BAB 1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Gangguan ansietas dan gangguan depresi menjadi target dan masalah kesehatan yang penting untuk dicegah, karena onsetnya yang cepat,
dapat menetap sampai dewasa dan comorbid
dengan masalah kesehatan lain.
1
Dikatakan bahwa gangguan ansietas dan gangguan depresi umumnya terjadi pada masa anak dan remaja, bervariasi tergantung dari
kelompok umur dan makin meningkat dengan bertambahnya umur.
2
Lebih dari 150 juta orang menderita depresi saat ini dan hampir 1 juta remaja
melakukan tindakan bunuh diri setiap tahunnya. Studi epidemiologi melaporkan bahwa prevalensi gangguan ansietas dan gangguan depresi
pada anak dan remaja bervariasi yaitu berkisar antara 2.6 sampai 41.2.
3
Diagnostic Interview Schedule for Children DISC dan
AsianPacific Islander Adolescents menyatakan bahwa prevalensi
gangguan ansietas secara keseluruhan rata-rata 9.1 pada remaja di Asia Pasifik.
4
Ansietas merupakan suatu keadaan yang ditandai oleh rasa khawatir bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi disertai dengan gejala
somatik yang menandakan adanya aktivitas yang berlebihan dari susunan saraf pusat autonomik,
5
sedangkan depresi adalah suatu keadaan terganggunya fungsi manusia yang berkaitan dengan alam perasaan yang
sedih dengan gejala penyertanya seperti gangguan pola tidur, nafsu
makan, psikomotor, konsentrasi, kelelahan, rasa putus asa dan tak berdaya, serta gagasan bunuh diri.
5,6
Anak-anak dengan gangguan ansietas dapat menimbulkan dampak terhadap prestasi akademik dan aspek sosial lainnya dari kehidupan
sekolah sehingga cukup mengganggu aktivitas anak sehari-hari.
5
Anak akan merasa tegang atau khawatir, mudah lelah, mempunyai kesulitan
berkonsentrasi dan adanya gangguan tidur.
5,6
Gangguan ini biasanya muncul pada pertengahan remaja sampai pertengahan usia 20-an dan
dua kali lebih banyak dijumpai pada anak perempuan dibanding anak laki- laki.
5
Pada beberapa anak dengan gangguan ansietas dan stres emosional tampak jelas menunjukkan adanya keluhan sakit perut.
7
Emosi, proses kognitif dan sistem susunan saraf pusat lainnya berpengaruh juga
dalam mengatur persepsi nyeri.
8
Sakit perut berulang merupakan salah satu gangguan yang sering terjadi pada anak dan remaja, terjadi secara
berulang pada anak sekolah dan meningkat pada anak perempuan di atas usia 9 tahun.
9
Sakit perut berulang adalah sakit perut yang terjadi lebih atau paling sedikit tiga kali dalam waktu 3 bulan dan cukup berat berpengaruh
pada aktivitas anak.
10,11
Sekitar 42 sampai 85 anak dengan gangguan ansietas menderita sakit perut berulang.
12
Walaupun beberapa studi menunjukkan bahwa kejadian sakit perut berulang lebih banyak disebabkan oleh karena gangguan ansietas dan
depresi, tetapi beberapa studi masih memperdebatkan apakah sakit perut berulang pada anak disebabkan oleh karena faktor organik atau
psikogenik.
13
Peneliti ingin menilai apakah gangguan ansietas dan gangguan depresi dapat mempengaruhi kejadian sakit perut berulang, disamping itu
untuk menilai pengaruh keterlibatan faktor psikogenik dalam hal ini ansietas dan depresi pada remaja terhadap kejadian sakit perut berulang.
Penelitan ini juga merupakan penelitian bersama dari berbagai divisi di bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera
Utara FK-USU seperti: divisi Pediatri Sosial, Gastroenterologi, Neurologi, Infeksi dan Respirologi, serta tersedia sarana penelitian berupa
laboratorium di kecamatan Secanggang tersebut, sehingga memudahkan dalam penelitian.
1.2. R umusan Masalah