anak balita lemah, pertumbuhan jasmaninya terlambat, dan perkembangan selanjutnya terganggu. Pada orang dewasa ditandai dengan menurunnya berat
badan dan menurunnya produktifitas kerja. Kekurangan gizi pada semua umur dapat menyebabkan mudahnya terkena serangan infeksi dan penyakit lainnya
serta lambatnya proses regenerasi sel tubuh Suhardjo, 2003 .
2.3.5 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pola Makan
Kemiskinan sebagai penyebab gizi kurang menduduki posisi pertama pada kondisi yang umum Suhardjo, 2003. Pada umumnya jika tingkat
pendapatan naik, jumlah dan jenis makanan cenderung untuk membaik juga Suhardjo dkk, 1986. Besar kecilnya pendapatan keluarga berpengaruh terhadap
pola konsumsi makanan dan pola konsumsi makanan dipengaruhi pula oleh faktor sosial budaya masyarakat. Oleh karena itu bagi suatu masyarakat dengan
tingkat pendapatan rendah, usaha perbaikan gizi erat hubungannya dengan usaha peningkatan pendapatan dan pembangunan sumber daya manusia Djiteng
Roedjito D., 1989. Sumber pangan keluarga, terutama mereka yang sangat miskin, akan lebih
mudah memenuhi kebutuhan makanannya jika yang harus diberi makan jumlahnya sedikit. Anak yang tumbuh dalam suatu keluarga yang miskin adalah
paling rawan terhadap kurang gizi diantara seluruh anggota keluarga dan anak yang paling kecil biasanya paling terpengaruh oleh kekurangan pangan. Sebagian
memang demikian, sebab seandainya besarnya keluarga bertambah, maka pangan untuk setiap anak berkurang dan banyak orang tua tidak menyadari bahwa anak-
anak yang sangat muda memerlukan pangan relatif lebih banyak daripada anak- anak yang lebih tua Suhardjo dkk, 1986 .
Berbagai kebiasaan yang bertalian dengan pantang makan makanan tertentu masih sering kita jumpai terutama di daerah pedesaan, misalnya larangan
terhadap anak untuk makan telur, ikan ataupun daging hanya berdasarkan kebiasaan yang tidak ada dasarnya dan hanya diwarisi secara turun temurun,
padahal anak itu sendiri sangat memerlukan bahan makanan seperti itu guna
Universitas Sumatera Utara
keperluan pertumbuhan tubuhnya Sjahmien Moehji, 2002. Unsur-unsur budaya mampu menciptakan suatu kebiasaan makan penduduk yang kadang-kadang
bertentangan dengan prinsip-prinsip ilmu gizi. Misalnya bahan-bahan makanan tertentu oleh sesuatu budaya masyarakat dapat dianggap tabu untuk dikonsumsi
karena alasan-alasan tertentu Suhardjo, 2003. Dikemukakan juga oleh Yetty Nency dan Muhamad Thohar 2005, bahwa kebiasaan, mitos atau
kepercayaanadapt istiadat masyarakat tertentu yang tidak benar dalam pemberian makan akan sangat merugikan anak.
A. Berg 1986 dalam Peranan Gizi Dalam Pelaksanaan Pembangunan Nasional yang dikutip oleh G. Kartasapoetra dan Marsetyo 2002 , mengatakan
bahwa diberbagai negara atau daerah terdapat tiga kelompok masyarakat yang biasanya mempunyai makanan pantangan, yaitu anak kecil, ibu hamil dan ibu
menyusui. Khusus mengenai hal itu di Indonesia antara lain dikemukannya bahwa pada anak kecil di banyak daerah, makanan yang bergizi dijauhkan dari anak,
karena takut akan akibat-akibat yang sebaliknya. Di berbagai daerah ikan dilarang untuk anak-anak karena menurut kepercayaan mereka, ikan dapat
menyebabkan cacingan, sakit mata atau sakit kulit. Di tempat lain kacang- kacangan yang kaya dengan protein seringkali tidak diberikan kepada anak-anak
karena khawatir perutnya anaknya akan kembung. Faktor yang mempengaruhi pola makan dalam keluarga khususnya pada
balita adalah faktor pengetahuan. Pembahasan tentang pengetahuan telah diuraikan pada bagian pengetahuan gizi ibu.
2.4 Status Gizi 2.4.1 Pengertian Status Gizi
Menurut Suhardjo 2003 , status gizi adalah keadaan kesehatan individu- individu atau kelompok-kelompok yang ditentukan oleh derajat kebutuhan fisik
akan energi dan zat-zat gizi lain yang diperoleh dari pangan dan makanan yang dampak fisiknya diukur secara antropometri. Status gizi adalah ekspresi dari
keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu, atau perwujudan dari nutrisi dalam bentuk variable tertentu. Contoh : KEP merupakan keadaan tidak
Universitas Sumatera Utara