Keluarga Sejahtera Tahap III Plus Keluarga Miskin. Keluarga miskin sekali. Kerangka Pemikiran

3. Seluruh anggota keluarga memperoleh paling kurang satu stel pakaian baru per tahun. 4. Luas lantai rumah paling kurang delapan meter persegi tiap penghuni rumah. 5. Seluruh anggota keluarga dalam 3 bulan terakhir dalam keadaan sehat. 6. Paling kurang 1 satu orang anggota keluarga yang berumur 15 tahun keatas mempunyai penghasilan tetap 7. Seluruh anggota keluarga yang berumur 10-60 tahun bisa membaca tulisan latin. 8. Seluruh anak berusia 5 - 15 tahun bersekolah pada saat ini. 9. Bila anak hidup 2 atau lebih, keluarga yang masih pasangan usia subur memakai kontrasepsi kecuali sedang hamil

d. Keluarga Sejahtera Tahap III

yaitu keluarga yang memenuhi syarat 1 sampai 9 dan dapat pula memenuhi syarat 1 sampai 7, syarat pengembangan keluarga yaitu : 1. Mempunyai upaya untuk meningkatkan pengetahuan agama. 2. Sebagian dari penghasilan keluarga dapat disisihkan untuk tabungan keluarga untuk tabungan keluarga. 3. Biasanya makan bersama paling kurang sekali sehari dan kesempatan itu dimanfaatkan untuk berkomunikasi antar anggota keluarga. 4. Ikut serta dalam kegiatan masyarakat di lingkungan tempat tinggalnya. 5. Mengadakan rekreasi bersama diluar rumah paling kurang 1 kali6 bulan. 6. Dapat memperoleh berita dari surat kabarTVmajalah. 7. Anggota keluarga mampu menggunakan sarana transportasi yang sesuai dengan kondisi daerah setempat.

e. Keluarga Sejahtera Tahap III Plus

Keluarga yang dapat memenuhi kriteria diatas dan dapat pula memenuhi kriteria- Universitas Sumatera Utara kriteria pengembangan keluarganya yaitu : 1. Secara teratur atau pada waktu tertentu dengan sukarela memberikan sumbangan bagi kegiatan sosial masyarakat dalam bentuk materiil. 2. Kepala Keluarga atau anggota keluarga aktif sebagai pengurus perkumpulanyayasaninstitusi masyarakat.

f. Keluarga Miskin.

adalah keluarga Pra Sejahtera alasan ekonomi dan KS - I karena alasan ekonomi tidak dapat memenuhi salah satu atau lebih indikator yang meliputi : a. Paling kurang sekali seminggu keluarga makan dagingikantelor. b. Setahun terakhir seluruh anggota keluarga memperoleh paling kurang satu stel pakaian baru. c. Luas lantai rumah paling kurang 8 M2 untuk tiap penghuni.

g. Keluarga miskin sekali.

adalah keluarga Pra Sejahtera alasan ekonomi dan KS - I karena alasan ekonomi dapat memenuhi salah satu atau lebih indikator yang meliputi : a. Pada umumnya seluruh anggota keluarga makan 2 kali sehari atau lebih. b. Anggota keluarga memiliki pakaian berbeda untuk dirumah, bekerjasekolah dan bepergian. c. Bagian lantai yang terluas bukan dari tanah. 2.3 Sistem Ekonomi Kerakyataan 2.3.1 Konsepsi Sistem Ekonomi Kerakyatan Banyak referensi yang menuntun kearah pemikiran sistem ekonomi kerakyatan. Bacaan utama tentu saja beberapa buku Hatta, Sri Edi Swasono, Mubyarto, Edy Suandi hamid, dan Revrisond baswir. Kumpulan tulisan yang tersebar di Pusat Studi Ekonomi Pancasila Pusat STudi Ekonomi Kerakyatan, Universitas Sumatera Utara juga menjadi bahan bacaan rujukan. Uraian rinci dan sistematis di bawah ini di ambil dari Akademic Paper Forum Rektor Bidang Ekonomi tahun 2007. 2.3.2 Pengertian Sistem Ekonomi dan Keadilan Sosial 1 Sistem ekonomi merupakan keseluruhan lembaga pranata ekonomi yang hidup dalam suatu masyarakat yang dijadikan acuan oleh masyarakat tersebut dalam mencapai tujuan ekonomi yang telah ditetapkan. Sedangkan yang dimaksud dengan lembaga institution adalah organisasi atau kaidah ekonomi, baik formal maupun informal yang mengatur perilaku dan tindakan anggota masyarakat tertentu baik dalam melakukan kegiatan rutin sehari-hari maupun dalam mencapai suatu tujuan ekonomi tertentu Hamid: 2006. 2 Setiap kelompok masyarakat pada tataran yang lebih kompleks membentuk negara bangsa pasti memiliki sebuah sistem ekonomi, yaitu konsepsi ekonomi suatu negara untuk mengatasi beberapa persoalan, seperti; - barang apa yang seharusnya dihasilkan; - bagaimana cara menghasilkan barang itu; dan - untuk siapa barang tersebut dihasilkan atau bagaimana barang tersebut didistribusikan kepada masyarakat. Jawaban atas ketiga pertanyaan tersebut akan menentukan sistem ekonomi sebuah negara Hudiyanto, 2002.

2.3.3 Pengertian Sistem Ekonomi Kerakyatan

Ekonomi kerakyatan adalah tatalaksana ekonomi yang bersifat kerakyatan yaitu penyelenggaraan ekonomi yang memberi dampak kepada kesejahteraan Universitas Sumatera Utara rakyat kecil dan kemajuan ekonomi rakyat, yaitu keseluruhan aktivitas perekonomian yang dilakukan oleh rakyat kecil.

2.3.4 Landasan Konstitusional Sistem Ekonomi Kerakyatan

Sistem Ekonomi Kerakyatan merupakan sistem ekonomi yang mengacu pada amanat konstitusi nasional, sehingga landasan konstitusionalnya adalah produk hukum yang mengatur terkait dengan perikehidupan ekonomi nasional yaitu: 1 Pancasila Sila Ketuhanan, Sila Kemanusiaan, Sila Persatuan, Sila Kerakyatan, dan Sila Keadilan Sosial 2 Pasal 27 ayat 2 UUD 1945: “Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”. 3 Pasal 28 UUD 1945: ““Kemerdekaan bersrikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tertulis dan sebagainya ditetapkan dengan Undang- undang.” 4 Pasal 31 UUD 1945: “Negara menjamin hak setiap warga negara untuk memperoleh pendidikan” 5 Pasal 33 UUD 1945: - Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan. Universitas Sumatera Utara - Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara. - Bumi dan air dan kekayaan yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. 6. Pasal 34 UUD 1945: Fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara.

2.3.5 Nilai-Nilai Dasar Sistem Ekonomi Kerakyatan

Sistem Ekonomi Kerakyatan mengacu pada nilai-nilai Pancasila sebagai sistem nilai bangsa Indonesia yang tujuannya adalah mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia dengan salah satu unsur intrinsiknya adalah Ekonomi Pancasila Mubyarto: 2002 yang nilai-nilai dasar sebagai berikut 1. Ketuhanan, di mana “roda kegiatan ekonomi bangsa digerakkan oleh rangsangan ekonomi, sosial, dan moral 2. Kemanusiaan, yaitu : “kemerataan sosial, yaitu ada kehendak kuat warga masyarakat untuk mewujudkan kemerataan sosial, tidak membiarkan terjadi dan berkembangnya ketimpangan ekonomi dan kesenjangan sosial”. 3. Kepentingan Nasional Nasionalisme Ekonomi, di mana “nasionalisme ekonomi; bahwa dalam era globalisasi makin jelas adanya urgensi terwujudnya perekonomian nasional yang kuat, tangguh, dan mandiri”. Universitas Sumatera Utara 4. Kepentingan Rakyat Banyak Demokrasi ekonomi : “demokrasi ekonomi berdasar kerakyatan dan kekeluargaan; koperasi dan usaha-usaha kooperatif menjiwai perilaku ekonomi perorangan dan masyarakat”. 5. Keadilan Sosial, yaitu : “keseimbangan yang harmonis, efisien, dan adil antara perencanaan nasional dengan desentralisasi ekonomi dan otonomi yang luas, bebas, dan bertanggungjawab, menuju pewujudan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”.

2.3.6 Ciri Sistem Ekonomi Kerakyatan

1. Peranan vital negara pemerintah

Sebagaimana ditegaskan oleh Pasal 33 ayat 2 dan 3 UUD 1945, negara memainkan peranan yang sangat penting dalam sistem ekonomi kerakyatan. Peranan negara tidak hanya terbatas sebagai pengatur jalannya roda perekonomian. Melalui pendirian Badan-badan Usaha Milik Negara BUMN, yaitu untuk menyelenggarakan cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak, negara dapat terlibat secara langsung dalam penyelenggaraan berbagai kegiatan ekonomi tersebut. Tujuannya adalah untuk menjamin agar kemakmuran masyarakat senantiasa lebih diutamakan daripada kemakmuran orang seorang, dan agar tampuk produksi tidak jatuh ke tangan orang seorang, yang memungkinkan ditindasnya rakyat banyak oleh segelintir orang yang berkuasa. Universitas Sumatera Utara

2. Efisiensi ekonomi berdasar atas keadilan, partisipasi, dan keberlanjutan

Tidak benar jika dikatakan bahwa sistem ekonomi kerakyatan cenderung mengabaikan efisiensi dan bersifat anti pasar. Efisiensi dalam sistem ekonomi kerakyatan tidak hanya dipahami dalam perspektif jangka pendek dan berdimensi keuangan, melainkan dipahami secara komprehensif dalam arti memperhatikan baik aspek kualitatif dan kuantitatif, keuangan dan non-keuangan, maupun aspek kelestarian lingkungan. Politik ekonomi kerakyatan memang tidak didasarkan atas pemerataan, pertumbuhan, dan stabilitas, melainkan atas keadilan, partisipasi, dan keberlanjutan.

3. Mekanisme alokasi melalui perencanaan pemerintah, mekanisme pasar, dan kerjasama kooperasi

Mekanisme alokasi dalam sistem ekonomi kerakyatan, kecuali untuk cabang- cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak, tetap di dasarkan atas mekanisme pasar. Tetapi mekanisme pasar bukan satu-satunya. Selain melalui mekanisme pasar, alokasi juga didorong untuk diselenggaran melalui mekanisme usaha bersama koperasi. Mekanisme pasar dan koperasi dapat diibaratkan seperti dua sisi dari sekeping mata uang yang sama dalam mekanisme alokasi sistem ekonomi kerakyatan.

4. Pemerataan penguasaan faktor produksi

Sejalan dengan amanat penjelasan pasal 33 UUD 1945, penyelenggaraan pasar dan koperasi dalam sistem ekonomi kerakyatan harus dilakukan dengan terus menerus melakukan penataan kelembagaan, yaitu dengan cara memeratakan Universitas Sumatera Utara penguasaan modal atau faktor-faktor produksi kepada segenap lapisan anggota masyarakat. Proses sistematis untuk mendemokratisasikan penguasaan faktor-faktor produksi atau peningkatan kedaulatan ekonomi rakyat inilah yang menjadi substansi sistem ekonomi kerakyatan.

5. Koperasi sebagai sokoguru perekonomian

Dilihat dari sudut Pasal 33 UUD 1945, keikutsertaan anggota masyarakat dalam memiliki faktor-faktor produksi itulah antara lain yang menyebabkan dinyatakannya koperasi sebagai bangun perusahaan yang sesuai dengan sistem ekonomi kerakyatan. Sebagaimana diketahui, perbedaan koperasi dari perusahaan perseroan terletak pada diterapkannya prinsip keterbukaan bagi semua pihak yang mempunyai kepentingan dalam lapangan usaha yang dijalankan oleh koperasi untuk turut menjadi anggota koperasi.

6. Pola hubungan produksi kemitraan, bukan buruh-majikan

Pada koperasi memang terdapat perbedaan mendasar yang membedakannya secara diametral dari bentuk-bentuk perusahaan yang lain. Di antaranya adalah pada dihilangkannya pemilahan buruh-majikan, yaitu diikutsertakannya buruh sebagai pemilik perusahaan atau anggota koperasi. Sebagaimana ditegaskan oleh Bung Hatta, Pada koperasi tak ada majikan dan tak ada buruh, semuanya pekerja yang bekerjasama untuk menyelenggarakan keperluan bersama. Karakter utama ekonomi kerakyatan atau demokrasi ekonomi pada dasarnya terletak pada dihilangkannya watak individualistis dan kapitalistis dari wajah perekonomian Indonesia. Secara mikro hal itu antara lain berarti diikutsertakannya pelanggan dan buruh sebagai Universitas Sumatera Utara anggota koperasi atau pemilik perusahaan. Sedangkan secara makro hal itu berarti ditegakkannya kedaulatan ekonomi rakyat dan diletakkannya kemakmuran masyarakat di atas kemakmuran orang seorang.

7. Kepemilikan saham oleh pekerja

Diangkatnya kerakyatan atau demokrasi sebagai prinsip dasar sistem perekonomian Indonesia, prinsip itu dengan sendirinya tidak hanya memiliki kedudukan penting dalam menentukan corak perekonomian yang harus diselenggarakan oleh negara pada tingkat makro. Ia juga memiliki kedudukan yang sangat penting dalam menentukan corak perusahaan yang harus dikembangkan pada tingkat mikro. Perusahaan hendaknya dikembangkan sebagai bangun usaha yang dimiliki dan dikelola secara kolektif kooperatif melalui penerapan pola-pola Kepemilikan Saham oleh Pekerja. Penegakan kedaulatan ekonomi rakyat dan pengutamaan kemakmuran masyarakat di atas kemakmuran orang seorang hanya dapat dilakukan dengan menerapkan prinsip tersebut.

2.3.7 Tujuan dan Sasaran Sistem Ekonomi Kerakyatan

Bertolak dari uraian tersebut, dapat ditegaskan bahwa tujuan utama penyelenggaraan sistem ekonomi kerakyatan pada dasarnya adalah untuk mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia melalui peningkatan kemampuan masyarakat dalam mengendalikan jalannya roda perekonomian. Bila tujuan utama ekonomi kerakyatan itu dijabarkan lebih lanjut, maka sasaran pokok ekonomi kerakyatan dalam garis besarnya meliputi lima hal berikut: Universitas Sumatera Utara 1. Tersedianya peluang kerja dan penghidupan yang layak bagi seluruh anggota masyarakat. 2. Terselenggaranya sistem jaminan sosial bagi anggota masyarakat yang membutuhkan, terutama fakir miskin dan anak-anak terlantar. 3. Terdistribusikannya kepemilikan modal material secara relatif merata di antara anggota masyarakat. 4. Terselenggaranya pendidikan nasional secara cuma-cuma bagi setiap anggota masyarakat. 5. Terjaminnya kemerdekaan setiap anggota masyarakat untuk mendirikan dan menjadi anggota serikat-serikat ekonomi.

2.3.8 Pengertian Ekonomi Kerakyatan

Ekonomi kerakyatan adalah sistem ekonomi yang berbasis pada kekuatan ekonomi rakyat. Dimana ekonomi rakyat sendiri adalah sebagai kegiatan ekonomi atau usaha yang dilakukan oleh rakyat kebanyakan popular yang dengan secara swadaya mengelola sumberdaya ekonomi apa saja yang dapat diusahakan dan dikuasainya, yang selanjutnya disebut sebagai Usaha Kecil dan Menegah UKM terutama meliputi sektor pertanian, peternakan, kerajinan, makanan, dsb., yang ditujukan terutama untuk memenuhi kebutuhan dasarnya dan keluarganya tanpa harus mengorbankan kepentingan masyarakat lainnya. Universitas Sumatera Utara

2.3.9 Ekonomi Kerakyatan di Indonesia

Pada akhir tahun 2010, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyatakan bahwa dalam empat hingga lima tahun ke depan, produk domestik bruto PDB Indonesia akan mencapai 9 ribu triliun rupiah atau dua ribu triliun rupiah lebih tinggi daripada PDB tahun 2010. Lebih jauh dijelaskan oleh Menko Perekonomian bahwa pada tahun 2025 PDB Indonesia akan berada pada kisaran antara 3,7 hingga 4,7 triliun dolar AS dengan pendapatan per kapita antara 12 ribu hingga 16 ribu dolar AS yang setara dengan lebih kurang 8,5 juta hingga 11 juta rupiah per kapita per bulan. Capaian yang cukup spektakuler tersebut akan direalisasikan melalui penggunaan “sistem ekonomi terbuka” yakni: sistem ekonomi yang mengutamakan peran pasar meski peran pemerintah tetap besar” Suryohadiprojo, 2011. Jelas dari ungkapan presiden dan pembantunya di atas, tatanan ekonomi Indonesia, diakui atau tidak, tidak lain adalah—atau paling tidak, sebagaimana dikemukakan Suryohadiprojo 2011, lebih mengarah ke tatanan ekonomi neoliberalisme diterapkan oleh lembaga keuangan dunia yang sangat kuat yakni International Monetary Fund IMF, Bank Dunia, dan the Inter- American Development Bank. Ciri lain dari ekonomi neoliberalisme adalah fokusnya yang kuat pada pertumbuhan ekonomi yang biasa direpresentasikan, antara lain, oleh produk domestik bruto PDB. Dampak langsung dari diterapkannya sistem ekonomi neoliberalisme adalah turunnya upah sebesar 40 hingga 50 persen dan meningkatnya biaya hidup hingga 80 persen pada tahun pertama pemberlakuan NAFTA North America Free Trade Agreement di Meksiko. Lebih dari 20 ribu unit usaha kecil dan menengah Universitas Sumatera Utara mengalami kepailitan dan tidak kurang dari seribu unit badan usaha milik pemerintah semacam BUMN diprivatisasi. Berdasarkan pada fenomena tersebut, ada pihak yang mengatakan bahwa neolibelisme di Amerika Latin tidak lain adalah neokolonialisme bentuk penjajahan baru

2.3.10 Ekonomi Kerakyatan di Indonesia

Pada akhir tahun 2010, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyatakan bahwa dalam empat hingga lima tahun ke depan, produk domestik bruto PDB Indonesia akan mencapai 9 ribu triliun rupiah atau dua ribu triliun rupiah lebih tinggi daripada PDB tahun 2010. Lebih jauh dijelaskan oleh Menko Perekonomian bahwa pada tahun 2025 PDB Indonesia akan berada pada kisaran antara 3,7 hingga 4,7 triliun dolar AS dengan pendapatan per kapita antara 12 ribu hingga 16 ribu dolar AS yang setara dengan lebih kurang 8,5 juta hingga 11 juta rupiah per kapita per bulan. Capaian yang cukup spektakuler tersebut akan direalisasikan melalui penggunaan “sistem ekonomi terbuka” yakni: sistem ekonomi yang mengutamakan peran pasar meski peran pemerintah tetap besar” Suryohadiprojo, 2011. Jelas dari ungkapan presiden dan pembantunya di atas, tatanan ekonomi Indonesia, diakui atau tidak, tidak lain adalah—atau paling tidak, sebagaimana dikemukakan Suryohadiprojo 2011, lebih mengarah ke tatanan ekonomi neoliberasme neoliberalisme diterapkan oleh lembaga keuangan dunia yang sangat kuat yakni International Monetary Fund IMF, Bank Dunia, dan the Inter-American Development Bank. Ciri lain dari ekonomi neoliberalisme adalah fokusnya yang kuat pada pertumbuhan ekonomi yang biasa direpresentasikan, antara lain, oleh produk domestik bruto PDB. Universitas Sumatera Utara Dampak langsung dari diterapkannya sistem ekonomi neoliberalisme adalah turunnya upah sebesar 40 hingga 50 persen dan meningkatnya biaya hidup hingga 80 persen pada tahun pertama pemberlakuan NAFTA North America Free Trade Agreement di Meksiko. Lebih dari 20 ribu unit usaha kecil dan menengah mengalami kepailitan dan tidak kurang dari seribu unit badan usaha milik pemerintah semacam BUMN diprivatisasi. Berdasarkan pada fenomena tersebut, ada pihak yang mengatakan bahwa neolibelisme di Amerika Latin tidak lain adalah neokolonialisme—bentuk penjajahan baru

2.3.11 Realita penerapan sistem ekonomi kerakyatan

“ Ekonom dari Universitas Gajah Mada UGM Mudrajad Kuncoro mengatakan, sebanyak 40 kelompok penduduk berpendapatan terendah makin tersisih. Kelompok penduduk ini hanya menikmati porsi pertumbuhan ekonomi 19,2 pada 2006, makin mengecil dari 20,92 pada 2000. Sebaliknya, 20 kelompok penduduk terkaya makin menikmati pertumbuhan ekonomi dari 42,19 menjadi 45,72. Di Yogyakarta, Kepala Badan Pertanahan Nasional BPN Joyo Winoto mengungkapkan, tingginya angka kemiskinan nasional antara lain akibat adanya monopoli kepemilikan aset ekonomi oleh segelintir orang. Angka nasional menyebutkan, 0,2 dari 220 juta pendudukan Indonesia diduga telah menguasai 56 aset ekonomi Indonesia. Monopoli kepemilikan asset itu meliputi kekayaan dalam hal agraria, seperti tanah, tambak, kebun dan properti. “Sebanyak 62-87 aset itu berupa aset Universitas Sumatera Utara agraria. Data ini memang perlu dikaji lebih mendalam dan belum bisa menjadi acuan, karena baru merupakan data awal,” kata Joyo Winoto ketika berceramag di Universitas Gajah Mada UGM,” sebuah kutipan dari artikel Dari kutipan ini dapat kita melihat bahwasanya sitem penerapan konsep perkonomian yang berbasis kerakyatan masih mengalami persoalan, persoalannya adalah ketidak seriusan pemerintah dalam mensosialisasikan sistem perkooprasian, saat ini dalam benak masyarakat kecil kooprasi adalah rentenir sebab tidak sedikit di jumpai di pasar tradisional para rentenir yang mengatas namakan kooprasi namun tidak memiliki badan hukum sebagai mana yang di atur dalam UU No. 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian. Hal ini cukup memberikan pemahaman pada kita bahwasanya ada ketidak seriusan pemerintah dalam memberikan pengetahuan tentang perkooprasian. Perbankan justru lebih banyak memberikan pinjaman modal Kepada UKM. UKM merupakan salah satu proses penerapan sistem prekonomian yang berbasis kerakyatan di mana sektor usaha di pegang oleh masyarakat namun yang paling mengambil keuntunngan dalam hal ini adalah pihak pemodal Perbankan baik disadari ataupun tidak. Bukankah dalam konsep ekonomi kerakyatan juga memiliki asas dari, oleh dan untuk rakyat. Koperasi adalah merupakan jalan tengah untuk mengatasi persoalan modal usaha rakyat, dalam sistem kooprasi ada yang namanya anggota. Seandainya pelaku UKM merupakan anggota kooprasi bukankah jika mereka meminjam modal di kooprasi tersebut maka pada akhir tahun mereka jugalah yang akan menerima keuntungannya. Universitas Sumatera Utara Selain simpan pinjam kooprasi juga dapat memiliki usaha lain seperti angkutan umum, penjualan bahan keperluan petani atau agen penjualan hasil bumi untuk menggantikan tingkah para tengkulak juka anggotanya petani ataupun lainnya sesuai kesepakatan anggota. Realitanya adalah masyarakat tidak paham betul mengenai hal ini, ketidak seriusan pemerintah dalam memberikan pemahaman tentu menjadi persoalan di tambah lagi pemerintah justru lebih banyak memberikan peluang bagi perbankan untuk bersosialisasi diri seperti yang kita lihat beberapa waktu lalu melalui program KUR kredit usaha rakyat melalui bank BRI, bank-bank daerah juga demikian dan sepertinya memang negara ini lebih berorientasi kearah neolibralisasi yang dingkus dengan ekonomi kerakyatan dan di beri sedikit parfum pinjaman modal dengan bunga kecil hingga akhirnya mampu menggoda pelaku usaha kecil menenga UKM memberikan pendidikan tentang sistem perkooprasian yang kemudian kooprasi memberikan pendidikan pada masyarakat sekitar mengenai langkah-langkah mendirikan usaha kecil adalah merupakan sebuah upaya yang mesti di tempu sejak dahulu. Tidak mengherankan bagi saya jika kemudian saat pelaksaan LK 3 badko sumut beberapa waktu lalu membahas keadilan ekonomi dan keadilan sosial lebih di arahkan kepada sistem perkooprasian yang hal ini di motori oleh kakanda pera sagala. Walaupun pemateri justru lebih banyak memberikan arahan kepada persoalan perbankan namun di luruskan kembali oleh para master. 2.4 Pasar Dalam Konteks Pedagang Kecil 2.4.1 Pasar Universitas Sumatera Utara Pasar adalah tempat orang berjual beli atau tempat penjual ingin menukar barang atau jasa dengan uang, atau tempat pembeli yang ingin menukar barang atau jasa dengan uang KBBI, 2002: 833. Menurut UU Nomor 5 Tahun 1999, Pasar adalah lembaga ekonomi dimana para pembeli dan penjual baik secara langsung maupun tidak langsung dapat melakukan transaksi perdagangan barang dan atau jasa Widodo, 2008: 284. Dalam pengertian sehari-hari, pasar selalu identik dengan suatu tempat tertentu di mana terdapat banyak penjual dan pembeli yang bertransaksi jual beli. Dengan kata lain, pasar seringkali diartikan sebagai tempat atau lokasi untuk jual beli barang. Dalam ilmu ekonomi, istilah pasar digunakan untuk menggambarkan pertemuan antara penawaran dan permintaan yang menentukan tingkat harga barang atau jasa yang di perjual belikan. Oleh karena itu, apabila ada seorang penjual produsen atau distributor bertransaksi dengan seorang pembeli konsumen, di manapun mereka berada, maka dapat dikatakan bahwa mereka telah membentuk suatu pasar. Selanjutnya, proses terjadinya pertemuan antara penjual dan pembeli tidak terikat oleh suatu tempat. Bahkan antara penjual dan pembeli tidak harus bertemu secara tatap muka. Seiring dengan perkembangan teknologi, untuk melakukan transaksi jual beli barang dan jasa, penjualan atau pembelian dapat dilakukan melalui surat- menyurat, telepon, atau bahkan dapat melalui tele-marketing. Dengan demikian, pasar dapat terbentuk kapan saja, dimana saja, dan dengan siapa saja, selama ada penjual, pembeli, dan barang atau jasa yang Universitas Sumatera Utara diperjualbelikan. Berdasarkan pengertian pasar di atas, maka dapat disimpulkan bahwa terbentukannya suatu pasar memiliki ciri-ciri sebagai berikut. 1. Adanya Tempat Untuk Bertransaksi Tempat untuk bertransaksi dalam pasar tradisional adalah tempat atau lokasi berdagang dan membeli. 2. Adanya penjual dan pembeli Penjual dan pembeli merupakan syarat yang paling penting dan utama terhadap pembentukan pasar, karena penjual dan pembeli itulah subjek atau pelaku transaksi. Dengan demikian, tanpa keberadaan penjual atau pembeli, aka tidak akan terjadi suatu proses kegiatan jual atau beli bertransaksi 3. Adanya transaksi jual beli Interaksi di antara penjual dan pembeli di pasar akan melahirkan kegiatan transaksi. Pembeli akan berusaha mencari barang atau jasa yang dibutuhkannya dan sebaliknya penjual akan berusaha menarik pembeli agar barang atau jasanya terjual. 4. Adanya barang atau jasa yang diperjualbelikan Barang atau jasa yang diperjualbelikan di pasar tidak hanya berupa barang konsumsi, tetapi juga berupa barang produksi, seperti bahan baku ataupun barang setengah jadi yang masih akan diolah lagi. 5. Terbentuknya harga Universitas Sumatera Utara Apabila dalam suatu proses transaksi, kesepakatan di antara penjual dan pembeli telah terjadi, maka terbentuklah “harga” berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak tersebut, penjual harus menyerahkan barang pada konsumen dan konsumen harus membayar sesuai dengan harga yang telah disepakati. Pasar memiliki peranan atau fungsi yang amat penting dalam kegiatan ekonomi masyarakat. Jika tidak ada pasar, seseorang akan kesulitan tidak efisien memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang ia perlukan. Jadi, keberadaan pasar berperan penting dan fungsi untuk produsen maupun konsumen. Fungsi-fungsi pasar dapat dijelaskan sebagai berikut. 1. Sarana Distribusi Beberapa barang yang diperjualbelikan di pasar dapat berasal dari luar daerah, seperti baju-baju yang dijual di pasar berasal dari pabrik-pabrik tekstil yang berada jauh dari sayur-sayuran yang berasal dari perkebunan yang berada jauh dari pasar. Oleh karena itu, tidak sedikit penjual yang berusaha untuk dapat sampai ke pasar dalam menjual barang-barangnya, menggunakan jasa transportasi. Hal ini disebabkan karena pasar mempermudah dan memperlancar penyaluran barang dan jasa dari produsen ke konsumen. Jadi, pembeli yang ingin memperoleh suatu barang dapat mencarinya di pasar. Sebaliknya dengan produsen yang ingin menjual barang-barang dagangannya, yaitu dengan memasarkan produknya di pasar. 2. Pembentuk harga Untuk mendapatkan barang yang diinginkan, pembeli harus menyerahkan sejumlah uang yang seharga barang tersebut. Harga barang ini terbentuk atas Universitas Sumatera Utara dasar kesepakatan antara penjual dan pembeli. Di pasar tradisional, masih memungkinkan terjadinya transaksi yang menghasilkan tingkat harga yang disepakati oleh pembeli dan penjual melalui proses tawar-menawar, namun tidak demikian dengan harga barang-barang yang dijual di pasar swalayan. Oleh karena itu, dalam hal ini, fungsi pasar sebagai pembentuk harga. 3. Sarana promosi Pasar adalah salah satu tempat penting dalam memperkenalkan suatu barang atau jasa, terutama barang atau jasa baru. Untuk menarik minat pembeli, banyak penjual atau produsen yang menggunakan pasar sebagai sarana promosi, seperti memasang spanduk promosi, poster, pamflet, dan sebagainya. Banyak atau sedikitnya orang yang tertarik untuk membeli barang atau jasa dapat dipengaruhi oleh kepandaian produsen dalam mempromosikan barang atau jasa yang ditawarkannya tersebut, apalagi jika dikemas dalam bentuk potongan harga atau paket hemat. 4. Penyerap tenaga kerja Di pasar, selain penjual dan pembeli, kamu dapat melihat banyak orang yang menawarkan berbagai jasa, kuli angkut barang, juru pakir yang sibuk mengatur kendaraan yang keluar atau masuk pasar, penjaga pasar, pertugas toilet umum, hingga petugas kebersihan. Keberadaan dan kegiatan dari orang-orang tersebut bergantung pada kegiatan pasar. Semakin besar dan ramai suatu pasar, maka semakin besar pula tenaga kerja yang dapat diserap atau terbentuk. Dengan demikian, pasar dapat berbentuk sebagai penyerap tenaga kerja. 5. Sumber penghasilan Universitas Sumatera Utara Pasar mempengaruhi kehidupan ekonomi masyarakat, terutama hal yang terkait dengan penghasilan. Di pasar, terdapat penjual yang merupakan bagian dari suatu masyarakat. Mereka memperoleh penghasilan dari penjual di pasar. Jadi kegiatan berjualan atau kegiatan lain di pasar, baik itu penjual, juru pakir, kuli angkut, dan sebagainya, merupakan mata pencarian utama mereka. Selain itu, pemerintah pun mendapatkan penghasilan dari pajak dan retribusi pasar Tim Abdi Guru 2007: 225-228.

2.4.2 Pedagang Kecil

Kegiatan perdagangan dapat menciptakan kesempatan kerja melalui dua cara. Pertama, secara langsung, yaitu dengan kapasitas penyerapan tenaga kerja yang benar. Kedua, secara tidak langsung, yaitu dengan perluasan pasar yang diciptakan oleh kegiatan perdagangan disatu pihak dan pihak lain dengan mempelancarkan penyaluran dan pengadaan bahan baku Kurniadi dan Tangkilisan, 2002: 21. Pedagang adalah perantara yang kegiatannya membeli barang dan menjualnya kembali tanpa merubah bentuk atas inisiatif dan tanggungjawab sendiri dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan. Sedangkan pedagang kecil adalah pedagang yang membeli barang dan menjualnya kembali langsung kepada konsumen untuk membeli dan menjualnya dalam partai kecil atau per satuan Sugiharsono dkk, 2000: 45. Pedagang menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia dibagi atas dua yaitu: pedagang besar dan pedagang kecil. Pedagang kecil adalah pedagang yang menjual barang dagangan dengan modal yang kecil KBBI, 2002: 230. Universitas Sumatera Utara Menurut UU Nomor 29 Tahun 1948, Pedagang adalah orang atau badan membeli, menerima atau menyimpan barang penting dengan maksud untuk dijual, diserahkan, atau dikirim kepada orang atau badan lain, baik yang masih berwujud barang penting asli, maupun yang sudah dijadikan barang lain Widodo, 2008: 285-286.

2.5 Kerangka Pemikiran

Pasar Tradisional adalah pasar yang dibangun dan dikelola oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, Swasta, Badan Usaha Milik Negara dan Badan Usaha Milik Daerah termasuk kerjasama dengan swasta dengan tempat usaha berupa toko, kios atau emperan, los dan tenda yang dimilikidikelola oleh pedagang kecil, menengah, swadaya masyarakat atau koperasi dengan usaha skala kecil, yang menjual kebutuhan sehari-hari, seperti sayur-sayuran, buah-buahan, beras, daging, ikan, kue, telur, dan lainnya. Pasar tradisional ini pada umumnya banyak terdapat disekitar lokasi pemukiman penduduk. Bila diamati sebenarnya, keberadaan pasar tradisional tidak mungkin ditiadakan karena sebagian besar masyarakat masih berada dalam kondisi ekonomi menengah ke bawah, sehingga tidak semua memiliki daya beli yang cukup besar untuk terus-menerus berbelanja di pasar-pasar modern. Menghadapi kondisi persaingan yang tidak seimbang antara pasar tradisional dan pasar modern, membuat Pemerintah Daerah berupaya memperbaiki penampilan pasar tradisional yang selama ini dicitrakan becek kumuh, jorokkotor dan tidak ada kepastian harga. Upaya renovasi pasar tradisional pun menjadi salah satu program Pemerintah Kota Medan untuk merevitalisasi pasar-pasar tradisional yang hampir Universitas Sumatera Utara kehilangan pembeli, akibat persaingan yang terjadi pada pasar tradisional dan pasar modern. Disisi lain pedagang kecil di pasar tradisonal berusaha kerja keras agar dagangannya laku, sebagian memanfaatkan keuangan dimana keuntungan yang diperoleh dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan dapat menyisikan sebagian hasil dari keuntungan dalam kebutuhannya. Maka untuk memperjelas alur pemikiran diatas dapat digambarkan secara skematis dalam bagan alur pikir sebagai berikut Universitas Sumatera Utara Gambar 2.1 Bagan Alur Pikir pedagang Pasar Kesejahteraan keluarga pedagang kecil Sosial ekonomi keluarga - Pendapatan - Perumahan tempat tinggal - Pangan - Sandang - Pendidikan - Kesehatan - Rekreasi - Tabunganinvestasi Universitas Sumatera Utara 2.6 Definisi Konsep dan Operasional 2.6.1 Definisi Konsep