PENGARUH KEADILAN, DISKRIMINASI, TARIF PAJAK, KETEPATAN PENGALOKASIAN, TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERPAJAKAN TERHADAP TINDAKAN TAX EVASION

(1)

The Effect of Justice, Discrimination, Accuracy of Tax Allocation, Information And Technology of Taxation Against Tax Evasion

(Case Study of Tax Payers listed on KPP Pratama Purworejo)

SKRIPSI

Oleh

EKA NILAM ARMINA 20120420210

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016


(2)

PERNYATAAN

Dengan ini saya,

Nama : Eka Nilam Armina

Nomor Mahasiswa : 20120420210

Menyatakan bahwa skripsi ini dengan judu1: " PENGARUH KEADILAN, DISKRIMINASI, TARIF PAJAK, KETEPATAN PENGALOKASlAN, TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERPAJAKAN TERHADAP TINDAKAN TAX EVA::,10N (Studi Kasus pada Wajib Pajak yang Terdaftar di KPP Pratama Purworejo) " tidak terdapat karya yang pemah di ajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi. dau sepanjang pengetahuan saya j uga tidak terdapat karya adu pendapat yang pemah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Apabila dalam skripsi ini diketahui terdapat karya atau pendapat yang pemah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain maka saya bersedia karya ini dibatalkan.

Yogyakarta, (13 Desember 2016 Penulis,

Eka Nilam Armina


(3)

v

If There is A Will, There is A Way.

There is nothing impossible in this world, the word itself says I’M

POSSIBLE.

You’ll never be brave if you don’t get hurt.You’ll never learn if you don’t

make mistakes and you will never be success if you don’t encounter failure.

Love yourself more than anything.

One truly friend is a gift rather than many of them and just being fake friend.

We Can be Born Anywhere, But The Place to Dream is The Sky.

Sejauh kaki melangkah, tetap engkaulah tempat terbaik untuk kembali


(4)

vi

HALAMAN PERSEMBAHAN

Terima kasih kepada,

 For my parents, My mom and dad (Misnan and Wahyuni) who always supported me from any conditions, I am proud to be your daughter thank you so much and I love you both. I hope that you always happy and healthy.

 For Muhammad Nur Hidayat who always here with me and supported me, thank you dear. Hope you’ll success and happy.

 For my one and only super cute little brother Prima Bangun Pramudia, thank you for always make me laugh whenever I am home.

 For my best friend Deandra Fariska, thank you so much for helping me finish all of this stuff. I love yu beb, I hope for your success too.

 For my highschool friends Niken and Dina, both of you are the best travelling partner.

 For my friends Fitri, Veby, Tami, Kiki, Zahra, Lolita, thank you for make my college life become happy and full of memories. I love you guys, you always be my other family.

 For my friends from Student English Activity and Liaison Officer thank you so much for giving alot of experiences that really usefull for my future.

 For my Inbound Program USIM’s friend Hadian and other juniors, thank you so much for the amazing journey and experiences.

 For my Malaysian friends kak Madi, Fauzan, Izzad thank you for the supported. I’ll wait you here next holiday.

 For Fitria Khoirunnisa thank you so much for the support and thank you for always take care of me whenever I go to Semarang.


(5)

vii Assalamu’alaikum Wr. Wb

Segala puji syukur bagi Allah SWT yang telah memberikan kekuatan, karunia dan rahmat dalam penulisan dengan judul “Pengaruh Keadilan, Diskriminasi, Tarif Pajak, Ketepatan Pengalokasian, Teknologi dan Informasi Perpajakan terhadap Tindakan Tax Evasion” (Studi Kasus pada Wajib Pajak yang Terdaftar di KPP Pratama Purworejo)

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Penulis mengambil judul ini dengan harapan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi kantor pelayanan pajak agar dapat meningkatkan kualitas pelayanan terhadap Wajib Pajak agar dapat meminimalisasi terjadinya tax evasion.

Penyelesaian skripsi ini tidak lepas dari bimbigan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis ingin menguapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Bambang Cipto, MA, selaku rektor Universitas Muhammadiyah Yogyakarta 2. Dr. Nano Prawoto, S.E.,M.Si. selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Muhammadiyah Yogyakarta.

3. Dr. Ietje Nazaruddin, M.Si.,Ak., CA. selaku kepala Program Studi Akuntansi dan Dr. Evi Rahmawati selaku sekretaris Program Studi Akuntansi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

4. Bapak Afrizal Tahar, S.H., S.E M.Acc, Ak.,CA. yang dengan penuh kesabaran telah memberikan masukan dan bimbingan selama penyelesaian tugas akhir ini.


(6)

viii

5. Terimakasih kepada kedua orang tua penulis (Ayah Misnan dan ibu Wahyuni) serta keluarga besar penulis yang senantiasa memberikan doa serta semangat tentang pentingnya menimba ilmu sehingga penulis dapat menyelesaikan studi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

6. Bapak dan ibu dosen serta asisten Program Studi Akuntansi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

7. Sahabat, teman, saudara dan rekan yang membersamai penulis selama menimba ilmu di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

8. Almamaterku.

9. Semua pihak yang telah memberikan dukungan, bantuan, kemudahan dan semangat dalam proses penyelesaian tugas akhir ini.

Sebagai akhir kata, tiada gading yang tak retak, penulis menyadari bahwa karya tulis ini masih jauh dari sempurna. Kritik dan saran yang dapat menyempurnakan karya tulis ini sangatlah diharapkan oleh penulis. Semoga karya tulis ini bermanfaat kedepannya bagi perkembangan ilmu khususnya yang terkait pada topik ini.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Yogyakarta, Desember 2016 Penulis,


(7)

ix

HALAMAN PENGESAHAN………..….iii

HALAMAN PERNYATAAN………...iv

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN………....v

INTISARI……….…vii

ABSTRACT………..viii

KATA PENGANTAR………..ix DAFTAR ISI……….xi

DAFTAR TABEL……….………..xiii

BAB I PENDAHULUAN...1

A. Latar Belakang Penelitian... ...1

B. Batasan Masalah...2

C. Rumusan Masalah Penelitian ...12

D. Tujuan Penelitian...13

E. Manfaat Penelitian...14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA………...……...16

A. Landasan Teori...16

1. Teori Atribusi ...17

2. Teori Motivasi ...18

3. Teori Keadilan ...20

4. Definisi Pajak ...22

5. Wajib Pajak ...24

6. Jenis Pajak ...26

7. Fungsi Pajak ...28

8. Perencanaan Pajak ...29

9. Keadilan Pajak ...41

10. Tarif Pajak ...44

11. Diskriminasi ...45


(8)

x

13. Teknologi dan Informasi Perpajakan...47

B. Penelitian Terdahulu dan Penurunan Hipotesis ...50

1. Pengaruh Keadilan Terhadap Tindakan Tax Evasion ...50

2. Pengaruh Diskriminasi Terhadap Tindakan Tax Evasion ...52

3. Pengaruh Tarif Pajak Terhadap Tindakan Tax Evasion ...54

4. Pengaruh Ketepatan Pengalokasian Terhadap Tindakan Tax Evasion...56

5. Pengaruh Teknologi dan Informasi Perpajakan Terhadap Tindakan Tax Evasion...57

C. Model Penelitian ...59

BAB III METODE PENELITIAN ...60

A. Objek dan Subyek Penelitian ...60

B. Jenis Data ...60

C. Teknik Pengambilan Sampel ...61

D. Teknik Pengumpulan Data ...61

E. Definisi OPERASIONAL Variabel dan Pengukuran Variabel ...63

F. Alat UKUR variabel penelitian dan teknik pengukuran skala ...63

G. Uji Kualitas Instrumen ...70

1. Uji Statistik Deskriptif ...71

2. Uji Kualitas Data ...72

3. Uji Asumsi Klasik ...73

4. Uji Hipotesis Penelitian ...75

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...78

A. Gambaran Umum Objek/Subyek Penelititan ...78

1. Demografi Kuesioner Penelitian ...78

2. Demografi Responden ...79

B. Uji Kualitas dan Instrumen Data ...84

1. Uji Statistik Deskriptif ...84

2. Uji Kualitas Data ...85

3. Uji Asumsi Klasik ...89

4. Uji Hipotesis ...91

C. Pembahasan ...94

1. Pengaruh Keadilan Terhadap Tindakan Tax Evasion ...94

2. Pengaruh Diskriminasi Terhadap Tindakan Tax Evasion ...96

3. Pengaruh Tarif Pajak Terhadap Tindakan Tax Evasion ...98

4. Pengaruh Ketepatan Pengalokasian Terhadap Tindakan Tax Evasion...100


(9)

xi

B. Saran ...104 C. Keterbatasan Penelitian ...105 DAFTAR PUSTAKA


(10)

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Realisasi Penerimaan Pajak ... ..4

Tabel 4.1 Sampel dan Tingkat Pengembalian... 78

Tabel 4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 79

Tabel 4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 80

Tabel 4.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan ... 81

Tabel 4.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir ... 82

Tabel 4.6 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendapatan/tahun ... 83

Tabel 4.7 Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Kepemilikan NPWP ... 84

Tabel 4.8 Hasil Uji Statistik Deskriptif... 85

Tabel 4.9 Hasil Uji Validitas ... 86

Tabel 4.10 Hasil Uji Reliabilitas ... 88

Tabel 4.11 Hasil Uji Normalitas ... 99


(11)

xiii


(12)

Ketua Tim Penguji SKRIPSI

PENGARUH KEADI L AN, DISKRIMINASI, T ARIF PAJAK, KETEPA T AN PENGALOKASIAN, TE KNOLOGI DAN INFORMASI PERPAJAKAN TERHADAP

TINDAKAN TAX EVASION

(Studi Kasus pada Wajib Pajak yang Terdaftar Di KPP Pratama Purworejo)

Ih e Eil el of Justice, Discrimination, Accuracy of Tax Allocation, Information And Technology o.fTaxation Against Tax Evasion

(Case Stu dy a/Tax Payers listed on KPP Pratama Purworejo) Diajukan oleh

EKA NILAM ARMINA

201204202 LO

Skripsi ini telab D ipertahankan dan Disahkan di depan

Dewan Penguji Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadj yah Yogyakarta

Tanggal 19 Desember 2016 Yaug terdiri dari

セ@

Dr. Ietie Nazaruddin, S.E. , M.Si., Ak ., CA /

ャャゥ。 セセ

ウセ

t BUSS,

Ak, CA

Anggota Tim Penguji Anggota Tim Penguji

Mengetahui

Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis

S.E. M .Si


(13)

informasi perpajakan terhadap tindakan tax evasion. Masalah mengenai tindakan tax evasion menjadi tantangan yang memiliki solusi yang cukup sulit untuk dipecahkan. Penelitian ini mencoba untuk menjelaskan mengenai penyebab dan efek yang ditimbulkan dari tindakan tax evasion serta dampak yang ditimbulkan pada bidang ekonomi dan sosial. Informasi ini dikumpulkan untuk menjelaskan mengenai pengaruh dari variabel independen terhadap tindakan tax evasion. Peneliti juga menyediakan informasi untuk penelitian di masa depan yang mungkin dapat berkontribusi untuk membangun mekanisme yang paling memadai untuk penelitian ini. Penelitian ini menguji sampel dari wajib pajak yang terdaftar di KPP Pratama Purworejo.

Kata kunci : tax evasion, keadilan, diskriminasi, tarif pajak, ketepatan pengalokasian, teknologi dan informasi perpajakan


(14)

ABSTRACT

This study examines all of the aspect of the variable which is justice, discrimination, tax rates, accuracy of tax allocation, information and technology of taxation against tax evasion. Tax evasion problems which seems to have defied solution. The study tries to come up with the causes, effects and the impact from tax evasion in the field of economic and social. This information was collected in order to explain the determinants of tax evasion. The study also provides information for future research that might contribute to establish the most adequate mechanism for this research. This study examines sample from tax payers listed in KPP Pratama Purworejo.

Keywords : tax evasion, justice, discrimination, tax rates, accuracy of tax allocation, information and technology of taxation


(15)

1

A. LATAR BELAKANG

Indonesia sebagai salah satu negara yang dikategorikan berkembang masih memerlukan pembangunan pada berbagai aspek. Sumber pendanaan aktivitas pembangunan negara diperoleh melalui berbagai macam sumber pendapatan, namun sebagian besar melalui pembiayaan yang dihasilkan dari pajak. Pemerintah Indonesia membutuhkan biaya yang sangat banyak dalam melaksanakan pembangunan nasional di berbagai bidang. Pajak merupakan salah satu sumber dana tertinggi penyumbang dana APBN dan merupakan sumber dana utama yang memiliki kontribusi terbesar. Pajak yang merupakan sumber pendapatan negara digunakan untuk membiayai keseluruhan pengeluaran umum yang bertujuan untuk kesejahteraan masyarakat.

Pemerintah sangat menyadari akan pentingnya pajak bagi pendapatan negara, sehingga pemerintah melakukan banyak upaya untuk meningkatkan penerimaan pendapatan dari dana pajak setiap tahunnya. Sebagai upaya untuk menjalankan pembangunan nasional fungsi pajak sangatlah penting, sehingga pemerintah menjalankan peran penting dalam usaha untuk menaikkan penerimaan negara dari sektor pajak. Pajak merupakan iuran wajib bagi masyarakat Indonesia yang telah memenuhi syarat dan


(16)

2

dibayarkan kepada pemerintah dalam kas negara dan bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan kehidupan masyarakat, ketentuannya sudah diatur dalam Undang-Undang, Soemitro (2011). Pajak memiliki hubungan searah dimana masyarakat selaku Wajib Pajak diharuskan memenuhi kewajiban perpajakannya namun pemerintah tidak memiliki kewajiban untuk memberikan jasa timbal balik secara individu terhadap Wajib Pajak yang telah memenuhi kewajiban perpajakannya. Wajib Pajak dalam melakukan pembayaran pajak harus disesuaikan dengan ketentuan yang berlaku, misalnya jumlah tarif pajak yang harus dibayarkan sudah ditentukan oleh pemerintah.

Pajak merupakan penerimaan pendapatan terbesar dari kas negara, namun pada kenyataannya penerimaan pajak sering tidak mencapai target yang ditetapkan oleh pemerintah. Dalam hal ini pemerintah yaitu Direktorat Jenderal Pajak berusaha untuk melakukan upaya agar penerimaan dari sektor pajak mengalami peningkatan setiap tahunnya dan mencapai target yang telah ditetapkan. Upaya yang ditempuh salah satunya dengan memperbarui layanan perpajakan mejadi lebih modern sehingga mempermudah pelayanan bagi Wajib Pajak, hal ini bertujuan untuk meningatkan kualitas pelayanan bagi Wajib Pajak dalam hal memenuhi kewajiban perpajakannya sehingga muncul kesadaran dalam diri Wajib Pajak bahwa dana pajak memiliki peran yang sangat penting bagi pembangunan nasional. Penelitian Tahar dan Sandy (2011) menyatakan bahwa Pemerintah melakukan perubahan besar-besaran dalam hal sistem


(17)

perpajakan dengan menerapkan self assessment system yang merupakan sistem pemungutan pajak yang memberikan wewenang kepada Wajib Pajak secara pribadi untuk melakukan penghitungan jumlah pajak terutang. Sistem pemungutan pajak yang diterapkan oleh pemerintah memiliki sifat edukatif dan menuntut Wajib Pajak untuk memperluas pengetahuan perpajakannya terutama dalam hal pelaporan, perhitungan, dan penyetoran pajak terutang.

Penelitian yang dilakukan oleh Nugroho (2012) menyatakan bahwa jumlah Wajib Pajak potensial mengalami kenaikan setiap tahunnya sehingga target penerimaan pajak yang ditetapkan oleh pemerintah seharusnya juga mengalami kenaikan serta jumlah penerimaan pajak yang ada di kas negara juga mengalami kenaikan. Melalui pemberlakuan UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah serta UU No 33 tahun 2004 mengenai Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah daerah, Pemerintah Daerah dapat meningkatkan potensi lokal yang dimiliki serta meningkatkan kinerja keuangan sehingga dapat meningkatkan penerimaan kas bagi daerah. Melalui hal ini Pemerintah Daerah dapat memungut dan mengalokasikan dana yang diperoleh dari pajak secara mandiri. Tahar dan Zakhiya (2016).

Melalui penjelasan mengenai definisi pajak dapat ditarik kesimpulan bahwa pajak memiliki karakteristik hubungan searah. Wajib Pajak memiliki kewajiban untuk melaksanakan kewajiban perpajakannya namun tidak secara langsung memperoleh jasa timbal balik secara individu dari pemerintah. Manfaat yang diperoleh Wajib Pajak yang tidak meratanya


(18)

4

pembangunan serta pengadaan fasilitas umum yang ada di Negara kita mengakibatkan ketidak percayaan Wajib Pajak akan kinerja pemerintah. Hal ini menimbulkan kecenderungan Wajib Pajak akan melakukan hal apapun untuk mengurangi jumlah pajak yang harus dibayarkan (beban pajak terutang) yang wajib dibayarkan kepada Negara. Wajib Pajak di Indonesia belum sepenuhnya sadar dan memenuhi kewajibannya untuk membayar pajak. Dilihat dalam lima tahun terakhir realisasi penerimaan pajak tidak sesuai dengan target, berikut peneliti tampilkan target dan realisasi penerimaan pajak pada tahun 2011-2015.

Tabel 1.1

Target dan Realisasi Penerimaan Pajak

Tahun

Target Penerimaan Pajak

Realisasi Penerimaan

Pajak

Presentase Penerimaan

Pajak (%)

2011 878,65 triliun 873,82 triliun 99,45% 2012 1.011,70 triliun 980,17 triliun 96,88% 2013 1.139,32 triliun 1.040,32 triliun 91,31% 2014 1.246,00 triliun 1.143,00 triliun 91,70% 2015 1.294,25 triliun 1.055,00 triliun 81,51% Sumber : Kementrian Keuangan, Republik Indonesia (diolah 2016)

Berdasarkan Tabel 1.1 diketahui bahwa jumlah penerimaan kas negara melalui sektor pajak selalu mengalami kenaikan, namun dari jumlah


(19)

penerimaan tersebut tidak pernah mencapai target maupun melampaui target yang sudah ditetapkan oleh pemerintah, dalam hal ini Direktorat Jenderal Pajak. Masih rendahnya kesadaran serta kepatuhan Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya dapat terlihat dari realisasi penerimaan pajak. Lima tahun terakhir realisasi penerimaan pajak belum mencapai target yang ditentukan, hal ini dapat terjadi karena ada Wajib Pajak yang tidak memenuhi kewajiban pembayaran pajak sesuai dengan jumlah pajak terutang yang telah dibebankan sesuai Undang-Undang Perpajakan, bisa dikatakan bahwa Wajib Pajak tidak membayar beban pajak terutang 100%.

Tidak tercapainya target penerimaan dana pajak oleh pemerintah merupakan salah satu indikasi adanya tindakan penggelapan pajak (tax evasion). Tindakan tax evasion merupakan upaya untuk mengurangi jumlah beban pajak terutang melalui cara yang melanggar Undang Undang Perpajakan, salah satu contoh tax evasion yaitu mengurangi jumlah pendapatan yang tertera pada Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT) menjadi lebih rendah daripada yang sebenarnya. Tindakan tax evasion terdiri dari beberapa kriteria salah satunya Wajib Pajak tidak melakukan pelaporan harta yang sesungguhnya, Wajib Pajak melakukan pembayaran beban pajak terutang tidak sesuai dengan jumlah beban pajak yang terutang, dan yang paling melanggar yaitu tidak melaporkan Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT).

Tindakan tax evasion terjadi karena anggapan Wajib Pajak bahwa pajak merupakan beban yang dapat mengurangi kemampuan ekonomis


(20)

6

Wajib Pajak. Wajib Pajak merasa keberatan untuk memenuhi kewajiban peroajakannya apabila tarif pajak yang ditetapkan oleh pemerintah dirasa cukup tinggi ditambah dengan alokasi dana pajak oleh pemerintah yang tidak merata semakin memicu Wajib Pajak untuk melakukan tindakan tax evasion. Apabila tidak ada kewajiban untuk membayar pajak, maka penghasilan yang didapatkan oleh seorang Wajib Pajak dapat digunakan untuk memenuhi keperluan hidup yang lain.

Saat ini banyak kasus penggelapan pajak dilakukan oleh Wajib Pajak perorangan, bukan hanya Wajib Pajak Badan saja yang melakukan pelanggaran tax evasion. Fakta yang terjadi saat ini rata-rata tingkat terjadinya tax evasion pada Wajib Pajak individu lebih tinggi jika dibandingkan dengan Wajib Pajak Badan berdasarkan penelitian Ika (2012). Berbagai kasus penggelapan pajak muncul dan terjadi di Indonesia, baik yang dilakukan oleh Wajib Pajak maupun Petugas Pajak. Contoh tindakan tax evasion yang dilakukan oleh aparat pajak adalah kasus petugas pajak, Gayus Tambunan yang melakukan kerjasama dengan Wajib Pajak untuk melakukan pelanggaran hukum berupa penggelapan pajak (tax evasion). Contoh kasus penggelapan pajak (tax evasion) yang dilakukan oleh Wajib Pajak yaitu kasus PT Asian Agri, mereka tidak memenuhi kewajibannya sebagai Wajib Pajak melainkan melakukan pelanggaran dengan melakukan tax evasion. Tidak tercapainya target penerimaan pajak yang ditetapkan oleh pemerintah merupakan suatu indikasi adanya tax evasion. Hal ini yang


(21)

kemudian menjadi dasar yang menarik untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya penggelapan pajak.

Terkait dengan maraknya tindakan tax evasion yang dilakukan oleh Wajib Pajak maupun Aparat Pajak baik dengan skala besar maupun kecil ,pemerintah menerapkan beberapa kebijakan agar penerimaan pajak tetap mencapai target. Contoh kebijakan pemerintah untuk meningkatkan penerimaan pajak yaitu Sunset Policy dan Tax Amnesty. Sunset Policy merupakan penghapusan sanksi administrasi berupa bunga keterlambatan pembayaran bagi Wajib Pajak Orang Pribadi (WPOP) dengan kriteria tertentu dan bertujuan untuk mendorong WP agar lebih jujur, konsisten, dan sukarela melaksanakan kewajiban pajaknya, Murtin dan Amaliyah (2010). Tax Amesty merupakan pengampunan pajak yaitu pengurangan tarif atas pajak yang belum dibayar maupun pajak kurang bayar. Tax Amesty merupakan program terbaru oleh pemerintah dalam upaya meningkatkan penerimaan kas negara melalui pajak.

Kabupaten Purworejo sebagai salah satu Kabupaten yang terus berkembang dari segi pertanian, perkebunan, perdagangan maupun pariwisata di Provinsi Jawa Tengah. namun target penerimaan pajak yang ditentukan oleh pemerintah daerah Kabupaten Purworejo belum tercapai. Dari fakta yang diperoleh tersebut mengindikasikan bahwa kesadaran dan kepatuhan Wajib Pajak dalam memenuhi kewajibannya untuk membayar pajak masih rendah. Perilaku ketidakpatuhan Wajib Pajak memberikan gambaran fenomena tindakan tax evasion di Kabupaten Purworejo


(22)

8

tergolong tinggi dalam lima tahun terakhir. KPP Pratama Kabupaten Puworejo pernah terpilih menjadi Kantor Pelayanan Pajak terbaik di wilayah kanwil Jawa Tengah pada tahun 2012. Jumlah keseluruhan Wajib Pajak pada saat itu sekitar 56.000 orang, namun KPP Pratama purworejo dapat melampaui realisasi nasional yang ditetapkan sebesar 70% menjadi 79%. Fenomena ini yang membuat penulis tertarik untuk meneliti praktik tindakan tax evasion yang terjadi di Kabupaten Purworejo.

Faktor yang mempengaruhi tindakan tax evasion salah satunya adalah keadilan, hal ini dapat dilihat melalui penelitian yang dilakukan oleh Rahman (2013) yang menunjukkan bahwa semakin adil suatu sistem perpajakan yang berlaku maka potensi terjadinya tindakan tax evasion menjadi lebih rendah karena Wajib Pajak merasa telah diperlakukan secara adil sehingga Wajib Tersebut akan teteap melaksanakan kewajiban perpajakannya. Hasil penelitian tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Handayani (2014) yang memperoleh hasil bahwa keadilan berpengaruh positif dan signifikan terhadap tindakan tax evasion. Namun hasil dari kedua penelitian tersebut tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ardyaksa (2014) dan Friskianti (2014) yang menyatakan bahwa keadilan tidak berpengaruh terhadap tindakan tax evasion, tigkat kepatuhan dan kesadaran Wajib Pajak tidak dipengaruhi oleh adil atau tidaknya perilaku yang diterima oleh Wajib Pajak. Wajib Pajak menganggap bahwa membayar pajak adalah suatu kewajiban, jadi harus tetap dilaksanakan dalam kondisi apapun. Dari beberapa penelitian yang telah


(23)

dilakukan terjadi research gap untuk variabel keadilan sehingga perlu untuk dilakukan penelitian kembali.

Faktor lain yang mempengaruhi tindakan penggelapan pajak (tax evasion) adalah diskriminasi. Diskriminasi adalah perbedaan perlakuan antar sesama umat manusia berdasarkan dari segi ras, agama, sosial, warna kulit dll. Penelitian yang dilakukan oleh Suminarsasi dan Supriyadi (2011) menyatakan bahwa diskriminasi memiliki pengaruh positif terhadap tindakan tax evasion, yang berarti apabila Wajib Pajak menerima perilaku yang dianggap adalah diskriminasi baik dilakukan oleh aparat pajak maupun Wajib Pajak lain akan meningkatkan potensi terjadinya tindakan tax evasion, penelitian tersebut memiliki hasil yang sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Rahman (2013) yang menyatakan diskriminasi berpengaruh positif signifikan terhadap tindakan tax evasion. Penelitian yang dilakukan oleh Handayani (2014) memiliki hasil yang tidak sejalan dan menunjukkan bahwa diskriminasi tidak berpengaruh terhadap tindakan tax evasion. Hasil dari penelitian tersebut memiliki perbedaan sehingga perlu dilakukan penelitian ulang mengenai variabel diskriminasi.

Tarif pajak merupakan faktor lain penyebab terjadinya tindakan tax evasion, tarif pajak merupakan presentase untuk penghitungan jumlah pajak yang harus dibayarkan kepada kas negara. Penetapan tarif pajak kepada Wajib Pajak harus disesuaikan dengan keadaan Wajib Pajak itu sendiri. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Permatasari (2013) memperoleh hasil yang menyatakan apabila tarif pajak yang ditetapkan oleh pemerintah


(24)

10

tinggi maka tindakan tax evasion juga akan cenderung mengalami kenaikan karena Wajib Pajak menganggap pajak adalah beban sementara mereka masih harus memenuhi kebutuhan hidup yang lainnya. Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ardyaksa (2014) yang menyatakan bahwa tarif pajak tidak berpengaruh terhadap tindakan tax evasion. Dia menyatakan bahwa tinggi rendahnya tarif pajak yang ditetapkan oleh pemerintah tidak akan mempengaruhi Wajib Pajak dalam hal tindakan tax evasion. Hasil dari penelitian tersebut memiliki perbedaan sehingga perlu dilakukan penelitian ulang mengenai variabel diskriminasi.

Faktor lain yang mempengaruhi tindakan tax evasion adalah ketepatan pengalokasian. Ketepatan pengalokasian mengukur tingkat kesuksesan pembangunan dalam segala bidang yang dilakukan oleh pemerintah, karena apabila keseluruhan anggaran dialokasikan secara tepat maka pembangunan nasional akan lebih terstruktur dan berkembang lebih cepat. Penelitian yang dilakukan Ardyaksa (2014) menyatakan bahwa ketepatan pengalokasian berpengaruh negatif terhadap tindakan tax evasion, artinya semakin tidak tepat alokasi dana pemerintah terhadap dana pajak yang digunakan, maka kecenderungan Wajib Pajak dalam melakukan tindakan tax evasion akan semakin tinggi. Pemerintah memiliki kewajiban dalam mengatur dan mengelola pengeluaran pajak serta berhak melakukan pemungutan pajak berdasarkan Undang-undang yang berlaku. Rakyat memiliki kewajiban utuk memenuhi kewajiban perpajakan dengan melakukan pelaporan dan


(25)

pembayaran serta berhak untuk mengawasi kinerja pemerintah dalam mengalokasikan dana pajak, Tahar dan Rachman (2014).

Teknologi dan Informasi Perpajakan adalah salah satu faktor penting yang mempengaruhi tindakan tax evasion. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Permatasari (2013) yang menyatakan bahwa semain tinggi teknologi dan informasi perpajakan yang diterapkan oleh pemerintah makan kecenderungan tindakan tax evasion akan semakin rendah, karena Wajib Pajak akan lebih mudah dalam memenuhi kewajibannya. Reformasi pelayanan perpajakan yang diterapkan di Indonesia adalah on line payment, e-SPT, e-filling, e-registration, e-billing. Modernisasi dalam pelayanan perpajakan diharapkan dapat mempermudah Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya, sehingga dapat meminimalisasi tindakan tax evasion.

Perbedaan dengan penelitian penelitian sebelumnya adalah sampel yang digunakan dan periode waktu penelitian. Sampel yang akan di gunakan adalah Wajib Pajak Orang Pribadi dengan kriteria tertentu yang terdaftar di KPP Pratama Kabupaten Purworejo. Selain itu variabel yang digunakan berbeda dari penelitian-penelitian terdahulu yaitu keadilan, sistem perpajakan, diskriminasi, ketepatan pengalokasian, serta teknologi dan informasi perpajakan. Penilitian-penelitian sebelumnya belum ada yang menggunakan lima variabel independen tersebut dalm sebuah penelitian, sedangkan penulis menyajikan lima varibel independen. Berdasarkan latar belakang tersebut beserta hasil dari beberapa penelitian-penelitian terdahulu,


(26)

12

maka peneliti akan melakukan penelitian berdasarkan latar belakang diatas dengan judul “PENGARUH KEADILAN, DISKRIMINASI, TARIF PAJAK, KETEPATAN PENGALOKASIAN, TEKNOLOGI DAN INFORMASI, TERHADAP TINDAKAN TAX EVASION ”. Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian sebelumnya namun dikembangkan dengan data terbaru. Terdapat dua variabel yang masih jarang digunakan yaitu ketepatan pengalokasian dan teknologi informasi perpajakan. Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan, peneliti memiliki motivasi untuk melakukan penelitian ini dikarenakan semakin maraknya tindakan tax evasion yang terjadi di Indonesia dan adanya research gap dari peneliti satu dengan yang lainnya.

Penelitian ini diharapkan dapat mengukur sejauh mana keberhasilan suatu negara dalam mengoptimalkan penggunaan dana yang diperoleh melalui pajak secara adil dan merata serta untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel-variabel terkait tindakan tax evasion. Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian Ardyaksa (2014) yang berjudul “Pengaruh Keadilan, Tarif Pajak, Ketepatan Pengalokasian, Kecurangan, Teknologi dan Informasi Perpajakan Terhadap Tax evasion”. Perbedaannya terletak dari penambahan satu variable independen yaitu diskriminasi. B. Batasan Masalah


(27)

1. Penelitian ini meneliti variabel independen yaitu keadilan, diskriminasi, tarif pajak, ketepatan pengalokasian, serta teknologi dan informasi perpajakan.

2. Sampel penelitian yang digunakan adalah Wajib Pajak orang pribadi yang terdaftar di KPP Pratama Purworejo.

3. Penelitian ini menggunakan objek penelitian Wajib Pajak orang pribadi hanya pada satu KPP, sehingga hasil penelitian tidak dapat digeneralisasi. C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, penulis dapat mengambil rumusan masalah sebagai berikut

1. Apakah keadilan berpengaruh negatif terhadap tindakan tax evasion? 2. Apakah diskriminasi berpengaruh positif terhadap tindakan tax evasion? 3. Apakah tarif pajak berpengaruh positif terhadap tindakan tax evasion? 4. Apakah ketepatan pengalokasian berpengaruh negatif terhadap tindakan

tax evasion?

5. Apakah teknologi dan informasi perpajakan berpengaruh negatif terhadap tindakan tax evasion?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk menguji dan mencari bukti empiris apakah keadilan berpengaruh negatif terhadap tindakan tax evasion.


(28)

14

2. Untuk menguji dan mencari bukti empiris apakah diskriminasi berpengaruh positif terhadap tindakan tax evasion.

3. Untuk menguji dan mencari bukti empiris apakah tarif pajak berpengaruh positif terhadap tindakan tax evasion.

4. Untuk menguji dan mencari bukti empiris apakah ketepatan pengalokasian berpengaruh negatif terhadap tindakan tax evasion.

5. Untuk menguji dan mencari bukti empiris apakah teknologi dan informasi perpajakan berpengaruh negatif terhadap tindakan tax evasion. E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini digunakan untuk menjadi bahan pengembangan ilmu pengetahuan yang terkait dengan Perpajakan.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Wajib Pajak

Penelitian ini diharapkan memberikan kesadaran masyarakat khususnya Wajib Pajak dalam membayar pajak semakin meningkat. Digunakan dalam memberikan pedoman akan pentingnya kesadaran pemenuhan kewajiban membayar pajak untuk mengurangi presentasi penggelapan pajak dan membantu pemerintah dalam pendanaan pembangunan. Menjadi tambahan wawasan bagi masyarakat khususnya Wajib Pajak jika perbuatan penggelapan pajak (tax evasion) merupakan tindakan yang melanggar hukum.


(29)

b. Bagi pendidikan

Digunakan untuk memberikan tambahan pengetahuan terkait lingkup perpajakan serta dapat digunakan sebagai referensi dan pembanding penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti baru. Dapat menambah kajian ilmu akuntansi dalam bidang perpajakan yang berkaitan dengan tindakan tindakan pajak (tax evasion). c. Bagi KPP Pratama Kabupaten Purworejo.

Diharapkan melalui penelitian ini dapat membantu KPP Pratama Kabupaten Purworejo dalam hal penyusunan kebijakan yang tepat serta meningkatkan pelayanan agar meminimalisir terjadinya tindakan tax evasion terutama dalam hal keadilan, diskriminasi, tarif pajak, ketepatan pengalokasian, serta teknologi dan informasi perpajakan.


(30)

16

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. LANDASAN TEORI

1. Teori Atribusi

Teori Atribusi mendeskripsikan mengenai komunikasi oleh sesorang yang berusaha menelaah, menilai, dan menyimpulkan suatu peristiwa berdasarkan suatu persepsi individu. Robin (1996) menjelaskan bahwa teori atribusi merupakan uraian dari suatu sebab dan akibat dari sikap suatu individu, pertama-tama individu tersebut mengamati sikap atau perilaku seseorang setelah itu individu tersebut akan mencoba menilai dan menentukan perilaku tersebut muncul dan disebabkan secara internal atau eksternal. Perilaku yang disebabkan secara internal merupakan perilaku yang dipengaruhi dari dalam diri individu itu sendiri, sedangkan perilaku yang disebabkan secara eksternal merupakan perilaku yang dipengaruhi dari luar diri individu itu sendiri dengan kata lain seseorang dapat berperilaku bukan berdasarkan keinginan dari diri sendiri melainkan karena keadaan yang tidak dapat dikontrol oleh diri indivdu maupun karena adanya suatu desakan yang diterima indovidu tersebut.

Faktor yang menjadi penentu internal atau eksternal terdiri dari 3 hal yaitu :


(31)

a. Kekhususan (kesendirian atau distinctiveness) artinya suatu individu akan mengartikan perilaku orang yang dilihat atau individu disekitarnya dengan cara yang berbeda pada setiap situasi yang berbeda.

b. Konsensus yang berarti apabila semua individu memiliki persepsi yang sama dalam melihat dan merespon suatu perilaku individu dalam situasiyang sama.

c. Konsistensi artinya apabila seorang individu menilai perilaku individu yang lain dengan respon yang sama dalam waktu yang berbeda atau dari waktu ke waktu. Sebab-sebab internal dapat dihubungkan apabila perilaku individu semakin konsisten.

Teori ini apabila dikaitkan dengan tindakan tax evasion maka berdasarkan atribusi Wajib Pajak akan melihat segala kondisi yang ada di lingkungan. Setelah mengamati kondisi pada lingkungan dimana tempat wajib pajak itu berada maka apa yang diamati akan dijadikan pertimbangan dalam pengambilan keputusan berikutnya. Misalnya Wajib Pajak melihat individu lain melakukan pelanggaran pajak dengan melakukan kecurangan namun tidak memperoleh sanksi sesuai dengan apa yang dilakukan maka hal tersebut akan menjadi salah satu factor yang akan mempengaruhi pengambilan keputusan Wajib Pajak tersebut.


(32)

18

2. Teori Motivasi

Motivasi merupakan suatu dorongan atau sugesti yang akan muncul karena dampak dari perilaku orang lain maupun diri sendiri. Suatu individu akan merespon dorongan atau sugesti tersebut dengan melakukan atau berusaha lebih baik dari sebelumnya. Penelitian ini menggunakan motivasi yang dapat diartikan sebagai keadaan suatu individu yang dapat mendorong keinginan seseorang untuk melakukan suatu hal untuk mencapai tujuannya, Ardyaksa (2014). Dapat ditarik kesimpulan bahwa motivasi merupakan dorongan dari dalam diri individu untuk melakukan suatu tindakan.

Teori ini merupakan teori yang relevan untuk menjelaskan perilaku yang dilakukan oleh Wajib Pajak, karena setiap Wajib Pajak mempunyai dorongan atau motivasinya sendiri dalam memenuhi kewajibannya membayar pajak. Motivasi yang mendorong kepatuhan Wajib Pajak dalam memenuhi kewajibannya dalam mengisi dan menyerahkan Surat Pemberitahuan Pajak (SPT) ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP) yang bertanggung jawab untuk memproses kewajiban yang harus dibayarkan oleh Wajib Pajak. Banyaknya SPT yang dimasukkan ke KPP berpengaruh terhadap besarnya nilai rupiah dana yang terhimpun dan jumlah Wajib Pajak yang terjaring. Dengan demikian kepatuhan Wajib Pajak yang dipengaruhi oleh motivaasi membayar pajak dapat diukur berdasarkan jumlah rupiah dana yang terhimpun dan jumlah Wajib Pajak yang terjaring dari sektor


(33)

perpajakan. Teori ini juga dapat mendasari seorang aparat pajak apakah mempunyai dorongan untuk memberikan pelayanan yang baik atau sebaliknya.

Dorongan atau motivasi yang diperoleh Wajib Pajak dalam melakukan pertimbangan atas tindakan yang akan dilakukan sangat berpengaruh. Misalnya dari segi keuangan dan kondisi lingkungan dimana Wajib Pajak itu berada. Dorongan ekonomi dan orang sekitar yang banyak melakukan kecurangan pajak, akan memotivasi Wajib Pajak tersebut untuk melakukan hal yang sama, namun sebaliknya apabila tidak ada faktor pendorong yang menyertai tindakan seorang Wajib Pajak maka hal yang terkait dengan kecurangan tidak akan terjadi.

Prestasi adalah salah satu faktor penting yang berkaitan dengan otivasi, Pola berfikir suatu individu untuk selalu mencapai tujuan ataupun suatu prestasi akan memunculkan motivasi dari diri masing-masing individu. Suatu individu dapat dikatakan memiliki motivasi apabila dia bekerja lebih baik dari sebelumnya untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Lemah ataupun kuatnya motivasi yang ada pada suatu individu akan menentukan tingkat atau kualitas perilaku yang akan ditunjukkan oleh individu tersebut.


(34)

20

3. Teori Keadilan

Teori keadilan merupakan pikiran, perasaan, dan pandangan yang ada pada suatu individu dimana ketiga hal tersebut sangat berpengaruh terhadap kinerja suatu individu. Teori ini menggambarkan sebagaimana imbalan yang akan diterima apabila telah melakukan suatu kinerja yang telah distandarkan. Sekelompok individu akan membuat perbandingan tertentu di dalam suatu pekerjaan sehingga dapat mempengaruhi pikiran dan perasaan mereka untuk fokus kepada imbalan. Besar kecinya imbalan yang akan diterima seseorang akan berpengaruh terhadap tingkat motivasi ataupun perilaku dari suatu individu, Doto (2014).

Keadilan akan memunculkan adanya perbandingan-perbandingan dalam kelompok individu yang akan dijadikan suatu parameter atau tolak ukur kinerja suatu individu. Individu akan mempertimbangkan bagaimana dia akan bekerja apabila individu tersebut telah mengetahui imbalan apa yang akan dia peroleh jika melakukan pekerjaan dengan baik. Dengan konsep pertukaran sosial individu yang tau akan menerima imbalan dan jenis imbalan apa yang akan dia terima secara langsung berpengaruh terhadap input dan output pada suatu individu. Teori keadilan memiliki empat asumsi dasar yaitu :

a. Individu berusaha untuk menciptakan dan mempertahankan suatu kondisi keadilan.


(35)

b. Apabila dirasakan ada kondisi ketidakadilan. Kondisi ini menimbulkan ketegangan yang memotivasi individu untuk menguranginya atau menghilangkannya.

c. Semakin besar persepsi ketidakadilan, semakin besar motivasinya untuk mengurangi kondisi ketegangan itu.

d. Individu akan mempersepsikan ketidakadilan yang tidak menyenangkan (misalnya pengenaan beban pajak terutang terlalu besar) lebih cepat daripada ketidakadilan yang menyenangkan (misalnya pengenaan beban pajak terutang terlalu kecil dibandingkan dengan penghasilan yang diterima).

Teori keadilan ini sesuai untuk menjelaskan perilaku Wajib Pajak ketika melakukan kewajiban perpajakan terhadap pemerintah. Wajib Pajak secara sadar dan sukarela melaksanakan kewajibannya terhadap pemerintah apabila mereka merasa dalam pemungutan pajak bersifat adil. Teori ini sesuai dengan variabel yang peneliti gunakan yaitu keadilan, yang berarti sama rata bagi setiap Wajib Pajak.

Keadilan bagi seorang Wajib Pajak sangatlah penting, hal ini juga akan menjadi pertimbangan bagi perilaku seorang Wajib Pajak. Karena apabila seorang Wajib Pajak diperlakukan secara adil ketika dia memenuhi kewajibannya, maka tindakan kecurangan pajak cenderung dapat dihindari. Namun sebaliknyaapabila seorang Wajib Pajak memperoleh tindakan yang tidak adil dalamhal pemenuhan


(36)

22

kewajibannya, maka Wajib Pajak tersebut akan cenderung melakukan kecurangan sebagai balasan dari tindakan tidak adil yang dia peroleh. 4. Definisi Pajak

Pajak memiliki hubungan yang searah dimana Wajib Pajak memiliki kewajiban membayarkan kewajibannya kepada pemerintah namun pemerintah tidak memiliki kewajiban untuk memberikan jasa timbal balik kepad masyarakat. Pengertian pajak berdasarkan Undang-Undang Nomor 16 tahun 2009 Pasal 1 ayat 1 yang berisi pajak merupakan kontribusi wajib kepada negara oleh Wajib Pajak orang pribadi maupun badan dan bersifat memaksa. Uang dari pajak dimanfaatkan bagi keperluan rakyat dan negara, alokasinya berdasarkan kesepakatan dari pihak terkait dan disesuaikan dengan kebutuhan negara agar tercapai kemakmuran bagi bangsa.

Pajak juga dapat diartikan sebagai iuran wajib bagi kas negara berdasarkan Undang-Undang yang bersifat memaksa dengan tidak mendapatkan jasa timbal bali atau kontrapresasi, dan dana digunakan untuk pengeluaran negara untuk kesejahteraan masyarakat,Mardiasmo ( 2011). Selain itu pajak juga dapat diartikan, kewajiban pemerintah yang terutang kepada masyarakat namun dapat dilaksanakan apabila masyarakat telah memenuhi kewajiban pembayarannya.

Ciri-ciri pajak berdasarkan dari definisi pajak yang telah dibahas adalah:


(37)

a. Pajak merupakan iuran wajib oleh rakyat yang dibayarkan kepada kas negara, pihak yang berhak memungut pajak hanyalah aparat pajak negara. Iuran yang dibayarkan berupa uang.

b. Pemerintah tidak memiiki kewajiban untuk memberikan jasa timbal balik terhadap Wajib Pajak yang telah memenuhi kewajiban perpajakannya.

c. Pemungutan pajak harus sesuai dengan Undang-Undang yang berlaku.

d. Pajak digunakan untuk membiayai pengeluaran pemerintah dalam tugasnya menajalankan negara untuk memberikan kesejahteraan bagi masyarakat luas dalam segala bidang. Misalnya bidang pendidikan, kesehatan, dan lain lain.

Dikarenakan pajak merupakan hal yang sangat dibutuhkan bagi keberlangsungan suatu negara maka sangat diperlukan pengetahuan dan kesadaran Wajib Pajak untuk memenuhi keajibannya. Hal ini dapat dibentuk dari peran aktif aparat pajak yang ditujukan kepara masyarakat luas untuk mejelaskan apa manfaat yang akan kita peroleh apabila telah memenuhi kewajiban kita untuk melakukan pembayaran pajak. Pajak merupakan salah satu penerimaan pendapatan terbesar yang ikut andil dalam kas negara bahkan mencapai hampir 80% dari total Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN).


(38)

24

5. Wajib Pajak

Wajib Pajak merupakan individu maupun badan atau lembaga yang memiliki kewajiban untuk embayarkan kewajiban pajak terhadap pemerintah dan berhak menikmati manfaat dari pajak yang telah dikelola pemerintah untuk masyarakat luas. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 mengenai Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, Wajib Pajak merupakan orang pribadi maupun badan yang wajib melakukan kewajiban perpajakan.

Wajib pajak dapat dibedakan menjadi beberapa kategori, yaitu : a. Wajib Pajak orang pribadi.

b. Wajib Pajak badan, yang meliputi perseroan terbatas, Badan Usaha Milik Negara atau Daerah, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik, dll.

Kewajiban Wajib Pajak di Indonesia adalah :

a. Wajib pajak berkewajiban untuk mendaftarkan namanya di kantor Direktrat Jenderal Pajak setempat, disesuaikan dengan wilayah yang ditinggali leh Wajib Pajak tersebut. Setelah melakukan pendaftaran Wajib Pajak akan diberi NPWP apabila telah memenuhi syarat.

b. Wajib pajak berkewajiban untuk melaporkan usahanya pada kantor Direktorat Jenderal Pajak setempat, disesuaikan dimana lokasi usaha Wajib Pajak tersebut. Setelah melakukan pelapran usaha


(39)

kepada Direktrat Jenderal Pajak maka Wajib Pajak tersebut aan dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP) dan berkewajiban untuk memenuhi kewajibannya sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan.

c. Wajib pajak berkewajiban untuk melakukan pengisian Surat Pemberitahuan (SPT) secara lengkap, benar, dan jelas, serta dilaprkan menggunakan bahasa Indonesia serta huruf latin dan menggunakan mata uang Rupiah, kemudian ditandatangani dan diserahkan ke kantor Direktorat Jenderal Pajak dimana Wajib Pajak tersebut terdaftar.

d. Wajib pajak memiliki kewajiban untuk menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT) menggunakan bahasa Indonesia ataupun menggunakan satuan mata uang selain Rupiah dan telah diijinkan leh Direktorat Jenderal Pajak setempat, dalam pelaksanaan penyampaian SPT sudah diatur beserta seluruh prosedurnya dalam Peraturan Menteri Keuangan.

e. Wajib Pajak memiliki kewajiban untuk melakukan pembayaran ataupun penyetoran pajak terutang kepada kas negara, jumlah pajak yang akan dibayarkan harus disesuaikan dengan tarif pajak yang telah ditetapkan. Dalam hal pembayaran atau penyetoran pajak diatur berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.


(40)

26

f. Wajib pajak diharuskan untuk melakukan pembukuan terutama Wajib Pajak Orang Pribadi yang melakukan usaha maupun pekerjaan bebas serta Wajib Pajak Badan.

g. Wajib pajak diharuskan untuk menunjukkan buku maupun catatan terkait dengan keseluruhan penghasilan atau pendapatan yang diperoleh.

6. Jenis Pajak

Jenis pajak terdiri dari berbagai jenis, namun dapat digolongkan menjadi 3 bagian yaitu berdasarkan golongan, sifat, serta pemungutannya, Mardiasmo (2011).

a. Jenis Pajak Berdasarkan Golongan. a) Pajak Langsung

Pajak langsung merupakan pajak yang ditanggung secara pribadi oleh Wajib Pajak sehingga pajak langsung tidak dapat dibebankan maupun dilimpahkan kepada orang lain. Cntoh yang merupakan pajak langsung adalah pajak penghasilan (PPh).

b) Pajak Tidak Langsung

Pajak tidak langsung merupakan salah satu pajak yang pada akhirnya dapat dilimpahkan atau dibebankan kepada orang lain. Cntoh pajak tidak langsung adalah Pajak Pertambahan Nilai (PPN).


(41)

b. Jenis Pajak Berdasarkan Sifat. a) Pajak Subyektif

Pajak Subyektif merupakan jenis pajak yang berawal atau berpangkal maupun berdasarkan pada subjek pajaknya, selain itu pajak subyektif dapat diartikan jenis pajak yang memperhatikan keadaan diri Wajib Pajak. Contoh jenis pajak yang termasuk pajak subyektif yaitu pajak penghasilan (PPh). b) Pajak Obyektif

Pajak Obyektif merupakan jenis pajak yang bearawal atau berdasarkan pada objeknya, dapat diartikan bahwa jenis pajak obyektif merupakan pajak yang tidak memperhatikan keadaan diri Wajib Pajak. Jenis pajak yang termasuk dalam pajak obyektif adalah pajak pertambahan nilai (PPN) dan pajak atas penjualan barang mewah.

c. Jenis Pajak Berdasarkan Pemungut Dan Pengelolaannya. a) Pajak Pusat

Pajak Pusat merupakan jenis pajak yang sistem peungutannya dilakukan oleh pemerintah pusat (fiskus) dan digunakan untuk keperluan pemerintah dalam hal meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Yang termasuk jenis pajak pusat adalah pajak penghasilan (PPh), pajak pertambahan nilai (PPN), pajak penjualan atas barang mewah, pajak bumi dan bangunan (PBB), serta bea materai.


(42)

28

b) Pajak Daerah

Pajak Daerah merupakan pajak yang sistem pemungutannya dilakukan oleh pemerintah daerah, pajak daerah digunakan untuk memenuhi keperluan daerah. Yang termasuk dalam pajak daerah adalah :

a. Pajak Provinsi

Pajak provinsi merupakan pajak yang pemungutannya dilakukan oleh Pemerintah Provinsi. Pajak yang termasuk dalam pajak provinsi adalah pajak kendaraan bermotor serta pajak bahan bakar kendaraan bermotor.

b. Pajak kota/kabupaten

Pajak kota/kabupaten merupakan jenis pajak yang pemungutannya dilakukan oleh pemerintah kota/kabupaten. Contoh pajak yang termasuk dalam pajak kota/kabupaten adalah pajak restoran, dan pajak hiburan, serta pajak hotel. 7. Fungsi Pajak

Fungsi Pajak yang ada di Indonesia dibagi menjadi dua yaitu fungsi mengatur (regulerend) dan fungsi penerimaan (budgeteir) Mardiasmo (2011).

a. Fungsi Mengatur (Regulerend)

Fungsi Mengatur (Regulerend) merupakan fungsi pajak dimana pajak digunakan sebagai alat untuk melaksanakan dan mengatur


(43)

kebijaksanaan pemerintahan dalam bidang ekonomi maupun sosial. Contoh kebijakan yang diterapkan dalam fungsi mengatur (regulerend) adalah dalam hal mengurangi tingginya tingkat konsumsi minuman keras, maka pemerintah menerapkan pajak yang tinggi pada minuman keras.

b. Fungsi Penerimaan (Budgeteir)

Pajak sebagai fungsi penerimaan (budgeteir) yaitu fungsi pajak yang digunakan sebagai sumber penerimaan terbesar atau sumber dana terbesar yang dimiliki oleh pemerintah, karena 80% penerimaan dana pemerintah berasal dari pajak. Dana tersebut digunakan untuk membiayai pengeluaran negara dalam melakukan pembangunan di segala bidang yang bertujuan untuk mensejahterakan masyarakat.

Dari kedua fungsi pajak yang telah dijelaskan dapat disimpulkan bahwa fungsi mengatur atau (regulerend) bersifat untuk menentukan kebijakan-kebijakan pemerintah dalam bidang ekonomi maupun sosial, sedangkan fungsi penerimaan (budgeteir) adalah pajak sebagai sumber dana pemerintah Indonesia karena sebagian besar penerimaan negara berasal dari pajak.

8. Perencanaan Pajak (Tax Planning)

Perencanaan Pajak (Tax Planning) merupakan upaya untuk mengurangi beban pajak terutang, karena pajak dianggap beban yang dapat mengurangi kemampuan ekonomis seorang Wajib Pajak,


(44)

30

Budileksmana dan Perdana (2014). Perencanaan pajak (tax planning) terbagi menjadi dua yaitu penghindaran pajak (tax avoidance) dan penggelapan pajak (tax evasion).

Proses untuk merekayasa pendapatan agar beban pajak terutang menjadi seminimal mungkin, namun hal ini tetap memperhatikan peraturan Undang-Undang yang berlaku. Oleh karena itu dalam melakukan perencanaan pajak (tax planning) diperlukan pengetahuan perpajakan atau kemampuan dari ahli pajak. Perencanaan pajak (tax planning) merupakan upaya untuk meminimalisasi beban pajak agar menghindari pemborosan namun tetap dalam kondisi dan syarat tertentu sehingga bisnis tetap dapat dijalankan dan dapat diterima. Suryani dan Tarmudji (2012). Perencanaan pajak terdiri dari 2 macam yaitu penggelapan pajak (tax evasion) dan penghindaran pajak (tax avoidance)

a. Penggelapan pajak (tax evasion)

Penggelapan pajak (tax evasion) adalah tindakan untuk meminimalisasi beban pajak terutang agar beban pajak yang dibayarkan tidak mengurangi kemampuan ekonomis. Penggelapan pajak (tax evasion) biasanya dilakukan dengan cara merekayasa pendapatan. Namun upaya untuk meminimalisasi beban pajak melalui penggelapan pajak (tax evasion) adalah upaya dengan melanggar Undang-Undang yang berlaku dan dapat dikenakan sanksi pajak. Penggelapan pajak (tax evasion) dapat dilakukan oleh


(45)

Wajib Pajak maupun aparat pajak. Karena negara mengalami kerugian finansial karena adanya tax evasion maka upaya untuk meminimalisasi tindakan tax evasion salah satunya dengan memberikan sanksi kepada siapapun yang melakukan pelanggaran serta memperbaiki sistem perpajakan serta melakukan modernisasi fasilitas layanan perpajakan.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Rahayu (2010), Penggelapan pajak (tax evasion) merupakan upaya ilegal yang dilakukan oleh Wajib Pajak maupun aparat pajak dengan tujuan memberikan keuntungan pribadi karena hal ini masih termasuk mengurangi dan memanipulasi maka tindakan tersebut melanggar peraturan perundang-undangan yang berlaku. Cara yang dapat ditempuh untuk mengurangi beban pajak terutang melalui tindakan penggelapan pajak (tax evasion) adalah tidak melakukan pencatatan terhadap penjualan, membuat laporang keuangan palsu, serta membuat faktur palsu. Pemerintah sudah cukup baik dalam mengatasi kasus penggelapan pajak (tax evasion) di Indonesia, dapat dilihat dari tertangkapnya Gayus Tambunan dan Suwir Laut tersangka kasus penggelapan pajak dan memvonis dengan hukuman sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dengan sigapnya pemerintah dalam mengatasi masalah ini maka terjadi perubahan motif dalam tindak kejahatan tax evasion yaitu perusahaan berusaha menyuap pihak terkait agar dalam melakukan


(46)

32

tindakan tax evasion tidak diketahui dan tetap mendapatkan keuntungan yang sangat banyak.

Ciri-ciri tindakan penggelapan pajak (tax evasion) yaitu :

a) Tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT), atau menyampaikan SPT tidak tepat waktu.

b) Menyampaikan SPT secara tidak benar atau melakukan pengurangan pendapatan agar beban pajak terutang menjadi lebih sedikit.

c) Tidak mendaftarkan diri sebagai PKP (Pengusaha Kena Pajak) maupun melakukan penyalahguanaan NPWP.

d) Melakukan penyuapan pada pejabat terkait (fiskus) agar tindakan penggelapan pajak yang dilakukan tidak memperoleh sanksi dan tetap memperoleh beban pajak seminimal mungkin. Faktor yang mempengaruhi terjadinya tindakan tax evasion adalah : a. Tingginya Tarif Pajak

Tarif pajak merupakan jumlah biaya pajak yang harus dibayarkan oleh Wajib Pajak kepada pemerintah. Tarif pajak yang diterapkan oleh pemerintah akan sangat mempengaruhi Wajib Pajak dalam hal pemenuhan kewajiban perpajakannya, karena apabila tarif yang diterapkan terlalu tinggi maka Wajib Pajak akan semakin berkurang kemampuan ekonomisnya sehingga kecenderungan untuk melakukan tindkaan tax evasion akan semakin tinggi. Sebaliknya apabila tarif pajak


(47)

yang diterapkan oleh pemerintah rendah, maka masyarakat tidak akan keberatan untuk memenuhi kewajiban perpajakannya. Walaupun demikian tindakan tax evasion muncul karena Wajib Pajak berusaha untuk melepaskan beban yang mengurangi krmampuan ekonomisnya dan menghambat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

b. Sistem Administrasi Perpajakan Yang Buruk

Indonesia menggunakan self assessment system dalam melakukan pemungutan pajak. Pengelolaan dana pajak sangat dipengaruhi oleh sistem administrasi perpajakan, pengelolaan dana pajak akan berjalan lancar atau tidak ada hambatan apabila sistem administrasinya baik. Wajib Pajak akan termotivasi untuk memenuhi kewajiban perpajakannya apabila tau bahwa sistem perpajakan yang berlaku dapat dijalankan dengan baik.

Penggelapan pajak (tax evasion) dapat dinilai sebagai perilaku yang wajar apabila sistem administrasi yang diterapkan oleh pemerintah buruk, sehingga wajib pajak merasa tidak perlu untuk memenuhi kewajiban perpajakannya. c. Kondisi Lingkungan

Kondisi lingkungan sangat bepengaruh sebagai salah satu pemicu tindakan tax evasion, artinya apabila Wajib Pajak tinggal dalam lingkungan yang terdiri dai banyak Wajib Pajak


(48)

34

yang melakukan tindakan tax evasion maka hal tersebut akan dianggap sebagai kewajaran dan Wajib Pajak tersebut juga akan ikut terpengaruh untuk melakukan tindakan tax evasion karena dianggap sebagai suatu yang masih wajar. Sebaliknya Wajib Pajak akan termotivasi untuk memenuhi kewajiban perpajakannya apabila lingkungan dimana tempat dia berada adalah lingukan yang Wajib Pajaknya tertib untuk memenuhi kewajiban perpajakannya.

d. Pelayanan Fiskus yang Mengecewakan

Pemerintah memiliki peran yang sangat penting di dalam sistem administrasi perpajakan, karena pemerintahlah yang melakukan pengelolaan atas keseluruhan dana perpajakan dari mulai pemungutan hingga alokasi dana pajak. Keputusan yang akan diambil Wajib Pajak dalam hal yang berkaitan dengan pemenuhan kewajiban perpajakan dipengaruhi oleh kualitas pelayanan aparat pajak yang diterima oleh Wajib Pajak tersebut. Apabila pelayanan yang diterima wajib pajak sudah memuaskan, maka Wajib Pajak akan menganggap bahwa kontribusinya dlam memenuhi kewajiban perpajakan sudah dihargai, namun sebalinya apabila kualitas pelayanan yang diberikan oleh aparat pajak tidak memuaskan bagi Wajib Pajak maka keinginan untuk memenuhi keajiban perpajakan akan menurun. Oleh karena itu pemerintah atau fiskus harus


(49)

melakukan peninjauan dan evaluasi terhadap kinerja aparat yang bertanggung jawab terkait perpajakan, evaluasi diterapkan agar kedepannya kinerja aparat pajak akan menjadi lebih baik.

Dalam penjelasan diatas sudah diterangkan mengenai tax evasion atau penggelapan pajak, tentu saja tindakan tax evasion akan menimbulkan dampak yang cukup merugikan di segala bidang. Contoh dampak yang ditimbulkan dari tindakan tax evasion : a) Dalam Bidang Psikologi

Apabila Wajib Pajak di dalam suatu negara sudah menganggap tindakan tax evasion adalah hal yang wajar untuk dilakukan maka hal tersebut sama saja dengan membiasakan untuk melakukan pelanggaran terhadap peraturan yang berlaku atau peraturan perundang-undangan yang berlaku. Selain itu Wajib Pajak akan memiliki keinginan yang terus menerus untuk memperoleh keuntungan yang lebih besar tanpa pengurangan kemampuan ekonomis untuk memenuhi kewajiban perpajakan. b) Dalam Bidang Keuangan

Tindakan tax evasion atau penggelapan pajak merupakan tindakan yang akan berpengaruh besar terhadap penerimaan di kas negara, sehingga pemerintah tidak akan maksimal dalam hal alokasi dana pajak karena target yang telah ditentukan tidak tercapai. Efek lain yang dapat muncul yaitu terjadinya


(50)

36

ketidak seimbangan antara penrimaan pemerintah dan rencana alokasi dana pajak tersebut. Selain itu akan muncul beberapa konsekuensi apabila tingkat atau taraf terjadinya tindakan tax evasion cukup tinggi yaitu terjadinya perubahan tarif pajak menjadi lebih tinggi, dikarenakan pemerintah perlu encapai target penerimaan agar dalam melaksanakan programnya dapat berjalan lancar. Selain itu tindakan tax evasion juga dapat memicu terjadinya inflasi.

a. Dalam Bidang Ekonomi

Tindakan tax evasion mempunyai pengaruh besar terhadap persaingan antar para pengusaha, artinya perusahaan yang melakukan tindakan tax evasion akan melakukan penekanan biaya untuk mengurangi kerugian dengan cara apapun agar memperoleh keuntungan yang lebih besar. Oleh karena itu perusahaan yang melakukan tindakan tax evasion cenderung memiliki keuntungan yang lebih besar dibandingkan perusahaan yang tidak melakukan tindakan tax evasion.

b. Penghindaran pajak (tax avoidance)

Penghindaran pajak (tax avoidance) adalah upaya untuk meminimalkan beban pajak terutang agar pajak yang dibayarkan merupakan biaya seminimal mungkin, namun dalam pelaksanaan penghindaran pajak atau tax avoidance tetap memperhatikan peraturan perundang-undangan yang berlaku atau dalam kata lain


(51)

tidak melanggar hukum. Upaya penghindaran pajak atau tax avoidance adalah upaya yang legal sehingga pelakunya tidak akan mendapat sanksi hukum, selain itu upaya tax avoidance akan lebih mengefisiensi pengeluaran Wajib Pajak.

Penghindaran pajak atau tax avoidance adalah salah satu bagian dari tax planning. Hal ini banyak dilakukan oleh Wajib Pajak karena merupanakan upaya legal atau sah secara hukum untuk dilakukan walaupun secara tujuan hampir sama dengan tax evasion namun upaya yang ditempuh sangatlah berbeda. Dalam hal penghindaran pajak atau tax avoidance, dapat dikatakan bahwa Wajib Pajak melakukan penghematan (tax saving) dengan cara legal untuk meminimalkan beban pajak terutang. Adanya celah (loophole) yang dapat digunakan Wajib Pajak terutama perusahaan untuk meminimalkan beban pajak namun tetap secara optimal tetap memenuhi kewajiban perpajakan. Direktorat Jenderal Pajak tidak dapat melakukan upaya hukum terhadap pelaku penghindaran pajak atau tax avoidance walaupun pada akhirnya akan berdampak pada penerimaan pendapatan pemerintah yang ada pada kas negara. Penghindaran pajak dapat dilakukan melalui beberapa cara yaitu : a. Pindah Lokasi

Melakukan pemindahan lokasi usaha ke tempat yang tarif pajaknya rendah. Dengan melakukan pemindahan lokasi usaha, maka Wajib Pajak dapat melakukan efisiensi beban


(52)

38

pajak terutang sehingga dapat mengoptimalkan keuntungan usaha. Contoh yang dapat ditempuh dengan memindahkan lokasi usaha yaitu Investor diberi keleluasaan untuk berinvestasi di Indonesia bagian timur dengan penetapan tarif pajak yang lebih rendah dibandingkan dengan daerah lainnya. Rendahnya tarif pajak pada suatu lokasi usaha ditentukan oleh beberapa faktor, hal tersebut juga harus menjadi pertimbangan bagi Wajib Pajak untuk memindahkan lokasi usaha karena besar kemungkinan lokasi usaha dengan tarif pajak rendah adalah lokasi usaha yang kurang strategis serta tidak ditunjang dengan fasilitas dan infrastruktur yang memadai. Namun dalam hal pemindahan lokasi usaha tidak dapat dilakukan dengan mudah, karena Wajib Pajak harus mempertimbangkan banyak hal contohnya keberadaan SDA, kualitas SDM, serta fasilitas-fasilitas penunjang usaha yang harus disesuaikan dengan keuntungan yang diperoleh perusahaan. Pemindahan lokasi ke tempat yang tarif pajaknya lebih rendah jarang terjadi karena apabila ada perusahaan di lokasi yang tarif pajaknya rendah biasanya adalah anak cabang perusahaan.

b. Menahan Diri

Penghindaran pajak dengan cara menahan diri adalah upaya untuk meminimalisasi beban pajak terutang dengan cara tidak melakukan hal yang dapat dikani pajak. Contohnya adalah :


(53)

tidak menggunakan barang mewah yang memiliki pajak tinggi, tidak merokok untuk menghindari cukai tembakau, tidak menggunakan barang berbahan kulit yang dapat dikenai pajak tinggi.

c. Penghindaran Pajak Secara Yuridis

Penghindaran pajak secara yuridis adalah upaya meminimalisasi beban pajak terutang dengan cara sedemikian lupa sehingga tidak dikenakan pajak. Hal ini dapat dilakukan dengan mencari celah yang ada pada undang-undang atau dengan kata lain memanfaatkan ketidak jelasan undang-undang. Hal ini sangat potensial dalam hal penghindaran pajak secara yuridis.

Dari beberapa contoh yang sudah dijelaskan dapat disimpulkan bahwa untuk melakukan upaya legal dalam mengurangi jumlah beban pajak yang terutang tidaklah mudah,karena perlu mempertimbangkan banyak hal. Namun ada cara lain yang dapat ditempuh oleh perusahaan dalam upaya meminimalisasi beban pajak terutang dengan cara yang legal dan tidak melanggar peraturan perundang-undangan. Upaya yang dapat ditempuh antara lain :

a. Perusahaan dapat memilih alternatif transaksi yang memiliki beban pajak paling minimal, misalnya ketika perusahaan melakukan perjalanan dinas biaya perjalanan


(54)

40

dapat diefisiensikan sehingga beban pajak terutang juga tidak terlalu tinggi. Alternatifnya karyawan diminta melakukan reimbursement dan perusahaan tidak disarankan untuk memberikan biaya perjalanan dalam bentuk lump sum.

b. Sebelum mempertimbangkan untuk membentuk suatu perusahaan atau cabang disarankan Wajib Pajak dapat memilih bentuk usaha yang memiliki tarif pajak rendah. Bagi karyawan yang melakukan perjalanan dinas, dapat dikenakan Objek PPh Pasal 21 :

a. Diharuskan untuk melakukan perincian biaya yang termasuk dalam objek pemotongan Pajak Penghasilan (PPh) menjadi yang tidak termasuk objek pemotongan Pajak Penghasilan (PPh), contohnya (penggantian oli kendaraan) termasuk Biaya Pemeliharaan Kendaraan harus dirincikan secara jelas biaya yang dikeluarkan untuk melakukan service sehingga yang menjadi objek pemotongan Pajak Penghasilan adalah biaya service.

b. Upaya lain yang dapat dilakukan adalah memaksimalkan kredit pajak yang telah dibayarkan.

Cara yang dapat ditempuh untuk melakukan tax avoidance dapat dilakukan oleh perusahaan dapat menjadi alternatif untuk


(55)

meminimalisasi beban pajak terutang, karena jika dibandingkan dengan tindakan tax evasion, tindakan tax avoidance memiliki resiko yang lebih kecil karena Wajib Pajak tidak melakukan pelanggaran hukum. Tujuan utama dibentuk suatu perusahaan adalah untuk memperoleh laba tinggi melalui penjualan oleh karena itu perusahaan harus cerdas dalam efisiensi pembayaran pajak agar dapat diseimbangkan dengan pengeluaran untuk beban pajak terutang.

9. Keadilan Pajak

Keadilan pajak memiliki dua asas, yaitu prinsip kemampuan (ability principle) serta prinsip manfaat (benefit principle). Prinsip kemampuan (ability principle) adalah Wajib Pajak melakukan pembayaran pajak atau memenuhi kewajiban pembayaran pajak disesuaikan dengan kemampuan Wajib Pajak tersebut, sedangkan prinsip manfaat atau (benefit principle) adalah Wajib Pajak diharuskan untuk memenuhi kewajiban pembayaran pajak disesuaikan dengan manfaat yang diterima oleh Wajib Pajak tersebut dari alokasi dana pajak yang telah dilaksanakan oleh pemerintah.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Siahaan (2010) keadilan dibagi dalam tiga pendekatan aliran pemikiran, yaitu :


(56)

42

Prinsip kemampuan untuk membayar (ability to pay) adalah prinsip yang melihat pajak hanya dari sisi pajak itu sendiri dan tidak melihat pengeluaran publik atau dana yang digunakan oleh pemerintah untuk memenuhi keperluan publik. Berdasarkan pendekatan ini, pajak ditentukan dalam jumlah tertentu dan Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya disesuaikan dengan kemampuan Wajib Pajak itu sendiri atau dengan kata lain disesuaikan dengan penghasilan yang dimiliki oleh Wajib Pajak itu sendiri.

Prinsip ini dinilai lebih baik karena banyaknya perbedaan jumlah penghasilan yang diterima oleh setiap Wajib Pajak sehingga Wajib Pajak tidak memiliki halangan dalam memenuhi kewajiban perpajakannya namun karena hal ini tidak melihat alokasi dana pajak secara meluas jadi dampak yang ditimbulkan adalah tidak meratanya fasilitas publik yang ada terutama jasa publik, Siahaan (2010).

b. Prinsip Manfaat (Benefit Principle)

Teori yang dijelaskan oleh para ahli menyatakan bahwa prinsip keadian harus memperhatikan prinsip manfaat, yang artinya apabila Wajib Pajak telah memenuhi kewajiban perpajakannya maka dia juga harus menerima manfaat yang berbanding lurus dengan kewajiban yang telah dipenuhi. Prinsip keadilan dapat dinyatakan berjalan dengan baik apabila kontribusi yang diberikan oleh setiap


(57)

Wajib Pajak sesuai dengan manfaat yang diperolehnya dari jasa-jasa yang disediakan oleh pemerintah. Jasa yang disediakan oleh pemerintah ini meliputi berbagai sarana fasilitas yang disediakan oleh pemerintah dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Prinsip ini akan berjalan dengan baik apabila dalam pelaksanaanya pemerintah kooperatif dengan Wajib Pajak terutama dalam hal pengelolaan dana pajak, prinsip ini berkaitan erat dengan kebijakan pajak serta kebiajakan pengeluaran yang biayanya diperoleh melalui dana pajak.

c. Keadilan Horizontal Dan Keadilan Vertikal

Prinsip ini mengacu pada prinsip kemampuan untuk membayar (ability to pay) yaitu prinsip pemenuhan kewajiban perpajakan oleh Wajib Pajak disesuaikan dengan kemampuan Wajib Pajak itu sendiri.

a) Keadilan Horizontal

Keadilan horizontal merupakan sistem pemungutan pajak dimana Wajib Pajak memperoleh perlakuan yang sama serta dalam kondisi yang sama (equal treatment for equals) artinya tidak ada perbedaan dalam kedua poin tersebut, Adrian (2008) b) Keadilan Vertikal

Keadilan vertikal adalah sistem pemungutan pajak dimana Wajib Pajak dengan tambahan kemampuan ekonomis yang berbeda akan dikenakan pajak penghasilan yang berbeda setara


(58)

44

dengan kemampuan ekonomis Wajib Pajak tersebut (unequal treatment for the unequals) Adrian (2008).

10. Tarif Pajak

Tarif pajak merupakan jumlah presentase yang harus dibayarkan oleh wajib pajak dalam hal pemenuhan kewajiban perpajakannya sebagai warga negara. Tarif pajak tebagi 4 yang didasarkan pada pemungutan, yaitu tarif progresif, tarif degresif, tarif proposional, dan tarif tetap, Mardiasmo (2011).

a. Tarif Progresif

Tarif pajak dapat dikatakan tarif progersif apabila persentase tarif yang digunakan semakin besar bila jumlah yang dikenai pajak semakin besar.

b. Tarif Degresif

Tarif pajak dapat dikatakan tarif degresif apabila persentase tarif yang digunakan semakin kecil bila jumlah yang dikenai pajak semakin besar.

c. Tarif Proposional

Tarif pajak dapat dikatakan tarif proprsional apabila dilakukan penerapan persentase yang tetap terhadap berapapun jumlah yang dikenakan pajak, sehingga besarnya pajak yang terutang proposional terhadap besarnya nilai yang dikenai pajak.


(59)

d. Tarif Tetap

Tarif pajak dapat dikatakan tarif proporsional apabila diterapkan jumlah yang sama meskipun terdapat perbedaan dalam kemampuan ekonomis Wajib Pajak sehingga jumlah beban pajak terutang jumlahnya tetap

Tarif pajak adalah ukuran standar dalam pelaksanaan standar pemungutan pajak. Pada pajak penghasilan (PPh) sebagaimana diatur dalam UU PPh maka tarif yang diterapkan adalah tarif progresif sebagaimana diatur dalam pasal 17 ayat (1) UU PPh. Sedangkan untuk pajak pertambahan nilai berlaku tarif pajak proporsional yaitu 10%. 11. Diskriminasi

Diskriminasi dapat diartikan dengan perilaku yang membeda-bedakan atau perbedaan perlakuan (discrimination). Dalam hal ini dikriminasi memiliki arti perbedaan perilaku yang diterima oleh Wajib Pajak sehingga membatasi Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Diskriminasi merupakan penolakan atas Hak Asasi Manusia (HAM) serta kebebasan dalam bertindak berdasarkan situasi tertentu. Perbedaan perlakuan dapat diterima Wajib Pajak sehingga Wajib Pajak akan merasa tidak perlu untuk melakukan kewajiban perpajakannya karena merasa terdiskriminasi.

Diskriminasi adalah “setiap pembatasan, pelecehan, pengucilan yang secara langsung maupun tidak langsung didasarkan pada perbedaan agama, suku, ras, etnik, stats ekonomi dll” hal ini didasarkan


(60)

46

pada Pasal 1 butir 3 Undang-Undang No.39/1999 tentang Hak Asasi Manusia (HAM). Perilaku diskriminasi yang diterima oleh Wajib Pajak dapat berasal dari aparat yang melakukan pelayanan pajak maupun dari Wajib Pajak yang lainnya. Adanya diskriminasi bisa jadi menimbulkan potensi terjadinya tindakan tax evasion.

12.Ketepatan Pengalokasian

Ketepatan pengalokasian adalah sistem pengelolaan dana atau alokasi dana pajak oleh pemerintah untuk memenuhi kesejahteraan masyarakat. Dana yang diterima oleh aparat pajak oleh Wajib Pajak yang telah memenuhi kewajiban pembayaran pajak akan dikelola dan dialokasikan sesuai dengan rencana alokasi dana yang telah direncanakan oleh pemerintah. Karena pajak merupakan penerimaan terbesar dari keseluruhan APBN, oleh karena itu alokasi dana dari segala aktivitas paling banyak menggunakan dana pajak. Alokasi dana pajak akan dicantumkan di APBN apabila dana pajak tersebut merupakan dana pajak pemerintah pusat, namun dana pajak tersebut akan tercantum pada APBD apabila dana tersebut merupakan dana pajak pemerintah daerah. Dana tersebut alokasinya akan menjadi tolak ukur kemampuan membangun oleh pemerintah baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, hal ini akan dapat dinilai oleh Wajib Pajak apakah alokasi dana pajak yang telah dibayarkan oleh Wajib Pajak sudah dialokasikan secara tepat atau tidak.


(61)

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Hastuti (2009), dana yang diperoleh melalui pajak harus dimanfaatkan untuk kepentingan umum dengan begitu apabila alokasi dana pajak sudah sesuai maka ketersediaan fasilitas bagi masyarakat akan semakin banyak. Kepuasan masyarakat didasarkan pada ketersedian fasilitas yang dapat menunjang kesejahteraannya, namun apabila Wajib Pajak merasa bahwa alokasi dana pajak banyak bermasalah karena pemerintah tidak mengelola alokasi dana pajak secara tepat maka Wajib Pajak akan merasa tidak puas terhadap kinerja pemerintah sehingga hal ini memicu untuk melakukan tindakan tax evasion.

13.Teknologi dan Informasi Perpajakan

Pemerintah melalui Ditjen Pajak selalu melakukan reformasi dalam hal sistem perpajakan untuk meningkatkan kualitas pelayanan sehingga mempermudah Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakan. Teknologi dan informasi modern yang digunakan dalam pelayanan perpajakan di Indonesia adalah on line payment, SPT, filling, e-registration, e-billing. Modernisasi dalam pelayanan perpajakan diharapkan dapat mempermudah Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya, sehingga dapat meminimalisasi tindakan tax evasion.

a. Online Payment (Pembayaran Secara Online)

Wajib pajak dalam hal memenuhi kewajiban perpajakannya dipermudah dengan adanya sistem online payment sehingga Wajib


(62)

48

Pajak dapat melakukan pelaporan dan pembayaran di bank maupun di kantor pos secara online. Sistem online payment digunakan sebagai alat monitor oleh aparat pajak untuk memantau penerimaan dana pajak dengan mengakses database melalui internet. Keuntungan penerapan sistem online payment adalah kecepatan (real time) waktu yang digunakan dalam transaksi serta keakuratan (precise)dalam transaksi. Kendala penerapan online payment adalah kondisi geografis Indonesia yang tidak memungkinkan penerapan sistem ini secara merata di seluruh wilayah di Indonesia.

b. e-SPT (Pelaporan Surat Pemberitahuan)

Pemerintah menerapkan sistem pelaporan surat pemberitahuan dalam bentuk digital (e-SPT) melalui software yang dimiliki oleh Ditjen Pajak sebagai alternatif mudah untuk melakukan pelaporan. Wajib Pajak hanya perlu mengunggah data yang diperlukan untuk melakukan pelaporan melalui Kantor Pelayanan Pajak setempat. c. e-Filling (Pengiriman atau Penyampaian Surat Pemberitahuan)

Pemerintah menyediakan alternatif dalam hal pengiriman atau penyampaian surat pemeritahuan, dengan e-filling Wajib Pajak dapat melakukan penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT) melalui aplikasi berbasis web yang dapat diakses secara online melalui Kantor Pelayanan Pajak. Fasilitas ini dapat mengurangi waktu yang dibutuhkan oleh Wajib Pajak dalam mengirim Surat Pemberitahuan ke Kantor Pusat.


(63)

d. e-Registration (Pendaftaran Nomor Pokok Wajib Pajak)

E-Registration adalah fasilitas teknologi informasi perpajakan yang disediakan oleh pemerintah untuk mempermudah Wajib Pajak dalam melakukan pendaftaran, perubahan, pelaporan Pengusaha Kena Pajak (PKP), serta penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP). Wajib Pajak dapat mengakses informasi melalui internet dengan sebuah akun di Kantor Pelayanan Pajak.

e. E-billing (Pembayaran Pajak Secara Elektronik)

Pada bulan Juli tahun 2016 Pemerintah menerapkan sistem e-billing bagi Wajib Pajak di Indonesia. Wajib Pajak diharuskan untuk membuat kode billing agar dapat melakukan pembayaran pajak. Melalui e-billing pembayaran pajak dilakukan secara elektronik dengan 15 digit angka kode biling yang telah dibuat dan diterbitkan melalui sistem billing pajak untuk mempermudah Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Wajib Pajak perlu melakukan 2 tahapan dalam proses e-billing yaitu tahap pertama membuat kode biling dan tahap selanjutnya adalah membayar kode billing yang telah dibuat. Petunjuk dalam melakukan e-billing tersedia di website Ditjen Pajak.


(64)

50

B. Penelitian Terdahulu dan Penurunan Hipotesis

1. Pengaruh Keadilan Terhadap Tindakan Tax Evasion

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Suminarsasi (2011) yang menyatakan bahwa adil harus melalui dua aspek yaitu :

a. Adil sesuai perundang-undangan yang artinya pajak yang dikenakan kepada Wajib Pajak harus merata dan sesuai dengan kemampuan Wajib Pajak itu sendiri atau disesuaikan dengan penghasilan yang diperoleh Wajib Pajak.

b. Adil sesuai pelaksanaan pemungutan yaitu memberikan hak terhadap Wajib Pajak yang akan mengajukan keberatan maupun penundaan karena dirasa tidak mampu atau belum mampu untuk memenuhi kewajibannya dalam pembayaran dan mengajukan banding kepada Majelis Pertimbangan Pajak.

Penelitian yang dilakukan oleh Rahman (2013) menunjukkan bahwa semakin adil suatu sistem perpajakan yang berlaku maka potensi terjadinya tindakan tax evasion menjadi lebih rendah karena Wajib Pajak merasa telah diperlakukan secara adil sehingga Wajib Pajak tersebut akan tetap melaksanakan kewajiban perpajakannya. Hasil penelitian tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Handayani (2014) yang memperoleh hasil bahwa keadilan berpengaruh positif dan signifikan terhadap tindakan tax evasion.

Penelitian yang dilakukan oleh Suminarsasi (2011) menyatakan bahwa keadilan tidak berpengaruh terhadap tindakan tax evasion hal ini


(1)

Coeffi ci entsa

-.082 -.090 -.052 .950 1.053 -.105 .136 .079 .906 1.104 .665 .329 .201 .507 1.971 -.721 -.528 -.359 .581 1.722 -.674 -.242 -.144 .453 2.206 Keadilan

Diskriminasi Tarif pajak

Ketepatan pengalokasian Teknologi dan inf ormasi perpajakan

Model 1

Zero-order Part ial Part Correlations

Tolerance VI F Collinearity Statistics

Dependent Variable: Tindakan Tax Ev asion a.

Colli nearity Di agnosticsa

5.831 1.000 .00 .00 .00 .00 .00 .00

.098 7.712 .00 .00 .00 .17 .09 .02

.030 14.005 .00 .49 .28 .04 .08 .03

.022 16.212 .00 .09 .68 .17 .36 .00

.015 19.745 .03 .41 .01 .00 .47 .38

.004 38.458 .96 .01 .04 .62 .00 .58

Dimension 1 2 3 4 5 6 Model 1 Eigenv alue Condition

Index (Constant) Keadilan Diskriminasi Tarif pajak

Ketepatan pengaloka sian Teknologi dan inf ormasi perpajakan Variance Proportions

Dependent Variable: Tindakan Tax Ev asion a.

Residual s Stati sticsa

14.7893 36.6683 24.4396 4.70792 91 -2.050 2.597 .000 1.000 91 .376 1.568 .837 .269 91 14.3767 36.3637 24.4147 4.70278 91 -6.80695 11.77590 .00000 3.32601 91 -1.989 3.441 .000 .972 91 -2.053 3.503 .003 1.009 91 -7.25226 12.20349 .02482 3.58489 91 -2.093 3.764 .009 1.032 91 .099 17.907 4.945 3.843 91

.000 .117 .013 .024 91

.001 .199 .055 .043 91

Predicted Value St d. Predicted Value St andard Error of Predicted Value

Adjusted Predict ed Value Residual

St d. Residual St ud. Residual Delet ed Residual St ud. Deleted Residual Mahal. Distance Cook's Distance

Centered Lev erage Value

Minimum Maximum Mean St d. Dev iation N

Dependent Variable: Tindakan Tax Ev asion a.


(2)

E.

CHARTS

Regression Standardized

Residual

4 3 2 1 0 -1 -2

Frequency

20 15 10 5 0

Histogram

Dependent Variable: Tindakan Tax Evasion

Mean =2.25E-15 Std. Dev. =0.

972 N =91

Observed Cum Prob

1.0 0.8 0.6 0.4 0.2 0.0

E

xp

ec

te

d

C

um

P

ro

b

1.0

0.8 0.6 0.4 0.2 0.0

Normal P-P Plot of Regression

Standardized Residual


(3)

F.

Hasil Uji Asumsi Klasik

1.

Uji Normalitas

Regression Standardized Predicted

Value

3 2 1 0 -1 -2 -3

Regressi

on

St

udent

ize

d R

esidu

al

4 2

0

-2

Scatterplot

Dependent Variable: Tindakan Tax Evasion

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

91 .0000000 3.32601104 .116 .116 -.072 1.111 .169 N

Mean

Std. Dev iat ion Normal Parametersa,b

Absolute Positiv e Negativ e Most Extreme

Dif f erences

Kolmogorov -Smirnov Z Asy mp. Sig. (2-tailed)

Unstandardiz ed Residual

Test distribution is Normal. a.

Calculated f rom data. b.


(4)

2. Uji Multikolinieritas

Observed Cum Prob

1.0 0.8 0.6 0.4 0.2 0.0

E

xp

ec

te

d

C

um

P

ro

b

1.0

0.8 0.6 0.4 0.2 0.0

Normal P-P Plot of Regression

Standardized Residual

Dependent Variable: Tindakan Tax Evasion

Coeffi ci entsa

.950 1.053 .906 1.104 .507 1.971 .581 1.722 .453 2.206 Keadilan

Diskriminasi Tarif pajak

Ketepatan pengalokasian Teknologi dan inf ormasi perpajakan

Model 1

Tolerance VI F Collinearity Statistics

Dependent Variable: Tindakan Tax Ev asion a.


(5)

G.

Uji Heteroskedastisitas

1.

Scatterplot

2.

Uji Glejser (heteroskedastisitas)

Regression Standardized Predicted

Value

3 2 1 0 -1 -2 -3

Regressi

on

St

udent

ize

d R

esidu

al

4 2

0

-2

Scatterplot

Dependent Variable: Tindakan Tax Evasion

Coeffi cientsa

2.279 3.353 .680 .498

.076 .099 .084 .765 .446 .089 .122 .081 .725 .470 -.015 .129 -.017 -.113 .910 -.133 .123 -.151 -1.075 .286 -.012 .059 -.031 -.197 .844 (Constant)

Keadilan Diskriminasi Tarif pajak

Ketepat an pengalokasian Teknologi dan inf ormasi perpajakan

Model 1

B St d. Error Unstandardized

Coef f icients

Beta St andardized

Coef f icients

t Sig.

Dependent Variable: AbRes a.


(6)

Dokumen yang terkait

Pengaruh Keadilan, Sistem Perpajakan, Diskriminasi, dan Kemungkinan terdeteksi Kecurangan terhadap Persepsi Wajib Pajak Mengenai Etika Penggelapan Pajak (Tax Evasion)

12 95 180

PENGARUH KEADILAN, SELF ASSESSMENT SYSTEM, DISKRIMINASI, PEMAHAMAN PERPAJAKAN, PELAYANAN APARAT PAJAK, DAN KEMUNGKINAN TERDETEKSI KECURANGAN TERHADAP TINDAKAN TAX EVASION

6 48 147

Pengaruh Kemungkinan Terdeteksinya Kecurangan, Keadilan Pajak, Ketepatan Pengalokasian Pajak, Teknologi Sistem Perpajakan, dan Tax Morale Terhadap Tax Evasion

3 29 215

MINIMALISASI TAX EVASION MELALUI TARIF PAJAK, TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERPAJAKAN, KEADILAN SISTEM PERPAJAKAN, DAN KETEPATAN PENGALOKASIAN PENGELUARAN PEMERINTAH.

4 26 17

PENGARUH KEADILAN, DISKRIMINASI, TARIF PAJAK, KETEPATAN PENGALOKASIAN, TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERPAJAKAN TERHADAP TINDAKAN TAX EVASION

0 7 19

Pengaruh Keadilan, Sistem Perpajakan, Diskriminasi, dan Kemungkinan Terdeteksinya Kecurangan Terhadap Persepsi Wajib Pajak Orang Pribadi Mengenai Perilaku Tax Evasion

4 21 8

PENGARUH KEADILAN, SISTEM PERPAJAKAN, TARIF PAJAK, DISKRIMINASI, KECURANGAN, KETEPATAN Pengaruh Keadilan Sistem Perpajakan Tarif Pajak Diskriminasi Kecurangan Ketepatan Pengalokasian Dan Money Ethics Mengenai Persepsi Wajib Pajak Terhadap Etika Penggelap

0 3 15

PENGARUH KEADILAN, SISTEM PERPAJAKAN, TARIF PAJAK, DISKRIMINASI, KECURANGAN, KETEPATAN Pengaruh Keadilan Sistem Perpajakan Tarif Pajak Diskriminasi Kecurangan Ketepatan Pengalokasian Dan Money Ethics Mengenai Persepsi Wajib Pajak Terhadap Etika Penggelap

0 6 16

PENDAHULUAN Pengaruh Keadilan Sistem Perpajakan Tarif Pajak Diskriminasi Kecurangan Ketepatan Pengalokasian Dan Money Ethics Mengenai Persepsi Wajib Pajak Terhadap Etika Penggelapan Pajak (Tax Evasion).

0 3 10

Pengaruh Persepsi Keadilan dan Sistem Perpajakan Terhadap Penggelapan Pajak (Tax Evasion).

15 61 43