Hubungan Gangguan Ansietas dan Gangguan Depresi

2.7. Hubungan Gangguan Ansietas dan Gangguan Depresi

Terhadap Sakit Perut Berulang Pada Remaja Anak dan remaja yang mengalami gangguan ansietas dan gangguan depresi dinilai lebih sering menderita sakit perut berulang dalam masyarakat. 27 Satu studi sebelumnya menunjukkan bahwa anak yang stres setiap harinya dilaporkan lebih sering mengalami sakit perut. 12 Dikatakan juga bahwa gangguan ansietas, gangguan depresi, serta stres emosional biasanya dialami pada anak-anak yang menderita sakit perut berulang. 10 Penelitian yang dilakukan di Amerika menyatakan bahwa prevalensi gangguan ansietas pada anak-anak dengan sakit perut berulang terjadi antara 42 sampai 85. 14 Hubungan antara sakit perut dengan gangguan ansietas dan gangguan depresi pada anak penting untuk beberapa alasan. Pertama dikatakan bahwa adanya bukti hubungan antara fisik dan masalah psikologis pada anak dan remaja. 10,14 Penelitian yang dilakukan di Nashville Tennessee , menemukan bahwa sakit perut, sakit kepala dan nyeri otot, kuat hubungannya dengan gangguan ansietas, gangguan depresi dan gangguan tingkah laku pada anak-anak usia 9 sampai 16 tahun. Kedua dikatakan bahwa gejala fisik sering merupakan bagian dari kriteria gangguan psikologis. Ketiga dikatakan bahwa gejala nyeri dapat memperburuk atau menambah gejala psikososial seperti contoh seorang anak dengan muntah berulang kali yang diinduksi oleh sakit kepala, dapat menjadi ansietas, ini menyebabkan si anak akan tinggal di rumah dan tidak mau pergi ke sekolah atau melakukan aktivitas lain. Penghindaran kegiatan sosialisasi ini akan meningkatkan ansietas si anak yang pada akhirnya akan memperburuk gejala gastrointestinalnya. 13 Hubungan antara sakit perut dan gangguan ansietas serta gangguan depresi ini memerlukan penelitian lebih lanjut sebagai kontrol untuk gejala somatik dan gangguan ansietas. Jika sakit perut berulang ini merupakan satu kriteria dari gangguan ansietas, maka jelas ada hubungan antara sakit perut berulang dengan gangguan ansietas. 14

2.8. Kerangka Konseptual