

c. Rekonsiliasi antara saldo awal dan akhir periode yang timbul dari laba, pos pendapatan komprehensif dan transaksi dengan pemilik.

d. Jumlah deviden yang diatribusikan kepada pemilik dan nilai dari dividen per saham diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan.

Ruang lingkup ekuitas diatur untuk : a. Perusahaan BUMN,

b. Perusahaan swasta c. Koperasi sesuai UU-RI SAK-ETAP

Dalam SAK-ETAP terdapat perbedaan dengan PSAK umum yaitu hal-hal yang berkaitan dengan pendapatan komprehensif. Arus kas koperasi disajikan dengan metode tidak langsung.

4. Catatan Atas Laporan Keuangan

a. Dalam SAK umum disajikan informasi dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan akuntansi yang menjadi dasar pengukuran, kebijakan yang relevan, asumsi dalam estimasi. Sedangkan SAK-ETAP dasar pengukuran yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan. Kebijakan akuntansi lain yang digunakan yang relevan untuk memahami laporan keuangan.


(64)

b. Mengungkapkan informasi yang disyaratkan SAK yang tidak disajikan dibagian manapun dalam laporan keuangan.

c. Memberikan informasi yang tidak disajikan dibagian manapun dalam laporan keuangan, tetapi informasi tersebut relevan untuk memahami laporan keuangan.

d. Sepanjang dalam penyajian laporan keuangan di nilai sangat praktis, penyajian laporan keuangan disajikan secara sistematis.

e. Membuat referensi silang atas setiap pos untuk informasi yang berhubungan dalam catatan atas laporan keuangan.

f. Sumber estimasi dalam SAK-ETAP entitas harus mengungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan tentang informasi mengenai asumsi pokok tentang masa depan dan sumber pokok lain untuk mengestimasi ketidakpastian pada akhir periode pelaporan.

Pengungkapan lain dakam SAK umum:

a. Jumlah deviden diumumkan sebelum penyelesaian laporan keuangan. b. Jumlah deviden preferen yang tidak diakui.

5. Laporan Arus Kas

Laporan arus kas yang diatur dalam SAK umum pada aktivitas operasinya menggunakan metode langsung dan tidak langsung, untuk perusahaan yang terdaftar diharuskan menggunakan metode langsung,sedangkan dalam IFRS 7 untuk perusahaan yang terdaftar tidak harus menggunakan metode langsung. SAK-ETAP metode yang digunakan adalah metode tidak langsung. Hal ini dikarenakan arus kas pada umumnya berasal dari transaksi dan peristiwa dan kondisi lain yang mempengaruhi penetapan laba atau rugi.

6. Laporan Keuangan Konsolidasi dan Terpisah Prosedur laporan keuangan konsolidasi:


(1)

commit to user

manfaat pasti menggunakan

PUC (

Project Unit Credit

).

Imbalan jangka panjang

lainnya.

Pesangon pemutusan kerja.

Imbalan berbasis ekuitas

tidak bisa, menggunakan

metode yang

disederhanakan.

Pajak

Penghasilan

Menggunakan konsep pajak

tangguhan.

Penagkuan dan pengukuran

pajak kini.

Pengakuan dan pengukuran

pajak tangguhan

Menggunakan konsep

hutang pajak

Tidak ada pengakuan dan

pengukuran pajak

tangguhan.

Adanya SAK umum, SAK-ETAP, dan IFRS akan memudahkan bagi

perusahaan atau entitas untuk menyusun laporan keuangan sesuai dengan aturan pada

masing entitas, sehingga suatu perusahaan atau entitas mempunyai proporsi laporan

keuangan yang sesuai dan memudahkan bagi pengguna laporan keuangan untuk

memahaminya. Untuk entitas yang berakuntabilitas publik menerapkan SAK umum

yaitu semua pelaku ekonomi di seluruh Indonesia contoh PT Multipolar Corporation

merupakan perusahaan publik yang bergerak dibidang jasa, perdagangan dan kegiatan

impor yang dapat dibandingkan langsung melalui laporan keuangan (dilampirkan).

Laporan keuangan yang berbasis IFRS penggunanya yaitu Emiten, perusahaan

publik, perbankan, asuransi, dan BUMN. Sebagai contoh perusahaan yang bersekala

internasional yang telah menerapkan IFRS secara penuh di tahun 2011 ini adalah PT

Garuda Indonesia, diamana laporan keuangan (dilampirkan) GA di audit langsung

oleh suatu departemen oleh konsultan keuangan khusus IFRS dan didaftarkan di

Bursa Efek Indonesia. Disisi lain tujuan konvergensi IFRS adalah agar laporan

keuangan berdasarkan PSAK tidak memerlukan rekonsiliasi dengan laporan

keuangan berdasarkan IFRS dan kalaupun ada diupayakan hanya relatif sedikit

sehingga pada akhirnya laporan auditor menyebut kesesuaian dengan IFRS, dengan


(2)

commit to user

demikian diharapkan meningkatkan kegiatan investasi secara global, memperkecil

biaya modal (

cost of capital

) serta lebih meningkatkan transparansi perusahaan dalam

penyusunan laporan keuangan. sedangkan untuk entitas yang tidak berakuntabilitas

publik menerapkan SAK-ETAP.

Untuk UMKM pentingnya akuntansi bagi UMKM pengelolaan dana

merupakan faktor kunci dalam keberhasilan UMKM. Kekurang-cermatan dalam

pengelolaan laporan keuangan akan menyebabkan wirausahawan mencampurkan

dana usaha dan dana pribadi. Pengelolaan dana yang buruk dapat mengakibatkan

UMKM tidak dapat mencegah, mendeteksi maupun mengoreksi tindak kecurangan

yang terjadi. Oleh karena itu, hal yang dapat dimaklumi jika lembaga pemberian

kredit selalu mensyaratkan UMKM bagi calon penerima kredit untuk menyampaikan

informasi laporan keuangan. Dengan aplikasi ilmu akuntansi dan manajemen

keuangan yang baik, pemilik UMKM dapat melihat kinerja perusahaan melalui

laporan keuangan yang dibuat. Kinerja tersebut dapat diinterpresentasikan dalam

output yang berbentuk financial statement (laporan laba rugi, neraca, perubahan

ekuitas dan arus kas). Sebagai contoh laporan keuangan perusahaaan PD. Matahari

dimana PD tersebut telah menyajikan laporan keuangan privat yaitu untuk

kepentingan diri sendiri dan tidak di publikasikan. Untuk entitas tanpa akuntabilitas

publik, kebanyakan manfaat laporan keuangan adalah untuk pemilik. Dalam hal ini,

penerapan persyaratan SAK (yang konvergen dengan IFRSs) untuk entitas tanpa

akuntabilitas publik akan menghabiskan banyak biaya yang tidak akan sebanding

dengan manfaatnya. Seperti misalnya pengukuran dengan nilai wajar, atau

persyaratan pengungkapan informasi yang cukup banyak. Pengaturan dalam SA-

ETAP berdasarkan pada prinsip pervasif. Dalam prinsip ini, Kerangka Dasar

Penyajian dan Pelaporan Keuangan (KDPPLK) yang dalam SAK bukan merupakan

bagian dari standar, dijadikan bagian dari standar ETAP yang memiliki kekuatan

mengatur. Selain itu, SAK-ETAP masih menggunakan konsep biaya historis

(

historical cost

).


(3)

commit to user

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A.

Simpulan

Penelitian ini bertujuan untuk menjawab dua rumusan masalah. Pertanyaan

penelitian pertama pertama yaitu perbedaan ruang lingkup antara ETAP,

Umum, dan IFRS. Dari hasil penelitian terdapat perbedaan antara SAK umum,

SAK-ETAP dan IFRS dengan adanya pembagian standar akuntansi keuangan umum (SAK

umum) menjadi SAK-ETAP dan SAK Penuh (Perusahaan dengan akuntabilitas

publik), maka dikenal pembagian kelompok perusahaan yaitu entitas tanpa

akuntabilitas publik (ETAP) dan entitas dengan akuntabilitas publik. Entitas

berakuntabilitas publik ini juga mencakup perusahaan

go public

di Bursa Efek

Indonesia. Sedangkan SAK-ETAP sendiri lebih mengarah (tapi tidak hanya

mencakup) perusahaan dengan skala kecil dan menengah yang kesulitan menerapkan

SAK umum secara menyeluruh. Adanya pemisahan tersebut disebabkan oleh

konvergensi SAK umum ke

full

IFRS dengan tujuan untuk meminimalkan perbedaan

antara SAK Indonesia dan IFRS sehingga laporan keuangan akan lebih mudah

dipahami dan juga meningkatkan kualitas keterbandingan (

comparability

) terutama

oleh user dari berbagai negara. Dengan kata lain, menganggap perbedaan antara SAK

umum Indonesia dan IFRS masih tetap ada, namun konvergensi ke

full

IFRS

meminimalkan perbedaan sehingga dapat memudahkan pembaca dalam memahami

laporan keuangan tersebut.

Tingginya jumlah UMKM, lemahnya akses ke perbankan serta hadirnya

program konvergensi IFRS menuntut timbulnya SAK-ETAP. SAK-ETAP ini sesuai

dengan anjuran World Bank, yang menyatakan bahwa tiap negara, minimum

mempunyai dua standar akuntansi (standar untuk perusahaan publik dan standar

untuk entitas non publik), pengguna PSAK umum adalah entitas publik, sebagai

pelaku ekonomi di seluruh Indonesia yang wajib patuh dan menerapkannya sesuai


(4)

commit to user

undang-undang yang berlaku. Kehadiran IFRS untuk memberikan informasi yang

relevan bagi user laporan keuangan Indonesia namun belum sepenuhnya diterapkan

di Indonesia hal ini sangat menguntungkan bagi perusahaan di Indonesia. Dengan

adanya IFRS yang telah diadopsi di Indonesia akan memberi manfaat untuk

meningkatkan kualiatas SAK di Indonesia. Berikut ini manfaat IFRS untuk laporan

keuangan di Indonesia :

1.

Meningkatkan daya banding laporan keuangan.

2.

Memberikan informasi yang berkualitas di pasar modal internasional

3.

Menghilangkan hambatan arus modal internasional dengan mengurangi

perbedaan dalam ketentuan pelaporan keuangan.

4.

Mengurangi biaya pelaporan keuangan bagi perusahaan multinasional dan biaya

untuk analisis keuangan bagi para analis.

5.

Meningkatkan kualitas pelaporan keuangan menuju

“best practise”.

Namun ada juga permasalahan yang timbul dalam implementasi dan adopsi

IFRS sebagai berikut:

1.

Translasi Standar Internasional

2.

Ketidaksesuaian Standar Internasional dengan Hukum Nasional

3.

Struktur dan Kompleksitas Standar Internasional

4.

Frekuensi Perubahan dan Kompleksitas Standar Internasional

5.

Tingkat implementasi standar yang belum optimal

Pertanyaan penelitian yang kedua adalah bagaimana perbedaan penerapan

antara SAK-ETAP, SAK Umum, dan IFRS. Pada umumnya SAK umum

penggunanya seluruh entitas berakuntabilitas publik serta semua pelaku ekonomi di

seluruh Indonesia. SAK-ETAP ditujukan bagi entitas tanpa akuntabilitas publik

dimana laporan keuangan mengikuti SAK-ETAP yang berlaku, laporan keuangan

untuk perusahaan sekala kecil dan menengah yang lebih sederhana dan tentunya lebih

mudah untuk membuat laporan keuangan. IFRS diterapkan bagi perusahaan yang


(5)

commit to user

sudah bersekala internasional, dimana laporan keuangan keuangan global yang harus

digunakan.

B.

Implikasi

Implikasi hasil penelitian dapat penulis kemukakan sebagai berikut:

1.

Implikasi

Teoritis

Kesimpulan dari penelitian dapat digunakan untuk memperkuat kajian teori

peranan laporan keuangan yang berlaku di Indonesia yang harus diterapkan oleh

perusahaan untuk menyusun laporan keuangan. Adanya perbedaan dalam laporan

keuangan sesuai dengan entitas yang ada dan disesuaikan dengan standar akuntansi

yang digunakan. Indonesia sendiri mempunyai tiga standar akuntansi yaitu SAK

umum, SAK-ETAP, dan SAK syariah. Namun pada tahun 2011 ini SAK umum telah

berbasis ke IFRS dimana laporan keuangan internasional yang berlaku.

2.

Implikasi Praktis

Secara praktis hasil penelitian ini memberikan implikasi bahwa dalam

membuat laporan keuangan harus menerapkan kriteria berupa konsep SAK umum,

SAK-ETAP, dan IFRS. Dalam pengadopsian IFRS ke SAK umum di Indonesia

banyak keuntungannya misalnya laporan keuangan perusahaan Indonesia diakui oleh

dunia namun juga ada kendala misalnya tingkat penerapan yang belum optimal. Serta

SAK-ETAP yang telah di konsep sedemikan rupa untuk memudahkan UMKM

dalam membuat laporan keuangan.

C.

Saran

Dibagian ini penulis akan memberikan saran-saran yang mungkin berguna

bagi pembaca sebagai bahan perbaikan-perbaikan di masa yang akan datang. Pada


(6)

commit to user

penelitian ini hanya mengenai perbedaan konsep dan perbedaan penerapan SAK

umum, SAK-ETAP, dan IFRS penelitian yang akan datang seharusnya mengakaji

lebih dalam lagi tentang konsep serta penerapan standar akuntansi yang ada di

Indonesia yang tentunya akan lebih berkembang lagi dan membahasnya secara lebih

kompleks. Penelitian yang akan datang di harapkan dapat meneliti mengenai laporan

keuangan SAK umum, SAK-ETAP, dan IFRS dapat memberikan contoh laporan

keuangan di berbagai perusahaan di segala bidang. Kemudian peneliti harus

mengadakan penelitian dengan mengguankan metode-metode lain yang sesuai

sehingga peneliti lebih mengeksplore informasi yang didapat. Peneliti harus lebih

memahami bagian-bagian dari SAK umum, SAK-ETAP dan IFRS secara lebih

mendalam agar hasil yang disajikan dapat maksimal.


Dokumen yang terkait

EVALUASI PENERAPAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN ENTITAS TANPA AKUNTABILITAS PUBLIK (SAK ETAP) PADA ALMAHA GARMENT & EMBROIDERY GRESIK

1 29 14

Rancangan penerapan standar akuntansi keuangan entitas tanpa akuntabilitas publik (SAK ETAP) pada Usaha Kecil Dan Menengah (UKM): studi kasus pada konveksi As- Shaqi Pamulang

1 71 107

Implementasi laporan keuangan sesuai SAK ETAP(Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik) pada CV.Sapta Putra Mekar

10 71 68

PENERAPAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN ENTITAS TANPA AKUNTABILITAS PUBLIK (SAK ETAP) PADA KOPERASI SIMPAN PINJAM SYARIAH (KSPS).

0 4 18

Ilustrasi Implementasi Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (Sak Etap) sebagai Pedoman Pelaporan Keuangan pada CV Indo Karya.

1 3 18

ANALISIS PENERAPAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN ENTITAS TANPA AKUNTABILITAS PUBLIK (SAK ETAP) (STUDI KASUS PADA KOPERASI BATARI SOLO).

0 0 15

Modul & Presentasi - LEARN SAK ETAP

0 0 28

PEMAHAMAN PENGURUS KOPERASI TENTANG STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN ENTITAS TANPA AKUNTABILITAS PUBLIK (SAK ETAP) - Perbanas Institutional Repository

0 0 15

PEMAHAMAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN ENTITAS TANPA AKUNTABILITAS PUBLIK (SAK ETAP) PADA PEGAWAI BANK PERKREDITAN RAKYAT PEMAHAMAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN ENTITAS TANPA AKUNTABILITAS PUBLIK (SAK ETAP) PADA PEGAWAI BANK PERKREDITAN RAKYAT

0 0 15

PENERAPAN LAPORAN KEUANGAN BERDASARKAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN ENTITAS TANPA AKUNTABILITAS PUBLIK (SAK ETAP) CV. ISTANA KOMPUTER PALEMBANG -

1 2 92