PENGARUH KOMPONEN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) TERHADAP KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN DAN KOTA PROVINSI ACEH PASCA BERLAKUNYA UUPA NO 11 TAHUN 2006 PERIODE 2011-2015

(1)

TAHUN 2006 PERIODE 2011-2015

SKRIPSI

Oleh :

Andari Giswara

NPM : 20130730200

FAKULTAS AGAMA ISLAM PRODI MUAMALAT

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2017


(2)

(3)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Islam (S.E.I) Strata Satu pada Prodi Muamalat Fakultas Agama Islam

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Oleh : Andari Giswara NPM : 20130730200

FAKULTAS AGAMA ISLAM PRODI MUAMALAT

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2017


(4)

“I’m not telling you it’s going to be easy, I’m telling you it’s going to be worth it”

_Success Fondation_

“The most important thing you have done every day is survived”

_Iselda Syafiqah_

“So, do not weaken and do not grieve and you will be superior if you are (true)

believers” _Ali Imran 3 : 139_


(5)

Skripsi ini dipersembahkan untuk orang yang paling berpengaruh di hidupku. Ayah dan Ibu, kedua orangtua yang tidak pernah berhenti memberikan kasih sayang,

ketulusan serta pengorbanan yang luar biasa. Teruntuk kedua saudari kandungku Dhara Ersha Losarina dan Radha Andesta


(6)

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN ... v

HALAMAN MOTTO ... vi

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

ABSTRAC ... xvi

ABSTRAK ... xvii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah... 8

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Manfaat Penelitian ... 8

E. Sistematika Pembahasan... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI A. Tinjauan Pustaka ... 11


(7)

2. Pendapatan Daerah ... 20

3. Pendapatan Asli Daerah ... 22

a. Pajak Daerah ... 22

b. Retribusi Daerah... 23

c. Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan ... 23

d. Zakat ... 24

e. Lain-lain PAD yang sah ... 28

C. Kerangka Berfikir... 30

D. Hipotesis Penelitian ... 32

BAB III METODELOGI PENELITIAN A. Objek dan Subjek Penelitian ... 33

B. Jenis Data ... 33

C. Metode Pengumpulan Data ... 33

D. Definisi Operasional Variabel dan Pengukurannya ... 34

E. Model Penelitian ... 37

F. Metode Penelitian... 39

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Perekonomian Provinsi Aceh ... 46

B. Hasil Penelitian ... 48

1. Model Estimasi Data Panel ... 48

2. Uji Hausman Test ... 51

3. Uji Asumsi Klasik ... 52


(8)

B. Saran ... 67

DAFTAR PUSTAKA ... 69 LAMPIRAN ... 70


(9)

Tabel 2.1. Perbedaan Penelitian Sebelumnya ... 13

Tabel 2.2. Interval Rasio Desentralisasi Fiskal ... 18

Tabel 2.3 Interval Rasio Indeks Kemampuan Rutin... 18

Tabel 2.4 Interval Rasio Kemandirian ... 19

Tabel 4.1 Hasil Commen Effect ... 49

Tabel 4.2 Hasil Fixed Effect ... 49

Tabel 4.3. Hasil Random Effect ... 50

Tabel 4.4 Hasil Dalam Menentukan Model Terbaik ... 51

Tabel 4.5 Hasil Multikolinearitas ... 53

Tabel 4.6 Hasil Persamaan Regresi ... 54

Tabel 4.7. Hasil Analisis Regresi ... 55

Tabel 4.8 Hasil Uji t-statistic ... 57

Tabel 4.9. Hasil Uji F-statistic ... 61


(10)

Grafik 1.1. Pangsa Pendapatan Daerah Aceh 2011-2015 ... 2

Grafik 1.2. Pertumbuhan Target Pendapatan Aceh 2011-2015 ... 2

Grafik 1.3. Struktur Pendapatan Aceh 2015 ... 3

Grafik 1.4. PAD pra UUPA ... 3

Grafik 1.5. PAD Pasca UUPA ... 5

Grafik 1.6. Struktur PAD 2015 ... 5

Grafik 2.1. Hubungan Antar Variabel Penelitian ... 32

Grafik 3.1. Metode Penelitian ... 45

Grafik 4.1. Pendapatan Dana Zakat Provinsi ... 48

Grafik 4.2. Hasil Scatter plot ... 56


(11)

(12)

(13)

The purpose of this study to exam the effect of local revenue (PAD) of the financial performance of the district and city in Aceh province. Since 2011-2015 after applied UUPA No 11st 2006. This study uses secondary data of panel data with multiple linear regression models through analysis data like classic assumption test. The results showed that the local revenue (PAD) take significant effect of partial and simultaneous on the financial performance of the district and city in Aceh province.

Keyword: Government Financial Performance, Local Revenue (PAD) component, UUPA No 11st 2006


(14)

Tujuan penelitian ini untuk menguji pengaruh Pendapatan Asli daerah (PAD) terhadap kinerja keuangan pemerintah kabupaten dan kota di Provinsi Aceh selama periode 2011-2015 yaitu pasca berlakunya UUPA No 11 Tahun 2006. Penelitian ini menggunakan data sekunder berupa data panel dengan model regresi linear berganda melalui analisis data berupa uji asumsi klasik. Hasil regresi menunjukkan bahwa komponen PAD baik secara parsial maupun simultan berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan kabupaten dan Kota di Provinsi Aceh.

Kata kunci: Kinerja Keuangan Pemerintah, Komponen Pendapatan Asli Daerah (PAD), UUPA No 11 Tahun 2006


(15)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Provinsi Aceh terletak Antara 01058’ 37,2” – 06004’ 33,6” LU dan

94057’ 57,6” – 98017’ 13,2” BT dengan ketinggian rata-rata 125 Meter di permukaan air laut. Pada tahun 2009 hingga saat ini Provinsi Aceh terdiri dari 18 kabupaten, 5 kota, 289 kecamatan, 778 mukim dan 6.403 gempong atau desa1. Provinsi Aceh memiliki potensi strategis sebagai pintu gerbang lalu lintas perdangan Nasional dan Internasional yang menghubungkan belahan dunia Timur dan Barat sehingga memiliki potensi pendapatan daerah yang besar, hal ini terlihat dari meningkatnya realisasi pendapatan Aceh pada tahun 2015. Sebanyak 65% pendapatan Aceh tahun 2015 pada triwulan ke-IV dikelola langsung oleh pemerintah kabupaten dan kota sedangkan sisanya yaitu sebesar 35% dikelola oleh pemerintah Provinsi. Struktur tersebut relatif tidak berubah dalam kurun waktu lima tahun terakhir2. Target pendapatan pemerintah kabupaten dan kota Aceh tahun 2015 adalah sebesar Rp. 22,70 Triliun, naik sebesar 13% dibandingkan dengan tahun 2014. Sementara itu, target pendapatan pemerintah Provinsi Aceh pada tahun 2015 adalah sebesar Rp. 12,01 Triliun, naik sebesar 8% dibandingkan dengan tahun 2014. Kenaikan target tersebut tercatat lebih

1 www.Acehprov.go.id Rencana Pembangunan Jangka Panjang, Bab II Gambaran Umum. 2 PDF. Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Prov. Aceh Triwulan IV-2015., hal. 96.


(16)

rendah dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya3. Hal ini terlihat dari Grafik 1.1 dan Grafik 1.2 dibawah ini :

Sumber : Dinas Keuangan Aceh, diolah BI Aceh

Sumber : Dinas Keuangan Aceh, diolah BI Aceh

3 Ibid.

Grafik 1.1. Pangsa Pendapatan Daerah Aceh 2011-2015


(17)

2011-Dari grafik di atas dapat diketahui, bahwa pangsa pendapatan daerah Aceh selama lima tahun berturut-turut mengalami peningkatan. Ini menunjukkan bahwa pendapatan Aceh mengalami pertumbuhan secara positif. Peningkatan pendapatan Aceh secara signifikan terjadi pada tahun 2014 yaitu mencapai 64% ini menunjukkan bahwa pendapatan Aceh yang berasal dari pendapatan kabupaten dan kota lebih tinggi dibandingkan dengan pendapatan yang berasal dari provinsi. Pendapatan Aceh tersebut terdiri dari berbagai jenis pendapatan, baik Pendapatan Asli Daerah (PAD), dana otsu, Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK), Dana Bagi Hasil (DBH) maupun pendapatan lainnya. Adapun rincian pendapatan Aceh pada tahun 2015 dapat terlihat pada Grafik 1.3.

Sumber : Dinas Keuangan Aceh, diolah BI Aceh

Terlihat dari Grafik 1.3 diatas, struktur pendapatan Aceh tahun 2015 di dominasi oleh DAU dan dana otsus4. Sementara itu, PAD dan DBH masih memiliki

4 PDF.“Laporan Kajian

Ekonomi dan Keuangan Regional. Prov. Aceh Triwulan II-2015”., hal 69.


(18)

pangsa pasar yang rendah. DAU dan otsus + ( otsus dan dana penyesuaian) Provinsi Aceh masing-masing mencapai 38% dan 31% dari total pendapatan Aceh dengan nilai masing-masing sebesar Rp. 13,22 Triliun dan Rp. 10,73 Triliun. Sementara itu, PAD dan DBH Provinsi Aceh masing-masing hanya mencapai 11% dan 5% dari total pendapatan Aceh5.

Pendapatan asli daerah (PAD) merupakan semua penerimaan yang diperoleh daerah dari sumber-sumber dalam wilayahnya sendiri yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku6. Aceh merupakan salah satu provinsi yang memiliki kewenangan khusus

dalam menjalankan pemerintahan daerahnya. Ini terlihat dari lahirnya undang-undang khusus yang membahas tentang pendapatan asli daerah (PAD) yang kemudian dikenal dengan UUPA No 11 Tahun 2006, yang berbunyi:7 (1) Pasal 180

ayat (1) huruf d menyebutkan : “Zakat merupakan salah satu sumber Penerimaan Daerah (PAD) Aceh dan PAD Kabupaten/Kota”. (2) Pasal 191 menyebutkan : “Zakat, harta wakaf, dan harta agama dikelola oleh Baitul Maal Aceh dan Baitul Maal Kabupaten/Kota yang diatur dalam Qanun” Dan terakhir (3) Pasal 192

menyebutkan : “Zakat yang dibayar menjadi pengurang terhadap jumlah Pajak Penghasilan (PPh) terhutang dari wajib pajak”.

5 Ibid.

6 Abdul Halim. Akutansi Keuangan Daerah., hal. 96.


(19)

Pasca diberlakukannya UUPA No. 11 Tahun 2006 ini, komponen PAD Provinsi Aceh terdiri dari:8 (1) Hasil pajak daerah, (2) Retribusi daerah, (3) Hasil

pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, (4) Zakat/infaq, (5) Lain-lain PAD yang sah. Adapun perbandingan PAD Provinsi Aceh pra dan pasca berlakunya UUPA No 11 Tahun 2006 dapat dilihat pada grafik 1.4 dan Grafik 1.5.

Sumber : BPS Aceh, diolah 2016 Sumber : BPS Aceh, diolah 2016

Dua grafik di atas menjelaskan perbedaan PAD Provinsi Aceh pra dan pasca berlakunya UUPA No 11 Tahun 2006. Hal ini terlihat dari jumlah komponen yang menyusun PAD. Perbedaan yang mencolok adalah adanya komponen zakat pasca berlakunya UUPA. Ini menegaskan bahwa zakat di provinsi ini tidak hanya berupa kewajiban terhadap agama tetapi juga menjadi kewajiban terhadap Negara yang secara tegas diatur oleh undang-undang. Pra berlakunya UUPA, komponen terbesar penyusun PAD adalah Pajak Daerah (PD) yaitu setara dengan Rp. 138 Miliar pada tahun 2005, namun secara garis besar pendapatan asli daerah Aceh periode

8 PDF UUPA No 11 Tahun 2006

0 500,000,000,000 1,000,000,000,000 1,500,000,000,000 2,000,000,000,000 2,500,000,000,000

11 12 13 14 15 PD RD KDT ZKT LPS

0 50,000,000,000 100,000,000,000 150,000,000,000 200,000,000,000 250,000,000,000

1 2 3 4 5

LPS KDT RD PD


(20)

2005 mengalami peningkatan. Pasca berlakunya undang-undang, komponen PAD yang memiliki kontribusi terbesar selama lima tahun berturut-turut adalah Lain PAD yang Sah (LPS) yaitu selama periode tahun 2011-2015. Sedangkan komponen yang memberikan kontribusi paling rendah adalah Kekayaan Daerah Terpisah (KDT) yang hanya menyumbang dibawah satu triliun dalam kurun waktu lima tahun terakhir9. Namun, secara garis besar pendapatan PAD setiap tahunnya selalu mengalami peningkatan.

Sumber : BPS Aceh, diolah 2016

Berdasarkan Grafik 1.6 di atas dapat disimpulkan bahwa komponen utama yang memberikan kontribusi terbesar dalam PAD tahun 2015 adalah LPS dengan prosentase 55% atau setara dengan Rp. 1,163 Triliun dan yang terendah adalah KDT dengan prosentase 3% atau setara dengan Rp. 63 Miliar. Sedangkan Zakat yang pada dasarnya adalah kewajiban bagi setiap muslim hanya mampu berkontribusi sebesar 7% saja10.

9

www.bpsaceh.go.id

10 Statistik Keuangan Pemerintah Kabupaten/kota 2014-2015 hal 11-55 Grafik 1.6. Struktur PAD 2015


(21)

Jika di lihat lebih rinci yang mendominasi pendapatan Aceh tahun 2015 adalah DAU dan dana ostus +. DAU dan dana otsus merupakan dana bantuan keuangan dari pemerintah provinsi. Pada tahun ini penyaluran dana yang berasal dari otsus mengalami peningkatan karena adanya keputusan pemerintah provinsi untuk meningkatkan pangsa otsus kepada pemerintah kabupaten dan kota11. Hal ini mencerminkan masih besarnya ketergantungan Aceh terhadap anggaran pusat, padahal sektor pendapatan asli daerah menjadi indikator penting dalam menilai kinerja keuangan pemerintah. Untuk menilai kinerja pemerintah daerah (Pemda) dalam mengelola keuangan daerahnya, dibutuhkan analisis rasio keuangan. Hasil analisis rasio keuangan inilah yang selanjutnya dipergunakan sebagai tolak ukur dalam menilai kemandirian keuangan daerah, efisiensi dan efektivitas dalam merealisasikan pendapatan serta melihat besar kecilnya kontribusi masing-masing sumber pendapatan12. Namun penggunaan analisis rasio keuangan pada organisasi sektor publik khususnya pemda ini belum banyak dilakukan.

Dari masalah-masalah inilah kemudian yang melatar belakangi peneliti melakukan penelitian mengenai pengaruh PAD terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah. Adanya ketimpangan antara besaran PAD dengan kinerja keuangan pemerintah menjadi alasan yang kuat bagi peneliti untuk melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Komponen Pendapatan Asli Daerah (PAD) Terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten dan Kota

11 PDF.“Laporan Kajian

Ekonomi dan Keuangan Regional. Prov. Aceh Triwulan II-2015”., hal 69.


(22)

Provinsi Aceh Pasca Berlakunya UUPA No 11 Tahun 2006 Periode

2011-2015”.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Apakah komponen PAD secara parsial mempengaruhi kinerja keuangan

pemerintah daerah kabupaten dan kota Provinsi Aceh pasca berlakunya UUPA No 11 tahun 2006?

2. Apakah komponen PAD secara simultan mempengaruhi kinerja keuangan pemerintah daerah kabupaten dan kota Provinsi Aceh pasca berlakunya UUPA no 11 tahun 2006?

C. Tujuan

Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui seberapa kuat pengaruh PAD secara parsial terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah kabupaten dan kota Provinsi Aceh pasca berlakunya UUPA no 11 tahun 2006.

2. Untuk mengetahui seberapa kuat pengaruh PAD secara simultan terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah kabupaten dan kota Provinsi Aceh pasca berlakunya UUPA no 11 tahun 2006.

D. Manfaat

Adapun manfaat dalam penelitian ini adalah sebagi berikut :

1. Bagi peneliti, hasil penelitian ini diharapkan mampu menjawab pertanyaan yang semulanya berupa asumsi menjadi pendapat yang pasti sehingga dapat menambah pemahaman peneliti khususnya pemahaman


(23)

mengenai kinerja pemerintah daerah yang diukur melalui aspek pendapatan asli daerah (PAD).

2. Bagi praktisi, hasil penelitian ini diharapkan mampu menjadi masukan pemerintah kabupaten/kota provinsi Aceh sehingga dapat meningkatkan kinerja keuangan di masa yang akan datang.

3. Bagi akademisi, hasil penelitian ini diharapkan mampu mengunggah para akademisi lainnya untuk meneliti kinerja keuangan di provinsi yang berbeda agar mampu mengawal kinerja pemerintahan khusunya dibidang keuangan sehinga dapat berkontribusi positif bagi negeri.

E. Sistematika Pembahasan

Dalam penelitian ini sistematika pembahasan meliputi : a. BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan, manfaat serta sistematika pembahasan.

b. BAB II : TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI

Bab ini menguraikan tentang tinjauan pustaka, kerangka teori, kerangka berfikir serta hipotesis penelitian.

c. BAB III : METODELOGI PENELITIAN

Bab ini memuat penjelasan tentang objek dan subjek penelitian, jenis data, metode pengumpulan data serta definisi operasional variabel dan pengukurannya.


(24)

d. BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisi hasil dari olah data yang dilakukan peneliti dan kemudian dijabarkan dalam pembahasan. Adapun isi pembahasan sesuai dengan rumusan masalah yang telah ditentukan. Pada bab ini kesimpulan penelitian dapat ditarik

e. BAB V : PENUTUPAN

Bab ini sebagai bab terakhir dalam penelitian yang berisi kesimpulan, saran-saran atau rekomendasi. Kesimpulan didapat dari hasil analisis data yang disesuaikan dengan rumusan masalah. Saran merupakan masukan yang diberikan berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan.


(25)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI

A. Tinjauan Pustaka

Beberapa penelitian terdahulu yang dijadikan sebagai landasan penelitian saat ini adalah sebagai berikut :

1. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan Swastika Enjang Prasasti (2014) dengan judul Analisis Pengaruh Pendapatan Asli Daerah Dan Dana Perimbangan Terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota Di Daerah Istimewa Yogyakarta Periode 2007-2013. Metode yang digunakan berupa metode kuantitatif dengan alat analisis berupa SPSS dengan teknik analisa data menggunakan model regresi linier berganda. Hasilnya yaitu pendapatan asli daerah (PAD) dan Dana Perimbangan berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah Kabupaten/Kota di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) pada tahun 2007-2013. Sedangkan Dana perimbangan berpengaruh negatif terhadap kinerja keuangan pemerintah. Sedangkan peneliti hanya membahas PAD Provinsi Aceh dan komponennya dengan menitik beratkan pada komponen zakat pasca berlakunya UUPA No 11 tahun 2006, alat analisis yang digunakan berupa Eviews.

2. Sementara penelitian Suprianto (2013) dengan judul Analisis Pengaruh Pendapatan Asli Daerah Terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota Di Daerah Istimewa Yogyakarta Periode 2003-2012. Hasil Pendapatan Asli Daerah (PAD) berpengaruh positif


(26)

terhadap Kinerja Keuangan (berdasarkan tingkat kemandirian) selama periode 2003- 2012. Letak perbedaan dengan penelitian ini adalah obyek daerah yang diteliti serta rasio dalam mengukur kinerja keuangan. 3. Penelitian yang dilakukan oleh Ebit Julitawati, Darwanis, Jalaluddin tahun 2012 dengan judul Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dan Dana Perimbangan Terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Kabupaten/Kota Di Provinsi Aceh Tahun 2009-2011. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif dengan alat analisis berupa SPSS dengan teknik analisa data berupa analisis regresi linear berganda. Obyek yang diteliti terdiri dari dua variabel. Kesimpulan yang dihasilkan adalah PAD dan dana perimbangan mempunyai pengaruh terhadap kinerja keuangan. Perbedaan dengan peneliti saat ini terletak pada obyek variabel, peneliti mempunyai lima variabel independen dan satu variabel dependen. Penelitian ini juga lebih menekankan pada komponen zakat. Alat analisis berupa Eviews namun pengukuran kinerja keuangan menggunakan rasio kemandirian. Tahun yang digunakan pun berbeda yaitu periode 2011-2015 dengan menjabarkan semua komponen PAD.

4. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan Cherrya Dhia Wenny (2011) mengenai pengaruh pendapatan asli daerah (PAD) terhadap kinerja keuangan pada pemerintah kabupaten dan kota di Provinsi Sumatera Selatan periode 2005-2010, dapat disimpulkan bahwa pendapatan asli daerah (PAD) secara simultan berpengaruh signifikan


(27)

terhadap kinerja keuangan pada pemerintah kabupaten dan kota di Provinsi Sumatera Selatan. Metode yang digunakan adalah metode kuantitatif berupa data sekunder dengan menggunkan alat analisis berupa SPSS, terdiri dari 3 variabel. Perbedaan dengan penelitian saat ini terletak pada variabel, objek penelitian serta alat analisis yang digunakan.

Ringkasan mengenai perbedaan peneliti dengan peneliti sebelumnya akan diuraikan pada tabel di bawah ini :

Nama Judul Penelitian Metode Penelitian Hasil Swastika Enjang Prasasti (2014)

Analisis Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Dan Dana

Perimbangan Terhadap Kinerja Keuangan

Pemerintah Daerah

Kabupaten/Kota

di Daerah

Metode penelitian kuantitatif

menggunakan 1 variabel

dependen dan 2 variabel

independen. Alat analisis berupa SPSS dengan

PAD berpengaruh positive terhadap kinerja keuangan pemerintah

sedangkan dana perimbangan

berpengaruh

negative terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah.


(28)

Istimewa Yogyakarta Periode 2007-2013.

metode regresi linier berganda

Suprianto (2013)

Analisis Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) Terhadap Kinerja Keuangan

Pemerintah Daerah

Kabupaten/Kota

di Daerah

Istimewa Yogyakarta Periode 2003-2012

Metode penelitian kuantitatif

menggunakan 2 variabel. Alat analisis berupa SPSS dengan metode regresi linier. Rasio keuangan yang digunakan adalah rasio kemandirian

PAD berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja keuangan

pemerintah daerah Yogyakarta. Ebit Julitawati, Darwanis, Jalaludin (2012) Pengaruh

Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Dan Dana

Perimbangan

Metode penelitian kuantitatif

menggunakan 3 variabel. Alat

Pendapatan Asli daerah (PAD) dan Dana Perimbangan secara simultan dan parsial berpengaruh


(29)

Terhadap Kinerja Keuangan

Pemerintah Daerah

Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh Tahun 2009-2011

analisis berupa

SPSS data

sekunder dengan metode sensus. Rasio keuangan berupa rasio Efisiensi.

terhadap kinerja keuangan

pemerintah kabupaten/kota

di Provinsi Aceh.

Cherrya Dhia Wenny (2011)

Pengaruh

Pendapatan Asli Daerah (PAD) Terhadap Kinerja Keuangan

Pemerintah

Kabupaten dan Kota di Provinsi Sumatera Selatan Periode 2005-2010.

Metode penelitian

kuantitatif berupa data sekunder dengan

menggunkan alat analisis berupa SPSS, terdiri dari 3 variabel.

Pendapatan Asli daerah (PAD) secara simultan dan parsial berpengaruh

terhadap kinerja keuangan

pemerintah.


(30)

B. Kerangka Teori 1. Kinerja Keuangan

Kinerja merupakan gambaran pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan dalam mencapai tujuan, visi dan misi suatu organisasi1 James B. Whittaker (1995) dalam Government Performance and Result Act, A Mandate for Strategic Planning and Performance Measurement menyatakan bahwa pengukuran atau penilaian kerja adalah suatu alat manajemen untuk meningkatkan kualitas pengambilan keputusan dan akuntabilitas.2 Pengukuran kinerja secara berkelanjutan dapat memberikan umpan balik, sehingga dengan upaya perbaikan secara terus-menerus dapat meningkatkan prestasi secara objektif dalam suatu periode waktu tertentu. Pada dasarnya terdapat indikator dalam menilai kinerja keuangan pemerintah daerah yaitu melalui kinerja anggaran dan anggaran kinerja. Kinerja anggaran merupakan alat yang dipakai Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD), sedangkan anggaran kinerja merupakan alat yang dipakai oleh kepada daerah untuk mengevaluasi unit kerja dibawah kendali daerah selaku menager eksekutif. Indikator kinerja keuangan pemerintah daerah ini sangat penting digunakan untuk mengetahui serta mengevaluasi kerja pemerintah dalam hal keuangan daerah. Adapaun salah satu alat

1 Bastian. Akuntansi Sektor Publik: Suatu Pengantar., hal. 117. 2 James B.W dalam Skripsi Cherrya Dhia W., hal. 42.


(31)

untuk menganalisis kinerja pemerintahan daerah adalah dengan melakukan analisis rasio keuangan terhadap APBD yang telah ditetapkan dan dilaksanakan. Adapun rasio-rasio yang dapat digunakan dalam pengukuran kinerja keuangan pemerintah daerah adalah sebagai berikut : 3

a. Rasio Desentralisasi Fiskal

Penelitian ini menggunakan rasio desentralisasi fiskal dalam mengukur kinerja keuangan pemerintah daerah. Rasio ini mengukur kemampuan pemerintah dalam rangka meningkatkan pendapatan asli daerah guna membiayai pembangunan. Hal ini menunjukkan kewenangan dan tanggung jawab yang diberikan pemerintah pusat kepada pemerintah daerah dalam menggali dan mengelola pendapatan daerahnya. Adapun rumus untuk mengukurnya adalah :

RDF =Total Penerimaan Daerah Tahun t x Total PAD Tahun t %

Sedangkan untuk mengukur besaran prosentase kemampuan kinerja keuangan adalah sebagai berikut:


(32)

Prosentase Kemampuan 0,00-10,00 Sangat Kurang 10,01-20,00 Kurang

20,01-30,00 Cukup 30,01-40,00 Sedang 40,01-50,00 Baik

>50,01 Sangat Baik

Tabel 2.2 Interval Rasio Desentralisasi Fiskal

Sumber : Jurnal Penelitian

b. Rasio Indeks Kemampuan Rutin

Rasio kemampuan rutin adalah rasio untuk mengukur seberapa besar pengeluaran pemerintah daerah tanpa transfer dari pemerintah pusat terhadap PAD. Adapun rumus untuk menghitung rasio kemampuan rutin adalah:

IKR =Total Pengeluaran Rutin Tahun t x Total PAD Tahun t %

Sedangkan skala rasio kemampuan rutin adalah sebagai berikut :

Sumber : Jurnal penelitian

Prosentase Kemampuan

0,00-20,00 Sangat Kurang 20,01-40,00 Kurang

40,01-60,00 Cukup 60,01-80,00 Baik

80,01-100 Sangat Baik


(33)

c. Rasio Kemandirian

Rasio ini menunjukkan kemampuan pemerintah daerah dalam membiayai sendiri kegiatan pemerintah, pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat. Rasio kemandirian juga menggambarkan tingkat partisipasi masyarakat dalam pembangunan daerah. Semakin tinggi tingkat rasio kemandirian, semakin tinggi pula partisipasi masyarakat dalam membayar pajak dan retribusi daerah yang merupakan komponen utama dalam pendapatan asli daerah. Semakin tinggi masyarakat membayar pajak dan retribusi daerah menggambarkan bahwa timgkat kesejahteraan masyarakat semakin tinggi. Untuk menilai tinggi rendahnya rasio kemandirian pemerintah daerah, bisa mengacu pada Kepmendagri No.690.900.327 tahun 1996, sebagai berikut :

Sumber: Kepmendagri No. 690.900.327 /1996

Kemampuan

Keuangan Kemandirian (%)

Rendah Sekali 0% - 25%

Rendah 25% - 50%

Sedang 50% - 75%

Tinggi 75% - 100%


(34)

Adapun rasio kemandirian dapat dihitung sebagai berikut :4

RK =

a a P a +P a aP D x 100%

2. Pendapatan Daerah

Menurut UU No 33 Tahun 2004 pendapatan daerah adalah hak pemerintah daerah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih dalam periode tahun bersangkutan. Pendapatan daerah yang dianggarkan dalam APBD merupakan perkiraan yang terukur secara rasional yang dapat dicapai untuk setiap sumber pendapatan5.

Pendapatan Daerah merupakan hak Pemerintah daerah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih dalam periode tertentu. Semua barang dan jasa sebagai hasil dari kegiatan-kegiatan ekonomi yang beroperasi di wilayah domestik tanpa memerhatikan apakah faktor produksinya berasal dari atau dimiliki oleh penduduk daerah tersebut merupakan “Produk Domestik Regional Bruto” daerah bersangkutan. Pendapatan yang timbul oleh karena adanya kegiatan produksi tersebut merupakan “Pendapatan Regional”.

Kenyataan menunjukkan bahwa sebagian dari faktor produksi yang digunakan dalam kegiatan produksi di suatu daerah berasal dari daerah lain atau dari luar negeri, demikian juga sebaliknya faktor produksi yang dimiliki penduduk daerah tersebut dapat ikut serta

4 Kepmendagri No. 690.900.327/1996 dalam Among Makarti 2014 5 PDF UU No 33 Tahun 2004, Bab I, pasal I ayat 13


(35)

dalam proses produksi di daerah lain atau di luar negeri. Hal ini menyebabkan nilai produk domestik yang timbul di suatu daerah tidak sama dengan pendapatan yang diterima daerah tersebut. Menurut UU No 33 Tahun 2004. Sumber Pendapatan Daerah terdiri dari :6

a. Pendapatan Asli Daerah (PAD) b. Dana Perimbangan

c. Lain-lain penerimaan yang sah.

Pembangunan daerah merupakan bagian pokok dalam pembangunan nasional, sehingga pemerintah memerlukan dana untuk membiayai pembangunan tersebut. Untuk mewujudkan kemandirian daerah dalam pembangunan dan mengurus rumah tangganya sendiri, pemerintah daerah diberi kewenangan untuk menggali sumber-sumber keuangan yang ada di daerah tersebut atau yang dikenal dengan desentralisasi. Adanya kebijakan ini menuntut daerah untuk dapat membiayai sendiri pembangunan yang mereka canangkan.


(36)

3. Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Pendapatan asli daerah (PAD) merupakan semua penerimaan yang diperoleh daerah dari sumber-sumber dalam wilahnya sendiri yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku7. Menurut UUPA No 11 Tahun 2006 Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah pendapatan yang diperoleh daerah yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan, terdiri dari :

a. Pajak daerah

Menurut UU No 28 tahun 2009 tentang pajak daerah, yang selanjutnya disebut pajak adalah kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat8. Pajak daerah terdiri dari pajak hotel, pajak restoran, pajak hiburan, pajak reklame, pajak penerangan jalan, pajak mineral bukan logam dan batuan, pajak parkir, pajak air tanah, pajak sarang burung walet, pajak bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan serta pajak bea perolehan hak atas tanah dan bangunan9.

7 Abdul Halim. Akutansi Keuangan Daerah. Hal 96. 8 PDF, UU No 28 Tahun 2009, Bab I, Pasal I (10) 9 Ibid, bab II, pasal 2 ayat 2


(37)

b. Retribusi daerah

Retribusi daerah yang selanjutnya disebut retribusi, adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan10. Dalam hal ini pemerintah pusat kembali mengeluarkan regulasi tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, melalui Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 yang menggantikan UU Nomor 18 Tahun 1997, sebagaimana telah diubah dengan UU Nomor 34 Tahun 2000. Berlakunya UU pajak dan retribusi daerah yang baru memberikan keuntungan daerah dengan adanya sumber-sumber pendapatan baru namun, disisi lain ada beberapa sumber pendapatan asli daerah yang harus dihapus karena tidak lagi menjadi bagian dari hak daerah. Menurut UU Nomor 28 Tahun 2009 secara keseluruhan terdapat tiga objek retribusi yang dapat dipungut oleh daerah. Ketiga objek retribusi tersebut, yaitu retribusi jasa umum, retribusi jasa usaha dan retribusi perizinan tertentu11.

c. Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan.

Undang-undang no 33 tahun 2004 mengklasifikasikan jenis hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan menurut

10 Ibid, bab I, pasal 1 ayat 64 11 Ibid, Bab VI, Pasal 108 ayat 1


(38)

objek pendapatan yang mencakup bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik daerah/BUMD, bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik negara/BUMN dan bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik swasta atau kelompok masyarakat. Jenis pendapatan ini meliputi :12

1) Bagian laba perusahaan milik daerah. 2) Bagian laba lembaga keuangan bank. 3) Bagian laba lembaga keuangan non bank. 4) Bagian laba atas pernyataan modal/investasi.

d. Zakat

Zakat menurut Bahasa adalah membersihkan diri atau mensucikan diri. Sedangkan menurut istilah zakat adalah kadar harta tertentu yang wajib dikeluarkan kepada orang yang membutuhkan atau berhak menerimanya dengan beberapa syarat tertentu sesuai dengan syariat islam13. Zakat sebagai rukun islam ketiga merupakan instrument utama dalam ajaran islam yang berfungsi sebagai distributor aliran kekayaan dari tangan

the have ke tangan the have not. Zakat wajib bagi orang yang mampu, yaitu orang yang berlebih dalam hal harta dan kekayaan. Harta tersebut bisa berupa uang, barang perniagaan, ternak, hasil

12 Abdul Halim., hal. 64.


(39)

tanaman, dan sebaginya. Hasil akan digunakan untuk menutupi keperluan orang miskin dan kepentingan masyarakat umum.

103. “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui”. (QS At Taubah :103)

277.“Sesungguhnya orang-orang yang beriman,

mengerjakan amal saleh, mendirikan shalat dan menunaikan zakat, mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati”. (QS. Al-baqarah : 277).

Selain dalam al-qur’an pembahasan mengenai zakat juga tertera dalam hadis, diantaranya hadis riwayat Ahmad dan Muslim “Dari Abu Hurairah, “Rasulullah saw bersabda. Telah

berkata, ‘seseorang yang menyimpan hartanya, tidak dikeluarkan zakatnya, akan dibakar dalam neraka jahanam,


(40)

baginya dibuatkan setrika dari api, kemudian disetrikakan ke lambung dan dahinya…,dan seterusnya’. Ini hanya potongan hadisnya saja. Rasulullah bersabda, yang artinya “Islam

ditegakkan atas lima (5) dasar : (1) bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang hak kecuali Allah, dan bahwasannya Nabi Muhammad itu utusan Allah, (2) mendirikan solat lima waktu, (3) berpuasa dalam bulan ramadhan (4) membayar zakat, (5) mengerjakan ibadah haji ke baitullah”.

Ekonomi Islam kontemporer juga membahas mengenai zakat, yakni di dalam kompilasi hukum ekonomi syariah buku III tentang Zakat dan hibah. Pada bab I ketentuan umum Pasal 675 disebutkan bahwa yang dimaksud dengan zakat adalah harta yang wajib disisihkan oleh seorang muslim atau lembaga yang dimiliki oleh muslim untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya14. Ketentuan lainnya mengenai zakat dijelaskan dalam lampiran.

Secara umum, terdapat tiga opini publik yang berkembang mengenai zakat. Pertama, sebagian kalangan menganggap bahwa zakat hanyalah sebuah mekanisme untuk melaksanakan kewajiban keagamaan dan menjaga stabilitas sosial. Pandangan semacam ini umumnya dipegang oleh kalangan ulama tradisional yang menempatkan aspek hukum Islam ketimbang


(41)

dampak sosial dan ekonomi zakat15. Kalangan lainnya berpendapat bahwa zakat dilahirkan sebagai seuah instrumental fiskal bagi negara dan mereka melihatnya dalam kerangka hukum untuk mendorong terwujudnya kesejahteraan masyarakat16. Kelompok yang lain, yang dimotori oleh aktivis muslim melihat zakat dari aspek ekonomi untuk mewujudkan keadilan sosial17.

Kebijakan mengenai zakat di negara-negara muslim sangat bervariasi tidak seperti di Indonesia. Terdapat satu provinsi yang menjadikan instrumental zakat sebagai pendapatan asli daerah yaitu Provinsi Aceh. Provinsi Aceh menjadikan zakat sebagai salah satu bagian dari pelaksanaan syariat Islam sehingga dalam pemerintahannya pengelolaan zakat dan sebagainya tidak tunduk pada UU pengelolaan zakat, hal ini dikarenakan zakat memiliki otonomi khusus yang diatur dalam UUPA No 11 Tahun 2006 pasal 180 ayat (1) huruf d menyatakan bahwa zakat merupakan salah satu sumber penerimaan daerah (PAD) Aceh dan PAD kabupaten/kota Aceh. Kemudian pasal 191 menyatakan bahwa zakat, harta wakaf dan harta agama dikelola oleh Baitul Maal Aceh dan Baitul Maal kabupaten/kota.

15 A. Hassan dan Tengku Hasby Ash Shiddiqy (1960-1970) dalam politik filantropi islam di Indonesia. Hilman Latief (2013)., hal. 59.

16 Sjechul Hadi Utomo, pemerintahRepublik Indonesia Sebagai Pengelola Zakat (Jakarta: Firdaus, 1993) dalam politik filantropi islam di Indonesia. Hilman Latief (2013)., hal. 5.

17 M.Dawam Rahardjo, Zakat dalam Perspektif Sosial Ekonomi (1986) dalam politik filantropi islam di Indonesia. Hilman Latief (2013)., hal. 5.


(42)

e. Lain-lain PAD yang sah

Menurut UU No 33 tahun 2004 tentang lain-lain pendapatan asli daerah yang sah. Lain-lain PAD yang sah disediakan untuk menganggarkan penerimaan daerah yang tidak termasuk dalam jenis pajak daerah, dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan. Pendapatan ini meliputi18:

1) Hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan; 2) Jasa Giro;

3) Pendapatan Bunga;

4) Keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing; dan

5) Komisi, potongan, ataupun bentuk lain sebagi akibat dari penjualan dan/atau jasa oleh daerah.

Adapun dua faktor yang mempengaruhi pendapatan asli daerah suatu daerah, yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal terdiri dari investasi, inflasi, PDRB dan jumlah penduduk, sedangkan faktor Internal terdiri dari sarana dan prasarana, insentif, penerimaan subsidi, penerimaan pembangunan, sumber daya manusia, peraturan daerah, sistem dan pelaporan19.

Dalam rangka melaksanakan wewenang sebagaimana yang diamanatkan oleh Undang-undang no 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

18 PDF UU No33 Tahun 2004, bab V, pasal 6 (2) 19 Abdul Halim. Akutansi Keuangan Daerah., hal 96.


(43)

Daerah dan UU no 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah, oleh karena itu Pemerintah Daerah harus melakukan maksimalisasi Pendapatan Daerah. Untuk peningkatan pendapatan daerah dapat dilaksanakan langkah-langkah sebagai berikut :20

1. Intensifikasi, melalui upaya :

a) Pendapatan dan peremajaan objek dan subjek pajak dan retribusi daerah.

b) Mempelajari kembali pajak daerah yang dipangkas guna mencari kemungkinan untuk dialihkan menjadi retribusi. c) Mengintensifikasi penerimaan retribusi yang ada.

d) Memperbaiki sarana dan prasarana pungutan yang belum memadai

2. Penggalian sumber-sumber penerimaan baru (ekstensifikasi). Penggalian sumber-sumber pendapatan daerah tersebut harus ditekankan agar tidak menimbulkan biaya ekonomi yang terlalu tinggi karena, pada dasarnya upaya ekstensifikasi bertujuan untuk meningkatkan kegiatan ekonomi masyarakat. Dengan demikian upaya ekstensifikasi lebih diarahkan kepada upaya untuk mempertahankan potensi daerah agar potensi tersebut dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan.


(44)

3. Peningkatan pelayanan kepada masyarakat

Peningkatan pelayanan kepada masyarakat ini merupakan unsur yang penting dalam peningkatan pendapatan sehingga peningkatan pelayan harus dilakukan guna memberikan kepuasan kepada masyarakat sehingga timbul paradigm dimasyarakat bahwa komponen PAD yang mereka bayarkan mampu memberikan kontribusi yang besar bagi pelayanan di masyarakat.

C. Kerangka Berfikir

Berdasarkan kerangka teori yang diperkuat dengan penelitian terdahulu, maka dapat dibuat kerangka berfikir sebagai berikut :

1. Secara parsial terdapat pengaruh yang signifikan antara PAD dengan kinerja keuangan pemerintah kabupaten dan kota di Povinsi Aceh.

Kinerja keuangan pemerintah merupakan indikator penting dalam menilai baik buruknya pemerintah dalan menjalankan wewenang untuk meningkatkan pendapatan serta kemandirian daerahnya. penilaian kinerja keuangan tersebut menjadi tolak ukur ketergantungan pemerintah daerah terhadap anggaran pusat.

Demi meningkatkan kinerja keuangan, pemerintah berupaya meningkatkan kualitas pelayan publik dan berusaha mengurangi kesenjangan sosial dengan cara meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD). PAD terdiri dari beberapa komponen yaitu pajak


(45)

daerah, retribusi daerah, kekayaan daerah terpisahkan, zakat dan lain-lain PAD yang sah. Semakin tinggi PAD maka kinerja keuangan semakin membaik dan ini berarti pemerintah daerah mampu membiayai sendiri aktifitas perekonomian dengan kata lain perekonomian daerah tersebut mandiri secara finansial.

Pada penelitian sebelumnya, Ebit Julitawati, Darwanis, Jalaludin (2012) menyatakan bahwa secara parsial pajak daerah, retribusi daerah, kekayaan daerah terpisahkan, zakat dan lain-lain PAD yang sah berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah kabupaten dan kota di Provinsi Aceh. Berdasarkan penjabaran diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa secara parsial PAD berpengaruh terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah kabupaten dan kota di Provinsi Aceh.

2. Secara simultan terdapat pengaruh yang signifikan antara PAD dengan kinerja keuangan pemerintah daerah kabupaten dan kota di Provinsi Aceh.

Pada penelitian Cherrya Dhia Wenny (2011) dinyatakan bahwa secara simultan PAD berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah kabupaten dan kota di Provinsi Sumatera Selatan. Ini menunjukkan bahwa secara bersama-sama seluruh komponen PAD mempunyai dampak postif terhadap kinerja keuangan. Hal ini juga mengindikasikan bahwa antara satu komponen PAD terhadap komponen lainnya berpengaruh sangat


(46)

kuat. Sehingga dapat disimpulkan bahwa secara simultan PAD berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan pemerintah.

D. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka teori yang diperkuat dengan penelitian terdahulu, maka dapat dibuat hipotesis sebagai berikut : H1 : Secara parsial terdapat pengaruh yang signifikan antara

PAD dan kinerja keuangan pemerintah kabupaten dan kota di Provinsi Aceh.

H2 : Secara simultan terdapat pengaruh yang signifikan antara

PAD dan kinerja keuangan pemerintah kabupaten dan kota di Provinsi Aceh.


(47)

BAB III

METODELOGI PENELITIAN

A. Objek dan Subjek Penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah kinerja keuangan pemerintah daerah kabupaten dan kota Provinsi Aceh. Sedangkan subjeknya adalah seluruh komponen PAD yang meliputi pajak daerah, retribusi daerah, kekayaan daerah terpisahkan, zakat dan lain-lain PAD yang sah. Periode penelitian ialah tahun 2011-2015

B. Jenis Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif yaitu berupa data sekunder berupa angka-angka dalam bentuk data panel. Data diperoleh dari media perantara, baik melalui internet, buku dan media lainnya yang berhubungan dengan judul penelitian.

C. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik dokumentasi, yaitu mencatat data dari laporan-laporan berbagai sumber. Sumber data sekunder diperoleh dari laporan Badan Pusat Statistika (BPS) yang telah di unggah ke laman resmi lembaga tersebut. Data yang digunakan merupakan data realisasi anggaran pendapatan dan belanja daerah provinsi Aceh periode 2010-2015, data Statistik Aceh dalam angka,


(48)

data dari kajian ekonomi dan keuangan regional Provinsi Aceh caturwulan II dan IV tahun 2015. Aceh dalam angka tahun 2000-2005 dan 2011-2015.

D. Definisi Operasioanal Variabel dan Pengukurannya

Penelitian ini terdiri dari enam variabel yang meliputi lima variabel independen dan satu variabel dependen. Variabel independen (bebas) adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel dependen. Dalam penelitian ini variabel independennya yaitu :

1. Pajak daerah

Hasil pajak daerah, yaitu pungutan yang dilakukan oleh pemerintah daerah berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan ditetapkan melalui peraturan daerah1. Pungutan ini

dikenakan kepada semua objek seperti orang/badan dan benda bergerak/tidak bergerak, seperti pajak hotel, pajak restoran, pajak hiburan, pajak reklame, pajak parker, dll. Dalam penelitian ini pajak daerah berperan sebagai variabel independen (X1) yang kemudian

disebut X1PD. Satuan pajak daerah yang digunakan berupa milyaran

rupiah.

2. Retribusi daerah

Hasil retribusi daerah adalah pungutan yang diambil oleh pemerintah daerah atas penerimaan pelayanan jasa yang telah diberikan pemerintah daerah untuk kepentingan dan kemanfaatan


(49)

umum serta pungutan dari pembayaran jasa usaha dan pembayaran atas izin tertentu2. Dalam penelitian ini retribusi daerah sebagai

variabel independen (X2) yang kemudian disebut X2RD. Satuan

yang digunakan berupa milyaran rupiah.

3. Pendapatan hasil pengelolaan kakayaan yang dipisahkan.

Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, yaitu penerimaan daerah yang berasal dari pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, mencakup bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik daerah/BUMD, bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik negara/BUMN, bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik swasta atau kelompok usaha masyarakat. Dalam penelitian ini satuan pendapatan hasil pengelolaan kekayaan sebagai variabel independen (X3) yang

kemudian disebut X3KDP. Satuan dari variabel ini berupa milyaran

rupiah.

4. Zakat

Zakat menurut Bahasa adalah membersihkan diri atau mensucikan diri. Sedangkan menurut istilah zakat adalah kadar harta tertentu yang wajib dikeluarkan kepada orang yang membutuhkan atau berhak menerimanya dengan beberapa syarat tertentu sesuai dengan syariat islam3. Infaq menurut Bahasa berarti mengeluarkan

2 Ibid, ayat 64


(50)

sesuatu (harta) untuk kepentingan sesuatu, sedangkan menurut istilah infaq berarti mengeluarkan sebagian dari harta atau pendapatan untuk kepentingan yang diperintahkan islam. Dalam penelitian ini satuan zakat/infaq merupakan variabel independen (X4) yang kemudian disebut X4ZKT. Satuan yang digunakan berupa

milyaran rupiah.

5. Lain-lain PAD yang sah

Lain-lain PAD yang sah yaitu penerimaan daerah yang berasal dari lain-lain milik pemda, seperti hasil penjualan aset daerah yang tidak dipisahkan, jasa giro, pendapatan bunga, dll4. Dalam penelitian ini satuan lain-lain PAD yang sah merupakan variabel independen (X5) yang kemudian disenbut X5LPS.

Satuannya berupa milyaran rupiah.

6. Kinerja keuangan

James B. Whittaker menyatakan bahwa pengukuran atau penilaian kinerja adalah suatu alat manajemen untuk meningkatkan kualitas pengambilan keputusan dan akuntabilitas5. Dalam

penelitian ini kinerja keuangan merupakan variabel dependen (Y). Satuannya berupa milyaran rupiah yang diukur berdasarkan rasio desentralisasi fiskal, kemudian disederhanakan dalam skala derajat interval.

4 PDF UU No 33 Tahun 2004, bab V, pasal 6 ayat 2


(51)

E. Model Penelitian

Model penelitian menunjukkan hubungan antar varoabel yang diteliti. Dilain sisi, model penelitian menunjukkan jumlah rumusan masalah yang akan dibahas dan dijawab dalam penelitian. Penelitian ini menguji hubungan antara PAD dengan kinerja keuangan pemerintah baik secara parsial maupun secara simultan. Pada penelitian ini model persamaan regresi yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda, yaitu regresi yang memiliki satu variabel dependen dan lebih dari satu variabel independen. Model regresi linier berganda bertujuan untuk mendeteksi kekuatan pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen.

Model dasar yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada model penelitian yang digunakan oleh Cherry Diah W (2012) yang meneliti tentang pengaruh PAD terhadap kinerja keuangan pada pemerintah kabupaten dan kota di Provinsi Sumatera Selatan. Peneliti ini mengunakan metode regresi liner untuk mengetahui pengaruh dari PAD terhadap kinerja keuangan pemerintah. Adapun model persamaan yang cherry buat adalah sebagai berikut:

� = � + � � + � � + � � + � � + � (3.1) Keterangan:

Y : Kinerja (Variabel dependen)

α : Konstanta


(52)

Varibel independen : X1 : Pajak Daerah X2 : Retribusi Daerah

X3 : Hasil Perusahaan dan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan X4 : Lain-lain PAD yang Sah

Pada model penelitian Cherry, peneliti menggunakan data seluruh komponen PAD yang terdiri dari pajak daerah, retribusi daerah, kekayaan daerah terpisahkan serta lain-lain PAD yang sah. Peneliti menggunakan rasio kemandirian dalam mengukur kinerja keuangan pemerintah. Sedangkan dalam penelitian ini, peneliti menambahkan komponen zakat dalam pendapatan asli daerah, sehingga variabel independennya bertambah menjadi lima dan kinerja keuangan pemerintah (variabel dependen) diukur berdasarkan rasio desentralisasi fiskal. Hubungan antar variabel tersebut dapat digambarkan dengan persamaan sebagai berikut :

KKit = α + β1PDit+ β2RDit+ β3KDTit+ β4ZKTit + β5LPSit + ε (3.2)

Keterangan :

Y : Kinerja (Variabel dependen).

: Konstanta.

: Tingkat kesalahan pengganggu (eror). Variabel independen :


(53)

RD : Retribusi daerah.

KDP : Hasil perusahaan dan kekayaan daerah yang dipisahkan.

ZKT : Zakat

LPS : Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah.

F. Metode Penelitian

Metode dalam penelitian dipilih sesuai dengan tujuan penelitian, setiap peneliti perlu mengidentifikasi apakah data yang dimiliki memenuhi asumsi dasar. Dalam penelitian terdapat dua jenis metode yaitu metode kuantitatif dan metode kualitatif. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif, yaitu data diukur dalam suatu skala numerik (angka). Metode kuantitatif adalah pendekatan ilmiah yang memandang suatu realitas itu dapat diklasifikasikan, konkrit, teramati dan terukur, hubungan sebab akibat dimana data penelitiannya berupa angka-angka dan analisisnya menggunakan statistic.

Data Penelitian dianalisis dengan menggunakan model analisis regresi linear berganda yaitu menggunakan pooled data periode 2011-2015. Data diolah dengan menggunakan program bantuan EViews (Economic Views) versi 8.0. Sebelum data dianalisis lebih jauh, terlebih dahulu dibuat model estimasi data melalui Ordinary Least Square (OLS) yang terdiri dari

common effect, fixed effect dan random effect. Ini dilakukan guna mengetahui model estimasi yang tepat dalam mengolah data yang akan diteliti.


(54)

1. Common Effect (Pooled Lest Square)

Model common effect menggabungkan data cross section

dengan time series dan menggunakan metode OLS untuk mengestimasi model data panel tersebut. Pada pendekatan ini tidak memperhatikan dimensi individu maupun waktu sehingga perilaku data antar individu sama dalam berbagai kurun waktu. Adapun model uji common effect adalah sebagai berikut:

Yit = b0 + b1Xit + b2Xit +…..+

ε

it (3.3)

Dimana b1 dan b2 adalah parameter, sedangkan i adalah individu dan t adalah waktu.

2. Fixed Effect

Fixed effect adalah model dengan intercept berbeda-beda untuk setiap subjek (cross section) tetapi koefisien regresi (slope) setiap subjek tidak berubah seiring waktu. Dalam membedakan suatu subjek dengan subjek lainnya digunakan variabel dummy atau yang sering disebut dengan model Least Square Dummy Variabels

(LSDV). Adapun model pada fixed effect adalah sebagai berikut:

Yit = b0 + b1Xit + b2Xit + b3D1i + b4D2i+ …. +

ε

it (3.4) Dimana D adalah dummy, i adalah 1,2,…n dan t adalah


(55)

3. Random Effect

Random effect disebabkan variasi dalam nilai dan arah hubungan antar subjek diasumsikan random yang dispesifikasikan dalam bentuk residual. Metode analisis data panel menggunakan model ini haruslah memenuhi syarat yaitu jumalah cross section

harus lebih besar dari variabel peneliti. Model dalam mengestimasi random effect adalah Generalized Least Square (GLS). Adapun modelnya adalah sebagai berikut :

Y

it

= a

1

+ b

jX jit

+ ε

it dengan

ε

it

= u

i

+ v

t

+ w

t

(3.5)

Dimana Ui ~ N (0, u2) adalah komponen cross section

error sedangkan Vt ~ N (0, v2) adalah komponen time series error

dan Wit ~ N (0, w2) adalah komponen error kombinasi.

Setelah melakukan ketiga model diatas maka langkah selanjutnya adalah menentukan model yang paling tepat dalam mengolah data dengan melakukan Uji Hausman Test yaitu dengan membeuat hipotesis seperti:

H0 : Common Effect Model

H1 : Fixed Effect Model

Dasar penolakan terhadap hipotesis di atas adalah dengan membandingkan F statistik dengan F tabel atau membandingkan F tabel dengan probabilitas yaitu sebesar 0,05. Apabila hasil F hitung lebih besar


(56)

(>) dari F tabel atau F hitung > 0,05 maka H0 ditolak. Ini berarti model yang lebih tepat dipakai adalah model fixed effect dan sebaliknya. Setelah model estimasi telah terpilih makan langkah selanjutnya adalah melakukan uji asumsi klasik. Pada data panel tidak semua uji asumsi klasik di gunakan. Adapun uji yang digunakan pada penelitian ini adalah Uji Multikolinearitas dan Uji Hetereoskedestisitas.

4. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji hubungan atau korelasi yang tinggi di antara variabel bebas. Model regresi yang baik seharusnya tidak terdapat korelasi yang kuat antar variabel independennya. Metode untuk mendeteksi ada tidaknya masalah multikolinearitas ini yaitu melalui metode korelasi parsial antar variabel dengan syarat koefisien korelasi tidak lebih dari 0,85. Jika syarat ini tidak terpenuhi maka data yang di olah menggandung multikolinearitas.

5. Uji Heteroskedestisitas

Uji heteroskedestisitas bertujuan untuk menguji ketidaksamaan varian dari residual model regresi. Data yang baik adalah data yang memiliki nilai regresi yang konstan. Metode yang digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya masalah heteroskedestisitasini yaitu dengan melakukan Uji Grafik. Uji Grafik dilakukan dengan meregresi fungsi-fungsi residual. Jika variabel independen tidak signifikan secara statistik, maka dapat disimpulkan bahwa model


(57)

yang terbentuk dalam persamaan regresi tidak mengandung heteroskedestisitas.

Terpenuhinya asumsi klasik bersifat mutlak, hal ini dilakukan guna memperoleh model regresi dengan estimasi yang tidak bias sehingga data yang di uji dapat dipercaya. Selanjutnya untuk menjawab hipotesis yang telah dibuat langkah berikutnya adalah melakukan uji signifikansi. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Uji Simultan (F), Uji Parsial (t), dan model persamaan regresi.

6. Uji Simultan (F)

Uji F statistik digunakan untuk menguji pengaruh dari seluruh variabel bebas secara bersama-sama (serentak) terhadap variabel tidak bebas. Uji F dimaksudkan untuk melihat kemampuan menyeluruh dari variabel bebas yaitu komponen PAD (X) terhadap kinerja keuangan (Y). Uji ini dilakukan dengan melihat nilai koefisien determinasi (R2). Jika p-value < 0,05 maka terdapat pengaruh antara variabel bebas secara keseluruhan terhadap variabel terkait.

7. Uji Parsial (t)

Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas atau independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen. Uji ini dilakukan untuk melihat pengaruh komponen PAD secara parsial (satu persatu) terhadap kinerja keuangan pemerintah. Uji ini dilakukan dengan


(58)

melihat masing-masing nilai koefisien regresi. HA diterima jika βi

≠ 0dan sebaliknya H0 diterima jika βi = 0.

8. Koefisien Determinasi

Pengukuran koefisien determinasi (R2) dilakukan untuk mengetahui prosentase pengaruh variabel independen terhadap perubahan variabel dependen. Pengukuran ini untuk mengetahui seberapa besar variabel dependen mampu dijelaskan oleh variabel independennya, sedangakan sisanya dijelaskan oleh sebab-sebab lain diluar model. Jika dalam regresi menggunakan dua atau lebih variabel independen maka pengukuran koefisien determinasi akan menggunakan Adjusted R Squre, dengan tujuan untuk mengukur kebenaran dan kebaikan hubungan antar variabel dalam model yang digunakan. Nilai Adjust R Square berkisar 0-1. Dimana jika hasil semakin mendekati angka 1, maka ini menunjukkan variabel (X) yang kita miliki semakin baik menjelaskan variasi dari variable (Y). Adapun metode penelitian dalam penelitian ini dapat dilihat pada Grafik 3.1.


(59)

Grafik 3.1. Metode Penelitian

Kesimpulan

Uji Signifikan

Uji F Uji t Adjust R2

Uji Asumsi Klasik

Multikolinearitas Heteroskedestisitas Pemilihan Model Regresi Panel

Uji Chow Uji LM Uji Hausman

Model Estimasi Data Panel

Common Effect Fixed Effect Random Effect

Objek Penelitian


(60)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Perekonomian Provinsi Aceh

Sejak tahun 2009 hingga saat ini, Provinsi Aceh terdiri dari 23 kabupaten dan kota, banyaknya jumlah kabupaten dan kota tersebut tentunya berimbas kepada pendapatan yang diterima oleh Aceh. Semakin baik pemerintah mengolah kekayaan tiap daerah maka secara tidak langsung akan bermpak pula pada perekonomian daerah tersebut. Tercatat pada tahun 2015 penerimaan pendapatan pemerintah Aceh mencapai Rp 35,44 Triliun atau 95,03%1. Penerimaan pendapatan ini tidak terlepas dari penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) setiap kabupaten dan kota di Provinsi Aceh.

Pada laporan kajian ekonomi dan keuangan regional Provinsi Aceh triwulan ke IV tahun 2015 menyatakan bahwa perekonomian Aceh pada triwulan I 2016 diperkirakan akan tumbuh positif antara 2,68% dan 3,68% dan secara keseluruhan tahun 2016 diperkirakan mengalami pertumbuhan antara 2,65% dan 3,65% dan perkiraan ini lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan perekonomian aceh tahun 2015 yang mengalami kontraksi 0,72%. Sumber pertumbuhan ekonomi Aceh pada triwulan-I 2016 diperkirakan akan berasal dari pengeluaran konsumsi rumah tangga dan

1PDF. “Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Prov. Aceh Triwulan IV


(61)

konsumsi pemerintah seiring dengan peningkatan konsumsi menjelang persiapan pilkada serentak 2017. Sementara itu, dari sisi penawaran sektor pertanian, kehutanan dan perikanan diperkirakan masih menjadi sektor yang memacu pertumbuhan ekonomi Aceh ditengah risiko penurunan harga komoditas dunia.

Namun, pesatnya pertumbuhan ekonomi Aceh tidak diimbangi dengan kinerja keuangan pemerintah daerahnya. Ini ditunjukkan dari data yang dikumpulkan peneliti setelah dianalisi menggunakan rasio desentralisasi fiskal menunjukkan bahwa kinerja keuangan pemerintah daerah Aceh masih belum baik. Adanya ketergantungan yang besar terhadap bantuan dana dari pusat menjadikan daerah di kabupaten dan kota Aceh belum mandiri secara finansial. Ketergantungan kabupaten dan kota terhadap bantuan dana dari pemerintah pusat salah satunya disebabkan oleh bencana, ini dikarenakan Aceh menjadi salah satu provinsi dengan sebaran gunung api terbanyak di Indonesia baik di darat maupun di laut.

Jika dilihat lebih rinci komponen PAD lebih banyak dibandingkan provinsi lainnya di Indonesia. Yaitu masukkan komponen zakat dalam pendapatan asli daerah, ini menyatakan bahwa zakat tidak hanya kewajiban syariat semata tetapi juga kewajiban atas Negara. Tapi, masukkan dana zakat sebagai komponen PAD masih belum memberikan dampak bagi perekonomian di Aceh. Ini disebabkan kesadaran masyarakat aceh dalam membayar zakat masih minim meskipun secara keseluruhan zakat mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Pendapatan zakat di


(62)

Provinsi Aceh selama lima tahun terakhir yaitu periode 2011 hingga 2015 dapat dilihat pada grafik 4.1.

Sumber : BPS Aceh, diolah 2016

B. Hasil Penelitian

Adapun tahapan peneliti untuk menjawab rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan model regresi linier berganda berupa data panel melaui Uji Ordinary Least Square (OLS), Uji Hausman Test, Uji Asumsi Klasik dan Uji Signifikansi.

1. Model Etimasi Data Panel

Untuk memilih model estimasi data yang tepat dalam mengolah data penelitian maka dilakukan tiga kali uji model yang terdiri dari model common effect (pooled least square), fixed effect dan random effect. Adapun hasil dari ketiga model tersebut yaitu:


(63)

Berdasarkan hasil olah di atas, dapat disimpulkan bahwa model fixed adalah model yang lebih baik digunakan pada penelitian ini. Ini dilihat dari besarannya R-squared pada kedua model di atas. Pada common effect R-square sebesar 0.20 atau setara dengan 20% sedangkan pada fixed effect R-square sebesar 0,95 atau setara dengan 95%. Nilai R-square yang lebih besar dari model di atas

Tabel 4.1 Hasil Commen Effect Sumber : Data diolah 2016

Tabel 4.2 Hasil Fixed Effect Sumber : Data diolah 2016


(64)

tersebut yang dikemudian disimpulkan sebagai model yang lebih baik.

Setelah dilakukan model fixed effect langkah selanjutnya melakukan uji estimasi data menggunakan model random effect. Dari hasi yang diperlihatkan pada Tabel 4.3 dapat disimpulkan bahwa model random effect lebih tepat digunakan dalam metode ini. Ini terlihat dari adanya effect specification. Nilai cross-section random menunjukkan 0.00 atau 0% pada Rho menunjukkan data tidak mengalami kesamaan spesifikasi.

Tabel 4.3. Hasil Random Effect Sumber : Data diolah 2016


(65)

2. Uji Hausman Test

Uji hausman test dilakukan setelah hasil estimasi data yang dianggap menjadi model regresi yang lebih baik telah terpilih. Uji hausman digunakan untuk menentukan model yang tepat dalam mengolah data. Adapun hasil yang diperoleh pada uji ini dapat dilihat pada Tabel 4.4.

Tabel 4.4 Hasil Dalam Menentukan Model Terbaik Sumber : Data diolah 2016


(66)

Untuk menentukan conlcusion model terbaik yang akan digunakan, yaitu antara Fixed atau Random Effects maka kedua model tersebut perlu dibandingkan menggunakan Uji Hausman Test. Sehingga, diperlukan hipotesis sebagai berikut:

H0 = Random Effects

H1 = Fixed Effects

Diketahui bahwa probabilitas cross section random sebesar 0.0000. Ini menunjukkan bahwa probilitas lebih kecil dibanding

dengan nilai α yaitu 0.05. (prob < α ) Jadi, dapat disimpulkan bahwa

hipotesis H0 berhasil ditolak. Sehingga, menurut hausman test

model fixed effect lebih baik daripada random effect karena tingkat signifikansi lebih baik secara statistik. Langkah selanjutnya adalah melakukan uji asumsi klasik. Pada data panel tidak semua uji asumsi klasik harus terpenuhi. Adapun uji asumsi klasik pada penelitian ini yaitu uji multikolinearitas dan uji heteroskedestisitas.

3. Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik pada model regresi linier berganda tidak harus semuanya terpenuhi. Pada data panel ini misalnya, uji yang harus dilakukan hanya uji multikolinearitas dan uji heteroskedestisitas. Uji ini guna melihat hubungan antar variabel independen satu dengan yang lainnya dan melihat kesamaan data


(67)

yang akan diolah. Hasil uji asumsi klasik pada penelitian ini bisa dilihat pada Tabel 4.5 dan Tabel 4.6.

Tabel 4.5. Hasil Multikolinearitas Sumber : Data diolah 2016

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji hubungan atau korelasi yang tinggi di antara variabel bebas. Model regresi yang baik seharusnya tidak terdapat korelasi yang kuat antar variabel independennya. Metode untuk mendeteksi ada tidaknya masalah multikolinearitas ini yaitu melalui metode korelasi parsial antar variabel dengan syarat koefisien korelasi tidak lebih dari 0,85. Jika syarat ini tidak terpenuhi maka data yang di olah menggandung multikolinearitas. Dari tabel diatas dapat kita lihat bahwa tidak terdapat komponen yang mempunyai koefisien korelasi 0.85. Sehingga bisa dikatakan data yang diolah terbebas dari adanya multikolinearitas atau terbedas dari adanya hubungan yang tinggi antar variabel independennya. Cara lain untuk melihat ada tidaknya multikolinearitas adalah dengan membandingkan nilai F-statistik dengan nilai F-tabel dengan probabilitas 0,05.


(68)

Dari data diatas dapat dilihat bahwa F-statistic menunjukkan angka 4,93 sedangkan jika menggunakan F-tabel dengan jumlah variabel sebanyak enam (6) dengan periode selama lima (5) tahun maka hasil yang diperoleh adalah sebesar 4,95. Kesimpulan dapat diperoleh jika hasil F-statistic lebih besar dibandingkan hasil F-tabel2. Maka, dari data yang diperoleh diatas dapat disimpulkan bahwa data yang diolah tidak terkena multikolinearitas karena hasil F-statistik lebih kecil dibanding F-tabel. (F-stat 4,93 < F-tabel 4.95).

Setelah data diuji dengan uji multikolinearitas dan tidak terdapat hubungan yang saling berkaitan maka langkah selanjutnya adalah melakukan uji heteroskedestisitas. Uji heteroskedestisitas

bertujuan untuk menguji ketidaksamaan varian dari residual model

2Wing Wahyu W.

Analisis ekonometrika dan statistika dengan eviews. , hal.57.

Tabel 4.6 Hasil Persamaan Regresi Sumber : Data diolah 2016


(69)

regresi. Data yang baik adalah data yang memiliki nilai regresi yang konstan. Metode yang digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya masalah heteroskedestisitas ini, yaitu dengan menggunakan metode grafik. Pada metode grafik kesimpulan dapat diambil dengan melihat hasil sebaran observasi. Jika sebaran observasi tersebar secara acak maka dapat dikatakan data yang diolah tidak mengalami

heteroskedestisitas. Metode grafik dilakukan dengan meregresi fungsi-fungsi residual.

Setelah analisis regresi dilakukan maka langkah selanjutnya adalah melihat sebaran data observasi, yaitu dengan cara membuat grafik sebar (scatter plot). Adapun hasil dari grafik sebar yaitu :

Tabel 4.7. Hasil Analisis Regresi Sumber : Data diolah 2016


(70)

Dari grafik sebar di atas terlihat titik-titik observasi tersebar secara acak dan tidak menunjukkan pola tertentu, sehingga dapat disimpulkan bahwa data yang diolah tidak terkena dampak

heteroskedestisitas. Setelah uji asumsi klasik terpernuhi maka langkah selanjutnya adalah menguji hipotesis dengan cara uji signifikansi.

4. Uji Signifikansi

Pengujian hipotesis dalam penelitian dengan data panel dilakukan melalui uji signifikansi dengan menggunakan Uji Parsial (t), Uji Simultan (F), dan model persamaan regresi. Uji Parsil (t) digunakan untuk melihat signifikansi dari pengaruh independen secara individu terhadap variabel dependen dengan mengganggap variabel lain bersifat konstan. Uji parsial dilakukan dengan cara membandingkan nilai t-hitung dengan

Grafik 4.2. Hasil Scatter plot Sumber : Data diolah 2016


(71)

nilai t-tabel. Dasar pengambilan keputusannya adalah jika t- hitung > t-tabel, berarti H0 ditolak yang berarti X1 berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen, begitupun sebaliknya. Selain membandingkan nilai t-tabel dengan t-hitung uji parsial dapat dilakukan dengan melihat probabilitas variabel independen. Jika probabilitas < 0.05 maka dapat dinyatakan bahwa data yang diuji signifikan, begitupun sebaliknya. Adapun hipotesis pada uji parsial ini yaitu:

H0 = Secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel independen

H1 = Secara parsial berperanguh signifikan terhadap variabel dependen

Tabel 4.8. Hasil Uji t-statistic Sumber : Data diolah 2016


(72)

Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa:

1. Pajak Daerah (PD)

Hasil regresi menunjukan bahwa PD memiliki efek yang positif terhadap KK, dengan koefisien PD dari lima komponen yaitu sebesar 1,15E-09. Nilai dari probabilitas PD sebesar 0,0000 menunjukan bahwa koefisien ini signifikan secara statistik. Berarti H1 diterima, karena nilai probabilitas lebih

kecil dari α. Nilai α yaitu 0,05 yang berarti (prob < α). Sehingga

dapat disimpulkan bahwa PD mempengaruhi KK. Nilai koefisien sebesar 1,15E-09 artinya ketika PD mengalami perubahan satu satuan, maka KK akan bertambah sebesar 1,15E-09 satu satuan.

2. Retribusi Daerah (RD)

Hasil regresi menunjukan bahwa RD memiliki efek yang negatif terhadap KK, dengan koefisien RD dari lima komponen yaitu sebesar -1.90E-10. Nilai dari probabilitas PD sebesar 0,0000 menunjukan bahwa koefisien ini signifikan secara statistik. Berarti H1 diterima, karena nilai probabilitas lebih kecil

dari α. Nilai α yaitu 0,05 yang berarti (prob < α). Sehingga dapat

disimpulkan bahwa PD mempengaruhi KK. Nilai koefisien sebesar -1.90E-10 artinya ketika PD mengalami perubahan satu satuan, maka KK akan berkurang sebesar -1.90E-10 satu satuan.


(73)

3. Kekayaan Daerah Tepisah (KDT)

Hasil regresi menunjukan bahwa KDT memiliki efek yang negatif terhadap KK, dengan koefisien KDT dari lima komponen yaitu sebesar -7.70E-10. Nilai dari probabilitas KDT sebesar 0,0000 menunjukan bahwa koefisien ini signifikan secara statistik. Berarti H1 diterima, karena nilai probabilitas lebih kecil dari α. Nilai α yaitu 0,05 yang berarti (prob < α). Sehingga dapat disimpulkan bahwa PD mempengaruhi KK. Nilai koefisien sebesar -7.70E-10 artinya ketika PD mengalami perubahan satu satuan, maka KK akan berkurang sebesar -7.70E-10 satu satuan.

4. Zakat (ZKT)

Hasil regresi menunjukan bahwa ZKT memiliki efek yang negatif terhadap KK, dengan koefisien ZKT dari lima komponen yaitu sebesar -2.22E-10. Nilai dari probabilitas ZKT sebesar 0,0153 menunjukan bahwa koefisien ini tidak signifikan secara statistik. Berarti H1 diterima, karena nilai probabilitas lebih besar dari α. Nilai α yaitu 0,05 yang berarti (prob > α). Sehingga dapat disimpulkan bahwa ZKT tidak mempengaruhi KK. Nilai koefisien sebesar -2.22E-10 artinya ketika PD mengalami perubahan satu satuan, maka KK akan berkurang sebesar -2.22E-10 satu satuan.


(74)

5. Lain-lain PAD yang Sah (LPS)

Hasil regresi menunjukan bahwa LPS memiliki efek yang negatif terhadap KK, dengan koefisien LPS dari lima komponen yaitu sebesar 1,07E-11. Nilai dari probabilitas LPS sebesar 0,0000 menunjukan bahwa koefisien ini signifikan secara statistik. Berarti H1 diterima, karena nilai probabilitas lebih kecil

dari α. Nilai α yaitu 0,05 yang berarti (prob < α). Sehingga dapat

disimpulkan bahwa PD mempengaruhi KK. Nilai koefisien sebesar 1,07E-11 artinya ketika PD mengalami perubahan satu satuan, maka KK akan berkurang sebesar 1,07E-11 satu satuan. Setelah hipotesis pada uji parsial di dapat maka langkah selanjutnya adalah melakukan uji simultan (F). Uji F statistik digunakan untuk menguji pengaruh dari seluruh variabel bebas secara bersama-sama (serentak) terhadap variabel tidak bebas. Uji F dimaksudkan untuk melihat kemampuan menyeluruh dari variabel bebas yaitu komponen PAD (X) terhadap kinerja keuangan (Y). Uji ini dilakukan dengan membandingkan hasil F-hitung dengan hasil F-tabel. Dasar pengambilan keputusannya adalah jika F-hitung > F-tabel, berarti H0 ditolak yang berarti X1 berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen, begitupun sebaliknya. Selain membandingkan nilai tabel dengan


(75)

F-hitung uji simultan dapat dilakukan dengan melihat probabilitas (F-statistic). Jika probabilitas < 0.05 maka dapat dinyatakan bahwa data yang diuji signifikan, begitupun sebaliknya. Adapun hipotesis pada uji simultan ni yaitu:

H0 = Secara simultan tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel independen

H1 = Secara simultan berperanguh signifikan terhadap variabel dependen

Dari data diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa nilai probabilitas F-statistic adalah sebesar 0,00 ini menunjukkan

bahwa probabilitas lebih besar dibanding nilai α yaitu 0,05

dengan kata lain probabilitas F-statistic < α. Sehingga dari

hipotesis yang telah dibuat hasilnya adalah H1 diterima.

Tabel 4.9. Hasil Uji F-statistic Sumber : Data diolah 2016


(1)

Weighted Statistics

R-squared 0.950787 Mean dependent var -2.161153 Adjusted R-squared 0.950537 S.D. dependent var 0.239077 S.E. of regression 0.053171 Sum squared resid 2.224998 F-statistic 3801.182 Durbin-Watson stat 2.751017 Prob(F-statistic) 0.000000

Unweighted Statistics

R-squared 0.950787 Mean dependent var -2.161153 Sum squared resid 2.224998 Durbin-Watson stat 2.751017

LAMPIRAN 4

Pemilihan Model Regresi Panel

Dependent Variable: KK Method: Panel Least Squares Date: 02/21/17 Time: 08:24 Sample: 2011 2015

Periods included: 5

Cross-sections included: 22

Total panel (balanced) observations: 660

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -2.249242 0.103769 -21.67550 0.0000 PD 1.15E-09 1.65E-10 6.974495 0.0000 RD -1.90E-10 3.99E-11 -4.778005 0.0000 KDT -7.70E-10 9.76E-11 -7.888755 0.0000 ZKT -2.22E-10 8.64E-11 -2.566425 0.0153

R-squared 0.950787 Mean dependent var -2.161153 Adjusted R-squared 0.944437 S.D. dependent var 0.242315 S.E. of regression 0.057118 Akaike info criterion -2.759150 Sum squared resid 0.101136 Schwarz criterion -2.539217 Log likelihood 54.66471 Hannan-Quinn criter. -2.682388 F-statistic 4.932891 Durbin-Watson stat 2.865272 Prob(F-statistic) 0.000000


(2)

LAMPIRAN 5

5.1 Uji Asumsi Klasik

a.

Uji Autokorelasi

KK PD RD KDT ZKT LPS

KK 1.000000 0.696131 0.154377 0.212723 0.621296 0.272569 PD 0.696131 1.000000 0.344438 0.694569 0.436537 0.400613 RD 0.154377 0.344438 1.000000 -0.265588 -0.602455 -0.602624 KDT 0.212723 0.694569 -0.265588 1.000000 0.550035 0.728262 ZKT 0.621296 0.436537 -0.602455 0.550035 1.000000 0.847996 LPS 0.272569 0.400613 -0.602624 0.728262 0.847996 1.000000

PD RD KDT ZKT LPS

1 - 11 1381901000 1241967000 1662621000 1196000001 1230810000 1 - 12 2746826000 6800677000 1894683000 1122871764 3484837000 1 - 13 3135620000 6634007000 2533417000 1126750958 3006735000 1 - 14 3167600000 1272737000 2769194000 3455000000 30384213000 1 - 15 2400000000 2042727000 2769194000 1865050000 28694919000 2 - 11 1381901000 1241967000 1662621000 1196000001 1230810000 2 - 12 2746826000 6800677000 1894683000 1122871764 3484837000 2 - 13 3135620000 6634007000 2533417000 1126750958 3006735000 2 - 14 3167600000 1272737000 2769194000 3455000000 30384213000 2 - 15 2400000000 2042727000 2769194000 1865050000 28694919000 3 - 11 1381901000 1241967000 1662621000 1196000001 1230810000 3 - 12 2746826000 6800677000 1894683000 1122871764 3484837000 3 - 13 3135620000 6634007000 2533417000 1126750958 3006735000 3 - 14 3167600000 1272737000 2769194000 3455000000 30384213000 3 - 15 2400000000 2042727000 2769194000 1865050000 28694919000 4 - 11 1381901000 1241967000 1662621000 1196000001 1230810000 4 - 12 2746826000 6800677000 1894683000 1122871764 3484837000 4 - 13 3135620000 6634007000 2533417000 1126750958 3006735000 4 - 14 3167600000 1272737000 2769194000 3455000000 30384213000 4 - 15 2400000000 2042727000 2769194000 1865050000 28694919000 5 - 11 1381901000 1241967000 1662621000 1196000001 1230810000 5 - 12 2746826000 6800677000 1894683000 1122871764 3484837000 5 - 13 3135620000 6634007000 2533417000 1126750958 3006735000 5 - 14 3167600000 1272737000 2769194000 3455000000 30384213000


(3)

5 - 15 2400000000 2042727000 2769194000 1865050000 28694919000 6 - 11 1381901000 1241967000 1662621000 1196000001 1230810000 6 - 12 2746826000 6800677000 1894683000 1122871764 3484837000 6 - 13 3135620000 6634007000 2533417000 1126750958 3006735000 6 - 14 3167600000 1272737000 2769194000 3455000000 30384213000 6 - 15 2400000000 2042727000 2769194000 1865050000 28694919000 7 - 11 1381901000 1241967000 1662621000 1196000001 1230810000 7 - 12 2746826000 6800677000 1894683000 1122871764 3484837000 7 - 13 3135620000 6634007000 2533417000 1126750958 3006735000 7 - 14 3167600000 1272737000 2769194000 3455000000 30384213000 7 - 15 2400000000 2042727000 2769194000 1865050000 28694919000 8 - 11 1381901000 1241967000 1662621000 1196000001 1230810000 8 - 12 2746826000 6800677000 1894683000 1122871764 3484837000 8 - 13 3135620000 6634007000 2533417000 1126750958 3006735000 8 - 14 3167600000 1272737000 2769194000 3455000000 30384213000 8 - 15 2400000000 2042727000 2769194000 1865050000 28694919000 9 - 11 1381901000 1241967000 1662621000 1196000001 1230810000 9 - 12 2746826000 6800677000 1894683000 1122871764 3484837000 9 - 13 3135620000 6634007000 2533417000 1126750958 3006735000 9 - 14 3167600000 1272737000 2769194000 3455000000 30384213000 9 - 15 2400000000 2042727000 2769194000 1865050000 28694919000 10 - 11 1381901000 1241967000 1662621000 1196000001 1230810000 10 - 12 2746826000 6800677000 1894683000 1122871764 3484837000 10 - 13 3135620000 6634007000 2533417000 1126750958 3006735000 10 - 14 3167600000 1272737000 2769194000 3455000000 30384213000 10 - 15 2400000000 2042727000 2769194000 1865050000 28694919000 11 - 11 1381901000 1241967000 1662621000 1196000001 1230810000 11 - 12 2746826000 6800677000 1894683000 1122871764 3484837000 11 - 13 3135620000 6634007000 2533417000 1126750958 3006735000 11 - 14 3167600000 1272737000 2769194000 3455000000 30384213000 11 - 15 2400000000 2042727000 2769194000 1865050000 28694919000 12 - 11 1381901000 1241967000 1662621000 1196000001 1230810000 12 - 12 2746826000 6800677000 1894683000 1122871764 3484837000 12 - 13 3135620000 6634007000 2533417000 1126750958 3006735000 12 - 14 3167600000 1272737000 2769194000 3455000000 30384213000 12 - 15 2400000000 2042727000 2769194000 1865050000 28694919000 13 - 11 1381901000 1241967000 1662621000 1196000001 1230810000


(4)

13 - 12 2746826000 6800677000 1894683000 1122871764 3484837000 13 - 13 3135620000 6634007000 2533417000 1126750958 3006735000 13 - 14 3167600000 1272737000 2769194000 3455000000 30384213000 13 - 15 2400000000 2042727000 2769194000 1865050000 28694919000 14 - 11 1381901000 1241967000 1662621000 1196000001 1230810000 14 - 12 2746826000 6800677000 1894683000 1122871764 3484837000 14 - 13 3135620000 6634007000 2533417000 1126750958 3006735000 14 - 14 3167600000 1272737000 2769194000 3455000000 30384213000 14 - 15 2400000000 2042727000 2769194000 1865050000 28694919000 15 - 11 1381901000 1241967000 1662621000 1196000001 1230810000 15 - 12 2746826000 6800677000 1894683000 1122871764 3484837000 15 - 13 3135620000 6634007000 2533417000 1126750958 3006735000 15 - 14 3167600000 1272737000 2769194000 3455000000 30384213000 15 - 15 2400000000 2042727000 2769194000 1865050000 28694919000 16 - 11 1381901000 1241967000 1662621000 1196000001 1230810000 16 - 12 2746826000 6800677000 1894683000 1122871764 3484837000 16 - 13 3135620000 6634007000 2533417000 1126750958 3006735000 16 - 14 3167600000 1272737000 2769194000 3455000000 30384213000 16 - 15 2400000000 2042727000 2769194000 1865050000 28694919000 17 - 11 1381901000 1241967000 1662621000 1196000001 1230810000 17 - 12 2746826000 6800677000 1894683000 1122871764 3484837000 17 - 13 3135620000 6634007000 2533417000 1126750958 3006735000 17 - 14 3167600000 1272737000 2769194000 3455000000 30384213000 17 - 15 2400000000 2042727000 2769194000 1865050000 28694919000 18 - 11 1381901000 1241967000 1662621000 1196000001 1230810000 18 - 12 2746826000 6800677000 1894683000 1122871764 3484837000 18 - 13 3135620000 6634007000 2533417000 1126750958 3006735000 18 - 14 3167600000 1272737000 2769194000 3455000000 30384213000 18 - 15 2400000000 2042727000 2769194000 1865050000 28694919000 19 - 11 1381901000 1241967000 1662621000 1196000001 1230810000 19 - 12 2746826000 6800677000 1894683000 1122871764 3484837000 19 - 13 3135620000 6634007000 2533417000 1126750958 3006735000 19 - 14 3167600000 1272737000 2769194000 3455000000 30384213000 19 - 15 2400000000 2042727000 2769194000 1865050000 28694919000 20 - 11 1381901000 1241967000 1662621000 1196000001 1230810000 20 - 12 2746826000 6800677000 1894683000 1122871764 3484837000 20 - 13 3135620000 6634007000 2533417000 1126750958 3006735000


(5)

20 - 14 3167600000 1272737000 2769194000 3455000000 30384213000 20 - 15 2400000000 2042727000 2769194000 1865050000 28694919000 21 - 11 1381901000 1241967000 1662621000 1196000001 1230810000 21 - 12 2746826000 6800677000 1894683000 1122871764 3484837000 21 - 13 3135620000 6634007000 2533417000 1126750958 3006735000 21 - 14 3167600000 1272737000 2769194000 3455000000 30384213000 21 - 15 2400000000 2042727000 2769194000 1865050000 28694919000 22 - 11 1381901000 1241967000 1662621000 1196000001 1230810000 22 - 12 2746826000 6800677000 1894683000 1122871764 3484837000 22 - 13 3135620000 6634007000 2533417000 1126750958 3006735000 22 - 14 3167600000 1272737000 2769194000 3455000000 30384213000 22 - 15 2400000000 2042727000 2769194000 1865050000 28694919000 23 - 11 1381901000 1241967000 1662621000 1196000001 1230810000 23 - 12 2746826000 6800677000 1894683000 1122871764 3484837000 23 - 13 3135620000 6634007000 2533417000 1126750958 3006735000 23 - 14 3167600000 1272737000 2769194000 3455000000 30384213000 23 - 15 2400000000 2042727000 2769194000 1865050000 28694919000

b.

Uji Heteroskedestisitas

Dependent Variable: KK Method: Panel Least Squares Date: 02/21/17 Time: 08:24 Sample: 2011 2015

Periods included: 5

Cross-sections included: 22

Total panel (balanced) observations: 660

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -2.249242 0.103769 -21.67550 0.0000 PD 1.15E-09 1.65E-10 6.974495 0.0000 RD -1.90E-10 3.99E-11 -4.778005 0.0000 KDT -7.70E-10 9.76E-11 -7.888755 0.0000 ZKT -2.22E-10 8.64E-11 -2.566425 0.0153

R-squared 0.950787 Mean dependent var -2.161153 Adjusted R-squared 0.944437 S.D. dependent var 0.242315 S.E. of regression 0.057118 Akaike info criterion -2.759150 Sum squared resid 0.101136 Schwarz criterion -2.539217 Log likelihood 54.66471 Hannan-Quinn criter. -2.682388 F-statistic 4.932891 Durbin-Watson stat 2.865272 Prob(F-statistic) 0.000000


(6)

-5 .0 E + 0 9 0 .0 E + 0 0 5 .0 E + 0 9 1 .0 E + 1 0 1 .5 E + 1 0 2 .0 E + 1 0 2 .5 E + 1 0 3 .0 E + 1 0 3 .5 E + 1 0

1 - 11 1 - 12 1 - 13 1 - 14 1 - 15 1 - 16 2 - 11 2 - 12 2 - 13 2 - 14 2 - 15 2 - 16 3 - 11 3 - 12 3 - 13 3 - 14 3 - 15 3 - 16 4 - 11 4 - 12 4 - 13 4 - 14 4 - 15 4 - 16 5 - 11 5 - 12 5 - 13 5 - 14 5 - 15 5 - 16 6 - 11 6 - 12 6 - 13 6 - 14 6 - 15 6 - 16

KK PD RD K D T Z K T L P S


Dokumen yang terkait

Pengaruh Pendapatan Asli Daerah terhadap Perkembangan Pembangunan di Kabupaten Dairi Tahun 2011-2013

8 99 95

Analisis Flypaper Effect Dana Alokasi Umum (DAU), Pendapatan Asli Daerah (PAD), Belanja Daerah Terhadap Efisiensi Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota di Sumatera Utara

3 74 100

Pengaruh Pendapatan Asli Daerah Terhadap Belanja Modal Pada Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota Di Provinsi Kalimantan Tengah

5 88 80

Analisis Pengaruh Desentralisasi Fiskal Dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Kabupaten Dan Kota Di Provinsi Sumatera Utara

8 58 83

Pengaru Pendapatan Hasil Daerah (PAD) Terhadap Kinerja Keuangan Pada Pemerintah Kabupaten Dan Kota Di Provinsi Sumatera Utara

10 74 127

Peran Kegiatan Kemetrologian Terhadap Peningkatan Pendapatan Asli Daerah Pemerintah Kabupaten...

0 23 3

Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (Pad) Terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Kabupaten Dan Kota Di Propinsi Sumatera Utara

3 47 94

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DAN DANA PERIMBANGAN TERHADAP KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dan Dana Perimbangan Terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Kabupaten/Kota Di Provinsi Jawa Tengah.

1 4 17

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DAN DANA PERIMBANGAN TERHADAP KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dan Dana Perimbangan Terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Kabupaten/Kota Di Provinsi Jawa Tengah.

0 2 15

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) KOTA MAKASSAR TERHADAP KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH PROVINSI

0 1 20