2.4.5 Tekstur permukaan mukosa mulut
Perubahan yang berlaku pada sel epitel mukosa mulut berupa penipisan ketebalan lapisan sel, berkurangnya elastisitas serta berkurangnya vaskularisasi. Akibatnya secara
klinis menyebabkan mukosa mulut menjadi lebih pucat, tipis, kering, dengan proses penyembuhan yang melambat. Hal ini menyebabkan mukosa mulut lebih mudah
mengalami iritasi terhadap gesekan atau trauma, yang diperparah dengan berkurangnya aliran saliva. Pada mukosa gingiva yang sehat karakteristiknya berupa stippling yang
menghilang dengan bertambahnya usia, akibatnya mukosa gingiva menjadi licin.
4,6,15
2.5 Penyakit Mukosa Mulut yang Seiring Menyertai Proses Menua
Sepanjang kehidupan manusia, terdapat berbagai macam penyakit mulut yang dapat diderita oleh manusia. Penyakit mulut yang biasanya seiring menyertai proses
menua adalah kanker rongga mulut, angular cheilitis dan lichen planus. Kanker rongga mulut KRM merupakan antara salah satu kanker dengan
prevalensi yang tertinggi di seluruh dunia dan merupakan 1 dari 10 kanker yang menyebabkan kematian. Kanker sel squama merupakan kanker yang terbanyak
dilaporkan pada kasus KRM. Pada keseluruhan pasien mati karena kanker, sekitar 2 dari lelaki dan 1 dari wanita yang mati karena KRM. Di Perancis, insiden yang
menyangkut KRM sekitar 17,9 kasus dari 100 000 populasi penduduknya. Diperkirakan 95 dari kanker sel squama berlaku pada manusia berumur 40 tahun dan ke atas,
kebanyakannya adalah pasien berumur 60 tahun.
16
Angular cheilitis adalah lesi yang disebabkan oleh Candida dan Staphylococcus aureus infeksi fungi dan defisiensi vitamin B, gambarannya klinisnya adalah kulit yang
Universitas Sumatera Utara
menggelupas disertai fissur pada sudut mulut. Keadaan ini juga dipengaruhi oleh dimensional vertikal rongga mulut yang menurun, disebabkan oleh kehilangan gigi dan
gigi yang hilang tersebut tidak diganti dengan gigi palsu prothesa. Sudut mulut yang berlipat menyebabkan saliva serta bakteri-bakteri bertumpuk pada sudut mulut dan
menyebabkan infeksi mudah terjadi.
4,16
Etiologi dari lichen planus belum diketahui. Namun beberapa tahun ini terdapat banyak penemuan yang menyatakan bahwa sistem imun memainkan peranan penting
dalam perkembangan penyakit ini. Gambaran histopatologis yang ditemui menunjukkan keterlibatan T lymphocytes dan macrophages serta degenerasi dari sel basal yang dikenali
dengan liquefaction degeneration. Imun sistem terlibat karena efek dari sitotoksik T lymphocytes bertindak melawan antigen yang terdapat pada lapisan sel basal sehingga
menyebabkan lichen planus. Autoreaktifitas dari T lymphocytes mungkin penyebab utama berkembangnya lichen planus karena tidak dapat membedakan antigen luar dan
sel-sel tubuh.
16
Rata-rata pasien yang mempunyai lichen planus berumur 55 tahun dan ke atas. Lesi lichen planus dapat berwarna putih dan dengan adanya atrofi epithelium, dapat
terjadi pada kulit dan mukosa rongga mulut. Komponen dari lesi terdiri dari beberapa tekstur : retikular, papular, mirip plak, bulosa jarang, eritematous, dan ulseratif. Untuk
memastikan diagnosa klinikal dari lichen planus, tekstur retikular atau papular harus ada. Tekstur selain dari retikular dan papular adalah tekstur tambahan untuk memastikan
diagnosanya.
4,16
Universitas Sumatera Utara
2.6 Faktor-faktor mempercepat memperlambat proses aging