Pengaru Pendapatan Hasil Daerah (PAD) Terhadap Kinerja Keuangan Pada Pemerintah Kabupaten Dan Kota Di Provinsi Sumatera Utara

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

PROGRAM S1 REGULER MEDAN

SKRIPSI

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) TERHADAP KINERJA KEUANGAN PADA PEMERINTAH

KABUPATEN DAN KOTA DI PROPINSI SUMATERA UTARA

OLEH:

NAMA : DIAN NOFRIANA BATUBARA

NIM : 050503023

DEPARTEMEN : AKUNTANSI

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Medan 2009


(2)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul: “Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) Terhadap Kinerja Keuangan Pada Pemerintah Kabupaten Dan Kota Di Propinsi Sumatera Utara” adalah benar hasil karya saya sendiri dan judul yang dimaksud belum pernah dimuat, dipublikasikan, atau diteliti oleh mahasiswa lain dalam konteks skripsi Program Reguler S1 Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Sumatera Utara. Semua sumber data dan informasi yang diperoleh telah dinyatakan dengan jelas dan benar apa adanya. Apabila dikemudian hari pernyataan ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh Universitas Sumatera.

Medan, 20 Mei 2009 Yang Membuat Pernyataan

Dian Nofriana Batubara NIM : 050503023


(3)

KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT atas terselesaikannya skripsi yang berjudul “Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) Terhadap Kinerja Keuangan Pada Pemerintah Kabupaten Dan Kota Di Propinsi Sumatera Utara” ini. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar jenjang strata 1 Program Studi Ekonomi Akuntansi pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Secara singkat skripsi ini berisi tentang kinerja pemerintah daerah dalam menggali dan memaksimalkan sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) jika diteliti melalui Rasio Kemandirian, Rasio Upaya Fiskal dan Rasio Desentralisasi Fiskal dalam periode 2005-2007.

Tidak terpungkiri, terselesaikannya skripsi ini tidaklah lepas dari bantuan berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Untuk itu penulis ucapkan terimakasih kepada :

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec, selaku Dekan fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Arifin Akhmad, M.Si, Ak, selaku Ketua Departemen Akuntansi S-1 Fakultas Ekonomi Sumatera Utara.

3. Ibu Dra. Narumondang Bulan Siregar, MM. Ak, selaku dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu dalam memberikan petunjuk, pengarahan, bimbingan dan bantuan dari awal hingga selesainya skripsi ini.


(4)

4. Bapak Drs. Idhar Yahya, MBA, Ak dan Bapak Syahrurrahman SE. M.Si, Ak selaku dosen penguji dan pembanding yang telah banyak memberikan masukan dan arahan dalam penulisan skripsi ini.

5. Mama dan Papa tercinta, Ibu Hj. Mastiana Siregar dan Bapak Aminun Batubara (Alm) Do’a, kasih sayang, kesabaran, serta perjuangan Mama dan Papa adalah semangat dan kekuatan bagi Penulis. Makasi buat cinta dan kasih sayangnya.

6. Atok Djohan, Bang Asmuni, Uwak Dalifah, Uda Lazim, Nanguda, Bujing Rosila, Tulang Makmur, Nentulang As, Tulang In, Nentulang Ermi, makasi buat doa and supportnya. Sepupu-sepupu aku, Bang Arif, Bang Doli, Bang Pintas, Bang Ari, Kak Yuni, Yumna, Pida, Murni, Rani, Kiki, Putra, Rial, Putri, makasi buat supportnya selama ini, Adik aku yang paling aku sayang, Sulaiman, Ramadhan, (kakak sayang banget sama kalian). Makasi banget buat doa-doanya.

7. Buat orang-orang yang pernah hadir dalam perjalanan cinta penulis, dan mengajari penulis tentang arti kehidupan. Makasi banget.

8. Temen-temen sehidup semati, seperjuangan selama mengarungi perkuliahan. Ai’07 Aksi, Cristin, Adina Mariska, Dedi, Lili, Rini, Meitia, Widia, Ningsih, Ayu, Yuli, Maya, Leni, Dewi, Natalia, Yanti, Bunga, Anton. Dan semuanya buat angkatan 05 (Akuntansi, Manajemen, Ekonomi Pembangunan) yang gak mungkin disebuat semua. Makasi buat semuanya.


(5)

Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkannya. Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, masih diperlukan perbaikan dan penyempurnaan selanjutnya.

Medan, 20 Mei 2009 Penulis,

Dian Nofriana Batubara NIM: 050503023


(6)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh Pendapatan Asli Daerah

Terhadap Kinerja Keuangan Kabupaten dan Kota di Propinsi Sumatera Utara selama tahun 2005-2007. Penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui komponen mana dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang mempunyai pengaruh paling signifikan terhadap kinerja keuangan pemerintah kabupaten dan kota di Propinsi Sumatera Utara.

Data yang digunakan adalah Laporan APBD dan Laporan Realisasi APBD Kabuapten dan Kota yang dijadikan sampel, yang dipublikasikan melalui website

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif, dengan pengujian asumsi klasik, serta analisis statistik yaitu analisis regresi linear berganda. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah puposive

sampling. Variabel penelitian ini adalah pajak daerah sebagai variabel X1,

retribusi daerah sebagai X2, hasil perusahaan dan kekayaan daerah yang dipisahkan sebagai X3, dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah sebagai X4. serta kinerja keuangan sebagai variabel Y dengan total sampel per tahun sebanyak 15 Kabupaten dan 7 Kota.

Hasil penelitian ini adalah keempat variabel independen berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan secara bersama-sama, tetapi secara parsial pajak daerah, retribusi daerah, dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah erpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan. Sedangkan hasil perusahaan dan kekayaan daerah yang dipisahkan tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan.

Kata Kunci: pajak daerah,retribusi daerah, hasil perusahaan dan kekayaan yang dipisahkan, lain-lain pendapatan asli daerah yang sah, regresi berganda.


(7)

ABSTRACT

This study analyzed the of income on the original local government performance in the financial district and city in North Sumatra Province since 2005 up to 2007. This research also aims to identify which components of the Original Regional Revenue (PAD) that have most significant influence on the financial performance of the government district and city in North Sumatra Province.

Data used are budget reports and budget realization reports Kabuapten City and made a sample, which is published through the website www.djpk.depkeu.go.id, www.bpk.go.id, and Badan Pusat Statistik Kota Medan. Methods of analysis used in this research is quantitative method, with the assumption of classical test, and statistical analysis, namely linear regression analysis berganda. Sampling method used is puposive sampling. The research is the local tax variable as X1, the retributions area variables as X2, the property

company and the separated areas variable as the X3, and other income native

region variable as a legitimate X4, and financial performance as a variable Y with

a total sample per the year 22 that consisted of 15 regencies and 7 cities.

The results of this research is the fourth independent variable positive effect on the financial performance together, but the partial tax area, the levy, and other income of the original area of significant legal effect financial performance. While the results of the company and the separated property is not a significant effect on financial performance.

Keyword: local taxes, local levy, the property company and the separated, other income of valid original area, multiple regression.


(8)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... ... i

KATA PENGANTAR ... ... ii

ABSTRAK ... v

ABSTRACT ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah . ... 6

C. Batasan Masalah ... ... 6

D. Tujuan Penelitian ... ... 7

E. Manfaat Penelitian ... ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis ... 8

1. Teori Otonomi Daerah ... 8

a. Pengertian Otonomi Daerah ... 8

b. Dasar Hukum Otonomi Daerah ... 9


(9)

2. Keuangan Daerah Dalam Masa Otonomi ... 10

3. Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah ... 12

4. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) ... 17

5. Pendapatan Daerah ... 19

B. Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 22

C. Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitian ... 23

1. Kerangka Konseptual ... 23

2. Hipotesis Penelitian ... 25

BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 26

B. Populasi dan Sampel Penelitian ... 26

1. Populasi Penelitian ... 26

2. Sampel Penelitian ... 27

C. Jenis Data ... 29

D. Metode Pengumpulan Data ... 30

E. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 30

F. Metode Analisis Data ... 31

1. Uji Asumsi Klasik ... 31

a. Uji Normalitas Data ... 31

b. Uji Multikolonieritas ... 32

c. Uji Heterokendastisitas ... 33


(10)

2. Pengujian Hipotesis ... 34

a. Uji T (t test) ... 35

b. Uji F (F Test) ... 36

G. Jadwal Penelitian ... 37

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Propinsi Sumatera Utara... 38

1. Kondisi Geografis ... 38

2. Kondisi Iklim dan Topografi ... 38

3. Kondisi Demografis ... 39

4. Potensi Wilayah ... 39

B. Data Penelitian ... 40

C. Analisis Hasi Penelitian ... 42

1. Analisis Statistik Deskriptif ... 42

2. Uji Asumsi Klasik ... 44

a. Uji Normalitas ... 44

b. Uji Miltikolonieritas ... 48

c. Uji Heterokendastisitas ... 51

d. Uji Autokorelasi ... 52

3. Analisi Regresi ... 53

a. Persamaan Regresi ... 54

b. Analisis Koefisien korelasi dan Koefisien Determinasi ... 55


(11)

a. Uji T (t Test) ... 57

b. Uji F (F Test) ... 59

D. Pembahasan Hasil Penelitian ... 60

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 62

B. Keterbatasan Penelitian ... 62

C. Saran ... 63

DAFTAR PUSTAKA ... 65


(12)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual ... 23

Gambar 4.1 Histogram ... 46

Gambar 4.2 Grafik Normal P-P Plot ... 47


(13)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 22

Tabel 3.1 Sampel Kabupaten dan Kota ... 27

Tabel 3.2 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 30

Tabel 3.3 Jadwal Penelitian ... 37

Tabel 4.1 Daftar Sampel Kabupaten dan Kota ... 41

Tabel 4.2 Statistik Deskriptif Variabel-Variabel Selama Tahun 2005 sampai tahun 2007 ... 43

Tabel 4.3 Uji Normalitas ... 45

Tabel 4.4 Coefficients Kinerja (Sebelum Ditransformasi) ... 48

Tabel 4.5 Coefficients Correlations Kinerja (Sebelum Ditransformasi) ... 48

Tabel 4.6 Coefficients untuk Lg10_Kinerja = f(Pajak, Retribusi, Hasil_PH, Lain-lain) ... 49

Tabel 4.7 Coefficients Correlations untuk Lg10_Kinerja = f(Pajak, Retribusi, Hasil_PH, Lain-lain) ... 50

Tabel 4.8 Hasil Uji Autokorelasi ... 53

Tabel 4.9 Hasil Analisis Regresi ... 54

Tabel 5.0 Hasil Analisis Koefisien Korelasi dan Koefisien Determinasi ... 56

Tabel 4.11 Hasil Uji t ... 57


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Judul

Hasil Uji Heteroskedastisitas... 81

Halaman Lampiran 1 Populasi, Kriteria Kabupaten/Kota dan Sampel ... 67

Lampiran 2 Data Variabel Penelitian Tahun 2005 (Sebelum Ditransformasi) ... 69

Data Variabel Penelitian Tahun 2006 (Sebelum Ditransformasi) ... 70

Data Variabel Penelitian Tahun 2007 (Sebelum Ditransformasi) ... 71

Lampiran 3 Data Variabel Penelitian Tahun 2005 (Setelah Ditransformasi) ... 72

Data Variabel Penelitian Tahun 2006 (Setelah Ditransformasi) ... 73

Data Variabel Penelitian Tahun 2007 (Setelah Ditransformasi) ... 74

Lampiran 4 Statistik Deskriptif ... 75

Lampiran 5 Hasil Uji Normalitas ... 76

Histogram ... 77

Grafik normal P-P Plot ... 78

Hasil Uji Multikolinearitas Sebelum Ditransformasikan ... 79


(15)

Hasil Uji Autokorelasi ... 81

Lampiran 6 Hasil Uji Hipotesis (Uji t) ... 82

Hasil Uji Hipotesis (Uji F) ... 82

Residual Statistik ... 83

Lampiran 7 Kontribusi Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Hasil_PH, Lain-lain PAD yang sah, Rasio Kemandirian, Rasio Upaya Fiskal, Rasio Desentralisasi Fiskal (1) dan Rasio Desentralisasi Fiskal 2 ... 84


(16)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh Pendapatan Asli Daerah

Terhadap Kinerja Keuangan Kabupaten dan Kota di Propinsi Sumatera Utara selama tahun 2005-2007. Penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui komponen mana dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang mempunyai pengaruh paling signifikan terhadap kinerja keuangan pemerintah kabupaten dan kota di Propinsi Sumatera Utara.

Data yang digunakan adalah Laporan APBD dan Laporan Realisasi APBD Kabuapten dan Kota yang dijadikan sampel, yang dipublikasikan melalui website

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif, dengan pengujian asumsi klasik, serta analisis statistik yaitu analisis regresi linear berganda. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah puposive

sampling. Variabel penelitian ini adalah pajak daerah sebagai variabel X1,

retribusi daerah sebagai X2, hasil perusahaan dan kekayaan daerah yang dipisahkan sebagai X3, dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah sebagai X4. serta kinerja keuangan sebagai variabel Y dengan total sampel per tahun sebanyak 15 Kabupaten dan 7 Kota.

Hasil penelitian ini adalah keempat variabel independen berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan secara bersama-sama, tetapi secara parsial pajak daerah, retribusi daerah, dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah erpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan. Sedangkan hasil perusahaan dan kekayaan daerah yang dipisahkan tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan.

Kata Kunci: pajak daerah,retribusi daerah, hasil perusahaan dan kekayaan yang dipisahkan, lain-lain pendapatan asli daerah yang sah, regresi berganda.


(17)

ABSTRACT

This study analyzed the of income on the original local government performance in the financial district and city in North Sumatra Province since 2005 up to 2007. This research also aims to identify which components of the Original Regional Revenue (PAD) that have most significant influence on the financial performance of the government district and city in North Sumatra Province.

Data used are budget reports and budget realization reports Kabuapten City and made a sample, which is published through the website www.djpk.depkeu.go.id, www.bpk.go.id, and Badan Pusat Statistik Kota Medan. Methods of analysis used in this research is quantitative method, with the assumption of classical test, and statistical analysis, namely linear regression analysis berganda. Sampling method used is puposive sampling. The research is the local tax variable as X1, the retributions area variables as X2, the property

company and the separated areas variable as the X3, and other income native

region variable as a legitimate X4, and financial performance as a variable Y with

a total sample per the year 22 that consisted of 15 regencies and 7 cities.

The results of this research is the fourth independent variable positive effect on the financial performance together, but the partial tax area, the levy, and other income of the original area of significant legal effect financial performance. While the results of the company and the separated property is not a significant effect on financial performance.

Keyword: local taxes, local levy, the property company and the separated, other income of valid original area, multiple regression.


(18)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Selama ini dominasi Pusat terhadap Daerah menimbulkan besarnya ketergantungan Daerah terhadap Pusat. Pemerintah Daerah tidak mempunyai keleluasaan dalam menetapkan program-program pembangunan di daerahnya. Demikian juga dengan sumber keuangan penyelenggaraan pemerintahan yang diatur oleh Pusat. Beranjak dari kondisi tersebut mendorong timbulnya tuntutan agar kewenangan pemerintahan dapat didesentralisasikan dari Pusat ke Daerah. Untuk mengatasi hal ini maka ditetapkanlah Undang-Undang No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, yang menegaskan kembali pelaksanaan Otonomi Daerah.

Undang-Undang No.32 Tahun 2004 ini menitikberatkan otonomi pada daerah Kabupaten/Kota, dengan tujuan untuk memungkinkan daerah yang bersangkutan mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Selain UU No.32 Tahun 2004 ditetapkan juga UU No.33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah yang menyebabkan perubahan mendasar mengenai pengaturan hubungan Pusat dan Daerah, khususnya dalam administrasi pemerintahan maupun dalam hubungan keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah, yang dikenal sebagai era otonomi.


(19)

Undang–undang ini menetapkan pemberian kewenangan otonomi dalam wujud otonomi yang luas, nyata, dan bertanggung jawab kepada daerah. Konsekuensi dari kewenangan ototnomi yang luas ini adalah pemerintah daerah mempunyai kewajiban untuk meningkatkan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat secara demokratis, adil, merata, dan berkesinambungan. Kewajiban itu bisa dipenuhi apabila pemerintah daerah mampu mengelola potensi daerahnya yaitu potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, dan potensi sumber daya keuangan secara optimal. Pasal 4 PP No.105 Tahun 2000 tentang pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan daerah menegaskan bahwa pengelolaan keuangan daerah harus dilakukan secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan yang berlaku, efisien, efektif, transparan, dan bertanggung jawab dengan memperhatikan atas keadilan dan kepatuhan. Masyarakat selaku

stakeholder keuangan pemerintah daerah dapat memantau aliran dana yang ada

dipemerintahan sehingga KKN dapat dihilangkan.

Salah satu instrumen untuk menilai kinerja Pemerintah Daerah dalam mengelola keuangan daerah adalah dengan melakukan analisa rasio keuangan terhadap APBD yang telah ditetapkan dan disahkan. Hasil rasio keuangan ini selanjutnya digunakan untuk tolak ukur dalam:

1. Menilai kemandirian keuangan daerah dalam membangun penyelenggaraan otonomi daerah.

2. Mengukur efektifitas dan efisiensi dalam merealisasikan pendapatan daerah. 3. Mengukur sejauh mana aktivitas pemerintah daerah dalam membelanjakan


(20)

4. Mengukur kontribusi masing-masing sumber pendapatan dalam pembentukan pendapatan daerah.

5. Melihat pertumbuhan atau perkiraan perolehan pendapatan dan pengelolaan yang dilakukan selama periode waktu tertentu.

Penggunaan analisis rasio sebagai alat analisis keuangan secara luas sudah diterapkan pada lembaga perusahaan yang bersifat komersial sedangkan pada lembaga publik khususnya pemerintah daerah masih sangat terbatas. Hal ini disebabkan:

1. Keterbatasan penyajian laporan keuangan pada lembaga pemerintahan daerah yang sifat dan cakupannya berbeda dengan penyajian laporan keuangan oleh lembaga perusahaan yang bersifat komersial.

2. Selama ini penyusunan APBD masih dilakukan berdasarkan pertimbangan

incremental budget yaitu besarnya masing-masing komponen pendapatan dan

pengeluaran dihitung dengan meningkatkan sejumlah persentase tertentu (biasanya berdasarkan tingkat inflasi). Karena disusun dengan pendekatan

incremental maka sering kali mengabaikan bagaimana rasio keuangan dalam

APBD. Misalkan adanya prinsip “yang penting pendapatan naik meskipun untuk menaikkan itu diperlukan biaya yang tidak efisien”. Menurut Pasal 20 PP No. 105, APBD seharusnya disusun dengan pendekatan kinerja (performance budget).

3. Penelitian keberhasilan APBD sebagai penilaian pertanggungjawaban pengelolaan keuangan daerah lebih ditekankan pada pencapaian target,


(21)

sehingga kurang memperhatikan bagaimana perubahan yang terjadi pada komposisi ataupun struktur APBDnya.

Adapun pihak-pihak yang berkepentingan dengan rasio keuangan APBD ini adalah:

1. DPRD sebagai wakil dari pemilik daerah.

2. Pihak eksekutif sebagai landasan dalam menyusun APBD berikutnya.

3. Pemerintah pusat/propinsi sebagai bahan masukan dalam pembinaan pelaksanaan pengelolan keuangan daerah.

4. Masyarakat dan kreditor sebagai pihak yang akan turut memiliki saham pemerintah daerah, bersedia memberikan pinjaman ataupun membeli obligasi. Dengan otonomi diharapkan masyarakat dapat kembali merasakan pertumbuhan ekonomi yang pesat di daerah tersebut. Namun ditengah perjalanan otonomi kita selaku masyarakat harus mengetahui apakah otonomi di Propinsi Sumatera Utara berjalan di jalur yang benar. Dengan otonomi maka daerah memperoleh banyak tambahan dana. Diharapkan dengan dana yang banyak ini maka kesejahteraan rakyat di Propinsi Sumatera Utara dapat naik ataupun menjadi lebih baik dari sebelumnya. Dan begitu juga yang diharapkan pada kinerja dari pemerintah daerah dapat menjadi lebih baik lagi dari sebelumnya.

Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan tulang punggung pembiayaan daerah. Karena itu, kemampuan suatu daerah menggali PAD akan mempengaruhi perkembangan dan pembangunan daerah tersebut. Di samping itu semakin besar kontribusi PAD terhadap Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD),


(22)

Sumber keuangan yang berasal dari PAD lebih penting dibanding dengan sumber yang berasal dari luar PAD. Hal ini karena PAD dapat dipergunakan sesuai dengan kehendak dan inisiatif pemerintah daerah demi kelancaran penyelenggaraan urusan daerahnya. Sementara sumber keuangan yang berasal dari bantuan pemerintah pusat, umumnya sudah ditentukan untuk pembiayaan tertentu yang sifatnya mengikat. Karena itu sangat wajar jika pemerintah daerah berusaha bagaimana menggali PAD semaksimal mungkin agar bisa memperoleh pendapatan yang sebesar-besarnya demi perkembangan dan pembangunan daerahnya, khususnya di Propinsi Sumatera Utara.

Total Pendapatan Asli Daerah yang dianggarkan Propinsi Sumatera Utara pada tahun 2005 yang lalu adalah Rp.1.026.891.510.000,- dan pada realisasinya Rp. 1.301.137.840.000,-. Dapat diketahui, bahwa kinerja keuangan Propinsi Sumatera Utara pada tahun 2005 tersebut adalah 0,000789. dibandingkan dengan Total Anggaran Pendapatan Asli Daerah tahun 2006 Rp. 1.377.138.220.000,- dan pada realisasinya Rp. 2.200.791.620.000,- maka dapat diketahui kinerja keuangan daerah pada tahun 2006 adalah 0,626. Total Anggaran Pendapatan Asli Daerah pada tahun 2007 adalah Rp.1.502.000.000.000,- pada realisasi yang terjadi Rp. 1.576.000.000.000,- maka kinerja pada tahun 2007 adalah 0,953. Pengukuran kinerja ini dilakukan dengan menggunakan Rasio Upaya Fiskal (Total Pendapatan Asli Daerah / Total Anggaran Pendapatan Asli Daerah). Hal ini dilakukan guna mengetahui seberapa besar tercapainya target Pendapatan Asli Daerah untuk setiap tahunnya, dimulai tahun 2005-2007. Kinerja keuangan pemerintaha daerah Propinsi Sumatera Utara dari tahun 2005-2007 terus meningkat. Hal ini


(23)

menunjukkan kinerja keuangan pemerintah daerah Propinsi Sumatera Utara semakin maksimal untuk setiap tahunnya dalam merealisasikan target Anggaran Pendapatan Asli Daerahnya.

Berdasarkan hal ini, penulis merasa tertarik untuk dapat mengetahui bagaimana kinerja keuangan pemerintah Kabupaten dan Kota yang ada di Propinsi Sumatera Utara. Apakah kinerja keuangan pemerintah daerahnya terus meningkat jika ditelaah berdasarkan Kabupaten dan Kota masing-masing, atau malah menurun untuk setiap tahunnya. Penulis akan mencoba menuangkan penelitian tesebut dengan judul: “Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Terhadap Kinerja Keuangan Pada Pemerintah Kabupaten Dan Kota Di Propinsi Sumatera Utara”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang penelitian yang telah diuraikan diatas, maka penulis mencoba merumuskan masalah sebagai berikut: “Apakah Pendapatan Asli Daerah (PAD) secara parsial dan simultan mempunyai pengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan pemerintahan Kabupaten dan Kota di Propinsi Sumatera Utara?”.

C. Batasan Masalah


(24)

1. Pengukuran kinerja keuangan pemerintah daerah ini dilakukan dengan menggunakan Rasio Kemandirian, Rasio Upaya Fiskal, dan Rasio Desentralisasi Fiskal.

2. Objek penelitian adalah Kabupaten dan Kota yang ada di Propinsi Sumatera Utara dari tahun 2005-2007.

D. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: “Untuk mengetahui apakah Pendapatan Asli Daerah (PAD) secara parsial dan simultan mempunyai pengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan pada pemerintahan Kabupaten dan Kota di Propinsi Sumatera Utara.

E. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian yang dilakukan dari penelitian ini adalah:

1. Bagi penulis, dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan penulis tentang pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap kinerja keuangan Pemerintah Kabupaten dan Kota di Propinsi Sumatera Utara.

2. Bagi Pemerintah Daerah, sebagai informasi kepada Kabupaten dan Kota di Propinsi Sumatera Utara mengenai kinerja keuangan .

3. Bagi peneliti selanjutnya, sebagai bahan masukan untuk menyempurnakan penelitian selanjutnya yang sejenis.


(25)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teoritis 1. Teori Otonomi Daerah a. Pengertian otonomi daerah

Ketentuan umum pasal 1 Undang-Undang No.32 tahun 2004 menyatakan bahwa yang dimaksud dengan Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Daerah otonomi yang dimaksud adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas wilyah yang berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem negara Kesatuan Republik Indonesia.

Pengertian otonomi daerah yang melekat dalam keberadaan pemerintah daerah, juga sangat berkaitan dengan desentralisasi. Desentralisasi adalah penyerahan kewenangan dari pemerintah pusat (Nasional) kepada pemerntah lokal atau daerah dan kewenangan daerah untuk mengatur dan mengurus kepentingannya sesuai dengan aspirasi dan keputusannya dikenal sebagai otonomi daerah. Dengan pemahaman ini, otonomi daerah merupakan inti dari desentralisasi. Diharapkan agar setiap daerah yang termasuk daerah otonom, mampu menjalankan roda pemerintahan di daerahnya masing-masing dengan penuh tanggung jawab.


(26)

b. Dasar Hukum Otonomi Daerah

Semakin kuatnya tuntutan desentralisasi, pemerintah mengeluarkan Undang-Undang Otonomi Daerah yaitu Undang-Undang-Undang-Undang No.22 Tahun 1999 yang telah diubah menjadi Undang-Undang No.32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan Undang No. 25 Tahun 1999 yang telah diubah menjadi Undang-Undang No.33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.

c. Tujuan otonomi daerah

Ada dua tujuan utama yang ingin dicapai melalui kebijakan desentralisasi yaitu:

1. Tujuan politis bahwa pemerintah daerah akan berada pada posisi sebagai instrumen pendidikan politik ditingkat lokal yang secara agregat akan menyumbangkan pendidikan politik secara nasional sebagai elemen dasar dalam menciptakan kesatuan dan persatuan berbangsa dan bernegara. Pemberian otonomi dan pembentukan institusi pemerintah daerah akan mencegah terjadinya sentralisasi dan mencegah terjadinya bentuk pemisahan diri. Adanya institusi pemerintah daerah akan mengajarkan kepada masyarakat untuk menciptakan kesadaran membayar pajak dan sebaliknya juga memposisikan pemerintah daerah untuk mempertanggungjawabkan pemakaian pajak rakyat.

2. Tujuan administratif adalah mengisyaratkan pemerintah daerah untuk mecapai efisiensi, efektivitas, dan ekonomis dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya.


(27)

Beberapa hal yang perlu mendapat prioritas dalam pemantapan otonomi daerah adalah hal-hal sebagai berikut:

1. Peningkatan kemitraan antar pemerintah kabupaten dan DPRD serta kinerja dan pelayanan aparatur pemerintah kabupaten dan kota.

2. Penataan kelembagaan dan sinkronisasi-harmonisasi antara peraturan pemerintah pusat dan daerah.

3. Peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD)

4. Peningktan partisipasi masyarakat dan kemitraan sinergis pelaku pembangunan terkait.

5. Peningkatan koordinasi dengan pusat dan propinsi serta kerjasama antar daerah.

2. Keuangan daerah dalam masa otonomi

Keuangan daerah merupakan bagian integral dari keuangan negara dalam pengalokasian sumber-sumber ekonomi, pemerataan hasil-hasil pembangunan dan menciptakan stabilitas ekonomi guna stabilitas sosial politik. Peranan keuangan daerah menjadi semakin penting karena adanya keterbatasan dana yang dapat dialihkan ke daerah berupa subsidi dan bantuan. Selain itu juga karena semakin kompleksnya persoalan yang dihadapi daerah yang pemecahannya membutuhkan partisipasi aktif dari masyarakat di daerah. Peranan keuangan daerah akan dapat meningkatkan kesiapan daerah untuk mendorong terwujudnya otonomi daerah yang lebih nyata dan bertanggungjawab.


(28)

Keuangan daerah mempunyai arti yang sangat penting dalam rangka pelaksanaan pemerintahan dan kegiatan pembangunan oleh pelayanan kemasyarakatan di daerah, oleh karena itu keuangan daerah diupayakan untuk berjalan secara berdaya guna dan berhasil guna. Lahirnya otonomi daerah telah memberikan keleluasaan daerah untuk mengatur dan mengurus sumber-sumber penerimaan daerah yang berasal dari Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, Pinjaman Daerah dan Sumber-sumber Penerimaan lainnya. Untuk itu kebijaksanaan keuangan daerah diarahkan pada upaya penyesuaian secara terarah dan sistematis untuk menggali sumber-sumber pendapatan daerah bagi pembiayaan pembangunan melalui intensifikasi dan ekstensifikasi sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah. Kebijakan ini juga diarahkan pada penerapan prinsip-prinsip, norma, asas dan standar akuntansi dalam penyusunan APBD agar mampu menjadi dasar bagi kegiatan pengelolaan, pengendalian, pemeriksaan dan pengawasan keuangan daerah.

Tujuan keuangan daerah pada masa otonomi adalah menjamin tersedianya keuangan daerah guna pembiayaan pembangunan daerah, pengembangan pengelolaan keuangan daerah yang memenuhi prinsip, norma, asas dan standar akuntansi serta meningkatkan Pendapatan Asli Daerah secara kreatif melalui penggalian potensi, intensifikasi dan ekstensifikasi. Sedangkan sasaran yang ingin dicapai keuangan daerah adalah kemandirian keuangan daerah melalui upaya yang terencana, sistematis, berkelanjutan, efektif dan efisien.


(29)

3. Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah

Republik Indonesia saat ini sedang memasuki masa pemulihan akibat krisis ekonomi yang berkepanjangan. Seluruh pihak termasuk pemerintah sendiri mencoba mengatasi hal ini dengan melakukan reformasi di segala bidang. Salah satu usaha memulihkan kondisi ekonomi, sosial dan politik adalah dengan mengembalikan kepercayaan rakyat kepada pemerintah dengan mencoba mewujudkan suatu pemerintahan yang bersih dan berwibawa atau yang dikenal dengan istilah good governance. Upaya ini juga didukung oleh banyak pihak baik pemerintah sendiri sebagai lembaga eksekutif, DPR sebagai lembaga legislatif, pers dan juga oleh lembaga-lembaga swadaya masyarakat. Unsur-unsur pokok upaya perwujudan good governance ini adalah transparency, fairness,

responsibility dan accountability.

Hal ini muncul sebenarnya sebagai akibat dari perkembangan proses demokratisasi di berbagai bidang serta kemajuan profesionalisme. Dengan demikian pemerintah sebagai pelaku utama pelaksanaan good governance ini dituntut untuk memberikan pertanggungjawaban yang lebih transparan dan lebih akurat. Hal ini semakin penting untuk dilakukan dalam era reformasi ini melalui pemberdayaan peran lembaga-lembaga kontrol sebagai pengimbang kekuasaan pemerintah. Ada beberapa perbedaan pertanggungjawaban keuangan antara pemerintah daerah dengan pemerintah pusat. Pertanggungjawaban keuangan pemerintah daerah adalah diantaranya:

1. Pertanggungjawaban pembiayaan pelaksanaan dekonsentrasi. 2. Pertanggungjawaban pembiayaan pelaksanaan pembantuan


(30)

3. Pertanggungjawaban anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD). Sementara di tingkat pemerintah pusat, pertanggungjawaban keuangan tetap dalam bentuk pertanggungjawaban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Saat ini di Indonesia sedang dilakukan persiapan penyusunan suatu standar akuntansi pemerintahan yang lebih baik serta pembicaraan yang intensif mengenai peran akuntan publik dalam memeriksa keuangan negara maupun keuangan daerah. Namun tampak bahwa akuntabilitas pemerintahan di Indonesia masih berfokus pada sisi pengelolaan keuangan negara atau daerah.

Memasuki era reformasi, masyarakat di sebagian besar wilayah Indonesia, baik di propinsi, kota maupun kabupaten mulai membahas laporan pertanggungjawaban kepala daerah masing-masing dengan lebih seksama. Beberapa kali terjadi pernyataan ketidakpuasan atas kepemimpinan kepala daerah dalam melakukan manajemen pelayanan publik maupun penggunaan anggaran belanja daerah. Melihat pengalaman di negara-negara maju, ternyata dalam pelaksanaannya, keingintahuan masyarakat tentang akuntabilitas pemerintahan tidak dapat dipenuhi hanya oleh informasi keuangan saja. Masyarakat ingin tahu lebih jauh apakah pemerintah yang dipilihnya telah beroperasi dengan ekonomis, efisien dan efektif.

Pemerintah dalam menyikapi kemajuan pola pikir masyarakat saat ini harus dapat membuat suatu pelaporan pengukuran kinerja (performance measurement) berkaitan erat dengan suatu proses yang dinamakan managing for results

(pengelolaan pencapaian). Proses ini timbul terhadap tuntutan yang meningkat


(31)

manajemen di sektor swasta maupun organisasi-organisasi nir laba lainnya. Proses ini merupakan pendekatan komprehensif untuk memfokuskan suatu organisasi terhadap misi (mission), sasaran (goals ) dan tujuan (objectives).

Dalam penelitian ini yang dimakud dengan kinerja keuangan pemerintah daerah adalah tingkat capaian dari satu hasil kerja di bidang keuangan daerah dengan menggunakan indikator keuangan yang ditetapkan melalui suatu kebijakan atau ketentuan perundang-undangan selama satu periode anggaran. Bentuk dari pengukuran kinerja tersebut berupa pengukuran dalam rasio keuangan. Pemerintah Daerah sebagai pihak yang diserahi tugas menjalankan roda pemerintahan, pembangunan, dan pelayanan masyarakat wajib menyampaikan pertanggungjawaban keuangan daerahnya untuk dinilai apakah pemerintah daerah berhasil menjalankan tugasnya dengan baik atau tidak. Hal ini juga disampaikan dalam Permendagri No. 13 Tahun 2006.

Adapun rasio-rasio yang dapat digunakan dalam pengukuran kinerja keuangan Pemerintah Daerah adalah sebagai berikut (Indra Bastian, 2000:274):

1. Rasio Kemandirian

Yaitu menunjukkan kemampuan pemerintah daerah dalam membiayai sendiri kegiatan pemerintahan, pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat yang telah membayar pajak dan retribusi sebagai sumber pendapatan yang diperlukan daerah. Kemandirian Keuangan Daerah ditunjukkan oleh besar kecilnya Pendapatan Asli Daerah (PAD) dibandingkan dengan pendapatan daerah yang berasal dari sumber yang lain, misalnya bantuan pemerintah pusat atau pinjaman.


(32)

Total Pendapatan Asli Daerah (PAD) Rasio Kemandirian =

Bantuan Pemerintah Pusat / Propinsi dan Pinjaman

Rasio Kemandirian menggambarkan ketergantungan daerah terhadap sumber dana ekstern. Semakin tinggi Rasio Kemandirian berarti bahwa tingkat ketergantungan daerah terhadap bantuan pihak ekstern (terutama pemerintah pusat atau propinsi) semakin rendah dan demikian pula sebaliknya. Rasio Kemandirian juga menggambarkan tingkat partisipasi masyarakat dalam pembangunan daerah. Semakin tinggi Rasio Kemandirian, maka semakin tinggi partisipasi masyarakat dalam membayar pajak dan retribusi daerah yang merupakan komponen utama Pendapatan Asli Daereah (PAD).

2. Rasio Upaya Fiskal

Bagian ini akan mengukur tingkat kemampuan daerah dalam mencapai target Pendapatan Asli Daerah (PAD).

Total Pendapatan Asli Daerah (PAD) Rasio Upaya Fiskal =

Total Anggaran Pendapatan Asli Daerah Total Anggaran Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan target besarnya Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang ingin dicapai dalam 1 tahun anggaran dan ditetapkan berdasarkan kemampuan rasional yang ingin dicapai. Rasio Upaya Fiskal ini dimaksudkan untuk mengukur tingkat kemampuan pemerintah daerah dalam mencapai target pendapatan dalam1 tahun. Semakin tinggi hasil rasionya, akan semakin terlihat bahwa upaya pemerintah daerah


(33)

semakin lebih baik dan adanya perencanaan yang baik dalam mengelola pendapatan.

3. Rasio Desentralisasi Fiskal

Ukuran ini menunjukkan kewenangan dan tanggung jawab yang diberikan pemerintah pusat kepada pemerintah daerah untuk menggali dan mengelola pendapatan.

Pendapatan Asli Daerah Rasio Desentralisasi Fiskal =

Total Pendapatan Daerah Rasio Desentralisasi Fiskal juga dapat diukur dengan:

Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak untuk Daerah

Rasio Desentralisasi Fiskal =

Total Pendapatan Daerah

Rasio Desentralisasi Fiskal ini dimaksudkan untuk mengukur tingkat kontribusi Pendapatan Asli Daerah sebagai sumber pendapatan yang dikelola sendiri oleh pemerintah daerah terhadap total pendapatan daerah.

Di dalam pengukuran kinerja, kita juga perlu mengetahui berapa kontribusi masing-masing komponen Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap Total Realisasi Pendapatan Asli Daerah. Kontribusi ini bisa ukur juga dalam bentuk rasio-rasio. Besar kecilnya kontribusi masing-masing komponen Pendapatan Asli Daerah (PAD) ini untuk setiap tahunnya berbeda-beda. Pemerintah daerah juga sangat perlu dalam memperkirakan hal ini. Karena mereka dapat mengetahui komponen Pendapatan Asli Daerah (PAD) mana, yang memiliki kontribusi yang terbesar atau mungkin terkecil. Sehingga pemerintah daerah dapat merencenakan strategi-strategi apa saja yang bisa dilakukan dalam


(34)

mengantisipasi hal ini. Untuk dapat mengetahui besar kecilnya kontribusi yang dihasilkan oleh masing-masing komponen tersebut dapat dilakukan dengan perhitungan dibawah ini:

1. Kontribusi Pajak Daerah terhadap Realisasi PAD, dapat dihitung dengan: Total Realisasi Pajak Daerah

Total Realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD)

2. Kontribusi Retribusi Daerah terhadap Realisasi PAD, dapat dihitung dengan: Total Realisasi Retribusi Daerah

Total Realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD)

3. Kontribusi Hasil Perusahaan dan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan Realisasi PAD, dapat dihitung dengan:

Total Realisasi Laba BUMD

Total Realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD)

4. Rasio penerimaan lain-lain yang sah terhadap PAD, dapat dihitung dengan: Total Realisasi Penerimaan Lain-lain yang Sah

Total Realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD)

4. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)

Pemerintah Daerah dituntut mampu menciptakan sistem manajemen yang mampu mendukung operasionalisasi pembangunan daerah. Salah satu aspek dari pemerintahan daerah yang harus diatur secara hati-hati adalah masalah pengelolaan keuangan daerah dan anggaran daerah. Anggaran Daerah atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan instrumen kebijakan yang utama bagi Pemerintah Daerah.


(35)

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) adalah dasar pengelolaan keuangan daerah dalam masa 1 (satu) tahun anggaran terhitung mulai tanggal 1 Januari sampai dengan tanggal 31 Desember. Hal ini juga diungkapkan dalam Permendagri No. 13 Tahun 2006 Pasal 21. Begitu juga dengan bentuk dan susunan APBD ditetapkan Permendagri No. 13 Tahun 2006 Pasal 22 terdiri dari 3 bagian, yaitu: Pendapatan, Belanja, dan Pembiayaan.

Anggaran Pendapatan menggambarkan potensi penerimaan daerah yang terdiri dari Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan dan Penerimaan lainnya yang Sah yang harus dicapai untuk pemenuhan belanja pelayanan publik. Sebagai instrumen kebijakan, APBD menduduki posisi sentral dalam upaya pengembangan kapabilitas dan efektivitas pemerintah daerah. APBD digunakan sebagai alat untuk menentukan besarnya pendapatan dan pengeluaran, membantu pengambilan keputusan dan perencanaan pembangunan, otorisasi pengeluaran di masa-masa yang akan datang, sumber pengembangan ukuran-ukuran standar untuk evaluasi kinerja, alat untuk memotivasi para pegawai, dan alat koordinasi bagi semua aktivitas dari berbagai unit kerja. Dalam kaitan ini, proses penyusunan dan pelaksanaan APBD hendaknya difokuskan pada upaya untuk mendukung pelaksanaan program dan aktivitas yang menjadi preferensi daerah yang bersangkutan. Untuk memperlancar pelaksanaan program dan aktivitas yang telah direncanakan dan mempermudah pengendalian, pemerintah daerah dapat membentuk pusat-pusat pertanggungjawaban (responsibility centers) sebagai unit pelaksana.


(36)

Peraturan-peraturan di era reformasi keuangan daerah mengisyaratkan agar laporan keuangan makin informatif. Untuk itu, dalam bentuk yang baru, APBD diperkirakan tidak akan terdiri dari dua sisi dan akan dibagi menjadi tiga bagian yaitu: Penerimaan, Pengeluaran dan Pembiayaan. Pembiayaan merupakan kategori yang baru yang belum ada di era pra reformasi. Adanya pos pembiayaan merupakan upaya agar APBD makin informatif, yaitu memisahkan pinjaman dari pendapatan daerah. Hal ini sesuai dengan definisi pendapatan sebagai hak pemerintah daerah, sedangkan pinjaman belum tentu menjadi hak pemerintah daerah. Pos pembiayaan ini merupakan alokasi surplus atau sumber penutup defisit anggaran. Dalam bentuk APBD yang baru itu pula, penerimaan dibagi menjadi tiga kategori yaitu Pendapatan Asli Daerah (PAD), dana perimbangan, dan lain-lain pendapatan daerah yang sah. Selanjutnya pengeluaran diklasifikasikan menjadi lima kategori yaitu: Belanja Administrasi Umum, Belanja Operasi dan Pemeliharaan, Pelayanan Publik, Belanja Modal, Belanja Transfer, dan Belanja Tak Tersangka.

5. Pendapatan Daerah

Pendapatan Daerah adalah hak dan kewajiban dalam rangka penyelenggaraan pemerintah daerah yang dapat dinilai dengan uang termasuk didalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah tersebut (PP RI No. 58 Tahun 2005). Adapun sumber pendapatan daerah otonom menurut Halim (2004 : 67) adalah:

1. Pendapatan Asli Daerah (PAD), yang terdiri dari: a. Pajak Daerah


(37)

Pajak daerah adalah peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada kas negara untuk membiayai pengeluaran rutin dan surplusnya digunakan untuk Publik Investment. Adapun yang termasuk jenis pajak daerah yaitu: 1. Jenis pajak daerah Propinsi terdiri dari :

 Pajak kenderaan bermotor

 Bea balik nama kenderaan bermotor  Pajak bahan bakar kenderaan bermotor 2. Jenis pajak dearah Kabupaten / Kota terdiri dari :

 Pajak hotel dan restoran  Pajak hiburan

 Pajak reklame

 Pajak penerangan jalan

 Pajak pengambilan dan pengelolaan bahan galian golongan C.  Pajak pemanfaatan air bawah tanah dan air permukaan

b. Retribusi Daerah

Retribusi daerah adalah pembayaran kepada negara yang dilakukan kepada mereka yang menggunakan jasa-jasa negara, artinya retribusi daerah sebagai pembayaran atas pemakain jasa atau kerena mendapat pekerjaan usaha atau milik daerah bagi yang berkepentingan atau jasa yang diberikan oleh daerah, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu setiap pungutan yang dilakukan oleh pemerintah daerah senantiasa berdasarkan prestasi dan jasa yang diberikan kepada masyarakat, sehingga keluasaan retribusi daerah terletak pada yang dapat dinikmati oleh masyarakat. Jadi retribusi sangat berhubungan erat dengan jasa layanan yang diberikan pemerintah kepada yang membutuhkan. Adapun jenis-jenis retribusi terdiri dari:

1. Jenis retribusi daerah untuk Propinsi terdiri dari:  Retribusi Pelayanan Kesehatan

 Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah  Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta  Retribusi Pengujian Kapal Perikanan

2. Jenis retribusi daerah untuk Kabupaten / Kota terdiri dari:  Retribusi Pelayanan Kesehatan

 Retribusi Pelayan Persamapahan / Kebersihan  Retribusi Penggantian Biaya Cetak KTP

 Retribusi Penggantian Biaya Cetak Akta Catatan Sipil  Retribusi Pelayanan Pemakaman

 Retribusi Pelayanan Pengbuan Mayat

 Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi jalan Umum  Retribusi Pelayanan Pasar

 Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor

 Retribusi Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran  Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta

 Retribusi Pengujian Kapal Perikanan  Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah


(38)

 Retribusi Jasa Usaha Tempat Pelelangan  Retribusi Jasa Usaha Terminal

 Retribusi Jasa Usaha Tempat Khusus Parkir

 Retribusi Jasa Usaha Tempat Penginapan / Persenggrahan / Villa  Retribusi Jasa Usaha Penyedotan Kakus

 Retribusi Jasa Usaha Rumah Potong Hewan  Retribusi Jasa Usaha Pelayanan Pelabuhan Kapal  Retribusi Jasa Usaha Tempat Rekreasi dan Olahraga  Retribusi Jasa Usaha Penyeberangan di atas Air  Retribusi Jasa Usaha Pengolahan Limbah Cair

 Retribusi Jasa Usaha Penjualan Produksi Usaha Daerah  Retribusi Izin Mendirikan Bangunan

 Retribusi Izin Tempat Penjualan Minuman Beralkohol  Retribusi Izin Gangguan

 Retribusi Izin Trayek

c. Hasil perusahaan dan pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan. Yaitu penerimaan dari laba badan usaha milik pemerintah daerah dimana pemerintah tersebut bertindak sebagai salah satu pemliknya. Jenis pendapatan ini meliputi:

1. Bagian Laba Perusahaan Milik Daerah 2. Bagian Laba Lembaga Keuangan Bank 3. Bagian Laba Lembaga Keuangan Non Bank 4. Bagian Laba atas Penyertaan Modal / Investasi d. Lain-lain pendapatan daerah yang sah

Pendapatan ini merupakan pendapatan daerah yang berasal bukan dari pajak daerah dan retribusi daerah. Jenis-jenisnya yaitu meliputi:

1. Hasil Penjualan Asset Daerah yang Tidak Dipisahkan 2. Penerimaan Jasa Giro

3. Penerimaan Bunga Deposito

4. Denda Keterlambatan Pelaksanaan Pekerjaan

5. Penerimaan Ganti Rugi Atas Kerugian / Kehilangan Kekayaan Daerah (TP-TGR)

2. Dana Perimbangan

Dana Perimbangan merupakan dana yang berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang dialokasikan kepada daerah untuk membiayai kebutuhan daerah. Jenis-jenis Dana Perimbangan ini terdiri dari: 1. Bagi Hasil Pajak / Buka Pajak, yang meliputi:

a. Bagi Hasil Pajak

b. Bagi Hasil Bukan Pajak / Sumber Daya Alam 2. Dana Alokasi Umum

3. Dana Alokasi Khusus, yang meliputi: a. Dana Alokasi Khusus Reboisasi b. Dana Alokasi Khusus Non Reboisasi

4. Bagi Hasil Pajak dan Bantuan Keuangan dari Propinsi untuk Kabupaten / Kota


(39)

a. Bantuan Dana Kontijensi / Penyeimbang dari Pemerintah b. Dana Darurat

B. Tinjauan Penelitian Terdahulu

No Peneliti Judul Variabel Hasil Penelitian

1 Dewi

Anggra Yunita Pengaruh Rasio Efektivitas PAD dan DAU Terhadap Tingkat Kemandirian Keuangan Daerah Pada Pemkab/Pemko di Sumatera Utara Variabel independen adalah PAD (X1) dan DAU (X2), sedangkan variabel dependen adalah kemandirian

keuangan daerah (Y).

PAD dan DAU mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kemandirian keuangan daerah.

2 Asha

Florida Analisa Pengaruh Pendapatan Assli Daerah (PAD) terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Kabupaten dan Kota di Propinsi Sumatera Utara

Variabel independen adalah Pajak Daerah (X10, Retribusi Daerah (X2), Laba BUMD (X3), dan Lain-lain Pendapatan yang Sah (X4), sedangkan variabel dependen adalah kinerja keuangan (Y). .

Secara simultan ada pengaruh PAD terhadap kinerja keuangan pemerintah, artinya keseluruhan komponen PAD sangat mempengaruhi kinerja keuangan pemerintah kab/kota di Propinsi Sumut. Dan secara parsial, hanya pajak daerah dan retribusi daerah yang dominan mempengaruhi kinerja keuangan kab/kota di Propinsi Sumut.

3 Marsaulina

L. Tobing Analisis Kinerja Keuangan Pemerintah Kabupaten/Kota Sumut Sebelum dan Sesudah Otonomi Daerah. Variabel yang digunakan adalah tingkat kemandirian pembiayaan diukur dengan kemampuan daerah dalam pembiayaan dan kemampuan mobilisasi daerah, tingkat ketergantungan dan desentralisasi fiskal Adanya perubahan kinerja keuangan daerah sebelum dan sesudah otonomi meskipun tidak signifikan.

4 Rifana

Ayu

Analisa Pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU) Terhadap Kemandirian Keuangan Daerah Variabel independen adalah DAU (X1), sedangkan variabel

dependen adalah

kemndirian keuangan daerah (Y).

DAU mempunyai

pengaruh yang cukup

signifikan terhadap

kemandirian keuangan daerah.


(40)

Dalam Era Otonomi Daerah Studi Kasus Pemerintah

Kabupaten/Kota Sumatera Utara

C. Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitian 1. Kerangka Konseptual

Hubungan pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan dan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lai-lain pendapatan asli daerah yang sah terhadap kinerja keuangan dapat digambarkan dalam kerangka sebagai berikut:

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Kinerja Keuangan

(Y)

Lain-lain PAD yang Sah (X4)

Hasil PH dan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan

(X3)

Retribusi Daerah (X2)

Pajak Daerah (X1)


(41)

Kinerja keuangan daerah adalah mencerminkan kemampuan serta

kemandirian pemerintah daerah dalam menghasilkan serta menggali pendapatan daerahnya, khususnya pendapatan asli daerahnya. Penggalian sumber-sumber pendapatan asli daerah ini harus terus-menerus dilakukan, agar hasil yang didapat maksimal, sehingga daerah tersebut mampu dalam mengatur dan menjalankan roda pemerintahan di daerahnya masing-masing. Untuk dapat menjalankan pemerintahan di suatu daerah, selain diperlukan skil yang cukup, juga diperlukan dana yang cukup banyak. Banyak atau sedikitnya dana yang didapat adalah tidak lepas dari berapa efektif serta efisiennya pemerintah daerah tersebut dalam menggali potensi daerahnya.

Pendapatan Asli Daerah (PAD) terdiri dari beberapa komponen, diantaranya adalah Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Hasil Perusahaan dan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan, dan Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah. Masing-masing komponen ini berbeda-beda sumbangsinya terhadap daerah tersebut. Daerah yang satu belum tentu sama pendapatannya dengan daerah yang lain untuk tiap komponen dalam Pendapatan Asli Daerah tersebut. Hal ini juga tergantung dari seberapa besar usaha yang dilakukan oleh masing-masing daerah dalam meningkatkan pendapatan di daerahnya masing-masing melalui Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Hasil Perusahaan dan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan, dan Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah.

Masyarakat selaku stakeholder dalam pemerintahan juga dapat mengevaluasi kinerja para aparat pemerintahan daerah mereka. Masyarakat dapat melihatnya dari seberapa besar pembangunan yang sudah dilakukan oleh pemerintah daerah


(42)

dalam memajukan daerahnya. Pembangunan di daerahnya apakah sudah sesuai dengan iuran pajak atau retribusi yang telah mereka keluarkan. Kesejahteraan masyarakat harus juga diikutsertakan dalam menilai kinerja aparat pemerintah daerah. Semakin tinggi tingkat kesejahteraan masyarakat di daerahnya, maka kinerja pemerintah daerah dalam mengelola keuangan daerah yang berasal dari pendapatan asli daerah semakin baik, dan begitu juga apabila kesejahteraan masyarakat rendah, maka kinerja aparat pemerintah daerah perlu dipertanyakan. Hal ini karena tidak sesuainya hasil pendapatan asli daerah yang diperoleh dari masyarakat dengan hak yang diterima masyarakat tersebut.

2. Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah jawaban sementara yang harus diuji kebenarannya atas suatu penelitian yang dilakukan agar dapat mempermudah dalam menganalisis. Hipotesis penelitian ini adalah: “Pendapatan Asli Daerah (PAD) secara parsial dan simultan berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan pemerintah Kabupaten dan Kota di Propinsi Sumatera Utara”.


(43)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan kerangka kerja untuk merinci hubungan antara variabel dalam suatu peneltian. Erlina (2007 : 62) menyatakan bahwa “desain penelitian adalah cetak biru yang memberi garis besar dari setiap prosedur mulai dari hipotesis sampai kepada analisis data”. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan desain kausal.

Desain kausal adalah dipakai untuk mengukur kekuatan hubungan antara dua variabel atau lebih juga menunjukan arah hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen. Dalam penelitian ini, hubungan tersebut bertujuan untuk melihat bagaimana Pendapatan Asli Daerah sebagai variabel independen mempengaruhi kinerja keuangan sebagai variabel dependen, baik secara parsial ataupun secara simultan.

B. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi Penelitian

Menurut Sugiyono (2004:72), populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari, kemudian ditarik kesimpulannya. Berdasarkan pengertian di atas, maka yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Kabupaten dan Kota yang ada di Propinsi Sumatera Utara selama


(44)

periode 2005-2007 yang berjumlah 33, terdiri dari 25 Kabupaten dan 8 Kota.

2. Sampel Penelitian

Sampel penelitian adalah bagian atau wakil populasi yang memiliki karakteristik yang sama dengan populasinya, diambil sebagai sumber data penelitian. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik

non-probability sampling dengan cara purposive sampling “teknik penentuan sampel

dengan pertimbangan tertentu” (Arikunto, 1990:128). Adapun pertimbangan yang ditentukan oleh penulis dalam pengambilan sampel adalah sebagai berikut:

1. Kabupaten dan kota di Propinsi Sumatera Utara yang mempublikasikan Laporan Realisasi APBD dalam situs Departemen Keuangan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan

Badan Pusat Statistik Kota Medan.

2. Kabupaten dan kota di Propinsi Sumatera Utara yang mempublikasikan Laporan Realisasi APBD selama periode 2005-2007.

Tabel 3.1

No. Nama Kabupaten/Kota Kriteria Jumlah

1 2

1 Kabupaten Asahan √ √ Sampel 1

2 Kabupaten Batu Bara x x -


(45)

4 Kabupaten Deli Serdang √ √ Sampel 3

5 Kabupaten Humbang Hasundutan √ √ Sampel 4

6 Kabupaten Tanah Karo √ √ Sampel 5

7 Kabupaten Labuhanbatu √ √ Sampel 6

8 Kabupaten Labuhanbatu Selatan x x -

9 Kabupaten Labuhanbatu Utara x x -

10 Kabupaten Langkat √ √ Sampel 7

11 Kabupaten Mandailing Natal √ √ Sampel 8

12 Kabupaten Nias √ x -

13 Kabupaten Nias Barat x x -

14 Kabupaten Nias Selatan √ x -

15 Kabupaten Nias Utara x x -

16 Kabupaten Padang Lawas x x -

17 Kabupaten Padang Lawas Utara x x -

18 Kabupaten Pakpak Bharat √ √ Sampel 9

19 Kabupaten Samosir √ x -

20 Kabupaten Serdang Bedagai √ √ Sampel 10

21 Kabupaten Simalungun √ √ Sampel 11

22 Kabupaten Tapanuli Selatan √ √ Sampel 12

23 Kabupaten Tapanuli Tengah √ √ Sampel 13

24 Kabupaten Tapanuli Utara √ √ Sampel 14

25 Kabupaten Toba Samosir √ √ Sampel 15

26 Kota Binjai √ √ Sampel 16


(46)

C. Jenis Data

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan data kuantitatif, yaitu data yang diukur dalam suatu skala numerik (Kuncoro, 2003:124) dan merupakan data sekunder, yaitu sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain) (Indriantoro dan Supomo, 2002:147).

Data sekunder tersebut diperoleh dari

1. Laporan APBD Kabupaten dan Kota di Propinsi Sumatera Utara tahun 2005-2007.

2. Laporan Realisasi APBD Kabupaten dan Kota di Propinsi Sumatera Utara tahun 2005-2007.

Data yang diperoleh adalah kombinasi antara data time series dan data

cross-section. Data time-series adalah data yang secara kronologis disusun menurut

waktu pada suatu variabel tertentu dan data cross-section yaitu data yang dikumpulkan pada suatu titik tertentu (Kuncoro, 2003:125) yang disebut dengan

pooling data atau combined model.

28 Kota Medan √ √ Sampel 17

29 Kota Padang Sidempuan √ √ Sampel 18

30 Kota Pematang Siantar √ √ Sampel 19

31 Kota Sibolga √ √ Sampel 20

32 Kota Tanjung Balai √ √ Sampel 21


(47)

D. Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan adalah data eksternal. Data eksternal adalah data yang dicari secara manual dengan mendapatkannya dari luar perusahaan (Umar, 2001:70). Dalam penelitian ini, data dikumpulkan dengan cara mendownload laporan APBD dan Laporan Realisasi APBD Kabupaten dan Kota di Propinsi Sumatera Utara untuk periode 2005-2007 melalui situs

E. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Tabel 3.2

No. Variabel Konsep Variabel Indikator Ukuran

1. Pajak Daerah (X1) Peralihan

kekayaan dari pihak rakyat kepada kas negara untuk membiayai pengeluaran rutin dan surplusnya digunakan untuk Public Investment

Pajak Daerah Ratio

2. Retribusi Daerah (X2)

Pembayaran kepada negara yang dilakukan kepada mereka yang

menggunakan jasa-jasa negara

Retribusi Daerah Ratio

3. Hasil Perusahaan dan Kekeyaan Daerah yang Dipisahkan (X3)

Penerimaan dari laba badan usaha milik pemerintah daerah dimana pemerintah

tersebut bertindak sebagai salah satu

Hasil Perusahaan dan Kekeyaan Daerah yang Dipisahkan


(48)

pemiliknya. 4. Lain-lain PAD yang

Sah (X4)

Penerimaan selain dari pajak atau retribusi.

Lain-lain PAD yang Sah

Ratio

5. Kinerja (Y) Tingkat capaian dari satu hasil kerja di bidang keuangan daerah dengan menggunakan indikator keuangan.  Rasio Kemandirian  Rasio Upaya

Fiskal  Rasio

Desentralisasi Fiskal

Ratio

F. Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan adalah metode analisis statistik dengan menggunakan software SPSS 15. Sebelum data dianalisis, maka untuk keperluan analisis data tersebut terlebuh dahulu dilakukan uji asumsi klasik.

1. Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik yang dilakukan adalah uji normalitas data, uji multikolonieritas, uji heteroskedastisitas dan uji autokorelasi.

a. Uji Normalitas Data

Uji normalitas data bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Kalau nilai residual tidak mengikuti distribusi normal, uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil (Ghozali, 2005:110). Menurut Ghozali (2005:110), ”cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak ada dua, yaitu analisis grafik dan analisis statistik. Normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dan grafik dengan melihat histogram dari residualnya”. Dasar pengambilan keputusannya adalah:


(49)

1. Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola berdistribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.

2. Jika data menyebar jauh dari diagonal dan tidak mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogram tidak menunjukkan data berdistribusi normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.

”Uji statistik yang dapat digunakan untuk menguji normalitas residual adalah uji statistik Kolmogorov-Smirnov (K-S)”, yang dijelaskan oleh Ghozali (2005:115). Uji K-S dibuat dengan membuat hipotesis:

Ho : Data residual berdistribusi normal Ha : Data residual tidak berdistribusi normal

Bila signifikansi > 0,05 dengan α = 5% berarti distribusi data normal dan Ho diterima, sebaliknya bila nilai signifikan <0,05 berarti distribusi data tidak normal dan Ha diterima.

b. Uji Multikolonieritas

Uji Multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antara antara variabel independen. Model regresi yang baik seharusnya tidak ada korelasi antar variabel independen. Ada tidaknya multikolonieritas dapat dideteksi dengan melihat nilai tolerance dan variance

inflation factor (VIF), serta dengan menganalisis matrik korelasi variabel-variabel

independen. Nilai cutoff yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolonieritas adalah nilai tolerance < 0,10 atau sama dengan nilai VIF > 10”


(50)

dan untuk matrik korelasi adanya indikasi multikolonieritas dapat dilihat jika antar variabel independen ada korelasi yang cukup tinggi umumnya diatas 0,90.

c. Uji Heteroskedastisitas

Uji ini memiliki tujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual suatu pengamatan ke pengamatan yang lain. Menurut Erlina (2007:108) “jika varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lainnya tetap, maka disebut homoskedastisitas. Sebaliknya jika varians berbeda, maka disebut heterokedasitas”. Ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat grafik Scaterplot antar nilai prediksi variabel independen dengan nilai residualnya. Dasar analisis yang dapat digunakan untuk menentukan heteroskedastisitas, antara lain:

1. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas,

2. Jika tidak ada pola yang jelas, seperti titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas atau terjadi homoskedastisitas.

d. Uji Autokorelasi

Uji ini bertujuan untuk melihat apakah dalam suatu model regresi linear ada korelasi antar kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang tahun yang berkaitan satu dengan yang lainnya. Hal ini sering ditemukan pada


(51)

adalah dengan menggunakan nilai uji Durbin Watson dengan ketentuan dari Ghozali sebagai berikut:

1. 0 < d < dl, maka tidak ada autokorelasi positif. 2. dl ≤ d ≤ du, maka tidak ada autokorelasi positif. 3. 4 – dl < d < 4, maka tidak ada autokorelasi negatif. 4. 4 – du ≤ d ≤ 4 – dl, maka tidak ada autokorelasi negatif.

5. du < d < 4 – du, maka tidak ada autokorelasi positif atau negatif.

2. Pengujian hipotesis

Penelitian ini dianalisis dengan model regresi berganda untuk melihat seberapa besar pengaruh laba bersih dan arus kas operasi terhadap dividend

payout ratio dengan model dasar sebagai berikut:

Y= α+β1X1+β2X2+β3X3+β4X4+ε

Keterangan :

Y = Variabel dependen, dalam hal ini Kinerja

α = Konstanta.

β1,β2,β3,β4 = Koefisien regresi X1,X2,X3.

X1 = Variabel independen pertama yaitu pajak daerah

X2 = Variabel independen kedua yaitu retribusi daerah

X3 = Variabel independen ketiga yaitu hasil perusahaan dan kekayaan

daerah yang dipisahkan

X4 = Variabel independen keempat yaitu lai-lain pendapatan asli daerah


(52)

ε = Tingkat kesalahan pengganggu.

a. Uji t ( t Test )

Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas atau independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen. Uji ini dilakukan untuk melihat pengaruh laba bersih dan arus kas bersih secara parsial terhadap dividend payout ratio. Uji ini dilakukan dengan membandingkan signifikansi t hitung dengan ketentuan sebagai berikut:

H0 diterima jika t hitung < t tabel (α = 5%)

Haditerima jika t hitung > t tabel (α = 5%)

Selain itu dapat pula dilihat dari nilai signifikansinya. Jika nilai signifikansi penelitian < 0,05 maka Ha diterima.

Hipotesis Penelitian

Pendapatan Asli Daerah (PAD) berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan pemerintah Kabupaten dan Kota di Propinsi Sumatera Utara secara parsial.

Hipotesis Statistik

Ho: b2 = 0 Pendapatan Asli Daerah (PAD) tidak berpengaruh signifikan secara parsial terhadap kinerja keuangan pemerintah Kabupaten dan Kota di Propinsi Sumatera Utara.

Ha: b2 ≠ 0 Pendapatan Asli Daerah (PAD) berpengaruh signifikan secara parsial terhadap kinerja keuangan pemerintah Kabupaten dan Kota di Propinsi Sumatera Utara secara parsial.


(53)

b. Uji F ( F Test )

Uji F statistik digunakan untuk menguji keberartian pengaruh dari seluruh variabel bebas secara bersama-sama (serentak) terhadap variabel tidak bebas. Uji F dimaksudkan untuk melihat kemampuan menyeluruh dari variabel bebas yaitu laba bersih dan arus kas operasi terhadap kebijakan dividen. Uji ini dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:

H0 diterima jika Fhitung < Ftabel

Ha diterima jika Fhitung > Ftabel

Pada tingkat kepercayaan 95 %.

Selain itu dapat pula dilihat dari nilai signifikansinya. Jika nilai signifikansi penelitian < 0,05 maka Ha diterima.

Hipotesis Penelitian

Pendapatan Asli Daerah (PAD) berpengaruh signifikan secara simultan terhadap kinerja keuangan pemrintah Kabupaten dan Kota di Propinsi Sumatera Utara. Hipotesis Statistik

Ho:b1 = 0 Pendapatan Asli Daerah (PAD) tidak berpengaruh signifikan secara

simultan terhadap kinerja keuangan pemerintah Kabupaten dan Kota di Propinsi Sumatera Utara.

Ha: b1 ≠ 0 Pendapatan Asli Daerah (PAD) berpengaruh signifikan secara simultan

terhadap kinerja keuangan pemerintah Kabupaten dan Kota di Propinsi Sumatera Utara.


(54)

G. Jadwal Penelitian

Penelitian ini direncanakan dilaksanakan dari bulan Januari 2009 sampai dengan bulan Mei 2009. Jadwal penelitian yang direncanakan adalah sebagai berikut :

Tabel 3.3 Jadwal Penelitian

Tahap Penelitian Jan Feb Mar Apr Mei

Pengajuan Proposal Skripsi √

Bimbingan Proposal Skripsi √ √

Pengumpulan Data √ √

Seminar Proposal Skripsi √

Bimbingan dan Penulisan Skripsi √ √


(55)

BAB IV

ANALISIS HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Propinsi Sumatera Utara 1. Kondisi Geografis

Provinsi Sumatera Utara terletak diantara 10-40 Lintang Utara dan 980-1000 Bujur Timur. Luas wilayah Provinsi Sumatera Utara mencapai 71.680,68 km2

atau 3,72% dari luas Wilayah Republik Indonesia, dengan posisi geografisantara 10- 40LU dan 980- 1000BT. Provinsi Sumatera Utara memiliki 162pulau, yaitu 6 pulau di Pantai Timur dan 156 pulau di Pantai Barat. Batas wilayah Provinsi Sumatera Utara meliputi :

 Sebelah Selatan : Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam di sebelah Utara, Propinsi Riau dan Sumatera Barat Selatan.

 Sebelah Barat : Samudera Hindia  Sebelah Timur : Selat Malaka Timur.

Letak geografis Provinsi Sumatera Utara berada pada jalur strategis pelayaran Internasional Selat Malaka yang dekat dengan Singapura, Malaysia dan Thailand.

2. Kondisi Iklim dan Topografi

Iklim di Sumatera Utara termasuk iklim tropis yang dipengaruhi oleh angin Passat dan angin Muson. Kelembaban udara rata-rata 78%-91%, Curah hujan (800-4000) mm / Tahun dan penyinaran matahari 43%.


(56)

dan diatas 40 % seluas 24,28 %, sedangkan luas Wilayah Danau Toba 112.920 Ha atau 1,57 %. Propinsi Sumatera Utara ditinjau dari segi topografi dibagi atas 3 (tiga) bagian yaitu:

 Bagian Timur dengan keadaan relatif datar  Bagian tengah bergelombang sampai berbukit  Bagian Barat merupakan dataran bergelombang.

3. Kondisi Demografis

Penduduk Sumatera Utara terdiri dari berbagai suku, yaitu Melayu, Batak, Nias, Aceh, Minangkabau, Jawa dan telah beragama. Walaupun berbeda Agama dan adapt istiadat, kehidupan bersama berlangsung rukun dan damai dengan Pancasila sebagai pedoman hidup.

4. Potensi Wilayah

Sumatera Utara terkenal karena luas perkebunannya. Hingga kini,

perkebunan tetap menjadi primadona perekonomian propinsi. Perkebunan tersebut dikelola oleh perusahaan swasta maupun negara. Sumatera Utara menghasilkan karet, coklat, teh, kelapa sawit, kopi, cengkeh, kelapa, kayu manis, dan tembakau. Perkebunan tersebut tersebar di Deli Serdang, Langkat, Simalungun, Asahan, Labuhan Batu, dan Tapanuli Selatan.

Komoditas tersebut telah diekspor ke berbagai negara dan memberikan sumbangan devisa yang sangat besar bagi Indonesia. Selain komoditas perkebunan, Sumatera Utara juga dikenal sebagai penghasil komoditas holtikultura (sayur-mayur dan buah-buahan): misalnya Jeruk Medan, Jambu Deli,


(57)

Sayur Kol, Tomat, Kentang, dan Wortel yang dihasilkan oleh Kabupaten Karo, Simalungun dan Tapanuli Utara.

Produk holtikultura tersebut telah diekspor ke Malaysia dan Singapura. Pemerintah Propinsi (Pemprop) Sumatera Utara juga sudah membangun berbagai prasarana dan infrastruktur untuk memperlancar perdagangan baik antar kabupaten di Sumatera Utara maupun antara Sumatera Utara dengan provinsi lainnya. Sektor swasta juga terlibat dengan mendirikan berbagai properti untuk perdagangan, perkantoran, hotel dan lain-lain. Tentu saja sektor lain, seperti koperasi, pertambangan dan energi, industri, pariwisata, pos dan telekomunikasi, transmigrasi, dan sektor sosial kemasyarakatan juga ikut dikembangkan. Untuk memudahkan koordinasi pembangunan, maka Sumatera Utara dibagi kedalam empat wilayah Pembangunan.

B. Data Penelitian

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis statistik yang menggunakan persamaan regresi berganda. Analisis data dimulai dengan mengolah data dengan menggunakan Microsoft excel, selanjutnya dilakukan pengujian asumsi klasik dan pengujian menggunakan regresi berganda. Pengujian asumsi klasik dan regresi berganda dilakukan dengan menggunakan

software SPSS versi 15. Prosedur dimulai dengan memasukkan variabel-variabel

penelitian ke program SPSS tersebut dan menghasilkan output-output sesuai metode analisis data yang telah ditentukan. Berdasarkan kriteria yang telah


(58)

ditetapkan, didapat 15 Kabupaten dan 7 Kota yang memenuhi kriteria dan dijadikan sampel dalam penelitian ini dan diamati selama periode 2005-2007.

Tabel 4.1

Daftar Sampel Kabupaten dan Kota

No. Kabupaten / Kota

1. Kabupaten Asahan 2. Kabupaten Dairi

3. Kabupaten Deli Serdang

4. Kabupaten Humbang Hasundutan 5. Kabupaten Tanah Karo

6. Kabupaten Labuhan Batu 7. Kabupaten Langkat

8. Kabupaten Mandailing Natal 9. Kabupaten Pakpak Bharat 10. Kabupaten Serdang Bedagai 11. Kabupaten Simalungun 12. Kabupaten Tapanuli Selatan 13. KabupatenTapanuli Tengah 14. KabupatenTapanuli Utara 15. Kabupaten Toba Samosir


(59)

16. Kota Binjai 17. Kota Medan

18. Kota Padang Sidempuan 19. Kota Pematang Siantar 20. Kota Sibolga

21. Kota Tanjung Balai 22. Kota Tebing Tinggi Sumber: Penulis, 2009.

C. Analisis Hasil Penelitian 1. Analisis Statistik Deskriptif

Informasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang diperoleh dari www.djpk.depkeu.go.id, Statistik Kota Medan berupa data Laporan APBD dan Laporan Realisasi APBD Kabupaten dan Kota di Propinsi Sumatera Utara dari tahun 2005 sampai tahun 2007 yang dijabarkan dalam bentuk statistik.

Variabel dari penelitian ini terdiri dari pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan dan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah sebagai variabel bebas (independent variable) dan kierja keuangan sebagai variabel terikat (dependent variable). Statistik deskriptif variabel tersebut dari sampel Kabupaten dan Kota di Propinsi Sumatera Utara selama periode 2005 sampai dengan tahun 2007 disajikan dalam tabel 4.2 berikut:


(60)

Tabel 4.2

Statistik Deskriptif Variabel-Variabel Tahun 2005-2007

N Minimum Maximum Mean

Std. Deviation

Statistic Statistic Statistic Statistic Statistic

Pajak

66 104864517 1810477700

00 1442802031 6.24 3752989115 6.899 Retribusi

66 312757481 1225198100

00 9041431617. 64 2403010322 5.353 Hasil_PH

66 0 5512560000 1078786609.

79

1423702978. 556 Lain_lain

66 133705145 1573503900

0 4481670714. 05 3646252354. 265 Kinerja

66 .417 2.319 1.06170 .304557

Valid N (listwise)

66

Sumber: Data yang diolah penulis, 2009.

Tabel diatas menunjukkan bahwa semua variabel memiliki nilai minimun positif. Untuk nilai maksimum, semua variabel juga memiliki nilai yang positif. Berikut ini perincian data deskriptif yang telah diolah:

a. Variabel pajak daerah memiliki nilai minimum 104.864.517 dan maksimum 181.047.770.000 dengan rata-rata pajak daerah sebesar 14.428.020.316,24 serta jumlah sampel sebanyak 66 Kabupaten dan Kota.


(61)

b. Variabel retribusi daerah memiliki nilai minimum 312.757.481 dan maksimum 122.519.810.000 dengan rata-rata retribusi daerah sebesar 9.041.431.617,64serta jumlah sampel sebanyak 66 Kabupaten dan Kota.

c. Variabel hasil perusahaan dan kekayaan daerah yang dipisahkan memiliki nilai minimum 0 dan maksimum 5.512.560.000 dengan rata-rata hasil perusahaan dan kekayaan daerah yang dipisahkan sebesar 1.078.786.609,79 serta jumlah sampel sebanyak 66 Kabupaten dan Kota.

d. Variabel lain-lain pendapatan asli daerah yang sah memiliki nilai minimum 133.705.145 dan maksimum 15.735.039.000 dengan rata-rata lain-lain pendapatan asli daerah yang sah sebesar 4.481.670.714,05serta jumlah sampel sebanyak 66 Kabupaten dan Kota.

e. Variabel kinerja memiliki nilai minimum 0,417 dan maksimum 2.319 dengan rata-rata kinerja sebesar 1,06170serta jumlah sampel sebanyak 66 Kabupaten dan Kota.

2. Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas

Pengujian normalitas data dalam penelitian ini mengunakan uji statistik non parametrik Kolmogorov-Smirnov (K-S) dengan membuat hipotesis:

H0 : Data residual berdistribusi normal

H1 : Data residual tidak berdistribusi normal

Apabila nilai signifikansinya lebih besar dari 0,05 maka H0 diterima,


(62)

Tabel 4.3

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 66

Normal Parametersa Mean .0000000

Std. Deviation .29917295

Most Extreme Differences

Absolute .153

Positive .153

Negative -.098

Kolmogorov-Smirnov Z 1.246

Asymp. Sig. (2-tailed) .090

a. Test distribution is Normal.

Sumber: Data yang diolah penulis, 2009.

Dari hasil pengolahan data tersebut, besarnya nilai Kolmogorov-Smirnov adalah 1,246 dan signifikansi pada 0,090 maka disimpulkan data terdistribusi secara normal karena p= 0,090 > 0,05. Data yang terdistribusi secara normal tersebut juga dapat dilihat melalui grafik histogram dan grafik normal plot data.


(63)

4 2

0 -2

25

20

15

10

5

0

Frequency

Mean =-9.26E-16฀ Std. Dev. =0.969฀

N =66

Histogram Dependent Variable: Kinerja

Gambar 4.1 Histogram

Sumber : Data Diolah Penulis, 2009.

Dengan cara membandingkan antara data observasi dengan distribusi yang mendekati distribusi normal, dari grafik di atas dapat disimpulkan bahwa distribusi data normal karena grafik histogram menunjukkan distribusi data mengikuti garis diagonal.


(64)

1.0 0.8 0.6 0.4 0.2 0.0 1.0

0.8

0.6

0.4

0.2

0.0

Expected Cum

Prob

Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual Dependent Variable: Kinerja

Gambar 4.2 Grafik Normal P-P Plot

Sumber: Data yang diolah penulis, 2009.

Demikian pula dengan hasil uji normalitas dengan menggunakan grafik plot. Pada grafik normal plot, terlihat titik-titik menyebar disekitar garis diagonal serta penyebarannya mendekati dari garis diagonal sehingga dapat disimpulkan bahwa data dalam model regresi terdistribusi secara normal. Dari hasil uji normalitas dengan Kolmogorov-Smirnov (K-S), grafik histogram dan grafik normal Plot menunjukkan data terdistribusi secara normal.


(1)

Karo 6

Kabupaten Labuhan

Batu 82.940.560.000 650.947.000.000 0,127

7 Kabupaten Langkat 123.513.210.000 659.402.850.000 0,187 8

Kabupaten Mandailing

Natal 24.504.680.000 383.425.940.000 0,064

9

Kabupaten Pakpak

Bharat 15.819.423.604

182.090.299.231 0,087 10

Kabupaten Serdang

Bedagai 12.705.680.000 238.886.520.000 0,053 11

Kabupaten

Simalungun 46.562.610.000 662.814.850.000 0,070 12

Kabupaten Tapanuli

Selatan 42.839.333.582

581.097.584.566 0,074 13

Kabupaten Tapanuli

Tengah 25.307.650.000 298.902.410.000 0,085 14

Kabupaten Tapanuli

Utara 17.173.060.000 357.837.280.000 0,048

15

Kabupaten Toba

Samosir 19.517.840.000 280.962.050.000 0,069 16 Kota Binjai 37.978.050.000 307.466.880.000 0,123

17 Kota Medan 205.002.270.000

1.398.910.990.0

00 0,147 18

Kota Padang

Sidempuan 24.487.760.000 257.272.900.000 0,095 19 Kota Pematang Siantar 19.278.090.000 319.681.660.000 0,060 20 Kota Sibolga 17.452.420.000 208.106.110.000 0,084 21 Kota Tanjung Balai 14.720.640.000 234.785.320.000 0,063 22 Kota Tebing Tinggi 17.227.420.000 236.430.320.000 0,073

Lampiran 7 (Lanjutan)

Rasio Kemandirian Untuk Tahun 2007 No

. Kabupaten / Kota

Total Pendapatan Asli Daerah

Bantuan Pusat / Propinsi

Kinerj a 1 Kabupaten Asahan 31.030.123.000 15.453.927.000 2,008


(2)

2 Kabupaten Dairi 8.788.285.000 5.657.411.000 1,553 3

Kabupaten Deli

Serdang 76.696.878.000 9.472.883.000 8,096 4

Kabupaten Humbang

Hasundutan 7.576.209.000 4.750.774.000 1,595

5 Kabupaten Tanah Karo 19.464.755.435 0 0

6

Kabupaten Labuhan

Batu 36.771.409.000 0 0

7 Kabupaten Langkat 32.122.090.000 7.595.751.000 4,227 8

Kabupaten Mandailing

Natal 11.311.080.000 6.857.581.000 1,649

9

Kabupaten Pakpak

Bharat 3.970.484.000 3.922.887.000 1,012 10

Kabupaten Serdang

Bedagai 10.275.010.000 0 0

11 Kabupaten Simalungun 31.560.621.000 9.751.172.000 3,236 12

Kabupaten Tapanuli

Selatan 21.752.835.000 9.742.067.000 2,233 13

Kabupaten Tapanuli

Tengah 10.544.158.000 5.741.660.000 1,836

14

Kabupaten Tapanuli

Utara 9.718.209.780 6.734.282.000 1,443 15

Kabupaten Toba

Samosir 7.268.449.000 5.078.477.000 1,431 16 Kota Binjai 10.497.671.215 5.720.165.000 1,835

17 Kota Medan 312.467.370.442 0 0

18

Kota Padang

Sidempuan 9.039.773.000 5.427.874.000 1,665 19 Kota Pematang Siantar 18.789.657.000 5.016.417.000 3,746 20 Kota Sibolga 8.521.967.000 4.965.500.000 1,716 21 Kota Tanjung Balai 11.698.025.000 4.109.615.000 2,846 22 Kota Tebing Tinggi 15.255.982.000 4.248.987.000 3,590


(3)

Rasio Upaya Fiskal Untuk Tahun 2007 No

. Kabupaten / Kota

Total Pendapatan Asli Daerah

Total Anggaran PAD

Kinerj a

1 Kabupaten Asahan 31.030.123.000

25.211.574.264,

35 1,231 2 Kabupaten Dairi 8.788.285.000 6.563.680.000 1,339 3 Kabupaten Deli Serdang 76.696.878.000 82.828.517.800 0,926 4

Kabupaten Humbang

Hasundutan 7.576.209.000 5.969.675.821 1,269 5 Kabupaten Tanah Karo 19464755435 17697835214 1.099 6

Kabupaten Labuhan

Batu 36.771.409.000 38.671.080.000 0,954

7 Kabupaten Langkat 32.122.090.000 21.720.350.000 1,479 8

Kabupaten Mandailing

Natal 11.311.080.000 11.377.220.000 0,994

9

Kabupaten Pakpak

Bharat 3.970.484.000 2.415.230.000 1,644 10

Kabupaten Serdang

Bedagai 10.275.010.000 21.716.000.000 0,473 11 Kabupaten Simalungun 31.560.621.000 33.952.950.000 0,929 12

Kabupaten Tapanuli

Selatan 21.752.835.000 25.827.560.000 0,842 13

Kabupaten Tapanuli

Tengah 10.544.158.000 10.390.780.000 1,015

14

Kabupaten Tapanuli

Utara 9.718.209.780

7.890.052.261 1,236 15

Kabupaten Toba

Samosir 7.268.449.000 8.841.450.000 0,822 16 Kota Binjai 10.497.671.215 13.193.285.199 0,796 17 Kota Medan 312.467.370.442 324.263.785.000 0.964 18 Kota Padang Sidempuan 9.039.773.000 10.081.000.000 0,897 19 Kota Pematang Siantar 18.789.657.000 19.859.390.000 0,946 20 Kota Sibolga 8.521.967.000 7.636.770.000 1,117 21 Kota Tanjung Balai 11.698.025.000 11.567.840.000 1,011 22 Kota Tebing Tinggi 15.255.982.000 10.207170.000 1,495


(4)

Lampiran 7 (Lanjutan)

Rasio Desentralisasi Fiskal (1) Untuk Tahun 2007 No

. Kabupaten / Kota

Total Pendapatan Asli Daerah

Total Pendapatan Daerah

Kinerj a 1 Kabupaten Asahan 31.030.123.000

730.850.572.000 0,042 2 Kabupaten Dairi 8.788.285.000

399.191.003.000 0,022 3

Kabupaten Deli

Serdang 76.696.878.000

1.023.786.103.00

0 0,075 4

Kabupaten Humbang

Hasundutan 7.576.209.000

329.696.753.000 0,023 5 Kabupaten Tanah Karo 19.464.755.435 516.152.494.454 0,038 6

Kabupaten Labuhan

Batu 36.771.409.000

763.408.873.000 0,048 7 Kabupaten Langkat 32.122.090.000

818.789.132.000 0,039 8

Kabupaten Mandailing

Natal 11.311.080.000

471.350.973.000 0,024 9

Kabupaten Pakpak

Bharat 3.970.484.000

217.278.319.000 0,018 10

Kabupaten Serdang

Bedagai 10.275.010.000

476.435.804.000 0,021 11 Kabupaten Simalungun 31.560.621.000

801.073.382.000 0,039 12

Kabupaten Tapanuli

Selatan 21.752.835.000

706.430.371.000 0,031 13

Kabupaten Tapanuli

Tengah 10.544.158.000

366.979.132.000 0,029 14

Kabupaten Tapanuli

Utara 9.718.209.780

448.571.692.509 0,022 15

Kabupaten Toba

Samosir 7.268.449.000

355.533.726.000 0,020 16 Kota Binjai 10.497.671.215

346.209.331.676 0,030 17 Kota Medan 312.467.370.442

1.643.205.293.78

7 0,190 18

Kota Padang

Sidempuan 9.039.773.000

333.277.674.000 0,027 19 Kota Pematang Siantar 18.789.657.000 0,048


(5)

379.287.656.000 20 Kota Sibolga 8.521.967.000

247.186.480.000 0,034 21 Kota Tanjung Balai 11.698.025.000

262.423.283.000 0,044 22 Kota Tebing Tinggi 15.255.982.000

274.317.597.000 0,056

Lampiran 7 (Lanjutan)

Rasio Desntralisasi Fiskal (2) Untuk Tahun 2007 No

. Kabupaten / Kota

Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak

Total Pendapatan

Daerah

Kinerj a 1 Kabupaten Asahan 66.051.177.000

730.850.572.000 0,090 2 Kabupaten Dairi 22.478.250.000

399.191.003.000 0,056 3

Kabupaten Deli

Serdang 92.852.900.000

1.023.786.103.0

00 0,091 4

Kabupaten Humbang

Hasundutan 28.557.860.000

329.696.753.000 0,087 5

Kabupaten Tanah

Karo 19.627.601.578 516.152.494.454 0,038

6

Kabupaten Labuhan

Batu 135.344.342.000

763.408.873.000 0,177 7 Kabupaten Langkat 121.555.517.000

818.789.132.000 0,148 8

Kabupaten

Mandailing Natal 24.695.177.000

471.350.973.000 0,052 9

Kabupaten Pakpak

Bharat 23.896.433.000

217.278.319.000 0,109 10

Kabupaten Serdang

Bedagai 43.258.350.000

476.435.804.000 0,091 11

Kabupaten

Simalungun 63.031.544.000


(6)

12

Kabupaten Tapanuli

Selatan 56.642.679.000

706.430.371.000 0,080 13

Kabupaten Tapanuli

Tengah 25.707.716.000

366.979.132.000 0,070 14

Kabupaten Tapanuli

Utara 28.522.972.208

448.571.692.509 0,063 15

Kabupaten Toba

Samosir 22.368.075.000

355.533.726.000 0,063 16 Kota Binjai 44.059.589.241

346.209.331.676 0,127 17 Kota Medan 238.622.776.146

1.643.205.293.7

87 0,145 18

Kota Padang

Sidempuan 26.495.417.000

333.277.674.000 0,079 19

Kota Pematang

Siantar 22.483.070.000

379.287.656.000 0,059 20 Kota Sibolga 18.261.981.000

247.186.480.000 0,074 21 Kota Tanjung Balai 18.249.785.000

262.423.283.000 0,069 22 Kota Tebing Tinggi 21.339.847.000