Analisis Pengaruh Desentralisasi Fiskal Dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Kabupaten Dan Kota Di Provinsi Sumatera Utara

(1)

ANALISIS PENGARUH DESENTRALISASI FISKAL DAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) TERHADAP KINERJA KEUANGAN

PEMERINTAH KABUPATEN DAN KOTA DI PROVINSI SUMATERA UTARA

TESIS

Oleh

NINA ANDRIANY NASUTION

087017064/Akt

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010

S E K

O L A

H

P A

S C

A S A R JA N


(2)

ANALISIS PENGARUH DESENTRALISASI FISKAL DAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) TERHADAP KINERJA KEUANGAN

PEMERINTAH KABUPATEN DAN KOTA DI PROVINSI SUMATERA UTARA

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Akuntansi pada Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara

Oleh

NINA ANDRIANY NASUTION

087017064/Akt

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010


(3)

Judul Tesis : ANALISIS PENGARUH DESENTRALISASI FISKAL DAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) TERHADAP KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH KABUPATEN DAN KOTA DI PROVINSI SUMATERA UTARA

Nama Mahasiswa : Nina Andriany Nasution Nomor Pokok : 087017064

Program Studi : Akuntansi

Menyetujui Komisi Pembimbing,

(Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec, Ac) (Drs. Syamsul Bahri TRB, MM, Ak) Ketua Anggota

Ketua Program Studi, Direktur,

(Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak) (Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B. M.Sc)


(4)

Telah diuji pada

Tanggal : 20 Desember 2010

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec, Ac Anggota : 1. Drs. Syamsul Bahri TRB, MM, Ak

2. Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak 3. Dra. Tapi Anda Sari Lubis, M.Si, Ak


(5)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul:

“Analisis Pengaruh Desentralisasi Fiskal dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Kabupaten dan Kota di Provinsi Sumatera Utara”.

Adalah benar hasil kerja saya sendiri dan belum dipublikasikan oleh siapapun sebelumnya. Sumber-sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan benar.

Medan, Desember 2010 Yang Membuat Pernyataan


(6)

ANALISIS PENGARUH DESENTRALISASI FISKAL DAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) TERHADAP KINERJA KEUANGAN

PEMERINTAH KABUPATEN DAN KOTA DI PROVINSI SUMATERA UTARA

Nina Andriany Nasution; Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec, Ac dan Drs. Syamsul Bahri TRB, MM, Ak

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Desentralisasi Fiskal dan Pendapatan Asli Daerah terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara baik secara simultan maupun parsial.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian assosiatif causal. Pengumpulan data dilakukan dengan cara mengumpulkan data sekunder secara manual berdasarkan lokasi eksternal. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara periode amatan tahun 2004 - 2008 berjumlah 33 kabupaten/kota. Sampel dipilih dengan menggunakan metode purposive sampling. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 23 kabupaten/kota. Metode analisis yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Desentralisasi Fiskal dan Pendapatan Asli Daerah secara simultan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah. Secara parsial menunjukkan hanya variabel Desentralisasi Fiskal yang tidak berpengaruh terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah.

Kata Kunci: Desentralisasi Fiskal, Pendapatan Asli Daerah, Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah.


(7)

ANALYZE THE INFLUENCE OF FISCAL DECENTRALIZATION AND LOCAL REVENUE TO FINANCIAL PERFORMANCE GOVERNMENT

DISTRICT IN NORTH SUMATRA PROVINCE

Nina Andriany Nasution; Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec, Ac and Drs. Syamsul Bahri TRB, MM, Ak

ABSTRACT

The purpose of this study is to investigate and analyze the influence of Fiscal Decentralization and Local Revenue to Financial Performance Government District in North Sumatra Province, both simultaneously and partial.

This research is a causal associative type of research. Collection data was done by collecting secondary data manually based on external sites. Population in this research are the District of North Sumatra Province observation period in 2004 - 2008 amounted to 33 District/Town. Samples were selected using purposive sampling method. The number of samples in this study are 23 regencies/cities. The method of analysis used is multiple linear regression analysis.

The results of this study indicate that the Fiscal Decentralization and Local Revenue simultaneously have a significant impact on Local Government Financial Performance. Partially shows only the variable Fiscal Decentralization temporary variable does not affect the performance of Local Government Finance.

Keywords: Fiscal Decentralization, Local Revenue, Local Government Financial Performance.


(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur peneliti ucapkan kehadirat ALLAH SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan judul “ANALISIS PENGARUH DESENTRALISASI FISKAL DAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) TERHADAP KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH KABUPATEN DAN KOTA DI PROVINSI SUMATERA UTARA”.

Tesis ini merupakan tugas akhir untuk menyelesaikan pendidikan di Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. Dalam kesempatan ini peneliti tidak lupa mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc. (CTM), Sp.A(K), selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, M.Sc, selaku Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak, selaku Ketua Program Studi Magister Akuntansi Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara dan sekaligus sebagai Dosen Pembanding yang telah banyak memberikan saran dan kritik untuk perbaikan tesis ini.

4. Ibu Dra. Tapi Anda Sari Lubis, M.Si, Ak, selaku Sekretaris Program Studi Magister Akuntansi Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara dan sekaligus sebagai Dosen Pembanding yang telah banyak memberikan saran dan kritik untuk perbaikan tesis ini.

5. Bapak Drs. Arifin Akhmad, M.Si, Ak, selaku Dosen Pembanding yang telah banyak memberikan saran dan kritik untuk perbaikan tesis ini.

6. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec, Ac, selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak memberikan arahan, bimbingan dan saran dalam proses penulisan untuk menyusun tesis ini.


(9)

7. Bapak Drs. Syamsul Bahri TRB, MM, Ak, selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak memberikan arahan, bimbingan dan saran dalam proses penulisan untuk menyusun tesis ini.

8. Kepala Bappeda Sumatera Utara, Kepala Dispenda Sumatera Utara, Kepala BPS Sumatera Utara beserta staf yang telah banyak membantu peneliti dalam proses penelitian.

9. Suami tersayang, Subkhan Ikhsan Siregar, S.Si.T yang selalu memberikan semangat sehingga peneliti dapat menyelesaikan studi ini.

10.Teman-teman seperjuangan yang telah banyak membantu memberikan saran dalam penyelesaian tesis ini.

11.Bapak dan Ibu bagian Administrasi Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

Semoga tesis ini bermanfaat bagi kita semua, Amin Ya Rabbal Alamin.

Medan, Desember 2010 Peneliti,


(10)

RIWAYAT HIDUP

Nama : Nina Andriany Nasution

Tempat/Tanggal Lahir : Medan/03 November 1979 Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Nama Ayah : Makmar Nasution, BcIP, SH, M.Hum Nama Ibu : Siti Asnah Lubis

Alamat : Jln. Cempaka I No. 17 Blok I Perumnas Helvetia Medan

Handphone : 081375410084

PENDIDIKAN

1. 2004 Lulus S1 Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi Universitas Sumatera Utara. 2. 1998 Lulus SMA Pemda-1 Gunung Sitoli.

3. 1995 Lulus SMP Negeri Sunggal Medan. 4. 1992 Lulus SD Negeri 064981 Medan.

PEKERJAAN

Pada saat ini peneliti bekerja di Inspektorat Kabupaten Serdang Bedagai, sebagai Kepala Sub Bagian Administrasi dan Umum.


(11)

DAFTAR ISI

ABSTRAK... ABSTRACT... KATA PENGANTAR... RIWAYAT HIDUP... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

Halaman i ii iii v vi viii

ix x

BAB I PENDAHULUAN... 1

1.1. Latar Belakang Penelitian... 1

1.2. Rumusan Masalah... 5

1.3. Tujuan Penelitian... 5

1.4. Manfaat Penelitian... 6

1.5. Originalitas... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 8

2.1. Landasan Teori... 8

2.1.1. Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah... 8

2.1.2. Desentralisasi Fiskal... 13

2.1.3. Pendapatan Asli Daerah... 16

2.2. Tinjauan Penelitian Terdahulu... 20

BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS... 24

3.1. Kerangka Konsep... 24


(12)

BAB IV METODE PENELITIAN... 29

4.1. Jenis Penelitian... 29

4.2. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian... 30

4.3. Populasi dan Sampel... 30

4.4. Metode Pengumpulan Data... 32

4.5. Defenisi Operasional dan Metode Pengukuran Variabel... 33

4.5.1. Desentralisasi Fiskal... 33

4.5.2. Pendapatan Asli Daerah... 33

4.5.3. Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah... 34

4.6. Model dan Teknik Analisis Data... 35

4.6.1. Perumusan Model... 35

4.6.2. Pengujian Asumsi Klasik... 35

4.6.3. Pengujian Hipotesis... 38

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 41

5.1. Hasil Penelitian... 41

5.1.1. Statistik Deskriptif... 41

5.1.2. Pengujian Asumsi Klasik... 44

5.1.2.1. Uji normalitas... 44

5.1.2.2. Uji multikolinearitas... 48

5.1.2.3. Uji autokorelasi... 49

5.1.2.4. Uji heteroskedastisitas... 50

5.1.3. Hasil Analisis Data... 52

5.1.3.1. Persamaan regresi... 52

5.1.4. Pengujian Hipotesis... 54

5.1.4.1. Uji statistik F... 54

5.1.4.2. Uji statistik t... 54

5.1.4.3. Koefisien determinasi (R2)……... 56


(13)

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 60

6.1. Kesimpulan... 60

6.2. Keterbatasan Penelitian... 61

6.3. Saran... 62


(14)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1. Daftar Hasil-hasil Penelitian Terdahulu... 22

4.1. Daftar Pengambilan Sampel... 31

4.2. Definisi Operasional dan Metode Pengukuran Variabel... 34

5.1. Statistik Deskriptif... 42

5.2. Uji Kolmogorov-Smirnov Sebelum Transformasi... 46

5.3. Uji Kolmogorov-Smirnov Setelah Transformasi... 48

5.4. Uji Multikolinearitas... 49

5.5. Uji Autokorelasi... 49

5.6. Analisis Regresi... 52

5.7. Uji Statistik F... 54

5.8. Uji Statistik t... 55


(15)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

3.1. Kerangka Konseptual... 24

5.1. Hasil Uji Normalitas Sebelum Dilakukan Transformasi... 45

5.2. Hasil Uji Normalitas Setelah Dilakukan Transformasi... 47


(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Realisasi Penerimaan Desentralisasi Fiskal... 66

2. Realisasi Penerimaan Pendapatan Asli Daerah... 68

3. Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja... 70

4. Realisasi PDRB dan Jumlah Penduduk... 71

5. Realisasi Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah... 72

6. Persentase Statistik Deskriptif……..………... 74

7. Hasil SPSS Sebelum Data Ditransformasi... 75


(17)

ANALISIS PENGARUH DESENTRALISASI FISKAL DAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) TERHADAP KINERJA KEUANGAN

PEMERINTAH KABUPATEN DAN KOTA DI PROVINSI SUMATERA UTARA

Nina Andriany Nasution; Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec, Ac dan Drs. Syamsul Bahri TRB, MM, Ak

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Desentralisasi Fiskal dan Pendapatan Asli Daerah terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara baik secara simultan maupun parsial.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian assosiatif causal. Pengumpulan data dilakukan dengan cara mengumpulkan data sekunder secara manual berdasarkan lokasi eksternal. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara periode amatan tahun 2004 - 2008 berjumlah 33 kabupaten/kota. Sampel dipilih dengan menggunakan metode purposive sampling. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 23 kabupaten/kota. Metode analisis yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Desentralisasi Fiskal dan Pendapatan Asli Daerah secara simultan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah. Secara parsial menunjukkan hanya variabel Desentralisasi Fiskal yang tidak berpengaruh terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah.

Kata Kunci: Desentralisasi Fiskal, Pendapatan Asli Daerah, Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah.


(18)

ANALYZE THE INFLUENCE OF FISCAL DECENTRALIZATION AND LOCAL REVENUE TO FINANCIAL PERFORMANCE GOVERNMENT

DISTRICT IN NORTH SUMATRA PROVINCE

Nina Andriany Nasution; Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec, Ac and Drs. Syamsul Bahri TRB, MM, Ak

ABSTRACT

The purpose of this study is to investigate and analyze the influence of Fiscal Decentralization and Local Revenue to Financial Performance Government District in North Sumatra Province, both simultaneously and partial.

This research is a causal associative type of research. Collection data was done by collecting secondary data manually based on external sites. Population in this research are the District of North Sumatra Province observation period in 2004 - 2008 amounted to 33 District/Town. Samples were selected using purposive sampling method. The number of samples in this study are 23 regencies/cities. The method of analysis used is multiple linear regression analysis.

The results of this study indicate that the Fiscal Decentralization and Local Revenue simultaneously have a significant impact on Local Government Financial Performance. Partially shows only the variable Fiscal Decentralization temporary variable does not affect the performance of Local Government Finance.

Keywords: Fiscal Decentralization, Local Revenue, Local Government Financial Performance.


(19)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Penelitian

Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) Republik Indonesia Nomor 59 Tahun 2007 tentang perubahan atas Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, baik di tingkat provinsi maupun tingkat kabupaten/kota memasuki era baru sejalan dengan dikeluarkannya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Kedua Undang-Undang di bidang otonomi daerah tersebut berdampak pada terjadinya pelimpahan kewenangan yang semakin luas kepada pemerintah daerah dalam rangka meningkatkan efektivitas dan efisiensi penyelenggaraan fungsi pemerintah daerah dalam mengelola keuangan daerahnya untuk mewujudkan tingkat kinerja keuangan pemerintah kabupaten dan kota di Provinsi Sumatera Utara. Implementasi otonomi daerah adalah sebagai format kebijakan yang diharapkan mampu memecahkan problema keuangan pemerintah pusat karena sebelum era otonomi daerah, pemerintah pusat menguasai pendapatan daerah sehingga daerah sangat tergantung dengan alokasi bantuan dari pusat.

Perubahan sistem penyelenggaraan pemerintah daerah yang memakai metode desentralisasi mempunyai kewenangan yang sangat luas, yang merupakan proses pengurangan atau penghapusan peran dan wewenang pemerintah pusat guna


(20)

menciptakan pemberdayaan pemerintah daerah dan masyarakat daerah untuk bisa mengembangkan daerahnya secara mandiri dan meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) untuk memberi indikasi yang baik bagi kemampuan keuangan daerah sehingga akan terlihat kinerja keuangan daerah secara utuh.

Penyelenggaraan fungsi pemerintahan yang lebih luas oleh pemerintah daerah tersebut perlu didukung oleh sumber pembiayaan yang memadai. Disadari bahwa sumber-sumber penerimaan antar satu daerah dengan daerah lainnya sangat beragam. Ada beberapa daerah dengan sumber daya yang dimiliki mampu menyelenggarakan otonomi daerah, namun tidak tertutup kemungkinan ada beberapa daerah akan menghadapi kesulitan dalam menyelenggarakan tugas desentralisasi karena keterbatasan sumber daya yang dimiliki daerah tersebut.

Sumber-sumber Penerimaan Daerah dalam pelaksanaan desentralisasi meliputi:

1. Dana Bagi Hasil (DBH). 2. Dana Alokasi Umum (DAU). 3. Dana Alokasi Khusus (DAK).

Sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah meliputi: 1. Hasil Pajak Daerah.

2. Hasil Retribusi Daerah.

3. Hasil Badan Usaha Milik Daerah (BUMD). 4. Lain-lain PAD yang sah.


(21)

Salah satu faktor penting yang mempengaruhi keberhasilan pelaksanaan pembangunan daerah adalah kemampuan keuangan daerah yang memadai. Semakin besar keuangan daerah maka semakin besar pula kemampuan daerah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui pembangunan daerah. Pemerintah daerah akan dapat menjalankan fungsinya dalam rangka otonomi atau desentralisasi secara baik bila diterima sumber-sumber keuangan yang cukup untuk melaksanakan fungsi tersebut. PAD sebenarnya menjadi barometer utama suksesnya pelaksanaan otonomi daerah dan diharapkan dengan adanya otonomi daerah ini maka kemandirian daerah dapat diwujudkan lewat struktur PAD yang kuat.

Perubahan Undang-Undang otonomi daerah tersebut tentunya membawa konsekuensi kepada perubahan dalam pengelolaan desentralisasi fiskal kepada pemerintah daerah. Perubahan ini membuat pemerintah daerah diharapkan lebih mampu melaksanakan pembangunan di segala bidang terutama untuk pembangunan sarana prasarana publik. Pembangunan tersebut diharapkan dapat dilaksanakan secara mandiri oleh pemerintah daerah baik dari sisi perencanaan, pembangunan maupun pembiayaannya. Oleh karena itu kreativitas dan inisiatif suatu daerah dalam menggali sumber-sumber keuangan akan sangat tergantung pada kebijakan yang diambil oleh pemerintah daerah itu sendiri. Kemampuan keuangan pemerintah daerah dalam mengelola keuangannya dituangkan dalam Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) yang menggambarkan kemampuan pemerintah daerah dalam membiayai kegiatan pelaksanaan tugas pembangunan. Mobilisasi sumber daya keuangan untuk membiayai berbagai aktivitas daerah ini dapat meningkatkan kinerja pemerintah


(22)

daerah dalam menjalankan fungsinya tetapi mobilisasi sumber dana secara berlebihan dapat menimbulkan dampak jangka panjang yang tidak kondusif. Untuk mengetahui kesiapan suatu daerah dalam menghadapi otonomi daerah maka perlu diadakan suatu analisis terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah dalam mengelola keuangan daerahnya demi mewujudkan tingkat kemandirian di daerahnya. Alat analisis yang dapat digunakan untuk menganalisis kinerja keuangan pemerintah daerah adalah dengan melakukan analisis desentralisasi fiskal dan kemampuan pemerintah daerah dalam meningkatkan PAD yang merupakan salah satu aspek penting dalam otonomi daerah.

Diimplementasikannya desentralisasi fiskal, sejalan dengan diberikannya otonomi yang lebih luas kepada daerah kabupaten dan daerah kota dan membuka peluang bagi pemerintah daerah untuk memaksimalkan pendapatan asli daerahnya. Kinerja keuangan pemerintah daerah pada dasarnya adalah kemampuan dari pemerintah daerah dalam meningkatkan dan menggali potensi sumber-sumber pendapatan asli daerah. Kinerja keuangan pemerintah daerah Provinsi Sumatera Utara setelah otonomi daerah dan diterapkannya desentralisasi fiskal secara rata-rata menunjukkan pertumbuhan pendapatan asli daerah kabupaten/kota pemekaran di Provinsi Sumatera Utara meningkat sebesar 55,47% per tahun (Sumut Dalam Angka). Jadi kinerja keuangan Pemerintah Daerah Provinsi Sumatera Utara setelah implementasi desentralisasi fiskal dan otonomi daerah mengalami peningkatan, sehingga dapat dikatakan ada indikasi bahwa Desentralisasi Fiskal dan Pendapatan


(23)

Asli Daerah berpengaruh terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik melakukan penelitian dan menetapkan judul tesis: “Analisis Pengaruh Desentralisasi Fiskal dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Kabupaten dan Kota di Provinsi Sumatera Utara”.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dalam uraian di atas maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Apakah Desentralisasi Fiskal dan PAD berpengaruh terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Kabupaten dan Kota di Provinsi Sumatera Utara baik secara simultan maupun parsial?

1.3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan secara empiris dan menganalisis tentang pengaruh Desentralisasi Fiskal dan PAD terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Kabupaten dan Kota di Provinsi Sumatera Utara baik secara simultan maupun parsial.


(24)

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat kepada pihak-pihak yang membutuhkan, yaitu:

1. Bagi peneliti, hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan kepada peneliti tentang Pengaruh Desentralisasi Fiskal dan PAD terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Kabupaten dan Kota di Provinsi Sumatera Utara.

3. Bagi publik, sebagai informasi dalam mengambil keputusan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat.

4. Bagi manajemen pemerintah kabupaten dan kota di Provinsi Sumatera Utara dalam membuat kebijakan di masa yang akan datang untuk meningkatkan kinerja keuangan pemerintah daerah.

5. Bagi peneliti selanjutnya, sebagai bahan referensi dan sumber informasi dalam melakukan penelitian selanjutnya.

1.5. Originalitas

Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian Asha Florida (2006) dengan judul penelitian Analisa Pengaruh Pendapatan Asli Daerah terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Kabupaten dan Kota di Provinsi Sumatera Utara. Objek penelitian Asha Florida (2006) adalah Provinsi Sumatera Utara tahun 2001-2005. Variabel independen yang digunakan adalah Pendapatan Asli Daerah sedangkan variabel dependennya adalah Kinerja Keuangan Pemerintah Kabupaten dan Kota. Hasil penelitian menunjukkan secara simultan bahwa Pendapatan Asli Daerah


(25)

berpengaruh secara signifikan terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Kabupaten dan Kota. Secara parsial menunjukkan bahwa hanya Pajak Daerah dan Retribusi Daerah yang berpengaruh secara signifikan terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Kabupaten dan Kota. Berdasarkan argumentasi tersebut, peneliti tertarik melanjutkan penelitian terdahulu dengan menambahkan Desentralisasi Fiskal sebagai variabel independen untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Desentralisasi Fiskal dan Pendapatan Asli Daerah terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Kabupaten dan Kota di Provinsi Sumatera Utara. Periode pengamatan pada penelitian ini adalah tahun 2004-2008.


(26)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

2.1.1. Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah

Pengelolaan keuangan daerah tidak dapat dilepaskan dari keberadaan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Undang-Undang-Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara dan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara. Dengan terbitnya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 maka berbagai prinsip dasar yang ada dalam Undang-Undang Keuangan Negara, Undang-Undang Perbendaharaan Negara dan Undang-Undang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara kembali dipertegas dan menjadi acuan dalam pengalihan keuangan daerah. Pengelolaan Keuangan Daerah meliputi tiga tahapan yaitu: Perencanaan dan Penganggaran, Pelaksanaan serta Pertanggungjawaban.

Menurut Halim (2004: 24), kinerja keuangan pemerintah daerah merupakan salah satu ukuran yang dapat digunakan untuk melihat kemampuan daerah dalam menjalankan otonomi daerah. Selanjutnya pengukuran kinerja diartikan sebagai suatu indikator keuangan atau non keuangan dari suatu pekerjaan yang dilaksanakan atau hasil yang dicapai dari suatu aktivitas suatu proses atau suatu unit organisasi. Pengukuran kinerja merupakan wujud akuntabilitas di mana penilaian yang lebih


(27)

tinggi menjadi tuntutan yang harus dipenuhi, data pengukuran kinerja dapat menjadi peningkatan program selanjutnya.

Menurut Erlina (2008: 6), laporan keuangan pemerintah daerah merupakan suatu output dari sistem akuntansi keuangan daerah. Laporan keuangan merupakan laporan yang terstruktur mengenai posisi keuangan dan transaksi-transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas pelaporan. Tujuan umum laporan keuangan adalah menyajikan informasi mengenai posisi keuangan, realisasi anggaran, arus kas dan kinerja keuangan suatu entitas pelaporan yang bermanfaat bagi para pengguna dalam membuat dan mengevaluasi keputusan mengenai alokasi sumber daya. Secara spesifik, tujuan pelaporan keuangan pemerintah adalah untuk menyajikan informasi yang berguna dalam pengambilan keputusan dan untuk menunjukkan akuntabilitas entitas pelaporan atas sumber daya tersebut.

Menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, Pasal 156 ayat 1 tentang Pemerintahan Daerah, Keuangan Daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah yang dapat dinilai dengan uang dan segala sesuatu berupa uang dan barang yang dapat dijadikan milik daerah yang berhubungan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut.

Berdasarkan pengertian tersebut pada prinsipnya keuangan daerah mengandung unsur pokok, yaitu:

1. Hak Daerah yang dapat dinilai. 2. Kewajiban Daerah dengan uang.


(28)

Hak Daerah dalam rangka keuangan daerah adalah segala hak yang melekat pada daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang digunakan dalam usaha pemerintah daerah mengisi kas daerah.

Hak Daerah tersebut meliputi antara lain:

1. Hak menarik pajak daerah (UU No. 18 Tahun 1997 jo UU No. 34 Tahun 2000). 2. Hak untuk menarik retribusi/iuran daerah (UU No. 18 Tahun 1997 jo UU No. 34

Tahun 2000).

3. Hak mengadakan pinjaman (UU No. 33 Tahun 2004).

4. Hak untuk memperoleh dana perimbangan dari pusat (UU No. 33 Tahun 2004). Kewajiban Daerah juga merupakan bagian pelaksanaan tugas-tugas Pemerintahan Pusat sesuai pembukaan UUD 1945, yaitu:

1. Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia. 2. Memajukan kesejahteraan umum.

3. Mencerdaskan kehidupan bangsa.

4. Ikut serta melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan perdamaian abadi dan keadilan sosial.

Dalam penelitian ini yang dimaksudkan sebagai kinerja keuangan pemerintah daerah adalah tingkat capaian dari suatu hasil kerja di bidang keuangan daerah yang meliputi anggaran dan realisasi PAD dengan menggunakan indikator keuangan yang ditetapkan melalui suatu kebijakan atau ketentuan perundang-undangan selama satu periode anggaran. Pemerintah daerah sebagai pihak yang diserahi tugas menjalankan roda pemerintahan, pembangunan dan pelayanan masyarakat wajib menyampaikan


(29)

pertanggungjawaban keuangan daerahnya untuk dinilai apakah pemerintah daerah berhasil menjalankan tugasnya dengan baik atau tidak. Sejalan dengan otonomi daerah yang mulai efektif diberlakukan sejak Januari 2001 (Perda No. 11 Tahun 2003 tentang Pokok-pokok Pengelolaan Keuangan Daerah) maka perlu diketahui bagaimana Kinerja Keuangan Pemerintah Kabupaten dan Kota di Provinsi Sumatera Utara. Kinerja tersebut dapat diketahui dari tolak ukur kinerja yaitu ukuran keberhasilan yang dicapai pada setiap unit organisasi perangkat daerah.

Keuangan Pemerintah Daerah tidak saja mencerminkan arah dan pencapaian kebijakan fiskal dalam mendorong pembangunan di daerah secara umum tetapi juga menggambarkan sejauhmana tugas dan kewajiban yang diembankan pada pemerintahan daerah (kabupaten) dalam konteks desentralisasi fiskal itu dilaksanakan. Skala Kinerja Keuangan Pemerintah menggunakan skala rasio dan evaluasi Kinerja Keuangan Pemerintah Kabupaten dan Kota di Provinsi Sumatera Utara dalam konteks pemekaran daerah menggunakan indikator-indikator kinerja keuangan yang terukur dengan realisasi Anggaran Pendapatan Belanja Daerah Tahun 2004 s/d 2008, secara umum dapat dilakukan dengan:

1. Tingkat Kemandirian Daerah atau Derajat Desentralisasi Fiskal (DDF). Derajat desentralisasi fiskal adalah tingkat kemandirian daerah untuk membiayai kebutuhan daerahnya sendiri tanpa menggantungkan diri dengan pemerintah pusat.

Pendapatan Asli Daerah (t-1) Derajat Desentralisasi Fiskal =


(30)

2. Kebutuhan Fiskal.

Kebutuhan fiskal adalah kebutuhan pendanaan daerah untuk melaksanakan fungsi layanan dasar umum.

Pengeluaran Daerah (t-1)/Jumlah Penduduk (t-1) Kebutuhan Fiskal Standar (SKF) =

Jumlah Kabupaten (t) 3. Kapasitas Fiskal.

Kapasitas fiskal adalah sumber pendanaan daerah yang berasal dari PAD dan dana bagi hasil.

Jumlah PDRB (t-1)/Jumlah Penduduk (t-1) Kapasitas Fiskal Standar (KFs) =

Jumlah Kabupaten (t) 4. Upaya Fiskal.

Upaya fiskal adalah koefisien elastisitas PAD dengan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).

Perubahan PAD (t-1) Elastisitas (e) =

Perubahan PDRB (t)

Untuk mengetahui secara komprehensif kinerja keuangan pemerintah ini, maka dibuat Indeks Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah (IKKPD) yang pada prinsipnya adalah angka rata-rata dari keempat indikator di atas. Untuk kabupaten i di tahun t, indeks ini secara formal dirumuskan sebagai berikut:

DDF + SKF + KFs + e IKKPDit =


(31)

2.1.2. Desentralisasi Fiskal

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menetapkan bahwa pemerintahan dilaksanakan berdasarkan atas asas desentralisasi, asas dekonsentralisasi dan asas tugas pembantuan, maka dengan adanya penyerahan wewenang tersebut dibentuk dan disusunlah pemerintah provinsi dan pemerintah kota sebagai daerah otonom. Menurut Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, Desentralisasi adalah penyerahan wewenang pemerintahan dari Pemerintah Pusat ke Pemerintah Daerah untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dalam peningkatan pendapatan asli daerah dan pelaksanaan otonomi daerah untuk mencapai salah satu tujuan bernegara khususnya dalam rangka memberikan pelayanan umum yang lebih baik dan menciptakan proses pengambilan keputusan publik yang lebih demokratis.

Menurut Saragih (2003: 83), Desentralisasi Fiskal adalah suatu proses distribusi anggaran dari tingkat pemerintahan yang lebih tinggi kepada pemerintahan yang lebih rendah untuk melaksanakan fungsi atau tugas pemerintahan secara efektif dan mendapat kebebasan pengambilan keputusan dalam penyediaan pelayanan publik sesuai dengan banyaknya kewenangan bidang pemerintahan yang dilimpahkan.

Pemberian sumber keuangan negara kepada Pemerintah Daerah dalam rangka pelaksanaan Desentralisasi didasarkan atas penyerahan tugas oleh Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah dengan memperhatikan stabilitas dan keseimbangan fiskal. Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah


(32)

merupakan suatu sistem yang menyeluruh dalam rangka pendanaan penyelenggaraan asas Desentralisasi, Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan.

Menurut Bambang (2008: 21), Dasar Pendanaan Pemerintah Daerah:

1. Penyelenggaraan urusan Pemerintah Daerah dalam rangka pelaksanaan Desentralisasi didanai Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD).

2. Penyelenggaraan urusan Pemerintah yang dilaksanakan oleh Gubernur dalam rangka pelaksanaan Dekonsentrasi didanai Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN).

3. Penyelenggaraan urusan Pemerintah yang dilaksanakan oleh Gubernur dalam rangka Tugas Pembantuan didanai APBN.

4. Pelimpahan kewenangan dalam rangka pelaksanaan Dekonsentrasi dan penugasan dalam rangka pelaksanaan Tugas Pembantuan dari Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah diikuti dengan pemberian dana.

Menurut Halim (2001: 42), ciri utama suatu daerah mampu melaksanakan otonomi daerah adalah:

1. Kemampuan Keuangan Daerah maksudnya daerah tersebut memiliki kemampuan dan kewenangan untuk menggali sumber-sumber keuangan, mengelola dan menggunakan keuangannya sendiri untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan.

2. Ketergantungan kepada bantuan pusat harus seminimal mungkin, oleh karena itu PAD harus menjadi sumber keuangan terbesar yang didukung oleh kebijakan perimbangan keuangan pusat dan daerah.


(33)

Kedua ciri tersebut akan mempengaruhi pola hubungan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Secara konseptual, pola hubungan keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah harus sesuai dengan kemampuan daerah dalam menjalankan otonomi daerah, salah satunya dapat diukur melalui kinerja keuangan daerah. Semakin tinggi derajat kemandirian suatu daerah menunjukan bahwa daerah tersebut semakin mampu membiayai pengeluarannya sendiri tanpa bantuan dari Pemerintah Pusat.

Dalam rangka pelaksanaan Desentralisasi, dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah untuk mendanai kebutuhan daerah terdiri atas:

1. Dana Bagi Hasil

Dana Bagi Hasil adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah berdasarkan angka persentase untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. DBH terdiri dari DBH Pajak dan DBH Sumber Daya Alam.

2. Dana Alokasi Umum

Dana Alokasi Umum adalah salah satu transfer dana pemerintah pusat kepada pemerintah daerah yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi.


(34)

Di mana:

AD = Gaji PNS Daerah

CF = Kebutuhan Fiskal – Kapasitas Fiskal 3. Dana Alokasi Khusus

Dana Alokasi Khusus adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah tertentu dengan tujuan untuk membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah dan sesuai dengan prioritas nasional.

DAK = Penerimaan Umum APBD – Belanja PNS Daerah 2.1.3. Pendapatan Asli Daerah

Pembangunan ekonomi suatu daerah membutuhkan sejumlah dana yang diperoleh atau berasal dari berbagai sumber yang dikelola oleh daerah. Dalam otonomi daerah pembangunan ekonomi suatu daerah dilakukan berdasarkan kemampuan pendapatan daerah, karena hak atas pengelolaan sumber-sumber keuangan daerah dan pembangunan ekonomi di daerah telah diserahkan secara otonom kepada Pemerintah Kabupaten dan Kota di Provinsi Sumatera Utara.

Menurut UU No. 33 Tahun 2004, Pendapatan Asli Daerah adalah pendapatan yang bersumber dari pungutan-pungutan yang dilaksanakan oleh daerah berdasarkan peraturan-peraturan yang berlaku yang dapat dikenakan kepada setiap orang atau badan usaha baik milik pemerintah maupun swasta karena perolehan jasa yang diberikan pemerintah daerah tersebut. Oleh sebab itu daerah dapat melaksanakan


(35)

pungutan dalam bentuk penerimaan pajak, retribusi dan penerimaan lainnya yang sah yang diatur dalam undang-undang.

Berdasarkan ketentuan Undang-Undang di atas, bahwa sumber pendapatan asli daerah yang paling utama di pemerintah daerah adalah pajak daerah dan hasil retribusi daerah. Oleh karena itu, untuk dapat melaksanakan pembangunan ekonomi dengan baik maka pemerintah daerah dituntut untuk dapat mengoptimalkan dan meningkatkan pendapatan asli daerah dari hasil pajak dan retribusi daerah.

Pendapatan Asli Daerah merupakan salah satu sumber penerimaan yang harus selalu terus menerus dipacu pertumbuhannya, dalam otonomi daerah ini kemandirian pemerintah daerah sangat dituntut dalam pembiayaan pembangunan daerah dan juga pelayanan kepada masyarakat. Oleh karena itu, pertumbuhan investasi di pemerintah daerah perlu diprioritaskan karena nantinya diharapkan akan memberikan dampak positif terhadap peningkatan perekonomian regional. Pada otonomi daerah sumber pembiayaan daerah diharapkan didominasi oleh pendapatan asli daerah sementara sebelum otonomi daerah pembiayaan daerah didominasi oleh bantuan keuangan pemerintah pusat yang dikategorikan sebagai pendapatan daerah.

Sehubungan dengan objek penelitian di lingkungan Pemerintah Kabupaten dan Kota di Provinsi Sumatera Utara maka komponen Pendapatan Asli Daerah akan dijelaskan sebagai berikut:

1. Pajak Daerah

Yaitu pungutan yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah berasal dari peraturan perundang-undangan yang berlaku ditetapkan melalui peraturan daerah. Pungutan


(36)

ini dikenakan kepada semua objek seperti orang/badan dan benda bergerak/tidak bergerak.

2. Retribusi Daerah

Yaitu pungutan daerah sebagai pembayaran/pemakaian karena memperoleh jasa yang diberikan oleh daerah atau dengan kata lain retribusi daerah adalah pungutan yang dilakukan sehubungan dengan suatu jasa atau fasilitas yang diberikan secara langsung dan nyata.

3. Bagian Laba Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) Yaitu penerimaan dari laba atas Usaha Milik Daerah. 4. Lain-lain PAD yang bukan pajak dan retribusi yang sah

Yaitu penerimaan daerah yang berasal dari penerimaan dinas-dinas yang tidak merupakan penerimaan dari pajak dan retribusi daerah misalnya dari Dinas Pertanian, Dinas Pekerjaan Umum dan Dinas Perhubungan serta penerimaan lain-lain yaitu hasil penjualan milik daerah, penjualan barang-barang bekas, cicilan rumah yang dibangun oleh pemerintah daerah, penerimaan jasa dan giro-giro lain.

Kemandirian pemerintah dalam membiayai daerahnya dapat diukur dari besarnya pendapatan asli daerah dibandingkan dengan pembelanjaan daerah. Kenyataannya semua daerah otonom masih menerima dana dari pusat baik itu Dana Alokasi Umum (DAU) maupun Dana ALokasi Khusus (DAK) yang diperuntukan untuk membiayai pembangunan daerah. Dengan melihat kenyataan ini perlu upaya maksimal pemerintah untuk peningkatan Pendapatan Asli Daerah Pemerintah Kabupaten dan Kota di Provinsi Sumatera Utara. Jika pendapatan asli daerah naik


(37)

maka dapat dikatakan kinerja keuangan Pemerintah Kabupaten dan Kota di Provinsi Sumatera Utara tersebut naik (meningkat).

Menurut Halim (2004: 36), Pendapatan Asli Daerah merupakan semua penerimaan daerah berasal dari sumber ekonomi asli daerah. Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa Pendapatan Asli Daerah merupakan semua penerimaan yang berasal dari sumber ekonomi asli daerah yaitu pajak daerah, retribusi daerah, laba BUMD, penerimaan lain-lain yang sah dan bukan dari pajak atau retribusi. Semakin besar kontribusi pendapatan asli daerah untuk membiayai pembangunan dan pelayanan masyarakat maka dapat dikatakan ada peningkatan kinerja keuangan pemerintah daerah. Skala Pendapatan Asli Daerah menggunakan skala rasio dan pengukuran Pendapatan Asli Daerah dapat dilakukan dengan realisasi Pendapatan Asli Daerah dan Komponen PAD Tahun 2004 s/d 2008.

Untuk menghitung komponen PAD adalah sebagai berikut: Total Pajak Daerah (t-1) 1. Rasio Pajak Daerah =

Total Realisasi PAD (t) Total Retribusi Daerah (t-1) 2. Rasio Retribusi daerah =

Total Realisasi PAD (t) Total Laba BUMD (t-1) 3. Rasio Laba BUMD =

Total Realisasi PAD (t)

Total Penerimaan Lain-lain yang Sah (t-1)

4. Rasio Penerimaan Lain-lain yang Sah =


(38)

2.2. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Sebagai pembanding dari penelitian ini akan diuraikan beberapa penelitian terdahulu yaitu:

1. Wahyu (2004) telah meneliti tentang Pengaruh Perubahan Regulasi Keuangan Daerah terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Sebelum dan Setelah Otonomi Daerah di Pemerintah Kota Medan. Penelitian ini menyimpulkan bahwa secara simultan Rasio upaya fiskal, Rasio efisiensi anggaran, Rasio desentralisasi fiskal dan Rasio kemampuan pembiayaan berpengaruh signifikan terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah. Secara parsial hanya Rasio upaya fiskal dan Rasio efisiensi anggaran yang berpengaruh signifikan terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah.

2. Tambun (2005) telah meneliti tentang Pengaruh Otonomi Daerah dan Sektor-sektor Berpotensi yang Dapat Dikembangkan terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Pemko Medan. Sektor-sektor yang berpotensi atas PAD di Pemerintah Kota Medan untuk dapat dikembangkan adalah:

a. Pajak daerah: Pajak Penerangan Jalan.

b. Retribusi daerah: Retribusi Rumah Sakit Umum Pirngadi, Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah, Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan, Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan.

Penelitian ini menyimpulkan bahwa secara simultan Otonomi Daerah dan Sektor-sektor berpotensi yang dapat dikembangkan berpengaruh signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah di Pemko Medan.


(39)

3. Florida (2006) telah meneliti tentang Pengaruh Pendapatan Asli Daerah terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Kabupaten dan Kota di Provinsi Sumatera Utara. Penelitian ini menggunakan regresi sederhana dan regresi berganda, yang menyimpulkan bahwa:

a. Secara simultan PAD berpengaruh signifikan terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Kabupaten dan Kota di Provinsi Sumatera Utara.

b. Secara parsial hanya pajak daerah dan retribusi daerah yang dominan mempengaruhi secara signifikan terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Kabupaten dan Kota di Provinsi Sumatera Utara.

4. Simanjuntak (2006) telah meneliti tentang pengaruh Pendapatan Asli Daerah terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Kabupaten Labuhan Batu. Penelitian ini menyimpulkan bahwa secara simultan Pendapatan Asli Daerah berpengaruh signifikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Kabupaten Labuhan batu.

5. Ananta (2008) telah meneliti tentang Pengaruh Otonomi Daerah Ditinjau dari Aspek Desentralisasi Fiskal terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Kabupaten/ Kota di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Penelitian ini menyimpulkan bahwa: ada pegaruh yang signifikan Otonomi Daerah ditinjau dari aspek Desentralisasi Fiskal terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Kabupaten/Kota di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

Keseluruhan penelitian di atas dapat disajikan secara ringkas dalam tabel berikut ini:


(40)

Tabel 2.1. Daftar Hasil-hasil Penelitian Terdahulu

No.

Nama Peneliti (Tahun)

Judul Penelitian Variabel Penelitian

Hasil Penelitian

1. Wahyu (2004) Analisis Pengaruh Perubahan Regulasi Keuangan Daerah terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Sebelum dan Setelah Otonomi Daerah di Pemerintah Kota Medan. Dependent Variable: Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Sebelum dan Setelah Otonomi Daerah. Independent Variable: Perubahan Regulasi Keuangan Daerah di Pemerintah Kota Medan.

1.Secara simultan Rasio upaya fiskal, Rasio efisiensi anggaran, Rasio desentralisasi fiskal dan Rasio kemampuan pembiayaan berpengaruh signifikan terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah.

2.Secara parsial hanya Rasio upaya fiskal dan Rasio efisiensi anggaran yang berpengaruh signifikan terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah.

2. Tambun (2005)

Pengaruh Otonomi Daerah dan Sektor-sektor Berpotensi yang Dapat Dikembangkan terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Pemko Medan. Dependent Variable: Pendapatan Asli Daerah (PAD) Independent Variable: Otonomi Daerah dan Sektor-sektor Berpotensi yang Dapat Dikembangkan.

Ada pengaruh yang signifikan Otonomi Daerah dan Sektor-sektor berpotensi yang dikembangkan terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD).

3. Florida (2006) Analisa Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Kabupaten dan Kota di Provinsi Sumatera Utara. Dependent Variable: Kinerja Keuangan. Independent Variable: Pendapatan Asli Daerah.

1. Secara Simultan: Ada pengaruh yang signifikan Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah

Kabupaten dan Kota di Provinsi Sumatera Utara.

2. Secara Parsial: Hanya pajak daerah dan retribusi daerah yang dominan mempengaruhi Kinerja Keuangan Pemerintah

Kabupaten dan Kota di Provinsi Sumatera Utara.

4. Simanjuntak (2006) Analisa Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap Pertumbuhan Dependent Variable: Pertumbuhan Ekonomi. Independent

Ada Pengaruh yang Signifikan Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Kabupaten Labuhan Batu.


(41)

No.

Nama Peneliti (Tahun)

Judul Penelitian Variabel Penelitian

Hasil Penelitian

5. Ananta (2008) Ekonomi di Kabupaten Labuhan Batu. Analisis Pengaruh Otonomi Daerah Ditinjau dari Aspek Desentralisasi Fiskal terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Kabupaten/Kota di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Variable: Pendapatan Asli Daerah (PAD). Dependent Variable: Kinerja Keuangan. Independent Variable: Otonomi Daerah Ditinjau dari Aspek Desentralisasi Fiskal.

Ada pengaruh yang signifikan Otonomi Daerah ditinjau dari Aspek Desentralisasi Fiskal terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Kabupaten/Kota di Provinsi Istimewa Yogyakarta.


(42)

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

3.1. Kerangka Konsep

Untuk menggambarkan pengaruh antara variabel independen (X) terhadap variabel dependen (Y) maka kerangka konseptual dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 3.1. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual menunjukkan hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah (Y) sedangkan variabel independen terdiri dari Desentralisasi Fiskal (X1) dan Pendapatan Asli Daerah (PAD ) (X2).

Dalam penelitian ini yang dimaksudkan sebagai kinerja keuangan pemerintah daerah adalah tingkat capaian dari suatu hasil kerja di bidang keuangan daerah yang meliputi anggaran dan realisasi PAD dengan menggunakan indikator keuangan yang ditetapkan melalui suatu kebijakan atau ketentuan perundang-undangan selama satu periode anggaran. Pemerintah daerah sebagai pihak yang diserahi tugas menjalankan

KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH

DAERAH (Y) PENDAPATAN

ASLI DAERAH (PAD) (X2)

DESENTRALISASI FISKAL(X1)


(43)

roda pemerintahan, pembangunan dan pelayanan masyarakat wajib menyampaikan pertanggungjawaban keuangan daerahnya untuk dinilai apakah pemerintah daerah berhasil menjalankan tugasnya dengan baik atau tidak. Sejalan dengan otonomi daerah yang mulai efektif diberlakukan sejak Januari 2001 (Perda No. 11 Tahun 2003 tentang Pokok-pokok Pengelolaan Keuangan Daerah) maka perlu diketahui bagaimana Kinerja Keuangan Pemerintah Kabupaten dan Kota di Provinsi Sumatera Utara. Kinerja tersebut dapat diketahui dari tolak ukur kinerja yaitu ukuran keberhasilan yang dicapai pada setiap unit organisasi perangkat daerah.

Keuangan Pemerintah Daerah tidak saja mencerminkan arah dan pencapaian kebijakan fiskal dalam mendorong pembangunan di daerah secara umum tetapi juga menggambarkan sejauhmana tugas dan kewajiban yang diembankan pada pemerintahan daerah (kabupaten) dalam konteks desentralisasi fiskal itu dilaksanakan. Jumlah dan kenaikan kontribusi PAD akan sangat berperan dalam kemandirian Pemerintah Daerah yang dapat dikatakan sebagai Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah. Kinerja ini dapat dilihat melalui sasaran yang telah tercapai dalam pelaksanaan pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat melalui Desentralisasi Fiskal dan pemanfaatan PAD (Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Laba BUMD dan lain-lain pendapatan yang sah).

Pengaruh antara variabel independen terhadap variabel dependen dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Pengaruh antara Desentralisasi Fiskal terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah.


(44)

Desentralisasi Fiskal merupakan bagian penting dalam implementasi otonomi daerah yaitu suatu proses distribusi anggaran dari tingkat pemerintahan yang lebih tinggi kepada pemerintahan yang lebih rendah untuk melaksanakan fungsi atau tugas pemerintahan secara efektif dan mendapat kebebasan pengambilan keputusan dalam penyediaan pelayanan publik sesuai dengan banyaknya kewenangan bidang pemerintahan yang dilimpahkan.

Menurut Saragih (2003: 91), Pengaruh Desentralisasi Fiskal terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah yaitu: Semakin tinggi Desentralisasi Fiskal yang menunjukkan derajat kemandirian suatu daerah semakin mampu membiayai pembangunan daerah tersebut maka kinerja keuangan pemerintah daerah meningkat. Hal ini dapat dikatakan bahwa ada pengaruh yang signifikan desentralisasi fiskal terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah.

2. Pengaruh antara Pendapatan Asli Daerah terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah.

Pendapatan Asli Daerah dapat diartikan sebagai pendapatan yang bersumber dari pungutan-pungutan yang dilaksanakan oleh daerah berdasarkan peraturan-peraturan yang berlaku yang dapat dikenakan kepada setiap orang atau badan usaha baik milik pemerintah maupun swasta karena perolehan jasa yang diberikan pemerintah daerah tersebut. Oleh sebab itu daerah dapat melaksanakan pungutan dalam bentuk penerimaan pajak, retribusi dan penerimaan lainnya yang sah yang diatur dalam undang-undang.


(45)

Berdasarkan ketentuan Undang-Undang di atas, bahwa sumber pendapatan asli daerah yang paling utama di pemerintah daerah adalah pajak daerah dan hasil retribusi daerah. Oleh karena itu untuk dapat melaksanakan pembangunan ekonomi dengan baik maka pemerintah daerah dituntut untuk dapat mengoptimalkan dan meningkatkan Pendapatan Asli Daerah dari hasil pajak dan retribusi daerah.

Menurut Hasil Penelitian Florida (2006), Pengaruh Pendapatan Asli Daerah terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah yaitu: Semakin tinggi Pendapatan Asli Daerah untuk membiayai pelayanan pembangunan maka akan menunjukkan kinerja keuangan pemerintah daerah meningkat. Hal ini dapat dikatakan bahwa ada pengaruh yang signifikan Pendapatan Asli Daerah terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah.

3. Secara simultan Pengaruh Desentralisasi Fiskal dan Pendapatan Asli Daerah terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah yaitu: Semakin tinggi Pendapatan Asli Daerah semakin kuat pula derajat kemandirian daerah dan rendahnya bantuan dari Pemerintah Pusat atau desentralisasi fiskal menurun maka kinerja keuangan pemerintah daerah meningkat. Hal ini dapat dikatakan bahwa secara simultan ada pengaruh yang signifikan Desentralisasi Fiskal dan Pendapatan Asli Daerah terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah.


(46)

3.2. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka konseptual yang telah digambarkan dan diuraikan di atas maka hipotesis penelitian ini adalah: Desentralisasi Fiskal dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) berpengaruh terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Kabupaten dan Kota di Provinsi Sumatera Utara baik secara simultan maupun parsial.


(47)

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menguji hipotesis yang dibangun berdasarkan teori-teori yang melandasinya. Dengan demikian penelitian ini menggunakan pendekatan deduktif yang bertujuan untuk menguji hipotesis tetapi juga merupakan penelitian yang menggunakan paradigma kuantitatif. Menurut Umar (2003: 27), Paradigma kuantitatif adalah pengujian teori melalui pengukuran variabel penelitian dengan angka dan melakukan analisis data dengan prosedur statistik.

Berdasarkan karakteristik masalah, penelitian ini menggunakan desain asosiatif causal. Menurut Umar (2003: 12), Asosiatif causal yaitu menganalisis pengaruh antara satu variabel dengan variabel lainnya atau bagaimana suatu variabel mempengaruhi variabel yang lain. Dalam penelitian ini peneliti menganalisis pengaruh Desentralisasi Fiskal dan Pendapatan Asli Daerah terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Kabupaten dan Kota di Provinsi Sumatera Utara. Variabel yang digunakan adalah Desentralisasi Fiskal dan PAD sebagai Variabel Independen dan Kinerja Keuangan Pemerintah sebagai Variabel Dependen.


(48)

4.2. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di seluruh Kabupaten dan Kota di Provinsi Sumatera Utara. Adapun alasan melaksanakan penelitian di seluruh Kabupaten dan Kota di Provinsi Sumatera Utara adalah untuk mengetahui dan meningkatkan Kinerja Keuangan Pemerintah Kabupaten dan Kota di Provinsi Sumatera Utara. Penelitian ini menggunakan indikator-indikator kinerja keuangan pemerintah daerah yang terukur yang meliputi Derajat Desentralisasi Fiskal, Kebutuhan Fiskal, Kapasitas Fiskal dan Upaya Fiskal. Waktu pelaksanaan penelitian secara bertahap mulai dari bulan April 2010 sampai dengan bulan Juli 2010.

4.3. Populasi dan Sampel

Menurut Arikunto (2002: 37), Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Utara periode amatan tahun 2004 - 2008 berjumlah 33 kabupaten/kota. Teknik pengambilan sampel dilakukan berdasarkan purposive sampling dengan tujuan untuk mendapatkan sampel yang representatif sesuai dengan kriteria yang ditentukan. Adapun kriteria yang ditentukan untuk memilih sampel penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Kabupaten/Kota yang terdapat di Provinsi Sumatera Utara dari tahun 2004 sampai dengan 2008.

2. Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara yang tidak dimekarkan dalam kurun waktu dari tahun 2004 sampai dengan 2008.


(49)

3. Menerbitkan Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara dari tahun 2004 sampai dengan 2008.

Tabel 4.1. Daftar Pengambilan Sampel

No. Nama

Kabupaten/Kota

Kriteria

Sampel Kriteria 1 Kriteria 2 Kriteria 3

1. Nias √ √ √ Sampel 1

2. Mandailing Natal √ √ √ Sampel 2

3. Tapanuli Selatan √ √ √ Sampel 3

4. Tapanuli Tengah √ √ √ Sampel 4

5. Tapanuli Utara √ √ √ Sampel 5

6. Toba Samosir √ √ √ Sampel 6

7. Labuhanbatu √ √ √ Sampel 7

8. Asahan √ √ √ Sampel 8

9. Simalungun √ √ √ Sampel 9

10. Dairi √ √ √ Sampel 10

11. Karo √ √ √ Sampel 11

12. Deli Serdang √ √ √ Sampel 12

13. Langkat √ √ √ Sampel 13

14. Nias Selatan √ √ √ Sampel 14

15. Humbang Hasundutan

√ √ √ Sampel 15

16. Pakpak Bharat √ √ √ Sampel 16

17. Samosir X X X -

18. Serdang Bedagai X X X -

19. Batu Bara X X X -

20. Padang Lawas X X X -


(50)

No. Nama Kabupaten/Kota

Kriteria

Sampel Kriteria 1 Kriteria 2 Kriteria 3

Utara

22. Labuhanbatu Selatan

X X X -

23. Labuhanbatu Utara

X X X -

24. Nias Utara X X X -

25. Nias Barat X X X -

26. Sibolga √ √ √ Sampel 17

27. Tanjungbalai √ √ √ Sampel 18

28. Pematangsiantar √ √ √ Sampel 19

29. Tebing Tinggi √ √ √ Sampel 20

30. Medan √ √ √ Sampel 21

31. Binjai √ √ √ Sampel 22

32. Padangsidimpuan √ √ √ Sampel 23

33. Gunung Sitoli X X X -

Berdasarkan kriteria yang telah ditentukan, maka terdapat 23 kabupaten/kota yang terdapat di Provinsi Sumatera Utara dari Tahun 2004 - 2008 yang memenuhi persyaratan sebagai sampel dalam penelitian ini.

4.4. Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dengan metode pengumpulan data sekunder secara manual berdasarkan lokasi eksternal. Data yang dikumpulkan berupa data kuantitatif dan merupakan data sekunder yang diperoleh dari Realisasi APBD, Laporan Keuangan Pemerintah Daerah dari Tahun


(51)

Anggaran 2004 sampai dengan 2008. Data yang diambil yaitu Realisasi Pendapatan Asli Daerah dan realisasi komponen Pendapatan Asli Daerah, Realisasi Dana Perimbangan, Realisasi PDRB, Jumlah Penduduk, Total Penerimaan Daerah serta Total Pendapatan APBD Tahun Anggaran 2004 sampai dengan 2008. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Data Time Series yang memberikan informasi tentang nilai suatu variabel dari periode ke periode serta data cross section yang memberikan informasi yang sifatnya individual pada waktu tertentu. Periode data yang diambil dalam penelitian ini adalah selama 5 tahun yaitu dari tahun 2004 sampai dengan 2008, karena periode data amatan menggunakan data cross section yaitu perbandingan 2 (dua) tahun: 2004/2005, 2005/2006, 2006/2007, 2007/2008 maka periode data amatan menjadi 4 (empat) tahun dan jumlah sampel 23 (polling data) sehingga sampel berjumlah 92. Data sekunder diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) Pemerintah Daerah Sumatera Utara, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Sumatera Utara, Dinas Pendapatan Daerah (Dispenda) Sumatera Utara.

4.5. Definisi Operasional dan Metode Pengukuran Variabel 4.5.1. Desentralisasi Fiskal

Desentralisasi Fiskal adalah proses distribusi anggaran dari Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Kabupaten dan Kota yang terdiri dari DBH, DAU dan DAK. Parameter Desentralisasi Fiskal adalah Realisasi Penerimaan dari tahun 2004 s/d 2008, dengan skala rasio.


(52)

4.5.2. Pendapatan Asli Daerah

Pendapatan Asli Daerah diartikan sebagai pendapatan yang bersumber dari pungutan-pungutan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten dan Kota berdasarkan peraturan-peraturan yang berlaku sebagai imbalan atas jasa yang diberikan. Pendapatan Asli Daerah diukur dengan realisasi Pendapatan Asli Daerah dan Komponen PAD dari tahun 2004 s/d 2008, skala Pendapatan Asli Daerah menggunakan skala rasio.

4.5.3. Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah

Kinerja keuangan pemerintah daerah adalah tingkat capaian dari suatu hasil kerja di bidang keuangan daerah yang meliputi anggaran dan realisasi PAD dengan menggunakan indikator keuangan yang ditetapkan melalui suatu kebijakan atau ketentuan perundang-undangan selama satu periode anggaran. Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah diukur dengan realisasi Anggaran Pendapatan Belanja Daerah dari tahun 2004 s/d 2008 dan skala yang digunakan adalah skala rasio.


(53)

Tabel 4.2. Definisi Operasional dan Metode Pengukuran Variabel

No. Variabel Definisi Parameter Skala

1. Independen: Desentralisasi Fiskal (X1)

Desentralisasi Fiskal adalah proses distribusi anggaran dari Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Kabupaten dan Kota yang terdiri dari DBH, DAU dan DAK.

Realisasi Penerimaan dari Tahun 2004 s/d 2008.

Rasio

2. Independen: Pendapatan Asli Daerah (PAD) (X2)

Pendapatan Asli Daerah diartikan sebagai pendapatan yang bersumber dari pungutan-pungutan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten dan Kota berdasarkan peraturan-peraturan yang berlaku sebagai atas jasa yang diberikan.

Realisasi Pendapatan Asli Daerah dan

Komponen

PAD Tahun

2004 s/d 2008.

Rasio

3. Dependen: Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah (Y)

Kinerja keuangan pemerintah daerah adalah tingkat capaian dari suatu hasil kerja di bidang keuangan daerah yang meliputi anggaran dan realisasi PAD dengan menggunakan indikator keuangan yang ditetapkan melalui suatu kebijakan atau ketentuan perundang-undangan selama satu periode anggaran. Realisasi Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Tahun 2004 s/d 2008.

Rasio

4.6. Model dan Teknik Analisis Data

Model analisis yang digunakan untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini adalah dengan analisis regresi berganda (multiple regression analysis) dengan bantuan Software SPSS (Statistical Package Social Science). Analisis ini digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen yang akan diteliti.

4.6.1. Perumusan Model

Untuk menentukan besarnya pengaruh antara variabel independen yaitu Desentralisasi Fiskal dan Pendapatan Asli Daerah terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah. Model regresi berganda yang digunakan adalah sebagai berikut:


(54)

Y = a + b1X1 + b2X2 + e Di mana:

Y = Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah a = Konstanta

b1-b2 = Koefisien Variabel

X1 = Desentralisasi Fiskal

X2 = Pendapatan Asli Daerah

e = error

4.6.2. Pengujian Asumsi Klasik

Pengujian asumsi klasik diperlukan untuk mengetahui apakah hasil estimasi regresi yang dilakukan benar-benar memiliki data yang normal dan terbebas dari adanya gejala multikolinearitas, gejala autokorelasi dan gejala heteroskedastisitas. Model regresi akan dapat dijadikan alat estimasi yang tidak bias jika telah memenuhi persyaratan BLUE (best linear unbiased estimator) yaitu tidak terdapat multikolinearitas, tidak terdapat autokorelasi dan tidak terdapat heteroskedastisitas. Jika terdapat multikolinearitas, maka akan sulit untuk mengisolasi pengaruh-pengaruh individual dari variabel, sehingga tingkat signifikansi koefisien regresi menjadi rendah. Dengan adanya autokorelasi mengakibatkan penaksir masih tetap bias dan masih tetap konsisten hanya saja menjadi tidak efisien. Jika terdapat heteroskedastisitas, maka varian tidak konstan sehingga dapat menyebabkan biasnya standar error. Oleh karena itu, uji asumsi klasik perlu dilakukan.


(55)

Pengujian asumsi klasik yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Menurut Nugroho (2005: 57), Uji Normalitas bertujuan untuk mengetahui distribusi data dalam variabel yang akan digunakan dalam penelitian. Data yang baik dan layak digunakan dalam penelitian adalah data yang memiliki distribusi normal. Uji normalitas dapat dilakukan dengan uji histogram, uji normal P Plot, uji Chi Square, Skewness dan Kurtosis atau uji Kolmogorov Smirnov. Jika normalisasi data dilakukan dengan menggunakan uji normal P-Plot maka akan menghasilkan gambar distribusi normal dengan titik-titik data yang menyebar di sekitar garis diagonal dan penyebaran titik-titik data searah mengikuti garis diagonal. Peneliti akan menggunakan uji normal P-Plot. Apabila data tidak berdistribusi normal, maka data tersebut ditransformasi ke dalam bentuk logaritma. Setelah dilakukan transformasi data maka normalitas data dilihat kembali dengan menggunakan metode grafik normalitas P-P Plot dan uji Kolmogorov-Smirnov. Apabila nilai signifikan dari variabel penelitian lebih <0,05 berarti distribusi data tidak normal, sebaliknya apabila nilai signifikan dari masing-masing variabel > 0,05 berarti distribusi data normal.

2. Menurut Nugroho (2005: 58), Uji Multikolinearitas bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya korelasi yang tinggi antara variabel-variabel bebas dalam suatu model regresi linear berganda. Jika ada korelasi yang tinggi di antara variabel-variabel bebasnya, maka hubungan antara variabel-variabel bebas terhadap variabel-variabel terikatnya menjadi terganggu. Data yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel. Alat statistik yang sering dipergunakan untuk menguji


(56)

gangguan multikolinearitas adalah dengan variance inflation factor (VIF), korelasi pearson antara variabel-variabel bebas, atau dengan melihat eigenvalues dan condition index (CI). Jika menggunakan VIF maka nilai VIF tidak lebih dari 10 dan nilai tolerance tidak kurang dari 0,1 sehingga model dapat dikatakan terbebas dari multikolineritas. Peneliti akan menggunakan variance inflation

factor (VIF).

3. Menurut Nugroho (2005: 59), Uji Autokorelasi bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya korelasi antara variabel pengganggu pada periode tertentu dengan variabel pengganggu periode sebelumnya. Autokorelasi merupakan korelasi antar data dalam runtun waktu (times series) atau space data (cross section). Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Cara mudah mendeteksi autokorelasi dapat dilakukan dengan uji Durbin Watson. Menurut Santoso (2002: 48) pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi adalah sebagai berikut:

a. Jika nilai Durbin Watson berada di bawah -2 berarti ada autokorelasi positif. b. Jika nilai Durbin Watson terletak antara -2 sampai +2 berarti tidak terjadi

autokorelasi.

c. Jika nilai Durbin Watson berada di atas +2 berarti ada autokorelasi negatif. 4. Menurut Nugroho (2005: 62), Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji

terjadi tidaknya perbedaan variance residual suatu periode pengamatan ke periode pengamatan yang lain atau gambaran hubungan antara nilai yang diprediksi dengan Studentized Delete Residual nilai tersebut. Model regresi yang baik adalah


(57)

model regresi yang memiliki persamaan variance residual suatu periode pengamatan dengan periode pengamatan yang lain atau adanya hubungan antara nilai yang diprediksi dengan Studentized Delete Residual nilai tersebut sehingga dapat dikatakan model tersebut homokedastisitas. Cara memprediksi tidak terdapatnya heteroskedastisitas dapat dilihat dari pola gambar Scatterplot yang menyatakan penyebaran titik-titik data sebaiknya tidak berpola serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

4.6.3. Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis merupakan salah satu tujuan yang akan dibuktikan dalam penelitian, jika terdapat deviasi antara sampel yang ditentukan dengan jumlah populasi maka tidak menutup kemungkinan untuk terjadinya kesalahan dalam mengambil keputusan antara menolak maupun menerima suatu hipotesis.

Untuk menguji hipotesis yang diajukan maka dilakukan pengujian terhadap variabel-variabel penelitian baik secara simultan maupun parsial. Pengujian secara simultan digunakan uji statistik F (uji signifikansi simultan) dan pengujian secara parsial digunakan uji statistik t (uji signifikansi parsial).

Menurut Ghozali (2005: 14), Uji hipotesis dapat dilakukan dengan 3 (tiga) cara, yaitu:


(58)

1. Uji Statistik F

Menurut Kuncoro (2003: 42), Uji statistik F ini menunjukkan apakah semua variabel independen yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen.

2. Uji Statistik t

Uji statistik t dilakukan untuk menguji pengaruh secara parsial antara variabel independen terhadap variabel dependen dengan asumsi bahwa variabel lain dianggap konstan. Menurut Kuncoro (2003: 45), Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel terkait.

3. Koefisien determinasi (R2)

Koefisien determinasi (R2) atau adjusted R2 bertujuan untuk mengukur kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi berkisar antara nol sampai dengan satu (0 ≤ R2 ≤ 1). Hal ini berarti jika R2 = 0 menunjukkan tidak ada pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen, bila R2 semakin besar mendekati 1 ini menunjukkan semakin kuatnya pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen dan sebaliknya jika R2 mendekati 0 maka semakin kecil pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen.


(59)

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

Sebelum melakukan pengujian hipotesis melalui pengujian model, terlebih dahulu dilakukan pengujian terhadap kualitas data yang digunakan. Pengujian ini digunakan untuk menjamin terpenuhinya asumsi yang diperlukan dalam melakukan pengujian terhadap model regresi berganda.

5.1.1. Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif memberikan gambaran umum tentang objek penelitian yang dijadikan sampel penelitian. Penjelasan data melalui statistik deskriptif diharapkan memberikan gambaran awal tentang masalah yang diteliti.

Statistik deskriptif pada penelitian ini difokuskan kepada

1. Nilai minimum, fungsinya untuk menentukan nilai terendah dari variabel Desentralisasi Fiskal, Pendapatan Asli Daerah dan Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah. Menurut Sumardi (2008), standar nilai minimum < 50%.

2. Nilai maximum, fungsinya untuk menentukan nilai tertinggi dari variabel Desentralisasi Fiskal, Pendapatan Asli Daerah dan Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah. Menurut Sumardi (2008), standar nilai maximum > 50%.

3. Nilai rata-rata, fungsinya untuk menentukan jumlah seluruh angka pada data dibagi dengan jumlah data yang ada pada masing-masing variabel.


(60)

4. Nilai standar deviasi, fungsinya untuk mengukur penyimpangan. Jika nilainya kecil maka data yang digunakan mengelompok di sekitar nilai rata-rata.

Statistik deskriptif sebagaimana yang terdapat pada Tabel 5.1 berikut: Tabel 5.1. Statistik Deskriptif

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

DF 92 42302.30 1086048.64 335337.2982 216404.09161

PAD 92 283.36 324263.79 26613.7620 59184.29187

KKPD 92 .51 173.48 17.1311 19.59342

Valid N

(listwise) 92

Sumber: Hasil Penelitian, 2010 (Data Diolah)

Berdasarkan hasil deskriptif statistik pada Tabel 5.1 dapat dilihat bahwa data yang akan digunakan dalam penelitian ini sangat bervariasi dengan kisaran yang sangat jauh. Hal ini mengindikasikan bahwa data penelitian ini berdistribusi normal. Hal ini merupakan kejadian yang sudah diprediksi sebelumnya sebagaimana lazimnya penelitian di Pemerintah Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Utara.

Dari hasil olahan data pada Tabel 5.1 diketahui bahwa nilai Desentralisasi Fiskal (DF) minimum adalah sebesar Rp.42.302.000,30 atau 3,89% artinya DF menunjukkan bahwa derajat kemandirian suatu daerah 3,89% mampu membiayai pembangunan daerah tersebut dan terdapat beberapa Pemerintah Kabupaten yang memiliki Nilai DF yang rendah di Sumatera Utara yaitu Nias Selatan, Humbang Hasundutan, Pakpak Bharat. Sedangkan DF maximum sebesar Rp.1.086.048.000,64 atau 96,25% menunjukkan bahwa derajat kemandirian suatu daerah semakin baik dan


(61)

berkembang dengan baik serta terdapat Pemerintah Kabupaten/Kota yang memiliki nilai DF tertinggi yaitu Medan, Deli Serdang, Langkat. Rata-rata dari DF adalah sebesar Rp.335.337.000,2982 atau 29,72% dengan standar deviasi Rp.2.164.004.000,09161 atau 19,18%. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi Desentralisasi Fiskal Pemerintah Kabupaten/Kota sangat berfluktuasi, rata-rata jarak antara DF maximum cukup jauh dengan rata-rata jarak DF minimum.

Dari hasil olahan data pada Tabel 5.1 diketahui bahwa nilai Pendapatan Asli Daerah (PAD) minimum adalah sebesar Rp.283.000,36 atau 0,08% artinya PAD menunjukkan bahwa Pendapatan Asli Daerah membiayai pelayanan pembangunan 0,08%, terdapat beberapa Pemerintah Kabupaten yang memiliki Nilai PAD terendah di Sumatera Utara yaitu Nias Selatan, Humbang Hasundutan, Pakpak Bharat Sedangkan PAD maximum sebesar Rp.324.263.000,79 atau 99,91 menunjukkan bahwa PAD suatu daerah semakin baik dalam pembangunannya dan terdapat Pemerintah Kabupaten/Kota yang memiliki nilai PAD tertinggi yaitu Medan, Deli Serdang, Labuhan Batu. Rata-rata dari PAD adalah sebesar Rp.26.613.000,7620 atau 8,20% dengan standar deviasi Rp.59.184.000,29187 atau 18,23%. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi Pendapatan Asli Daerah Pemerintah Kabupaten/Kota sangat berfluktuasi, rata-rata jarak antara PAD maximum cukup jauh dengan rata-rata jarak PAD minimum.

Dari hasil olahan data pada Tabel 5.1 diketahui bahwa nilai Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah (KKPD) minimum adalah sebesar 0.51 atau 0,29% artinya KKPD menunjukkan bahwa tingkat capaian dari suatu hasil kerja di bidang keuangan daerah


(62)

0,29% dan terdapat beberapa Pemerintah Kabupaten yang memiliki Nilai KKPD terendah di Sumatera Utara yaitu Nias Selatan, Langkat, Deli Serdang Sedangkan KKPD maximum sebesar 173.48 atau 99,71% menunjukkan bahwa KKPD suatu daerah semakin baik tingkat capaian dari suatu hasil kerja di bidang keuangan daerah dan terdapat Pemerintah Kabupaten/Kota yang memiliki nilai KKPD tertinggi yaitu Sibolga, Pakpak Bharat, Toba Samosir. Rata-rata dari KKPD adalah sebesar 17.1311 atau 9,85% dengan standar deviasi 19.59342 atau 11,26%. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota sangat berfluktuasi, rata-rata jarak antara KKPD maximum cukup jauh dengan rata-rata jarak KKPD minimum.

5.1.2. Pengujian Asumsi Klasik

Untuk menghasilkan suatu model regresi yang baik, analisis regresi memerlukan pengujian asumsi klasik sebelum melakukan pengujian hipotesis. Apabila terjadi penyimpangan dalam pengujian asumsi klasik perlu dilakukan perbaikan terlebih dahulu.

5.1.2.1. Uji normalitas

Uji normalitas berguna untuk mengetahui apakah variabel dependen dan variabel independen yang digunakan dalam penelitian mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik dan layak digunakan dalam penelitian adalah model yang memiliki distribusi normal atau mendekati normal. Hasil uji normalitas data dengan normal Probability Plot dalam penelitian ini dapat ditunjukkan pada Gambar 5.1 berikut ini:


(63)

Observed Cum Prob

1.0 0.8

0.6 0.4

0.2 0.0

E

xp

ect

e

d

C

u

m

P

r

o

b

1.0

0.8

0.6

0.4

0.2

0.0

Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual

Dependent Variable: KKPD

Sumber: Hasil Penelitian, 2010 (Data Diolah)

Gambar 5.1. Hasil Uji Normalitas Sebelum Dilakukan Transformasi Dari Gambar 5.1 terlihat bahwa titik-titik menyebar jauh dari garis diagonal dan tidak mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas. Selain itu uji normalitas data dapat dilakukan dengan menggunakan uji statistik non parametrik Kolmogorov-Smirnov (K-S), pengujian ini adalah pengujian


(1)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Dari hasil pengujian hipotesis yang telah dilakukan, dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:

5. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara simultan Desentralisasi Fiskal dan Pendapatan Asli Daerah berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Kabupaten dan Kota di Provinsi Sumatera Utara. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi Desentralisasi Fiskal dan PAD maka akan semakin baik pula Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah.

Secara teori Pengaruh Desentralisasi Fiskal dan Pendapatan Asli Daerah terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah yaitu: Semakin tinggi Desentralisasi Fiskal yang menunjukkan derajat kemandirian suatu daerah dan Pendapatan Asli Daerah untuk membiayai pelayanan pembangunan maka semakin baik Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Ananta (2008) dan Florida (2006) yang menyatakan bahwa secara simultan Desentralisasi Fiskal dan PAD berpengaruh secara signifikan terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Kabupaten dan Kota di Provinsi Sumatera Utara.


(2)

2. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara parsial hanya Desentralisasi Fiskal yang tidak berpengaruh terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Kabupaten dan Kota di Provinsi Sumatera Utara.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan Florida (2006). Hasil penelitian ini menunjukkan secara parsial PAD berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah, sedangkan hasil penelitian Florida menunjukkan secara parsial PAD berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah.

6.2. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan. Keterbatasan-keterbatasan tersebut antara lain:

1. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini hanya terbatas pada variabel-variabel Desentralisasi Fiskal dan Pendapatan Asli Daerah. Penerimaan Daerah yang lain tidak dilibatkan seperti Pinjaman Daerah dan Lain-lain Pendapatan Daerah yang sah.

2. Periode pengamatan dalam penelitian ini secara relatif terbatas karena hanya mencakup tahun 2004 sampai tahun 2008, karena data tahun 2009 belum tersedia di Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara pada saat pengumpulan data dilakukan.


(3)

6.3. Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini, peneliti mencoba memberikan saran bagi peneliti selanjutnya sebagai berikut:

1. Penelitian selanjutnya disarankan agar meneliti variabel lain di luar Desentralisasi Fiskal dan Pendapatan Asli Daerah atau menambah variabel penelitian, misalnya variabel Belanja Modal atau variabel Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). 2. Periode pengamatan sebaiknya 10 tahun karena dengan periode pengamatan yang

lebih panjang diharapkan dapat memberikan hasil penelitian yang lebih baik. 3. Peneliti selanjutnya disarankan agar melakukan penelitian di daerah lain sehingga

akan didapatkan gambaran tentang masalah tersebut di daerah lain yang akan dapat diperbandingkan dengan daerah Provinsi Sumatera Utara.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Akbar, Faisal, 2009. Pemerintahan Daerah dan Sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah, Medan: Penerbit PT. Sofmedia.

Arikunto, Suharsimi, 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Edisi Revisi, Jakarta: Rineka Cipta.

Bappenas, 2003. Peta Kemampuan Keuangan Provinsi dalam Era Otonomi Daerah Tinjauan atas Kinerja PAD dan Upaya yang Dilakukan Daerah, Jakarta: Direktorat Pengembangan Otonomi Daerah.

Baridwan, Zaki, 2003. Pengukuran Kinerja Satuan Perangkat Daerah dan Akuntabilitas Publik, Yogyakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta.

Erlina, 2008. Akuntansi untuk Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), Medan: USU Press.

Fatma, Ade dan Adi S., 2008. Pedoman Penulisan Proposal dan Tesis, Medan: Program Magister Akuntansi Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

Florida, Asha, 2006. Analisa Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Kabupaten dan Kota di Provinsi Sumatera Utara, Tesis Program Pascasarjana USU, Medan.

G.A., Rowi, 2008. Analisis Pengaruh Otonomi Daerah ditinjau dari aspek Desentralisasi Fiskal terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Kabupaten/ Kota di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Tesis Program Pascasarjana, Yogyakarta.

Ghozali, Imam, 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPS, Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Halim, Abdul, 2001. Bunga Rampai Manajemen Keuangan Daerah, Yogyakarta: UPP AMP YKPN.

_______, 2004. Bunga Rampai Manajemen Keuangan Daerah, Edisi Revisi, Yogyakarta: UPP AMP YKPN.


(5)

Hidayat, Paidi dan Wahyu A.P. dan Harjito D.A., 2007. “Analisis Kinerja Keuangan Kabupaten/Kota Pemekaran di Sumatera Utara”, Medan: Jurnal Ekonomi Pembangunan, Kajian Ekonomi Negara Berkembang Vol. 12 No. 3. Hal. 213-222.

Kuncoro, Mudrajad, 2003. Metode Riset untuk Bisnis dan Ekonomi, Jakarta: Erlangga.

Landiyanto, Agustino, 2005. Kinerja Keuangan dan Strategi Pembangunan Kota di Era Otonomi Daerah, Surabaya: Cures Working Paper No.05/01.

L.S., Bambang R., 2008. Hubungan Keuangan Pusat dan Daerah, Jakarta: Pusat Pendidikan dan Pelatihan Badan Pemeriksa Keuangan RI.

Nugroho, B.A., 2005. Strategi Jitu Memilih Metode Statistik Penelitian dengan SPSS, Semarang: Penerbit ANDI Yogyakarta.

Republik Indonesia, 2009. Kebijakan Desentralisasi Fiskal dan Pengelolaan Keuangan Daerah, Jakarta: Nota Keuangan RAPBN 2009.

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.

Santoso, Singgih, 2002. Latihan SPSS Statistik Parametrik. Jakarta: Elexmedia Komputindo.

Saragih, Juli Panglima, 2003. Desentralisasi Fiskal dan Keuangan Daerah dalam Otonomi, Jakarta: Ghalia Indonesia.

Sidabalok, Alimuddin, 2006. Statistik Keuangan Pemerintah Daerah Sumatera Utara 2004-2005. Medan: Penerbit Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sumatera Utara.

_______, 2007. Statistik Keuangan Pemerintah Daerah Sumatera Utara 2005-2006. Medan: Penerbit Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sumatera Utara.

_______, 2009. Sumatera Utara Dalam Angka 2009. Medan: Penerbit Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sumatera Utara.

_______, 2009. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Sumatera Utara Menurut Kabupaten/Kota 2004-2008. Medan: Penerbit Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sumatera Utara.


(6)

_______, 2009. Statistik Keuangan Pemerintah Daerah Sumatera Utara 2007-2008. Medan: Penerbit Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sumatera Utara.

Sidik, Machfud, 2002. Implementasi UU No. 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah, Jakarta: Departemen Keuangan RI.

Simanjuntak, Daslan, 2006. Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Kabupaten Labuhan Batu, Tesis Program Pascasarjana USU, Medan.

Sumardi, 2008. PAD dan Peta Kemampuan Keuangan Daerah, Semarang: Workshop DPRD Kabupaten Nganjuk.

Tambun, Keriahen, 2005. Pengaruh Otonomi Daerah dan Sektor-sektor Berpotensi yang Dapat Dikembangkan terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Pemko Medan. Tesis Program Pascasarjana USU, Medan.

Tim Redaksi Fokusmedia, 2008. Pedoman Penyusunan APBD Tahun Anggaran 2008-2009, Bandung: Penerbit Fokusmedia.

Umar, Husein, 2003. Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis Edisi Keempat, Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Wahyu, Eriadi, 2004. Analisis Pengaruh Perubahan Regulasi Keuangan Daerah terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah sebelum dan setelah Otonomi Daerah di Pemerintah Kota Medan, Tesis Program Pascasarjana USU, Medan.