3 Hubungan Eksekutif dan Legislatif SBY-JK 2004-2008
dan IV UUD 1945, mekanisme seperti ini tidak ada, sekalipun Presiden telah melanggar ketentuan yang berlaku dan dapat dijatuhkan prosedur impeachment telah diatur dalam
Undang-undang Dasar. Sebaliknya Presiden juga tidak dapat membekukan atau membubarkan DPR. Jadi secara umum, kedua lembaga ini dituntut untuk dapat saling
bekerja sama dalam praktik presidensialisme dengan menjalankan mekanisme checks and balances.
2. 2. 3 Hubungan Eksekutif dan Legislatif SBY-JK 2004-2008
Aplikasi nyata dari amandemen UUD 1945, terutama perubahan ketiga dan keempat, dijalankan sepenuhnya dalam pemerintahan SBY-JK. Dalam pelaksanaan
praktik presidensialisme pemerintahan SBY-JK, kekuasaan MPR tidak lagi mengemban kedaulatan tertinggi rakyat dan menetapkan GBHN, melainkan diperlemah dengan hanya
menjadi lembaga tinggi negara saja, sehingga struktur kelembagaan negara hanya terdiri atas lembaga-lembaga tinggi negara dan lembaga-lembaga independen.
Kewenangan MPR menjadi hanya melantik Presiden dan Wakil Presiden MPR, memberhentikan Presiden danatau Wakil Presiden dalam masa jabatannya menurut
Undang-Undang Dasar, dan memegang kekuasaan untuk mengamandemen dan meratifikasi Undang-Undang dasar sesuai dengan aturan main dalam amandemen UUD
1945. Sementara itu Presiden sebagai penyelenggara negara telah dipilih langsung oleh rakyat melalui tahap dua putaran dalam pemilu 2004. Presiden tidak lagi memegang
jabatan sebagai mandataris MPR dan adanya penguatan sistem presidensialisme dengan pemilihan Presiden langsung. Akan tetapi seiring dengan penguatan presidensialisme
sendiri, hubungan antara eksekutif dan legislatif dalam masa ini diwarnai dengan konflik tarik-menarik kepentingan. DPR yang mengemban amanat rakyat dengan dipilih langsung
memiliki legitimasi yang kuat, begitu pula dengan Presiden. Posisi antara Presiden dan DPR yang sejajar dengan mekanisme checks and balances, kerap kali menyebabkan
terjadi situasi jalan buntu atau stagnasi deadlock. DPR selaku lembaga legislatif telah menjalankan fungsi sesuai UUD 1945 dan
kekuasaan untuk membentuk undang-undang, fungsi anggaran, fungsi pengawasan, dan hak-hak lainnya secara penuh. Dalam menjalankan peranan dan fungsinya, DPR bisa
menjadi sangat powerfull mengingat dalam pelaksanaannya DPR dapat memutuskan
Universitas Sumatera Utara
kebijakan yang diambil dan setiap kebijakan yang ingin
dicanangkan pemerintah, harus melalui pertimbangan DPR terlebih dahulu. Misalnya, menetapkan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara APBN yang diusulkan pemerintah, Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara RAPBN yang diajukan Presiden akan dibahas bersama DPR dengan
memperhatikan pertimbangan DPD. Pembuatan keputusan menjadi sangat kuat dikuasai DPR karena sekalipun pertimbangan DPD diperhatikan, namun hanya dalam lingkup yang terbatas.
DPD hanya dapat mengajukan RUU dan berpartispasi dalam pembahasan serta memberikan tetapi DPD tidak dapat memutuskan dan terlibat dalam ratifikasi, ketika DPR dan DPD
bertemu dalam pembahasan masalah di bawah naungan MPR. Perwakilan politik di Indonesia era pemerintahan SBY-JK, seperti penjelasan
sebelumnya, pada awalnya bikameralisme dengan adanya DPR dan DPD. Namun pada kenyataannya merupakan trikameralisme karena MPR memiliki otoritas sendiri, begitu pula
dengan DPR dan DPD.
46
Posisi DPR, dalam hal ini menjadi yang terkuat. Praktis DPR menjadi lembaga legislatif dan menjalin hubungan kerjasama berdasarkan perimbangan
kekuasaan dengan Presiden sebagai lembaga eksekutif.
46
Anggota MPR adalah 550 anggota dalam fraksi-fraksi di DPR ditambah dengan 132 anggota DPD yang dipilih melalui pemilu, 4 orang tiap propinsi di seluruh Indonesia, dengan diketuai oleh Hidayat Nur
Wahid dari PKS. Fraksi-fraksi di DPR terdiri dari: Fraksi Partai Golongan Karya ditambah dengan Partai Karya Peduli Bangsa PKPB, Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Fraksi Partai Persatuan
Pembangunan, Fraksi Partai Demokrat ditambah dengan Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia, Fraksi Partai Amanat Nasional, Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa, Fraksi Partai Keadilan Sejahtera, Fraksi Partai
Bintang Reformasi, Fraksi Partai Damai Sejahtera, dan Fraksi Partai Bintang Pelopor Demokrasi gabungan Partai Bulan Bintang, Partai Persatuan Demokrasi Kebangsaan, Partai Pelopor, Partai Penegak Demokrasi
Indonesia, dan Partai Nasional Indonesia Marhaenisme. Lihat: http:www.dpr.go.idtentangfraksi.php.
Universitas Sumatera Utara