Analisa Perubahan – Perubahan pada Mukosa Rongga Mulut Akibat Proses Menua pada Manula Perempuan Kelompok Umur 45 – 69 tahun di Medan Denai.

(1)

Analisa Perubahan – Perubahan pada Mukosa Rongga Mulut

Akibat Proses Menua pada Manula Perempuan Kelompok

Umur 45 – 69 tahun di Medan Denai

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperolehi gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh :

NAZRUL AMAR BIN HUSIN NIM : 070600164

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2011


(2)

Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Biologi Oral

Tahun 2011

Nazrul Amar Bin Husin

Analisa Perubahan – Perubahan pada Mukosa Rongga Mulut Akibat Proses Menua pada Manula Perempuan Kelompok Umur 45 – 69 tahun di Medan Denai

x + 66 halaman

Proses menua didefinisikan sebagai suatu keadaan fisiologis dimana menurunnya fungsi sel yang terjadi secara terus menerus. Pada rongga mulut, gambaran klinis yang dapat dilihat akibat dari proses penuaan adalah mukosa tampak licin mengkilap (tidak ada stipling pada gingiva), pucat, kering, mudah mengalami iritasi dan pembengkakan, mudah terjadi pendarahan bila terkena trauma serta elastisitasnya berkurang. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui kapan dimulainya proses penuaan pada mukosa di rongga mulut (pembentukan jaringan flabby, kehilangan stippling dan kelembapan mukosa yang berkurang) dan untuk mengetahui perbedaan mukosa rongga mulut yang ada antara sampel kelompok umur 45 – 49 tahun, 50 – 54 tahun, 55 – 59 tahun, 60 – 64 tahun, dan 65 – 69 tahun.

Penelitian ini bersifat observasional analitik yang menggunakan desain penelitian rancangan observasi pada pasien dengan menggunakan metode Cross-Sectional. Sampel penelitian diperoleh dari populasi penduduk di Lingkungan 10, Kelurahan Medan Tenggara, Kecamatan Medan Denai yang berumur 45 – 69 tahun yang dipilih dengan metode purposive sampling yaitu pemilihan sampel berdasarkan kriteria inklusi dan


(3)

eksklusi. Sampel-sampel yang di observasi berjumlah 30 orang, setiap kelompok umur mempunyai 6 sampel. Pengolahan data dianalisis dengan uji statistik kruskal wallis.

Hasil uji statistik kurskal wallis menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan (p< 0,005) antara kelompok umur 45 – 49 tahun dengan kelompok umur 55 – 59 tahun, 60 – 64 tahun, dan 65 – 69 tahun. Perubahan-perubahan pada mukosa rongga mulut akibat proses menua terlihat jelas dimulai pada kelompok umur 55 – 59 tahun. Proses penuaan pada rongga mulut dapat terjadi lebih cepat akibat rendahnya kesadaran penjagaan kesehatan.

Key words : Penuaan, mukosa rongga mulut, jaringan flabby, stippling, kelembapan

mukosa.


(4)

Analisa Perubahan – Perubahan pada Mukosa Rongga Mulut

Akibat Proses Menua pada Manula Perempuan Kelompok

Umur 45 – 69 tahun di Medan Denai

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperolehi gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh :

NAZRUL AMAR BIN HUSIN NIM : 070600164

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2011


(5)

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah dipersetujui untuk dipertahankan di hadapan tim penguji skripsi

Medan, 02 Augustus 2010

Pembimbing : Tanda tangan

1. Dr. Ameta Primasari, drg., Msc., MKes ... NIP : 19680311 199203 2 001


(6)

TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji pada tanggal 20 Juli 2011

TIM PENGUJI

KETUA : 1. Dr. Ameta Primasari, drg., Msc., MKes

ANGGOTA : 2. Lisna Unita R., drg., M.Kes. 3. Yendriwati, drg., M.Kes


(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur ke hadirat Allah Subahannahuwataala Tuhan sekalian alam, Shalawat dan Salam kepada Rasulullah Sollallahualaihiwasallam beserta keluarganya yang telah menuntun umatnya untuk selalu berpegang pada jalan yang lurus dan benar, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana kedokteran gigi pada Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

Terima kasih yang tidak terhingga kepada kedua orang tua tercinta yaitu arwah Husin bin Endut dan Tengku Hamimah Bt Tengku Hashim dan juga saudara-saudara penulis yang selalu mendoakan, memberikan dukungan moril dan semangat, maupun materil selama ini.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada ibu Dr. Ameta Primasari, drg, MDSc., Mkes. selaku pembimbing dan penguji yang telah banyak memberikan bimbingan dan pengarahan yang sangat berguna dalam meningkatkan semangat dan motivasi penulis untuk penyelesaian skripsi ini.

Pada kesempatan ini, dengan rasa rendah hati penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Prof. H. Nazruddin, drg., C.Ort., Sp. Ort., Ph.D selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

2. Rehulina Ginting, drg., selaku Ketua Departemen Biologi Oral Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara sekaligus tim penguji yang telah memberikan masukan dan saran dalam menyelesaikan skripsi ini.


(8)

3. Ibu Maya dari Fakultas Kesehatan Masyarakat atas bimbingannya dalam metodologi penelitian serta analisa statistik hasil penelitian ini.

4. Ubai yang meminjamkan kamera Digital Single-Lens Reflex (DSLR) untuk penulis mengambil foto perubahan-perubahan yang berlaku pada mukosa rongga mulut akibat proses penuaan.

5. Ibu Ninuk yang membantu penulis untuk mencari sampel-sampel untuk penelitian. Teman-teman penulis Afiq, Adib, Salman, Faisal, Badiu dan seluruh teman-teman mahasiswa FKG angkatan 2007 yang turut membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat yang berguna bagi ilmu pengetahuan, khususnya bidang kedokteran gigi.

Medan, 4 Augustus 2011 Penulis,

(Nazrul Amar Bin Husin) NIM: 070600164


(9)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL……….. i

HALAMAN PERSETUJUAN………... ii

HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI……….. iii

KATA PENGANTAR………... iv

DAFTAR ISI……….. vi

DAFTAR TABEL……….. viii

DAFTAR GAMBAR………. ix

DAFTAR LAMPIRAN……….. x

BAB 1 PENDAHULUAN……….……….... 1

1.1 Latar Belakang……….………... 1

1.2 Rumusan Masalah………... 4

1.3 Tujuan Penelitian……… ………... 4

1.4 Manfaat Penelitian………... 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA………. 5

2.1 Teori Penuaan………..… 5

2.2 Fisiologis Proses Penuaan secara Umum …….………. 6

2.3 Mukosa Mulut Normal ……….. 9

2.3.1 Histologi Mukosa Rongga Mulut...………..………….…… 9

2.3.2 Fisiologi Mukosa Rongga Mulut...….……….. 10

2.4 Perubahan Klinis pada Jaringan Mukosa Mulut………. 11

2.4.1 Jaringan Flabby... 11

2.4.2 Kelenjar Saliva... 12

2.4.3 Lidah dan Pengecapan... 13

2.4.4 Bentuk Bibir... 14

2.4.5 Tekstur Permukaan Mukosa Mulut... 15

2.5 Penyakit Mukosa Mulut Seiring Menyertai Proses Menua... 15

2.6 Faktor Mempercepat/ Memperlambat Proses Menua…………... 17

2.6.1 Radikal-Radikal Bebas... 17


(10)

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESA PENELITIAN………….. 20

3.1 Kerangka Konsep……….………...……….……..…….. 22

3.2 Hipotesis………...……….….. 23

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN……….. 24

4.1 Jenis Penelitian...……..……….………….. 24

4.2 Populasi dan Sampel...……….……. 24

4.3 Variabel Penelitian...………... 25

4.4 Kriteria Inklusi dan Eksklusi ……...……….…….. 26

4.5 Alat dan Bahan Penelitian …...……….…………... 26

4.6 Definisi Operational...……… 27

4.7 Tempat dan Lama Penelitian……….………. 30

4.8 Metode Pengumpulan Data...……….………. 30

4.9 Prosedur Pengambilan Data... 30

4.10 Analisa Data... 32

BAB 5 HASIL PENELITIAN...………. 33

BAB 6 PERBAHASAN……….. 40

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN………... 49

7.1 Kesimpulan………... 49

7.2 Saran………... 49

DAFTAR PUSTAKA……….... 50


(11)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Perbedaan fisiologis mukosa mulut (normal dengan menua)... 21 2. Data demografi sampel-sampel penelitian... 33 3. Perubahan-perubahan mukosa rongga mulut (pemeriksaan klinis)

pada perempuan manula di Medan Denai... 35 4. Perubahan-perubahan mukosa rongga mulut (berdasarkan indikator)

pada perempuan manula di Medan Denai... 36 5. Hasil uji Kruskal wallis... 38 6. Hasil uji Mann Whitney... 39


(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Mukosa rongga mulut menurut lokasi dan fungsi... 10

2. Otot-otot mulut... 14

3. Alat dan bahan penelitian... 27

4. Jaringan flabby pada residual ridge... 28

5. Gingiva cekat normal (mempunyai stippling)………. 28

6. Gingiva cekat manula (stippling menghilang)... 29


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Kerangka teori penelitian... 53

2. Inform consent... 54

3. Kuesioner 1... 55

4. Kuesioner 2... 57

5. Hasil penelitian (laporan kerja)... 58

6. Analisa penelitian (hasil uji statistik)... 60


(14)

Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Biologi Oral

Tahun 2011

Nazrul Amar Bin Husin

Analisa Perubahan – Perubahan pada Mukosa Rongga Mulut Akibat Proses Menua pada Manula Perempuan Kelompok Umur 45 – 69 tahun di Medan Denai

x + 66 halaman

Proses menua didefinisikan sebagai suatu keadaan fisiologis dimana menurunnya fungsi sel yang terjadi secara terus menerus. Pada rongga mulut, gambaran klinis yang dapat dilihat akibat dari proses penuaan adalah mukosa tampak licin mengkilap (tidak ada stipling pada gingiva), pucat, kering, mudah mengalami iritasi dan pembengkakan, mudah terjadi pendarahan bila terkena trauma serta elastisitasnya berkurang. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui kapan dimulainya proses penuaan pada mukosa di rongga mulut (pembentukan jaringan flabby, kehilangan stippling dan kelembapan mukosa yang berkurang) dan untuk mengetahui perbedaan mukosa rongga mulut yang ada antara sampel kelompok umur 45 – 49 tahun, 50 – 54 tahun, 55 – 59 tahun, 60 – 64 tahun, dan 65 – 69 tahun.

Penelitian ini bersifat observasional analitik yang menggunakan desain penelitian rancangan observasi pada pasien dengan menggunakan metode Cross-Sectional. Sampel penelitian diperoleh dari populasi penduduk di Lingkungan 10, Kelurahan Medan Tenggara, Kecamatan Medan Denai yang berumur 45 – 69 tahun yang dipilih dengan metode purposive sampling yaitu pemilihan sampel berdasarkan kriteria inklusi dan


(15)

eksklusi. Sampel-sampel yang di observasi berjumlah 30 orang, setiap kelompok umur mempunyai 6 sampel. Pengolahan data dianalisis dengan uji statistik kruskal wallis.

Hasil uji statistik kurskal wallis menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan (p< 0,005) antara kelompok umur 45 – 49 tahun dengan kelompok umur 55 – 59 tahun, 60 – 64 tahun, dan 65 – 69 tahun. Perubahan-perubahan pada mukosa rongga mulut akibat proses menua terlihat jelas dimulai pada kelompok umur 55 – 59 tahun. Proses penuaan pada rongga mulut dapat terjadi lebih cepat akibat rendahnya kesadaran penjagaan kesehatan.

Key words : Penuaan, mukosa rongga mulut, jaringan flabby, stippling, kelembapan

mukosa.


(16)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pada umumnya, manusia sering takut apabila menghadapi hari tua dan menginginkan keadaan awet muda. Proses menua boleh didefinisikan sebagai suatu keadaan fisiologis dimana menurunnya fungsi sel yang terjadi secara terus menerus. Masa tua merupakan bagian akhir dari kehidupan. Ahli dalam bidang gerontologi menggunakan istilah senescene (menjadi tua) untuk menggambarkan proses menua sebagai kemerosotan banyak fungsi tubuh yang progresif, ditandai dengan penurunan kesuburan dan peningkatan resiko untuk mengidap berbagai penyakit, kegagalan multi-organ yang memuncak dan akhirnya menghadapi kematian.1,2

Proses penuaan dimanifestasikan dalam berbagai cara dan derajat pada jaringan dan organ tubuh. Secara manifestasinya adalah berupa desifikasi jaringan, berkurangnya elastisitas, menurunnya kemampuan reparatif, dan terganggunya permeabilitas sel. Perubahan lain yang terjadi diantaranya adalah berupa penipisan kulit dan hilangnya keratinisasi, kapiler darah menjadi rapuh (fragile) sehingga mudah terbentuk hematom yang luas hanya karena trauma ringan.3

Namun demikian, sering sekali sukar untuk membedakan perubahan yang berkaitan dengan pertambahan umur dengan perubahan yang diinduksi oleh penyakit atau oleh agen farmakoterapeutik yang digunakan dalam perawatan penyakit.3 Berdasarkan teori-teori penuaan, terdapat berbagai macam hal yang dapat mempengaruhi penuaan sehingga dapat menyebabkan berlakunya penuaan dini. Diantaranya adalah gaya hidup


(17)

manusia pada zaman sekarang yang lebih suka mengkonsumsi makanan instan yang mengandung berbagai bahan kimia yang membahayakan kesehatan dan seterusnya mempercepat proses penuaan. Polusi udara ataupun pencemaran udara sekitar seperti asap rokok, asap dari kenderaan, asap pabrik, pembakaran sampah di alam terbuka, pembakaran bahan makanan dan lain-lain mempunyai radikal-radikal bebas yang berbahaya bagi manusia.

Masalah-masalah ini yang terjadi pada zaman modern sangat berhubungan dengan teori-teori proses terjadinya penuaan. Terdapat beberapa teori tentang proses menua yang diterima secara meluas. Teori wear and tear yang menyatakan bahwa tubuh serta selnya mengalami kerusakan karena penyalahgunaan dan penggunaan yang berlebihan. Organ-organ seperti hati, lambung, ginjal, kulit dan lain-lainnya diracuni dengan toksin yang terdapat dalam makanan dan lingkungan, asupan lemak, gula, kafein, alkohol dan nikotin yang berlebihan, sinar matahari yang menghasilkan ultra-violet dan banyak lagi faktor fisikal dan tekanan emosi yang dihadapi oleh tubuh manusia.2

Proses penuaan adalah satu proses yang tidak bisa dihentikan ataupun dicegah. Penuaan hanya bisa diperlambat. Menurut WHO, manusia berumur 60 tahun ke atas adalah manusia lanjut usia (manula)4. Tetapi kapan bermulanya proses penuaan? Batasan usia menurut WHO manusia berumur 45 – 59 tahun berada di kelompok usia pertengahan (middle adulthood)4. Adakah proses penuaan dimulai umur 45 tahun? Oleh karena itu peneliti ingin mengetahui kapan terjadi perubahan-perubahan pada rongga mulut akibat proses penuaan. Rongga mulut merupakan gerbang bagi manusia mengkonsumsi makanan serta minuman. Mukosa rongga mulut sering terpapar dengan bahan kimia serta


(18)

toksin yang terdapat dalam bahan makanan, minuman maupun lingkungan. Sebagian dari proses penuaan mudah diamati di mukosa rongga mulut.

Semua manusia akan mengalami proses penuaan, maka sebagai seorang dokter gigi, penting untuk mengetahui dampak-dampak menua pada rongga mulut serta kapan terjadinya perubahan-perubahan di rongga mulut. Penatalaksanaan pada manula berbeda dengan penatalaksanaan pada orang yang belum mengalami proses penuaan. Penelitian yang akan dilakukan adalah mengenai perubahan-perubahan yang berlaku di mukosa mulut (pembentukan jaringan flabby, kehilangan stippling dan kelembapan mukosa yang berkurang) pada proses penuaan, dimulai dengan pasien berumur 45 tahun hingga 69 tahun.


(19)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

a. Kapan terjadinya perubahan pada mukosa di mulut sampel perempuan pada umur 45 – 69 tahun (pembentukan jaringan flabby, kehilangan stippling dan kelembapan mukosa yang berkurang)?

b. Apakah terdapat perbedaan keadaan mukosa mulut pasien berumur 45 – 49, 50 – 54, 55 – 59, 60 – 64, 65 – 69 tahun?

1.3 Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui kapan dimulainya proses penuaan pada mukosa di rongga mulut (pembentukan jaringan flabby, kehilangan stippling dan kelembapan mukosa yang berkurang).

b. Untuk mengetahui perbedaan mukosa rongga mulut pasien berusia 45 – 49, 50 – 54, 55 – 59, 60 – 64, dan 65 – 69.

1.4 Manfaat Penelitian

a. Untuk mendapatkan waktu yang tepat terjadinya proses penuaan di mukosa rongga mulut.

b. Sebagai data awal untuk penelitian lebih lanjut mengenai proses penuaan dini yang terdapat pada mukosa rongga mulut.

c. Untuk persiapan dalam menghadapi prediksi bahwa akan terjadi kenaikan jangka hidup manusia, dimana populasi manula akan bertambah.


(20)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Penuaan dapat didefinisikan sebagai suatu hal fisiologis di mana proses tersebut merupakan hal yang genetik, suatu terminasi yang tak terelakkan dari pertumbuhan normal.5 Manusia lanjut usia yang biasa dikenal sebagai istilah manula merupakan tahap akhir siklus kehidupan dari perkembangan normal yang dialami dan tidak dapat dihindari oleh setiap individu. Salah satu contohnya adalah kasus kehilangan gigi karena perubahan kondisi fisik pada rongga mulut.6

Beberapa siklus kehidupan, seperti pertumbuhan, pubertas dan menopause ditentukan oleh genetik, demikian pula dengan proses penuaan. Penting untuk membedakan antara kejadian yang merupakan tanda penuaan normal dengan yang disebabkan oleh penyakit yang biasanya terjadi pada manula.7

2.1 Teori Penuaan

Salah satu teori proses aging yang diterima secara luas adalah teori Neuroendokrin yang menguraikan tentang jaringan biokimia yang kompleks yang mengatur pelepasan hormon oleh tubuh manusia. Hipotalamus melepaskan hormon yang mempunyai bermacam reaksi berantai yang akan menstimulasikan organ-organ untuk melepaskan hormon yang akan menstimulasikan pelepasan hormon lain, dan selanjutnya menstimulasikan fungsi-fungsi tubuh. Proses menua menyebabkan penurunan dalam produksi hormon, sehingga menyebabkan berkurangnya kemampuan tubuh untuk mengatur dan memperbaiki bagian yang rusak.1,2


(21)

Teori ”wear and tear” menyatakan bahwa tubuh dan selnya mengalami kerusakan karena penyalahgunaan dan penggunaan yang berlebihan. Organ-organ seperti hati, lambung, ginjal, kulit dan lain-lainnya diracuni dengan toksin yang terdapat dalam makanan dan lingkungan, asupan lemak, gula, kafein, alkohol dan nikotin yang berlebihan, sinaran ultra-violet dari matahari dan banyak lagi faktor fisikal dan tekanan emosi yang dihadapi oleh tubuh badan manusia.2

Menurut Harman (1972) yang memperkenalkan teori radikal bebas, dimana mitokondria bertanggungjawab atas kebanyakan reaksi radikal bebas yang berlaku dalam sel-sel. Mitokondria menghasilkan radikal bebas secara terus-menerus sepanjang hidup manusia. Komponen dalam sel tersebut merupakan pengguna oksigen untuk menghasilkan energi dan secara automatis terlibat dalam menghasilkan radikal bebas spesis oksigen, reactive oxygen species (ROS).8 ROS dihasilkan apabila radikal bebas yang dihasilkan dari aktifitas tubuh, terpapar dengan molekul oksidan dari lingkungan (polusi, radiasi), nutrisi atau keadaan patologis. ROS (contoh ; H2O2, O2-, OH) dapat mengubah DNA, protein dan membrana fosfolipid. Reaktifitas dari setiap radikal bebas adalah bervariasi namun dapat menyebabkan kerusakan yang parah pada molekul-molekul biologis, terutama DNA, protein dan lemak.9

2.2 Fisiologi proses penuaan secara umum

Tahapan hidup manusia dibagi kepada infancy (lahir – 2 tahun), childhood (3 – 12 tahun), early adulthood (20 – 39 tahun), middle adulthood (40 – 64 tahun), late adulthood (65+ tahun) dan kematian, atau berhentinya fungsi dari organ yang vital.1


(22)

Proses penuaan terjadi dalam dua bentuk, yaitu yang kelihatan dan yang tidak kelihatan. Perubahan yang dapat dilihat seperti rontoknya rambut serta perubahan warna dari hitam menjadi putih, kulit yang berkerut dan kendur, berkurangnya daya pendengaran dan penglihatan, berkurangnya stamina, dan lain-lain. Menurut Janssen (2005), perubahan yang tidak dapat dilihat adalah sistem internal seperti sistem kardiovaskular, yang menyebabkan tekanan darah tinggi dan serangan jantung, berkurangnya kapasitas paru, sistem pencernaan dan lain-lain.1 Perubahan-perubahan penting yang terjadi adalah perubahan pada kulit merupakan manifestasi penuaan yang paling mudah dilihat. Kerutan dan kulit yang kendur disebabkan oleh kurangnya lemak subkutan, meningkatnya kolagen dan elastin yang terfragmentasi dan tidak elastik.7

Pada pembuluh darah, jumlah kolagen meningkat dan menjadi kurang elastis, pembuluh arteri menjadi kaku, tekanan darah sistolik dan denyut nadi cenderung meningkat. Sering ditemukan arterosklerosis.7 Vaskularisasi yang berkurang menyebabkan memburuknya nutrisi dan pemberian oksigen ke jaringan.5 Pada gigi, proses penuaan yang terjadi adalah kalsifikasi fibrillar pada pulpa yang terjadi lebih dari 90% gigi tua, dan lesi umum yang berlaku pada gigi tua adalah kalsifikasi pada arteriol. Biasanya kalsifikasi yang terjadi lebih banyak pada bagian akar dari pulpa jika dibandingkan bagian koronal.10

Pada sistem muskulo-skeletal, terjadi atropi secara keseluruhan pada massa otot di mana jaringan lemak dan jaringan ikat kolagen menggantikan sebagian serat-serat kontraktil otot.2,5 Akibatnya terjadi kemunduran kekuatan, kelenturan, stamina serta tonus otot ketika melakukan aktifitas. Sebagai contoh, implikasi yang berlaku pada sistem pernafasan di mana kekuatan otot yang berkurang menyebabkan manula bernafas secara


(23)

dangkal. Kehilangan kalsium dan massa tulang yang menurun sejalan dengan usia, akan menyebabkan osteoporosis di mana terjadi penurunan dimensi tulang sehingga tulang menjadi rapuh dan mudah fraktur. Tulang vertebra yang mengalami kalsifikasi akan mengakibatkan perubahan postural tubuh.2,5,7,11

Tulang alveolar juga mengalami perubahan berupa hilangnya mineral tulang secara umum oleh karena usia melalui resorpsi matriks tulang. Proses ini dapat dipercepat oleh tanggalnya gigi, penyakit periodontal, protesa yang tidak adekuat, dan karena menderita penyakit sistemik.7

Perubahan normal yang berlaku pada sistem kardiovaskular berupa atropi pada otot jantung terutama ventrikel kiri, kalsifikasi pada vulva jantung, kehilangan elastisitas pada dinding arteri (arteriosclerosis) serta deposit-deposit yang bertumpuk di dalam arteri(atherosclerosis). Akibatnya terjadi penurunan cardiac output, sensitifitas baroreseptor serta automatisitas nodus SA. Seterusnya suplai darah yang semakin lemah akan mengakibatkan penurunan stamina, fungsi ginjal dan hati yang semakin lemah serta berkurangnya suplai oksigen dan energi ke sel-sel seluruh tubuh.2

Secara umum terjadi kemunduran sejumlah organ sejalan dengan meningkatnya usia. Seperti otak, hati, ginjal, kelenjar saliva, semua perubahan ini dimulai dari sel atau jaringan : seperti ginjal dengan meningkatnya usia terjadi kerusakan sebagian dari nefron

atau dengan kata lain glomeruli yang abnormal sehingga fungsi dari ginjal akan menurun, osmolariti urine berkurang.11 Penurunan fungsi sekresi meningkatkan retensi sampah produk metabolisme dan memiliki potensi penyebab terjadinya kerusakan skala rendah sel-sel di seluruh tubuh.5


(24)

Dengan meningkatnya usia, sistem imun secara umumnya akan berkurang efektifitasnya sehingga akan meningkatkan resiko terhadap penyakit akibat infeksi, berkurangnya kemampuan melawan penyakit, penyembuhan luka menjadi lambat, dan berkembangnya penyakit autoimun serta kanker.1,11

Pancaindera merupakan suatu hal yang sangat penting bagi manusia untuk mengumpulkan informasi dan mengantisipasi dalam interaksi sosial. Perubahan yang dapat berlaku adalah pada mata (penglihatan), telinga (pendengaran), hidung (pembauan) dan lidah (pengecapan).1

2.3 Mukosa mulut normal

2.3.1 Histologi mukosa rongga mulut

Mukosa rongga mulut dilapisi oleh epitel berlapis gepeng (stratified squamous epithelium), namun diklasifikasikan kepada 3 kelompok menurut lokasi dan fungsinya :

a. Mastikatory Mucosa : Mukosa yang terlibat dalam fungsi mastikasi yaitu gingiva dan palatum durum, dilapisi oleh epitel berkeratinisasi yang menyerupai epitel yang melapisi kulit pada tubuh. 12

b. Lining Mucosa : Mukosa yang memerlukan fleksibilitas untuk membantu proses pengunyahan, percakapan, maupun penelanan bolus makanan yaitu mukosa pipi, palatum molle dan dasar mulut, dilapisi oleh epitel yang tidak berkeratinisasi. 12 c. Specialized Mucosa : Mukosa yang membalut bagian dorsal lidah yang berikatan

langsung ke otot lidah. Mukosa di lidah dilapisi oleh epitel yang berkeratinisasi dan tidak berkeratinisasi. 12


(25)

Gambar 1 : Mukosa rongga mulut menurut lokasi dan fungsinya.12

2.3.2 Fisiologi mukosa mulut

Warna mukosa mulut sangat dipengaruhi oleh ketebalan epitel yang menutupinya dan vaskularisasi pada lamina propria yang terletak dibawahnya. Mukosa mulut kelihatan lebih pucat pada daerah-daerah dengan tekstur mukosa yang berkeratinisasi seperti pada gingiva dan palatum durum. Warna gingival yang normal adalah merah jambu (coral pink) dengan tekstur permukaan seperti kulit jeruk (stippling) pada gingiva cekat dan tekstur yang licin pada gingiva bebas. Warnanya dipengaruhi oleh vaskularisasi, ketebalan dan derajat keratinisasi epitel, dan keberadaan sel-sel yang mengandung pigmen. Warna gingival bervariasi antar individu, dan tampaknya berkolerasi dengan pigmentasi pada kulit, artinya warna gingival lebih gelap pada individu yang warna kulitnya lebih gelap. Biasanya pigmen yang terlibat dalam memberi warna pada mukosa


(26)

rongga mulut adalah melanin dan hemoglobin dalam darah. Melanin diproduksi oleh

specialized pigments cells yang dikenal dengan melanocytes, yang terletak di lapisan sel basal epitel rongga mulut. 4,12

Vestibulum, pipi, dasar mulut dan bibir bagian dalam memiliki lapisan epitel yang tipis, dapat digerak-gerakkan dan berwarna merah tua. Oleh karena epitel yang tipislah menyebabkan kapiler-kapiler yang terdapat dibawahnya dapat terlihat sehingga warna mukosa bagian-bagian rongga mulut tersebut tampak berwarna merah tua.4

2.4 Perubahan klinis pada rongga mulut akibat proses penuaan

Gambaran klinis yang dapat dilihat adalah mukosa tampak licin mengkilap (tidak ada stippling pada gingiva), pucat, kering, mudah mengalami iritasi dan pembengkakan, mudah terjadi pendarahan bila terkena trauma (lebih parah jika terdapat kelainan sistemik) serta elastisitasnya berkurang. Ini karena pertambahan usia menyebabkan sel epitel pada mukosa mulut mengalami penipisan, berkurangnya keratinisasi, berkurangnya vaskularisasi, serta penebalan serabut kolagen pada lamina propia.6,7,11 Antara perubahan klinis yang dapat terjadi adalah :

2.4.1 Jaringan flabby

Pada kasus resorbsi tulang alveolar, sering terjadi pada pasien yang sudah lama kehilangan gigi sehingga mengakibatkan linggir alveolar menjadi datar atau jaringan lunak sekitarnya menjadi flabby. Menurut Boucher (cit. Damayanti) jaringan flabby

merupakan respon dari jaringan ikat yang mengalami hiperplasia yang awalnya diakibatkan oleh trauma atau luka yang tidak dapat ditoleransi yang terjadi pada residual ridge. Makin tebal jaringan hiperplastik yang terbentuk, makin besar pula derajat jaringan


(27)

flabby. Biasanya terjadi pada penderita yang lama tidak memakai gigitiruan atau dapat juga terjadi pada penderita yang menggunakan gigitiruan yang tidak pas.6

2.4.2 Kelenjar saliva

Fungsi kelenjar saliva yang mengalami penurunan merupakan suatu keadaan normal pada proses penuaan manusia. Manula mengeluarkan jumlah saliva yang lebih sedikit pada keadaan istirehat, saat berbicara, maupun saat makan. Keadaan ini disebabkan oleh adanya perubahan atropi pada kelenjar saliva sesuai dengan pertambahan umur yang akan menurunkan produksi saliva dan mengubah komposisinya sedikit. 6,7,13

Xerostomia merupakan simtom, bukan suatu penyakit. Salah satu penyebab

xerostomia adalah kelainan dalam produksi saliva, adanya penyumbatan atau gangguan pada kelenjar saliva sehingga menghambat pengaliran saliva ke rongga mulut, Sjogren’s Syndrome dan efek negatif dari radioterapi akibat pengobatan kanker. Selain itu, penyakit-penyakit sistemis yang diderita pada usia lanjut dan obat-obatan yang digunakan untuk perawatannya dapat menyebabkan xerostomia pada manula. Xerostomia adalah salah satu faktor yang penyebab berkurangnya sensitifitas taste buds, pasien tidak dapat memakai gigitiruan sebagian / gigitiruan penuh, serta mengakibatkan sensasi mulut terbakar pada manula. 6,7,13,14

Fungsi utama dari saliva adalah pelumasan, buffer, dan perlindungan untuk jaringan lunak dan keras pada rongga mulut. Jadi, penurunan aliran saliva akan mempersulit fungsi bicara dan penelanan, serta menaikkan jumlah karies gigi, dan meningkatkan kerentanan mukosa terhadap trauma mekanis dan infeksi mikrobial.5,6,7


(28)

2.4.3 Lidah dan pengecapan

Orang tua biasanya mengeluh tidak adanya rasa makanan, ini dapat disebabkan bertambahnya usia mempengaruhi kepekaan rasa akibat berkurangnya jumlah pengecap pada lidah. Permukaan lidah ditutupi oleh banyak papilla pengecap dimana terdapat empat tipe papilla yaitu papilla filiformis, fungiformis, sirkumvalata, dan foliate. Sebagian papilla pengecap terletak dilidah dan beberapa ditemukan pada palatum, epiglottis, laring dan faring. Pada manusia terdapat sekitar 10,000 putik kecap, dan jumlahnya berkurang secara drastis dengan bertambahnya usia.7,14,15

Kesulitan untuk menelan (Dysphagia) biasanya muncul pada manuladan perlu di berikan perhatian karena populasi manula semakin meningkat setiap tahun. Dalam sistem pencernaan, terdapat beberapa fase penting yang berkait erat dengan rongga mulut yaitu pengunyahan, pergerakan lidah dan kebolehan membuka serta menutup mulut (bibir). Sistem pencernaan di rongga mulut menunjukkan penurunan fungsi dengan meningkatnya umur. Robbins dkk (cit. Al-Drees) menyatakan bahwa fungsi penelanan (berkaitan dengan tekanan) menurun dengan meningkatnya umur sehingga manula terpaksa bekerja lebih keras untuk menghasilkan efek tekanan yang adekuat dan dapat menelan makanan, seterusnya akan meningkatkan resiko untuk berkembangnya

dysphagia.11,14

Fungsi penelanan pasti akan mengalami penurunan pada manula walaupun mempunyai rongga mulut yang sehat. Aksi pergerakan lidah akan berubah dengan meningkatnya umur. Perubahan yang terjadi adalah perlambatan dalam mencapai tekanan otot dan pergerakan yang efektif pada lidah, gangguan pada ketepatan waktu kontraksi


(29)

otot lidah sehingga menganggu fungsi pencernaan di rongga mulut secara keseluruhannya.14

Akibat gangguan pada sistem pencernaan dan kehilangan sensori pengecapan sehingga menyebabkan kehilangan selera makan, manula kehilangan berat badan merupakan keadaan umum yang sering terjadi.

2.4.4 Bentuk bibir

Menurut Penna dkk (cit. Al-Drees) menyatakan bahwa terdapat penurunan massa dari otot bibir yaitu m. Orbicularis oris pada manula dengan menggunakan analisa secara

histomorphometric. Senyuman manula kelihatan lebih lebar secara transversal dan mengecil secara vertikal. Ini menunjukkan bahwa memang berlaku penurunan massa dari otot Orbicularis oris pada bibir sehingga kemampuan otot ketika manula senyum semakin berkurang. 14


(30)

2.4.5 Tekstur permukaan mukosa mulut

Perubahan yang berlaku pada sel epitel mukosa mulut berupa penipisan ketebalan lapisan sel, berkurangnya elastisitas serta berkurangnya vaskularisasi. Akibatnya secara klinis menyebabkan mukosa mulut menjadi lebih pucat, tipis, kering, dengan proses penyembuhan yang melambat. Hal ini menyebabkan mukosa mulut lebih mudah mengalami iritasi terhadap gesekan atau trauma, yang diperparah dengan berkurangnya aliran saliva. Pada mukosa gingiva yang sehat karakteristiknya berupa stippling yang menghilang dengan bertambahnya usia, akibatnya mukosa gingiva menjadi licin.4,6,15

2.5 Penyakit Mukosa Mulut yang Seiring Menyertai Proses Menua

Sepanjang kehidupan manusia, terdapat berbagai macam penyakit mulut yang dapat diderita oleh manusia. Penyakit mulut yang biasanya seiring menyertai proses menua adalah kanker rongga mulut, angular cheilitis dan lichen planus.

Kanker rongga mulut (KRM) merupakan antara salah satu kanker dengan prevalensi yang tertinggi di seluruh dunia dan merupakan 1 dari 10 kanker yang menyebabkan kematian. Kanker sel squama merupakan kanker yang terbanyak dilaporkan pada kasus KRM. Pada keseluruhan pasien mati karena kanker, sekitar 2% dari lelaki dan 1% dari wanita yang mati karena KRM. Di Perancis, insiden yang menyangkut KRM sekitar 17,9 kasus dari 100 000 populasi penduduknya. Diperkirakan 95% dari kanker sel squama berlaku pada manusia berumur 40 tahun dan ke atas, kebanyakannya adalah pasien berumur 60 tahun. 16

Angular cheilitis adalah lesi yang disebabkan oleh Candida dan Staphylococcus aureus (infeksi fungi) dan defisiensi vitamin B, gambarannya klinisnya adalah kulit yang


(31)

menggelupas disertai fissur pada sudut mulut. Keadaan ini juga dipengaruhi oleh dimensional vertikal rongga mulut yang menurun, disebabkan oleh kehilangan gigi dan gigi yang hilang tersebut tidak diganti dengan gigi palsu/ prothesa. Sudut mulut yang berlipat menyebabkan saliva serta bakteri-bakteri bertumpuk pada sudut mulut dan menyebabkan infeksi mudah terjadi. 4,16

Etiologi dari lichen planus belum diketahui. Namun beberapa tahun ini terdapat banyak penemuan yang menyatakan bahwa sistem imun memainkan peranan penting dalam perkembangan penyakit ini. Gambaran histopatologis yang ditemui menunjukkan keterlibatan T lymphocytes dan macrophages serta degenerasi dari sel basal yang dikenali dengan liquefaction degeneration. Imun sistem terlibat karena efek dari sitotoksik T lymphocytes bertindak melawan antigen yang terdapat pada lapisan sel basal sehingga menyebabkan lichen planus. Autoreaktifitas dari T lymphocytes mungkin penyebab utama berkembangnya lichen planus karena tidak dapat membedakan antigen luar dan sel-sel tubuh.16

Rata-rata pasien yang mempunyai lichen planus berumur 55 tahun dan ke atas. Lesi lichen planus dapat berwarna putih dan dengan adanya atrofi epithelium, dapat terjadi pada kulit dan mukosa rongga mulut. Komponen dari lesi terdiri dari beberapa tekstur : retikular, papular, mirip plak, bulosa (jarang), eritematous, dan ulseratif. Untuk memastikan diagnosa klinikal dari lichen planus, tekstur retikular atau papular harus ada. Tekstur selain dari retikular dan papular adalah tekstur tambahan untuk memastikan diagnosanya. 4,16


(32)

2.6 Faktor-faktor mempercepat/ memperlambat proses aging

Terdapat bermacam-macam faktor yang dapat mempercepat maupun memperlambat proses penuaan. Radikal bebas adalah teori yang diterima oleh banyak pihak yang merupakan penyebab kepada penuaan : Proses penuaan berlangsung ketika sel-sel secara permanen dirusak oleh serangan terus-menerus dari sejumlah partikel kimia yang disebut radikal bebas. Antioksidan merupakan bahan yang dapat ditemukan dalam makanan yang dapat menghentikan sebagian besar mutasi-mutasi DNA sehingga dapat menghambat proses kemerosotan sel dari banyak segi.17

2.6.1 Radikal-radikal bebas

Molekul-molekul terdiri dari atom dan elektron, dan elektron biasanya berpasangan. Terdapat kondisi dimana terdapat molekul-molekul yang mempunyai elektron yang tidak berpasangan, maka molekul-molekul inilah yang dikenal sebagai radikal bebas. Elektron yang tidak mempunyai pasangan akan mencari elektron lain untuk dijadikan pasangan, maka radikal bebas ini akan menyerang molekul terdekat untuk mendapatkan elektron. Dengan demikian ia menyebabkan kehancuran molekul lain. Bila menimpa DNA, terutama pada mitokondria di dalam sel-sel, radikal itu menyebabkan mutasi-mutasi yang dapat memacu sel-sel berlaku secara menyimpang. Lama kelamaan kerusakan karena radikal bebas ini membuat tubuh menua dan mendapat berbagai penyakit.8,9

Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi terbentuknya radikal bebas, antaranya adalah sinar matahari, zat kimia, zat pengawet, pewarna dan pelezat makanan, polusi udara, dan pengobatan dengan sinar ultra violet jangka panjang. Radikal bebas juga digenerasi dari tubuh manusia. Contohnya radikal bebas yang tercipta sepanjang


(33)

proses produksi energi oleh mitokondria yang menggunakan oksigen sebagai bahan utamanya. Akhir dari proses metabolik tersebut akan menghasilkan radikal bebas yang akan merusak sel-sel tubuh seterusnya menyebabkan penuaan.8,9

2.6.2 Antioksidan

Antioksidan adalah bahan kimia yang dapat memberikan sebuah elektron yang diperlukan radikal bebas, tanpa menjadikan dirinya berbahaya. Secara kimiawi antioksidan dirancang untuk menawarkan radikal bebas yang merusak, menghentikan serangan radikal bebas sehingga degenerasi dihambat atau proses penuaan diperlambat.

7,8,16

Antara antioksidan yang terdapat dalam makanan yang dapat menunda proses penuaan mencakup Vitamin B, Vitamin E, Vitamin C, Beta Karoten, Khromium, Selenium, Kalsium, Zinc, Magnesium, dan Koenzim Q-10. Semuanya mempunyai cara kerja dan efek yang berbeda.17

Asam folat (vitamin B) yang terdapat pada sayuran hijau (dolasin), sangat berperan dalam proses anti tua, mencegah kemerosotan fungsi mental dan menghentikan kanker, yang lebih penting lagi dapat menyelamatkan kerusakan arteri yang memicu serangan jantung dan stroke dengan merangsang enzim-enzim untuk metabolisme homosistein sehingga dapat mencegah penyumbatan arteri. 17

Vitamin E merupakan vitamin larut terhadap lemak yang berfungsi dalam menghambat aterosklerosis. Vitamin E mempunyai peran dalam menghambat aterosklerosis dengan memangkas oksidasi kolesterol LDL. Dengan demikian dapat mencegah timbulnya kerusakan arteri dan timbulnya penyakit jantung. 8,17

Vitamin C pula merupakan salah satu bentuk vaksinasi melawan kanker, terutama kanker lambung, esofagus, rongga mulut dan kemungkinan mulut rahim, rektum dan


(34)

payudara. Selain itu, Vitamin C juga dapat membantu menyelamatkan arteri dengan mendorong naiknya kolesterol HDL sehingga menghambat penyumbatan arteri, mencegah penyakit asma dan bronchitis kronis serta mencegah katarak. Umumnya untuk rongga mulut, vitamin C melawan penyakit periodontal yaitu gingiva mudah berdarah dan sariawan. 8,17


(35)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

Secara klinis mukosa rongga mulut manula tampak menjadi lebih pucat, kering dan kehilangan stippling (pada gingiva). Ini karena pertambahan usia menyebabkan sel epitel pada mukosa mulut mengalami penipisan, berkurangnya keratinisasi, berkurangnya vaskularisasi, berkurangnya produksi saliva, serta penebalan serabut kolagen pada lamina propia.6,7,11 Keadaan degeneratif pada arteri dapat menyebabkan penurunan jumlah kapiler sehingga mengakibatkan terganggunya suplai darah ke mukosa rongga mulut. Vaskularisasi yang berkurang menyebabkan kepucatan mukosa rongga mulut.4,5,7

Bentuk bibir turut mengalami perubahan pada manula. Menurut Penna V dkk menyatakan bahwa terdapat penurunan massa dari otot bibir yaitu m. Orbicularis oris

pada manula dengan menggunakan analisa secara histomorphometric. Desai S dkk pula menyatakan bahwa senyuman manula kelihatan lebih lebar secara transversal dan mengecil secara vertikal. Ini menunjukkan bahwa memang berlaku penurunan massa dari otot Orbicularis oris pada bibir sehingga kemampuan otot ketika manula senyum semakin berkurang. 14

Pada kasus resorbsi tulang alveolar, sering ditemukan pasien yang sudah lama kehilangan gigi sehingga mengakibatkan linggir alveolar menjadi datar atau jaringan lunak sekitarnya yang flabby. Menurut Boucher (1990) jaringan flabby merupakan respon dari jaringan ikat yang mengalami hiperplasia yang awalnya diakibatkan oleh trauma atau luka yang tidak dapat ditoleransi sehingga terjadi residual ridge. Makin tebal jaringan hiperplastik yang terbentuk, makin besar pula derajat jaringan flabby. Hal ini dapat terjadi


(36)

pada penderita yang lama tidak memakai gigi tiruan atau dapat juga terjadi pada penderita yang menggunakan gigi tiruan yang tidak pas.6

Jumlah manula yang semakin meningkat setiap tahun akan meningkatkan jumlah pasien manula yang memerlukan perawatan, maka sangat penting untuk mengetahui kapan proses penuaan bermula serta perubahan-perubahan yang berlaku pada rongga mulut supaya kita dapat bersedia dalam menghadapi pasien lanjut usia.

Tabel 1 : Perbedaan fisiologis mukosa mulut normal dan menua.

Fisiologi mukosa mulut Perubahan secara klinis akibat proses menua

Jaringan flabby :  Tidak ada

Jaringan flabby :  Ada

Kelembaban mukosa :

 Mukosa mulut normal selalu dalam keadaan basah oleh adanya kelenjar saliva yang menghasilkan saliva.

 Mukosa mulut tampak kering

Tekstur permukaan mukosa :

 Gingiva yg mempunyai stippling.

Stippling menghilang Perubahan – perubahan lain :

Warna :

 Palatum durum dan gingiva : merah jambu.

 Pipi bagian dalam, bibir bagian labial, vestibulum,dan dasar mulut : merah tua.

Bentuk bibir :

 Sudut mulut : tidak ada penurunan  Kulit sekitar bibir : tidak ada kerutan

 Seluruh mukosa mulut tampak menjadi pucat.

 Sudut mulut : menurun


(37)

3.1 KERANGKA KONSEP

Variabel Bebas Variabel Tergantung

Proses menua pada rongga mulut

Kelompok Umur :  45 – 49 tahun  50 – 54 tahun  55 – 59 tahun  60 – 64 tahun  65 – 69 tahun

Perubahan klinis pada mukosa rongga mulut Faktor-faktor

mempercepat /memperlambat proses menua

Jaringan flabby Kelembapan mukosa

Perubahan lain – lain :  Warna mukosa  Bentuk bibir

Tekstur permukaan mukosa Radikal bebas


(38)

3.2 Hipotesa Penelitian

Ada perbedaan keadaan pada mukosa rongga mulut antara kelompok umur 45 – 49 tahun, 50 – 54 tahun, 55 – 59 tahun, 60 – 64 tahun, dan 65 – 69 tahun.


(39)

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Jenis penelitian

Jenis Penelitian yang digunakan adalah observasional analitik dengan pendekatan

cross sectional dimana pengukuran hanya dilakukan satu kali pada sampel.

4.2 Populasi dan sampel

Populasi : Pasien berumur 45 tahun hingga 69 tahun

Sampel : Sampel penelitian diperoleh dari populasi penduduk di Lingkungan 10, Kelurahan Medan Tenggara, Kecamatan Medan Denai yang berumur 45 – 69 tahun yang dipilih dengan metode purposive sampling yaitu pemilihan sampel berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi.

Besar sampel : Besar sampel pada penelitian ini menggunakan rumus berikut :

Diambil berdasarkan rumus untuk sampel tunggal untuk suatu populasi (Lemeshow,dkk, 1997), sebagai berikut:

2

)

5

,

0

28

,

0

(

)

5

,

0

1

(

5

,

0

.

90

,

0

)

28

,

0

1

(

28

,

0

.

64

,

1

n

2

0

2 1

0 0

1 1 1

P P Pa Pa Z p p z n a      


(40)

30

31

,

29

n

Keterangan :

Po = proposi awal (0,28)

Pa = proporsi yang diinginkan (0,5) α = level of signifikan ( 0,1 = 1,64) β = power (0,1 = 0,90)

n = besar sampel

Jumlah sampel yang diperlukan oleh penelitian ini adalah 30 orang, maka sampel minimal bagi setiap kelompok umur adalah 6 orang.

4.3 Variabel Penelitian a. Variabel Bebas

 Pasien Berumur 45 – 49 tahun  Pasien berumur 50 – 54 tahun  Pasien berumur 55 – 59 tahun  Pasien berumur 60 – 64 tahun  Pasien berumur 65 – 69 tahun b. Variabel Tak Terkendali

 Kondisi oral hygiene dari pasien yang diperiksa c. Variabel Tergantung

 Perubahan yang berlaku pada mukosa rongga mulut pasien dengan kelompok yang berbeda.


(41)

4.4 Kriteria Inklusi dan Ekslusi Kriteria Inklusi

o Pasien sehat, tidak ada kelainan sistemik

o Berumur 45 – 69 tahun

o Pribumi (orang Indonesia)

o Body Mass Index (BMI) : 18,5 – 25

o Perempuan

Kriteria Ekslusi

o Pasien yang merokok

o Pasien yang mengkonsumsi minuman beralkohol

o Pasien yang menyirih

o Pasien yang mengkonsumsi obat-obatan secara berterusan seperti anti hipertensi dan anti diabetik.

4.5 Alat dan Bahan Penelitian Bahan

o Aqua

o Desinfektan Dettol

Alat

o Sonde

o Pinset

o Kaca mulut


(42)

o Kamera Digital Single-Lens Reflex (DSLR)

o Masker

o Sarung tangan

o Kain handuk

o Penimbang berat badan

o Tali ukur tinggi badan

Gambar 3 : Alat dan bahan penelitian 4.6 Definisi Operasional

Definisi operasional untuk penelitian ini adalah seperti berikut :

 Kelompok umur : umur sampel antara 45 – 69 tahun yang dibagi dalam 5 kelompok yaitu 45 – 49 tahun, 50 – 54 tahun, 55 – 59 tahun, 60 – 64 tahun, 65 – 69 tahun.  Perubahan – perubahan mukosa yaitu dilihat dari adanya :

o Pembentukan jaringan flabby : merupakan respon dari jaringan ikat yang mengalami hiperplasia yang awalnya diakibatkan oleh trauma yang tidak dapat ditoleransi yang terjadi pada residual ridge. 6,7


(43)

Gambar 4 : Jaringan flabby pada residual ridge

o Perubahan tekstur permukaan mukosa (stippling menghilang) : stippling

terbentuk akibat adaptasi gingiva untuk menerima fungsi, yang secara mikroskopis disebabkan adanya penonjolan (protuberansia) dan depresi pada permukaan gingiva.


(44)

Gambar 6 : Gingiva cekat manula (stippling menghilang)

o Kelembapan mukosa berkurang : akibat dari atrofi serta kemunduran fungsi kelenjar saliva yang merupakan suatu keadaan normal pada proses penuaan manusia. 6,7

o Perubahan – perubahan lain yang mendukung :

 Perubahan bentuk bibir : Sudut bibir menurun, kerutan disekitar kulit bibir

 Perubahan warna mukosa : Seluruh mukosa mulut tampak pucat  Pasien yang sehat, tidak ada kelainan sistemik berarti pasien yang tidak mempunyai

riwayat penyakit sistemik dan kanker, contohnya diabetes melitus.

Body Mass Index (BMI) sebuah ukuran “berat terhadap tinggi” badan yang umum digunakan untuk menggolongkan orang dewasa ke dalam kategori kurang berat badan, normal, kelebihan berat badan atau obesitas (kegemukan). Resiko penyakit yang berhubungan dengan derajat kegemukan seperti penyakit jantung dan diabetes mellitus dapat dilihat dari nilai BMI. 18


(45)

 Oral higiene adalah pemeliharaan rongga mulut secara rutin, teratur dan benar sehingga rongga mulut berada dalam kondisi yang bersih dan sehat.

 Indikator yang digunakan untuk penelitian ini adalah normal, ringan dan berat. Sampel dengan indikator ’normal’ bila semua hasil pemeriksaan klinisnya (jaringan flabby, stippling pada gingiva dan kelembapan mukosa) normal. Indikator ’ringan’ apabila sampel mempunyai 1 item yang tidak normal dan indikator ’berat’ apabila sampel mempunyai 2 -3 item yang tidak normal.

4.7 Tempat dan lama waktu penelitian Tempat Penelitian :

 Lingkungan 10, Kelurahan Medan Tenggara, Kecamatan Medan Denai (sampel dibawa ke ruangan praktikum di departemen Biologi Oral).

Lama Waktu Penelitian :

 Sepuluh bulan dari Augustus 2010 hingga Juni 2011

4.8 Metode pengumpulan data

 Wawancara : peneliti akan mewawancara responden berdasarkan kuesioner yang telah disiapkan untuk mengumpul informasi – informasi penting yang diperlukan oleh penelitian.

 Pemeriksaan : peneliti akan memeriksa rongga mulut pasien untuk melihat keadaan mukosa rongga mulut responden.


(46)

4.9 Prosedur pengambilan data

a. Pasien diwawancara tentang keadaan umum dan riwayat kesehatan.( kuesioner di lampiran 3)

b. Hitung BMI setiap pasien untuk memastikan pasien benar-benar sehat, tidak mempunyai resiko menderita penyakit-penyakit sistemik, kekurangan gizi ataupun obesitas sehingga mempengaruhi perubahan pada mukosa rongga mulut. BMI dapat dihitung dengan rumus seperti berikut :

Interpretasi nilai BMI untuk orang dewasa, tanpa memperhatikan umur maupun jenis kelamin 18 :

 Underweight (berat badan kurang) : BMI < 18,5  Normal : BMI = 18,5 – 25

 Overweight (kelebihan berat badan) : BMI 25 – 30  Obesitas : BMI > 30 .

c. Pasien diminta duduk di dental chair yang disediakan.

d. Kemudian pasien diminta berkumur dengan menggunakan air aqua yang disediakan untuk membersihkan rongga mulut.

e. Dengan menggunakan sonde dan kaca mulut, rongga mulut pasien diperiksa oleh operator untuk melihat keadaan klinis rongga mulut pasien.(pemeriksaan klinis di lampiran 4)

BMI = BERAT (Kg) [TINGGI (m)] 2


(47)

f. Untuk melihat tingkat aliran saliva (kelembaban mukosa), digunakan cara seperti berikut :

 Tarik bibir bawah, keringkan mukosa labial dengan kasa secara hati-hati, periksa mukosa dibawah sinar yang memadai. Amati butiran saliva yang keluar dari muara kelenjar minor. Bila waktu keluarnya saliva lebih dari 60 detik, berarti arus saliva dibawah normal.19

g. Setelah selesai diperiksa, operator mengambil foto rongga mulut pasien yang menunjukkan perubahan-perubahan klinis yang berlaku pada pasien tersebut. h. Kemudian pasien diminta berkumur setelah selesai diperiksa.

i. Prosedur diulangi oleh operator pada setiap pasien mengikut kelompok masing-masing.

4.10 Analisa data

 Pengolahan data dilakukan menggunakan sistem komputerisasi dan dianalisis dengan uji statistik kruskal wallis.


(48)

BAB 5

HASIL PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di ruangan praktikum Biologi Oral, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Sumatera Utara dengan sampel penelitian sebanyak 30 orang yang berasal dari lingkungan 10, kelurahan Medan Tenggara, kecamatan Medan Denai. Setiap kelompok umur mempunyai 6 sampel. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai Mei 2001.

Tabel 2 : Data demografi sampel-sampel penelitian

Data Demografi

Kelompok Umur 45 – 49

tahun

50 – 54 tahun

55 – 59 tahun

60 – 64 tahun

65 – 69 tahun Jumlah Gigi :

- tidak ada gigi - < 12

- > 12 - > 22

1 1 1 3 1 4 1 0 2 2 2 0 2 3 1 0 4 2 0 0 Pemakaian gigi tiruan :

- Gigi tiruan penuh (GTP) - Gigi tiruan sebagian

lepasan (GTSL) - GTP dan GTSL - Tidak memakai

1 1 1 3 1 0 1 4 2 1 1 2 1 0 3 2 2 0 1 3 Warna mukosa :

- Merah jambu - Merah pucat

5 1 2 4 4 2 2 4 1 5 Perubahan bentuk bibir :

- Sudut bibir menurun - Kerutan disekitar bibir

1 0 0 0 2 3 5 6 5 6 Tingkat Sosial Ekonomi :

- Rendah - Sedang - Tinggi 2 4 0 3 3 0 5 1 0 2 4 0 3 3 0


(49)

Jumlah gigi yang dimiliki oleh sampel-sampel dapat dijadikan patokan tentang tingkat kesadaran sampel terhadap kesehatan serta penjagaan gigi dan rongga mulut. Pada kelompok umur 45 – 49 tahun terdapat 1 sampel yang telah kehilangan semua gigi. Hal ini menunjukkan sampel tidak mempunyai sikap dan tingkah laku yang baik dalam penjagaan kesehatan gigi dan rongga mulut sehingga telah kehilangan kesemua giginya dalam usia 40-an.

Pada kelompok umur 65 – 69 tahun, terdapat 3 sampel yang telah kehilangan semua gigi namun tidak menggunakan gigi tiruan. Gigi tiruan sangat penting untuk membantu manusia yang telah kehilangan semua gigi dalam mencukupi asupan gizi yang seimbang karena gigi berfungsi untuk pengunyahan makanan seperti protein dari haiwan (ayam dan daging). Hal ini dipengaruhi oleh tingkat sosial ekonomi sampel yang rendah karena pembuatan gigi tiruan memerlukan kos yang tinggi.

Perubahan yang berlaku pada warna mukosa secara teorinya berlaku karena sel-sel serta tubuh manusia mengalami kemunduran dengan meningkatnya usia. Namun peneliti sulit untuk membedakan perubahan warna yang berlaku karena tidak mempunyai patokan yang signifikan untuk dijadikan pedoman untuk membedakan warna yang telah berubah maupun yang masih normal. Antara warna merah jambu dengan warna merah pucat tidak ada batas tegas perbedaan atas keduanya.

Perubahan pada bentuk bibir juga sama, peneliti sulit untuk membedakan karena tidak mempunyai bentuk bibir normal sampel-sampel dari usia muda hingga usia lanjut sehingga tidak bisa melihat perubahan yang berlaku. Penurunan sudut bibir yang berlaku akibat proses menua dapat disebabkan penurunan dimensional vertikal karena kehilangan gigi-geligi. Peneliti ragu tentang penurunan sudut bibir karena apabila sampel memakai


(50)

gigi tiruan, dimensional vertikalnya kembali normal sehingga sudut bibirnya turut normal. Kerutan yang berlaku sekitar bibir boleh dilihat dengan meningkatnya usia karena hal ini jelas terlihat.

Tingkat sosial ekonomi sangat mempengaruhi kehidupan seseorang manusia dari hal asupan gizi, tingkat pendidikan dan tingkat kesehatan karena bila seseorang mempunyai sosial ekonomi yang rendah, otomatis sukar untuk membeli makanan yang bergizi dan seimbang, sukar untuk mendapatkan pendidikan hingga ke tingkat sarjana atau lebih tinggi dan sukar untuk mendapatkan pelayanan kesehatan. Sebagai contoh, terdapat sampel yang sudah kehilangan semua giginya, namun tidak memakai gigi tiruan karena biaya yang tinggi diperlukan untuk membuat gigi tiruan.

Tabel 3 : Perubahan-perubahan Mukosa Rongga Mulut (pemeriksaan klinis) pada Manula Perempuan di Medan Denai.

INDIKATOR

KELOMPOK UMUR

TOTAL SAMPEL 45 – 49

TAHUN

50 – 54 TAHUN

55 – 59 TAHUN

60 – 64 TAHUN

65 – 69 TAHUN JARINGAN

FLABBY

1 16,7% 2 33,3% 3 50% 4 67% 3 50%

STIPPLING PADA

GINGIVA

2 33,3% 3 50% 6 100% 6 100% 6 100% KELEMBAPAN

MUKOSA

2 33,3% 5 83.3% 5 83,3% 6 100% 6 100%

6 6 6 6 6 30

Hasil penelitian (tabel 3) menunjukkan pembentukan jaringan flabby meningkat pada kelompok umur yang lebih tua, namun pada kelompok umur 65 – 69 tahun sampel yang mempunyai jaringan flabby hanya 3 orang. Hal ini dipengaruhi oleh faktor pemakaian gigi tiruan penuh oleh sampel-sampel tersebut. Secara umumnya, jaringan


(51)

flabby terbentuk akibat trauma yang tidak dapat ditoleransi yang terjadi pada residual ridge (trauma akibat pemakaian gigi tiruan gigi tiruan penuh).

Stippling pada gingiva dan kelembapan mukosa (aliran saliva) juga menunjukkan hasil yang sama yaitu perubahan berlaku dengan meningkatnya umur. Kehilangan

stippling pada gingiva yang terjadi dengan meningkatnya umur dapat dilihat pada tabel 3 dimana dari 2 (33,3%) sampel (kelompok umur 45 – 49) tahun meningkat ke 3 (50%) sampel (50 – 54 tahun) yang kehilangan stippling pada gingiva. Diikuti dengan semua sampel (6 orang) pada kelompok umur 55 – 59 tahun, 60 – 64 tahun serta 65 – 69 tahun menunjukkan kehilangan stippling. Stippling pada gingiva menunjukkan perubahan akibat penuaan.

Kelembapan mukosa (aliran saliva) menurun dengan meningkatnya umur. Hasil penelitian untuk kelembapan mukosa menunjukkan pada kelompok umur 45 – 49 tahun, terdapat 4 sampel yang masih normal, pada kelompok umur 50 – 54 tahun dan 55 – 59 tahun, terdapat 1 dari sampel masih normal, kelompok umur 60 – 64 tahun dan 65 – 69 tahun menunjukkan tidak ada sampel yang normal. Hasil menunjukkan terjadi perubahan akibat penuaan.

Tabel 4 : Perubahan-perubahan mukosa rongga mulut (berdasarkan indikator) pada manula perempuan di Medan Denai.

INDIKATOR

KELOMPOK UMUR TOTAL

SAMPEL 45 – 49

TAHUN

50 – 54 TAHUN

55 – 59 TAHUN

60 – 64 TAHUN

65 – 69 TAHUN

NORMAL 2 33.3% 1 16.7% 0 0% 0 0% 0 0%

RINGAN 3 50% 1 16,7% 0 0% 0 0% 0 0%

BERAT 1 16.7% 4 66,6% 6 100% 6 100% 6 100%


(52)

Indikator yang digunakan untuk penelitian ini adalah normal, ringan dan berat. Sampel dengan indikator normal bila semua hasil pemeriksaan klinisnya (jaringan flabby, stippling pada gingiva dan kelembapan mukosa) normal. Indikator ringan apabila sampel mempunyai 1 item yang tidak normal dan indikator berat apabila sampel mempunyai 2 -3 item yang tidak normal.

Indikator normal akan menurun dengan meningkatnya usia, hal ini terlihat pada tabel 3 dimana kelompok umur 55 – 59 tahun, 60 – 64 tahun dan 65 – 69 tahun tidak ada sampel yang mempunyai indikator normal. Pada kelompok umur 45 – 49 tahun dan 50 – 54 tahun menunjukkan sampel-sampel memiliki indikator yang berbeda. Hal ini dapat disebabkan oleh kebiasaan dan penjagaan oral higiene yang berbeda pada setiap individu. Sebagai contoh, dapat dilihat pada 1 sampel yang berumur 45 tahun namun sudah kehilangan semua giginya.

Hasil yang diperoleh menunjukkan pada kelompok umur 45 – 49 tahun telah dimulai perubahan-perubahan pada mukosa rongga mulut akibat proses menua. Dari total 6 sampel di kelompok itu hanya 2 sampel yang menunjukkan indikator ’normal’, 3 sampel dengan indikator ’ringan’ dan 1 sampel indikator ’berat’. Pada kelompok umur 50 – 54 tahun, masing-masing indikator ’normal’ dan ’ringan’ mempunyai 1 sampel dan 4 sampel menunjukkan indikator ’berat’. Pada kelompok umur 55 – 59 tahun, 60 – 65 tahun dan 65 – 69 tahun, semua sampel menunjukkan indikator ’berat’. Maka dapat disimpulkan bahwa, pada kelompok umur 55 – 59 tahun, proses penuaan pada mukosa rongga mulut telah berlaku secara total.


(53)

Tabel 5 : Hasil Uji Kruskal Wallis pada Perubahan-perubahan Mukosa Rongga Mulut Akibat Proses Menua pada Manula Perempuan di Medan Denai.

KELOMPOK UMUR JUMLAH SAMPEL ± SD P

45 – 49 tahun 6 45,67±0,816

0,001*

50 – 54 tahun 6 51,33±1,366

55 – 59 tahun 6 56,17±1,602

60 – 64 tahun 6 61,33 ±1,506

65 – 69 tahun 6 66,17±1,169

* terdapat perbedaan yang signifikan pada p< 0,005 (Ho ditolak)

Hasil uji statistik dilakukan dengan uji kruskal walis (tabel 5) menunjukkan ada perbedaan yang bermakna (p < 0,005), maka Ho ditolak, artinya ada perbedaan yang signifikan antara kelompok umur dengan waktu munculnya perubahan pada mukosa rongga mulut. Hasil tes Kruskal Walis menunjukkan perbedaan yang signifikan (p< 0,005), maka harus dilakukan uji lanjut dengan tes Post Hoc, yaitu uji Mann Whitney (tabel 6) untuk melihat pada kelompok umur mana (5 kelompok umur) yang berbeda diantara kelompok umur yang lain.

Apabila p > 0,005, maka maka Ho diterima. Artinya tidak ada perbedaan antara kelompok umur dengan perubahan mukosa rongga mulut manakala apabila p< 0,005, maka Ho ditolak. Artinya ada perbedaan antara kelompok umur dengan perubahan mukosa rongga mulut. Hasil (tabel 6) menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan (p> 0,005) antara kelompok umur 45 – 49 tahun dengan kelompok umur 50 – 54 tahun, kelompok umur 50 – 54 tahun dengan kelompok umur 55 – 59 tahun, 60 – 64 tahun dan 65 – 69 tahun, kelompok umur 55 – 59 tahun dengan kelompok umur 60 – 64 tahun dan 65 – 69 tahun serta kelompok umur 60 – 64 tahun dengan kelompok umur 65 – 69 tahun.


(54)

Tabel 6 : Hasil uji Mann Whitney untuk melihat perbedaan antar kelompok sampel.

Kelompok Umur Perbandingan P

45 – 49 tahun Umur 50 – 54 tahun 0,589

Umur 55 – 59 tahun

0,002* Umur 60 – 64 tahun

Umur 65 – 69 tahun

50 – 54 tahun Umur 45 – 49 tahun 0,589

Umur 55 – 59 tahun

0,065 Umur 60 – 64 tahun

Umur 65 – 69 tahun

55 – 59 tahun Umur 45 – 49 tahun 0,002*

Umur 50 – 54 tahun 0,065

Umur 60 – 64 tahun

1,0 Umur 65 – 69 tahun

60 – 64 tahun Umur 45 – 49 tahun 0,002*

Umur 50 – 54 tahun 0,065

Umur 55 – 59 tahun

1,0 Umur 65 – 69 tahun

65 – 69 tahun Umur 45 – 49 tahun 0,002*

Umur 50 – 54 tahun 0,065

Umur 55 – 59 tahun

1,0 Umur 60 – 64 tahun

* terdapat perbedaan yang signifikan pada p< 0,005 (Ho ditolak)

Hasil menunjukkan ada perbedaan yang signifikan (p< 0,005) di antara kelompok umur 45 – 49 tahun dengan kelompok umur 55 – 59 tahun, 60 – 64 tahun, dan 65 – 69 tahun. Hal ini menunjukkan hipotesa penelitian diterima karena yang menjadi patokan dalam penelitian ini adalah perbedaan signifikan yang terdapat antara kelompok umur 45 – 49 tahun dengan 55 – 59 tahun. Perubahan-perubahan yang terjadi pada mukosa rongga mulut akibat proses menua terlihat jelas dimulai pada kelompok umur 55 – 59 tahun.


(55)

BAB 6 PEMBAHASAN

Penelitian terhadap perubahan-perubahan pada mukosa rongga mulut akibat proses menua pada perempuan manula di Medan Denai bertujuan untuk mengetahui kapan dimulai proses penuaan di rongga mulut dan melihat perbedaan mukosa rongga mulut antara sampel-sampel kelompok umur 45 – 49, 50 – 54, 55 – 59, 60 – 64, dan 65 – 69 tahun.

Penelitian Tun Hla dan Thien Tut mendapati gambaran klinis perubahan pada rongga mulut akibat proses menua tergantung pada cara pemakaian gigi (contoh ; atrisi, abrasi), akumulasi dari efek serangan patologis (contoh ; karies, penyakit periodontal), perubahan tingkah laku (contoh ; dalam penjagaan kesehatan, nutrisi, lingkungan) dan proses penuaan secara umumnya. 20

Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor umur tidak terlalu memegang peranan yang penting dalam pembentukan jaringan flabby, namun dipengaruhi oleh beberapa faktor. Jaringan flabby merupakan respon dari jaringan ikat yang mengalami hiperplasia yang awalnya diakibatkan oleh trauma yang tidak dapat ditoleransi yang terjadi pada residual ridge. Etiologi dari jaringan flabby adalah multifaktorial. Antara faktor-faktor pendukung yang penting adalah 6,7 :

 Perubahan pada soket tulang alveolar pasca pencabutan gigi.

 Trauma akibat pemakaian gigi tiruan.


(56)

 Kebiasaan-kebiasaan jelek dari pasien ( contoh : bruksism, mengunyah sebelah rahang)

 Tekanan-tekanan yang berlebihan pada segmen tertentu dari lengkung gigi disebabkan tidak adanya keseimbangan kontak dalam posisi eksentrik rahang.

Usia lanjut merupakan tahap akhir siklus kehidupan dari perkembangan normal yang dialami dan tidak dapat dihindari oleh setiap individu. Salah satu contohnya adalah kasus kehilangan gigi karena perubahan kondisi fisik pada rongga mulut. Manula rata-rata kehilangan gigi 10 sampai 20 buah, banyaknya jumlah pasien manula yang tidak mempunyai gigi menyebabkan perawatan gigi diutamakan pada perawatan prostodontik.6 Dalam penelitian ini, peneliti tidak mengelompokkan sampel yang tidak memakai gigi tiruan, memakai gigi tiruan sebagian lepasan dan gigi tiruan penuh ke dalam kelompok yang berbeda. Pemakaian gigi tiruan dapat berpengaruh terhadap munculnya jaringan flabby. Penelitian lanjut perlu dilakukan mengenai pembentukan jaringan flabby, khususnya pada sampel yang menggunakan gigi tiruan penuh maupun gigi tiruan sebagian lepasan.

Akibat dari pertambahan usia, mukosa rongga mulut memperlihatkan kondisi yang menjadi lebih pucat, tipis, dan kering dengan proses penyembuhan lambat. Hal ini menyebabkan mukosa mulut lebih mudah mengalami iritasi terhadap tekanan ataupun gesekan, yang diperparah dengan berkurangnya aliran saliva. Perubahan kondisi fisik rongga mulut setelah pembuatan gigi tiruan juga sering terjadi. Antaranya resorbsi tulang alveolar sehingga mengakibatkan gigi tiruan tidak pas sehingga stabilitasnya berkurang.


(57)

Gigi tiruan yang bebas bergerak akan menimbulkan iritasi lebih lanjut terhadap mukosa mulut. 5,6,7

Resorbsi tulang alveolar merupakan masalah yang sering terjadi pada rahang tanpa gigi, baik pada rahang bawah maupun rahang atas. Resorbsi tulang alveolar dapat terjadi secara fisiologik dan patologik. Resorbsi tulang alveolar sering ditemukan pada pasien yang sudah lama kehilangan gigi sehingga mengakibatkan residual ridge menjadi datar atau jaringan lunak sekitarnya membentuk jaringan flabby. Menurut Boucher (Cit. Damayanti) kebanyakan proses penuaan disertai dengan perubahan-perubahan osteoporosis pada tulangnya diikuti oleh hilangnya gigi sehingga mengakibatkan berkurangnya tinggi tulang alveolar. 5,6

Kehilangan stippling pada gingiva dan kelembapan mukosa (aliran saliva) menunjukkan hal berbeda dengan pembentukan jaringan flabby. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor umur mempengaruhi kedua hal tersebut. Pada kasus kehilangan stippling, hal ini dipengaruhi oleh perubahan metabolik dan kehilangan gigi pada manula, seterusnya menurunnya tulang alveolar sehingga menyebabkan hilangnya

stippling. Perubahan dari proses metabolik pada manula menyebabkan jaringan rongga mulut mengalami atrofi, mudah teriritasi dan rapuh. 1,2,3,20

Secara klinisnya, efek-efek ini dipengaruhi oleh berkurangnya kapilari darah akibat proses penuaan yang menyebabkan aliran suplai darah menurun sehingga memperlambatkan suplai-suplai nutrisi ke jaringan. Akibatnya kapasitas jaringan dalam regenerasi akan menurun. Pada manula, masalah resisi gingiva hingga ke akar gigi turut mempengaruhi perubahan pada rongga mulut seperti penyakit periodontal dan kehilangan


(58)

stippling pada gingiva. Karies pada sementum sering menjadi masalah pada manula karena efek dari resisi gingiva. 4,5,6,7,20

Penelitian di German yang dilakukan terhadap anak-anak dengan rata-rata berumur 5 tahun menunjukkan 68.2% dari 274 anak mempunyai stippling. Jenis kelamin dan ras tidak menunjukkan efek terhadap prevalensi tersebut. Hasil dari penelitian tersebut serta pendapat dari beberapa ahli mengatakan bahwa setiap individu bervariasi, tidak semua manusia mempunyai stippling. Penelitian lanjut perlu dilakukan tentang kehadiran stippling pada gingiva cekat normal manusia. 3,21

Gambar 7 : Pembentukan jaringan flabby dan kehilangan stippling pada gingiva

Kelenjar saliva berfungsi memproduksi saliva untuk mempertahankan kesehatan rongga mulut. Usia yang meningkat menyebabkan perubahan dan kemunduran dari fungsi kelenjar saliva. Hasil penelitian menunjukkan kelembapan mukosa berkurang dengan meningkatnya umur. Teori-teori proses penuaan seperti teori ”wear and tear”,


(59)

teori Neuroendokrin, teori radikal bebas dan lain-lain turut membicarakan tentang perubahan dan kemunduran dari sel, organ, serta sistem tubuh. 1,2,5,6,7

Damayanti dalam penelitiannya tentang respon jaringan terhadap gigi tiruan lengkap pada pasien lanjut usia didapati bahwa fungsi kelenjar saliva yang mengalami penurunan merupakan suatu keadaan normal pada proses penuaan manusia. Manula mengeluarkan jumlah saliva yang lebih sedikit pada keadaan istirehat, saat berbicara, maupun saat makan. Keluhan mulut kering sering ditemukan pada orang tua daripada orang tua yang disebabkan oleh perubahan karena usia pada kelenjar itu sendiri. 6,7

Fungsi utama dari saliva adalah pelumasan, buffer, dan perlindungan untuk jaringan lunak dan keras pada rongga mulut. Jadi, penurunan aliran saliva akan mempersulit fungsi bicara dan penelanan, serta menaikkan jumlah karies gigi, dan meningkatkan kerentanan mukosa terhadap trauma mekanis dan infeksi mikrobial. Penurunan aliran saliva juga dapat disebabkan oleh pemakaian obat-obatan oleh pasien serta penyakit sistemik. Pengurangan aliran saliva akan mengganggu retensi gigi tiruan, karena mengurangi ikatan adhesi saliva diantara dasar gigi tiruan dan jaringan lunak sehingga mengakibatkan iritasi mukosa. 6,7

Berdasarkan teori-teori penuaan, terdapat berbagai macam hal yang dapat mempengaruhi penuaan sehingga dapat menyebabkan terjadinya penuaan dini.1,2 Penuaan dini dapat dilihat di hasil penelitian pada 2 sampel di kelompok umur 45 – 49 tahun yang menunjukkan indikator berat. Kedua-dua sampel tersebut telah kehilangan semua gigi dan menggunakan gigi tiruan penuh.

Hal ini dipengaruhi oleh kurangnya tingkat kesadaran tentang cara-cara penjagaan rongga mulut, asupan gizi yang tidak seimbang serta mengandung bahan-bahan kimia


(60)

yang membahayakan kesehatan dan polusi lingkungan yang berlaku pada zaman sekarang ini sehingga menyebabkan terjadinya penuaan dini. Selain itu, polusi dari asap rokok, asap dari kenderaan, pembakaran sampah secara berleluasa, bahan makanan yang dimasak dengan cara membakar dan lain-lain mempunyai radikal-radikal bebas yang sangat berbahaya bagi manusia. 1,2

Warna mukosa mulut dipengaruhi oleh ketebalan epitel yang menutupinya dan vaskularisasi pada lamina propria yang terletak dibawahnya. Warna gingiva yang normal adalah merah jambu, kelihatan lebih pucat karena merupakan tekstur mukosa yang berkeratinisasi. Warna pada mukosa dipengaruhi oleh vaskularisasi, ketebalan dan derajat keratinisasi epitel, dan keberadaan sel-sel yang mengandung pigmen. Warna gingival bervariasi antar individu, dan tampaknya berkolerasi dengan pigmentasi pada kulit. Artinya warna gingival lebih gelap pada individu yang warna kulitnya lebih gelap. Biasanya pigmen yang terlibat dalam memberi warna pada mukosa rongga mulut adalah melanin dan hemoglobin dalam darah. Melanin diproduksi oleh specialized pigments cells yang dikenal dengan melanocytes, yang terletak di lapisan sel basal epitel rongga mulut. 4,12

Vestibulum, pipi, dasar mulut dan bibir bagian dalam memiliki lapisan epitel yang tipis, dapat digerak-gerakkan dan berwarna merah tua. Oleh karena epitel yang tipislah menyebabkan kapiler-kapiler yang terdapat dibawahnya dapat terlihat sehingga warna mukosa bagian-bagian rongga mulut tersebut tampak berwarna merah tua. 4,12 Namun amat sukar untuk membedakan perubahan warna yang berlaku pada mukosa rongga mulut disebabkan tidak mempunyai patokan yang jelas mengenai tahap kepucatan yang


(61)

berlaku pada mukosa. Setiap orang pasti mempunyai pendapat yang berbeda mengenai perubahan warna yang berlaku.

Penurunan massa dari otot bibir yaitu m. Orbicularis oris berlaku pada manula dengan menggunakan analisa secara histomorphometric. Desai S dkk (cit. Al-Dress) menyatakan bahwa senyuman manula kelihatan lebih lebar secara transversal dan mengecil secara vertikal. Ini menunjukkan bahwa berlaku penurunan massa dari otot Orbicularis oris pada bibir sehingga kemampuan otot ketika manula senyum semakin berkurang.14

Perubahan warna pada mukosa tidak mempunyai patokan yang tegas tentang perubahan yang berlaku. Hasil observasi yang dilakukan tidak dianalisa lebih lanjut di dalam bagian hasil penelitian karena perubahan warna bersifat subjektif. Perubahan yang berlaku pada bibir serta warna mukosa rongga mulut dijadikan sebagai pelengkap dari penelitian yang dilakukan. Penelitian lanjut perlu dilakukan untuk meneliti perubahan yang berlaku, namun memerlukan alat serta teknik / metode yang khusus.

Menurut US Census, International Programs Center, fenomena berlainan pada abad 20 menunjukkan terjadi peningkatan jangka hidup manusia yaitu dari 47 tahun pada tahun 1900-an kepada kira-kira 73 tahun untuk lelaki dan 79 tahun untuk perempuan pada tahun 1999. Populasi manula pada tahun 1980-an mencapai 30 juta dan pada tahun 2000-an diproyeksikan mencapai sekitar 20% dari populasi keseluruhan. 1,5

Gambaran tersebut kurang lebih sama dengan kondisi yang dijumpai di Indonesia, di mana menurut Biro Pusat Statistik (1990) proyeksi jumlah manula di Indonesia sampai dengan tahun 2020 adalah seperti yang tertera pada Diagram 1.5


(62)

Diagram 1 : Proyeksi jumlah penduduk manula di Indonesia (dalam juta)5

Pengontrolan terhadap proses penuaan dengan adanya kemajuan dalam bidang pelayanan kesehatan dan gaya hidup yang sehat serta kesadaran tentang cara-cara menjaga kesehatan sangat berpengaruh dalam memperlambat proses penuaan.1

Namun begitu, tingkat kesadaran masyarakat umum tentang cara-cara penjagaan kesehatan serta pelayanan kesehatan di Indonesia masih belum mencapai tahap optimum karena dibatasi oleh dana, tenaga kesehatan, alat-alat kesehatan serta obat-obatan yang tidak mencukupi dan masih belum dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat di Indonesia.

Masyarakat di pedalaman khususnya masih belum dapat menikmati pelayanan kesehatan kedokteran gigi secara rutin disebabkan PUSKESMAS yang terbatas dan berada di lokasi yang jauh dari tempat tinggal mereka. Hal yang berbeda pada masyarakat di kota yang mendapatkan pelayanan kesehatan dan pendedahan tentang cara-cara penjagaan kesahatan serta asupan gizi yang sesuai.

Hasil penelitian ini menunjukkan secara umumnya terjadi penuaan dini pada sampel-sampel penelitian. Hal ini karena menurut WHO manusia berumur 60 tahun dan


(63)

ke atas adalah manula. Namun hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa perubahan-perubahan akibat proses penuaan yang jelas telah muncul pada sampel-sampel di kelompok umur 55 – 59 tahun.


(64)

BAB 7

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan

Hasil penelitian perubahan-perubahan yang berlaku pada mukosa rongga mulut akibat proses menua pada manula perempuan kelompok umur 45 – 69 tahun di Medan Denai dapat disimpulkan :

1. Perubahan yang jelas terjadi pada mukosa rongga mulut mulai terlihat pada kelompok umur 55 – 59 tahun.

2. Perbedaan pada mukosa rongga mulut yang signifikan (p< 0,005) diantara kelompok umur 45 – 49 tahun dengan kelompok umur 55 – 59 tahun, 60 – 64 tahun, dan kelompok umur 65 – 69 tahun.

7.2 Saran

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang kehadiran stippling pada gingvia cekat normal manusia karena stippling dapat digunakan sebagai patokan terhadap kesehatan periodontal.

2. Perlu dilakukan penelitian lanjut mengenai pembentukan jaringan flabby pada sampel yang tidak memakai gigi tiruan, gigi tiruan sebagian lepasan, serta gigi tiruan penuh.

3. Perlu dilakukan penelitian lanjut mengenai penuaan dini yang berlaku pada masyarakat umum di Medan dengan sampel yang lebih besar supaya boleh mendapatkan data yang lebih tepat mengenai penuaan dini yang berlaku di Medan.


(65)

DAFTAR PUSTAKA

1. Peters KE. Implications of the aging process : Opportunities for preventions. Illinois, Illinois Prevention Research Center, 2007 : 1-3.

2. Lata H., Alia LW. Ageing : Physiological spects. Dayanand, Department of Physiology, 2007 ; vol. 9 : no. 3.

3. Saidina HD. Periodonsium normal in : Periodonsia. Medan ; 2008 : 41 – 2.

4. Riesmadona. Perubahan mukosa mulut akibat proses menua. Skripsi. Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Sumatera Utara : Universitas Sumatera Utara, 2004 : 20 – 7.

5. Slamat T. Pasien prostodonssia lanjut usia : beberapa pertimbangan dalam perawatan in : Pidato pengukuhan jabatan guru besar tetap dalam Bidang Prostodonsia pada Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Sumatera Utara, 2005 : 2 – 8.

6. Damayanti L. Perawatan pasien lansia dengan flat ridge/flabby tissue. Makalah. Bandung, Universitas Padjajaran, 2009 : 1 – 4.

7. Damayanti L. Respon jaringan terhadap gigi tiruan lengkap pada pasien usia lanjut. Makalah. Bandung, Universitas Padjajaran, 2009 : 1 – 10.

8. Fusco D., Colloca G., Monaco MRL., Cesari M. Effects of antioxidant supplementation on the aging process. Department of Gerontology ; Catholic University of Sacred Heart, Rome. Department of Aging and Geriatric Research ; University of Florida, Gainsville. 2007 : 377 – 81.


(66)

9. Achmad TH. Biomolecular mechanism of antioxidant activity on aging process

in : Simposium on geriatric, ed. The new paradigm in the role and life care of active aging people, 2004 : 1 – 6.

10. Bernick S. Age changes in the blood supply to human teeth. Journal of dental research, 2001 ; 46 : 544 – 50.

11. Ertati. Proses menua pada jaringan lunak mulut. Skripsi. Fakultas Keodokteran Gigi, Universitas Sumatera Utara : Universitas Sumatera Utara, 2001 : 8 – 17. 12. Squier CA., Kremer MJ. Biology of oral mucosa and esophagus. Journal of the

national cancer institute monographs, 2001 : 7 – 12.

13. Sayuti H. Keluhan mulut kering ditinjau dari faktor penyebab, manifestasi dan penanggulangannya. Makalah. Fakultas kedokeran gigi, Universitas Sumatera Utara, 2002 : 4.

14. Al-Drees AM. Oral and perioral physiological changes with ageing. Department of physiology ; King Saud University, Riyadh. 2010 : 26 – 9.

15. Sunariani J., Yuliati, Aflah B. Perbedaan persepsi pengecap rasa asin antara usia subur dan usia lanjut. Airlangga. Universitas Airlanga. Majalah Ilmu Faal Indonesia, 2007 : 182 – 85.

16. Jontell M., Holmstrup P. Red and white lesions of the oral mucosa in : Greenberg MS., Glick M., Ship JA. eds. Burket’s Oral Medicine. Hamilton, Ontario : Petrice Custance, 2008 : 80 – 1.

17. Rahmawati M., Atmosukarto K. Mencegah penyakit degeneratif dengan makanan. Cermin Dunia Kedokteran, 2003 : 41 – 3.


(67)

18. Anonymous. Body mass index from Wikipedia, the free encyclopedia. 2011. <http://en.wikipedia.org/wiki/Body_mass_index> (16 April 2011)

19. Lisna U., Yendriwati, Rehulina G., Minasari N., Ameta P. Pengukuran volume dan viskositas saliva in : Buku penuntun praktikum biologi oral. Fakultas kedokteran gigi, Universitas Sumatera Utara, 2009 : 59.

20. Hla TT., Tut TU. Periodontal condition of elderly. Peiordontology division, department of dental health. Japan, 2002 : 55 – 56.

21. Phark J.H.,Finke C.H., Kleber B.M. Prevalence of gingival stippling in children. Department for operative and preventive dentistry, University of Berlin, Germany. 2003 : 3.


(68)

Lampiran 1 : KERANGKA TEORI

Proses menua pada rongga mulut

Teori-teori proses penuaan

Fisiologi proses penuaan secara umum

Perubahan klinis pada mukosa rongga mulut

Teori wear and tear Teori neuroendokrin Teori radikal bebas

Perubahan pada kulit Perubahan pada sistem muskulo-skeletal Perubahan pada pembuluh darah Perubahan pada sensori Perubahan pada organ dan fungsinya

Perubahan pada sistem imun

Jaringan flabby Kelembapan mukosa

Penurunan massa otot bibir Warna permukaan mukosa Tekstur permukaan mukosa

Faktor-faktor memperlambat /mempercepat proses penuaan

Radikal bebas

Antioksidan

Perubahan pada sistem kardiovaskular


(69)

Lampiran 2

LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (INFORM CONSENT)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini,

Nama :

Umur :

Kelamin : Lelaki / Perempuan

Setelah membaca dan mendapatkan penjelasan tentang penelitian ini,

Judul Penelitian : Analisa Perubahan-Perubahan yang Berlaku pada Mukosa Rongga Mulut Akibat Proses Menua

Nama Peneliti : Nazrul Amar Bin Husin

Institusi yang melakukan Penelitian : Fakultas Kedokteran Gigi USU

Dengan ini saya mengakui bahwa saya memahami sepenuhnya tentang penelitian ini, dan bersedia berpatisipasi (diperiksa rongga mulut) dalam penelitian ini secara sukarela, tanpa paksaan. Saya mengerti bahwa saya telah dijamin terhadap setiia kerugian yang timbul. Nama saya tidak akan diumumkan dan akan diperlakukan secara rahasia oleh peneliti.

Demikianlah surat pernyataan ini untuk dapat digunakan sepenuhnya.

Medan, ...2011

(...)


(70)

Lampiran 3 : Kuesioner 1

Pemeriksaan Umum

Nama : ………

Umur : ... Tahun

Jantina : Laki-laki / Perempuan Ras / Suku : ... Berat Badan : ... kg

Tinggi Badan : ... cm BMR : ... Nomor Telp : ...

Pasien seorang perokok? Ya Tidak

Pasien mengkonsumsi minuman beralkohol? Ya Tidak

Pasien seorang penyirih? Ya Tidak

Riwayat Medis

a. Sedang berada dalam terapi obat tertentu? Ya Tidak Jika Ya, sebutkan nama obat tersebut : ...


(71)

Riwayat Dental

a. Masih mempunyai gigi? Ya Tidak

Jika YA, gigi apa yang masih ada?

8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8

8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8 *dibulatkan

b. Memakai gigi tiruan? Ya Tidak

Jika Ya, jenis gigi tiruan? Jelaskan : ... c. Terjadi perdarahan pada gusi ketika menyikat gigi? Ya Tidak

d. Sulit menelan makanan? Ya Tidak


(72)

Lampiran 4 : Kuesioner 2

Pemeriksaan Klinis

1. Jaringan flabby Ada Tidak ada

2. Stippling pada mukosa Ada Tidak ada 3. Kelembapan mukosa (aliran saliva) < 60 detik > 60 detik 4. Perubahan – perubahan lain yang mendukung :

 Warna mukosa Merah Jambu Merah Pucat  Perubahan bentuk bibir :

i. Sudut bibir menurun Ada Tidak ada ii. Kerutan disekitar bibir Ada Tidak ada

Indikator :

1) Normal ( semua item normal) 2) Ringan ( 1 item tidak normal) 3) Berat ( 2 – 3 item tidak normal)


(73)

Lampiran 5

Hasil observasi kelompok A

Tabel 2 : hasil penelitian yang dilakukan terhadap kelompok umur 45 – 49 tahun.

SAMPEL PEMERIKSAAN KLINIS

JARINGAN FLABBY STIPPLING PADA GINGIVA KELEMBAPAN MUKOSA

1 / X X 2 / / X 3 / / X 4 X X X 5 / / / 6 / / / Hasil observasi kelompok B

Tabel 3 : hasil penelitian yang dilakukan terhadap kelompok umur 50 – 54 tahun

SAMPEL PEMERIKSAAN KLINIS

JARINGAN FLABBY STIPPLING PADA GINGIVA KELEMBAPAN MUKOSA

1 / / X 2 / X X 3 / X X 4 / / X 5 X / X 6 / / /

Hasil observasi kelompok C

Tabel 4 : hasil penelitian yang dilakukan terhadap kelompok umur 55 – 59 tahun.

SAMPEL PEMERIKSAAN KLINIS

JARINGAN FLABBY STIPPLING PADA GINGIVA KELEMBAPAN MUKOSA

1 / X X 2 / X X 3 / X X 4 X X X 5 X X X 6 X X /


(1)

Mann-Whitney Test

Ranks

6 3,50 21,00 6 9,50 57,00 12

Kelompok Umur 45-49 Tahun 60-64 Tahun Total Perubahan

Rongga Mucosa

N Mean Rank Sum of Ranks

Test Statisticsb

,000 21,000 -3,146 ,002 ,002a Mann-Whitney U

Wilcoxon W Z

Asymp. Sig. (2-tailed) Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)]

Perubahan Rongga Mucosa

Not corrected for ties. a.

Grouping Variable: Kelompok Umur b.

NPAR TESTS

/M-W= Mucosa BY Umur(1 5) /MISSING ANALYSIS.

NPar Tests

[DataSet1] C:\Program Files\SPSS\Nazrul.sav

Mann-Whitney Test

Ranks


(2)

Not corrected for ties. a.

Grouping Variable: Kelompok Umur b.

NPAR TESTS

/M-W= Mucosa BY Umur(2 3) /MISSING ANALYSIS.

NPar Tests

[DataSet1] C:\Program Files\SPSS\Nazrul.sav

Mann-Whitney Test

Ranks

6 4,50 27,00 6 8,50 51,00 12

Kelompok Umur 50-54 Tahun 55-59 Tahun Total Perubahan

Rongga Mucosa

N Mean Rank Sum of Ranks

Test Statisticsb

6,000 27,000 -2,298 ,022 ,065a Mann-Whitney U

Wilcoxon W Z

Asymp. Sig. (2-tailed) Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)]

Perubahan Rongga Mucosa

Not corrected for ties. a.

Grouping Variable: Kelompok Umur b.


(3)

Mann-Whitney Test

Ranks

6 4,50 27,00 6 8,50 51,00 12

Kelompok Umur 50-54 Tahun 60-64 Tahun Total Perubahan

Rongga Mucosa

N Mean Rank Sum of Ranks

Test Statisticsb

6,000 27,000 -2,298 ,022 ,065a Mann-Whitney U

Wilcoxon W Z

Asymp. Sig. (2-tailed) Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)]

Perubahan Rongga Mucosa

Not corrected for ties. a.

Grouping Variable: Kelompok Umur b.

NPAR TESTS

/M-W= Mucosa BY Umur(2 5) /MISSING ANALYSIS.

NPar Tests

[DataSet1] C:\Program Files\SPSS\Nazrul.sav

Mann-Whitney Test

Ranks


(4)

Not corrected for ties. a.

Grouping Variable: Kelompok Umur b.

NPAR TESTS

/M-W= Mucosa BY Umur(3 4) /MISSING ANALYSIS.

NPar Tests

[DataSet1] C:\Program Files\SPSS\Nazrul.sav

Mann-Whitney Test

Ranks

6 6,50 39,00 6 6,50 39,00 12

Kelompok Umur 55-59 Tahun 60-64 Tahun Total Perubahan

Rongga Mucosa

N Mean Rank Sum of Ranks

Test Statisticsb

18,000 39,000 ,000 1,000 1,000a Mann-Whitney U

Wilcoxon W Z

Asymp. Sig. (2-tailed) Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)]

Perubahan Rongga Mucosa

Not corrected for ties. a.

Grouping Variable: Kelompok Umur b.


(5)

Mann-Whitney Test

Ranks

6 6,50 39,00 6 6,50 39,00 12

Kelompok Umur 55-59 Tahun 65-69 Tahun Total Perubahan

Rongga Mucosa

N Mean Rank Sum of Ranks

Test Statisticsb

18,000 39,000 ,000 1,000 1,000a Mann-Whitney U

Wilcoxon W Z

Asymp. Sig. (2-tailed) Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)]

Perubahan Rongga Mucosa

Not corrected for ties. a.

Grouping Variable: Kelompok Umur b.

NPAR TESTS

/M-W= Mucosa BY Umur(4 5) /MISSING ANALYSIS.

NPar Tests

[DataSet1] C:\Program Files\SPSS\Nazrul.sav

Mann-Whitney Test

Ranks


(6)

Not corrected for ties. a.

Grouping Variable: Kelompok Umur b.