46
Saat menaiki atau menuruni tangga a. Mandiri
6 9,4
b. Perlu pertolongan 13
20,3 c. Tak mampu
45 70,3
2. Pembahasan
Dari hasil penelitian, peneliti membahas tentang tingkat kemampuan lansia dengan penyakit kronis dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
2.1 Data Demografi
Berdasarkan data demografi yang diperoleh dalam penelitian ini, dari responden dengan rentang usia 63 sampai 100 tahun terdapat 70,3 responden
berjenis kelamin wanita, dan 54,7 dari responden adalah janda. Hal ini berarti bahwa mayoritas lansia yang menderita penyakit kronis berjenis kelamin wanita
dan memiliki status perkawinan janda. Hal ini sesuai dengan pendapat Mckenzie 2003 yang mengatakan bahwa wanita lebih banyak mengalami keterbatasan
fisik akibat penyakit kronis. Lansia wanita memiliki kemungkinan tiga kali lebih banyak untuk menjadi janda daripada pria karena rata-rata usia harapan hidup pria
lebih pendek dari wanita. Smith 2000 juga berpendapat bahwa setengah dari lansia adalah wanita yang sudah sendiri atau janda.
Berdasarkan tingkat pendidikan, sekitar 81,3 responden memiliki pendidikan baik jenjang SD, SMP, SMA atau perguruan tinggi dan jenjang
pendidikan sd sekitar 32,8. Hal ini menunjukan bahwa mayoritas responden mengecap pendidikan dan memiliki kesempatan yang lebih dari responden yang
tidak mengecap pendidikan untuk memperoleh informasi tentang kesehatan. Tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi
47
kemampuan dalam melakukan aktivitas sesuai dengan pernyataan William dan Wilkins 2001 yang menyatakan bahwa faktor-faktor yang secara konsisten
dilaporkan terkait dengan peningkatan kecacatan fungsional adalah usia tua, jenis kelamin perempuan, tingkat pendidikan rendah, kurang olahraga, penyakit kronis
dan gangguan kognisi. Pendidikan yang rendah dapat mengurangi kemampuan lansia untuk hidup dengan gaya hidup sehat, menggunakan dan memanfaatkan
pelayanan kesehatan, menyadari masalah kesehatan dan mencari perawatan yang tepat, dan untuk mengikuti rekomendasi perawatan Lueckenotte, 2000. Smeltzer
dan Bare 2001 juga berpendapat bahwa pasien yang berpendidikan yang mendapat cukup informasi sering lebih mungkin untuk mengenali perubahan
kesehatan dan mencari perawatan kesehatan lebih dini dibanding pasien yang tidak mendapat cukup pendidikan.
Berdasarkan jenis penyakit kronis yang diderita lansia, Hipertensi merupakan penyakit yang paling banyak diderita yaitu 31,2 dan sekitar 68,8
menderita lebih dari 2 tahun. Hal ini sesuai dengan pendapat Med 2003 bahwa penyakit kronis yang paling sering diderita lansia baik wanita ataupun pria adalah
hipertensi. Smith 2000 juga berpendapat bahwa hipertensi merupakan penyakit kronis yang banyak terjadi pada lansia.
Dari hasil penelitian juga diperoleh bahwa 59,4 responden menggunakan alat bantu dalam memenuhi aktivitasnya. Pengunaan alat bantu dapat membantu
lansia dalam melakukan aktivitas sehari-hari misalnya penggunaan tongkat untuk berjalan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden menggunakan
alat bantu untuk memenuhi aktivitas sehari-harinya. Hal ini sesuai dengan
48
pendapat Mckenzie 2003 yang menyatakan bahwa lansia memiliki tingkat penggunaan yang lebih tinggi dalam hal penggunaan alat bantu, perlengkapan dan
persediaan medis. Penggunaan alat bantu ini dapat meminimalkan ketergantungan lansia terhadap orang lain dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Hasil penelitian
juga menunjukkan sekitar 56,2 responden mengkonsumsi obat terkait dengan penyakit kronis yang diderita. Hal berarti bahwa cukup banyak responden yang
mengkonsumsi obat untuk meminimalkan akibat penyakit kronis yang dideritanya.
2.2 Tingkat Kemampuan Aktivitas Sehari-hari
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa 82,8 lansia masih dapat melakukan transfer secara mandiri, 17,2 lansia mampu berjalan secara mandiri,
28,1 mampu toileting secara mandiri, 64,1 mampu membersihkan diri secara mandiri, 39,1 kotinen teratur untuk BAB, 14,1 kontinen teratur untuk BAK,
23,4 mampu mandi secara mandiri, 21,9 mandiri dalam berpakaian, 20,3 makan secara mandiri dan 9,4 mampu mandiri naik turun tangga. Hal ini
menunjukkan bahwa lansia dengan penyakit kronis memiliki keterbatasan atau mengalami penurunan dalam pelaksanaan aktivitas sehari-hari. Hasil penelitian
tersebut sesuai dengan pernyataan Chronic Diseases are the Leading Causes of Death and Disability in the U.S. CDC sekitar seperempat dari penderita penyakit
kronis mengalami keterbatasan dalam melakukan satu atau lebih aktivitas sehari- hari. Smith 2000 juga berpendapat bahwa ketidakmampuan melakukan aktivitas
49
meningkat seiring dengan bertambahnya usia dan 44 keterbatasan melakukan aktivitas terjadi karena penyakit kronis.
Dari hasil penelitian di atas dapat dilihat bahwa 82,8 dari responden masih mampu secara mandiri dalam melakukan transfer dan 9,4 responden
mampu secara mandiri untuk naik turun tangga. Hal ini menunjukkan bahwa hanya sedikit lansia yang mengalami gangguan dalam aktivitas transfer tidur
duduk dan sebagian besar mengalami gangguan dalam aktifitas naik turun tangga, ini juga berarti bahwa aktivitas transfer merupakan aktivitas dengan
persentase tertinggi dari keseluruhan aktivitas sehari-hari, yang dapat dilakukan lansia tanpa membutuhkan bantuan atau mandiri sedangkan aktivitas naik turun
tangga merupakan aktivitas dengan persentase terendah dari keseluruhan aktivitas sehari-hari, yang dapat dilakukan lansia secara mandiri.
Dari hasil penelitian juga dapat dilihat bahwa 17,2 lansia mampu berjalan secara mandiri, 67,2 membutuhkan bantuan satu orang atau walker,
14,1 membutuhkan bantuan dua orang atau kursi roda dan 1,6 tidak mampu berjalan. Dari hasil penelitian juga terdapat 23,4 lansia mampu mandi secara
mandiri, 76,6 tergantung pada orang lain dalam mandi, dan terdapat 21,9 responden mandiri dalam berpakaian, 64,1 responden sebagian dibantu dan
14,1 tergantung pada orang lain dalam berpakaian. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa lansia mengalami gangguan mobilisasi yang menyebabkan
lansia kesulitan dalam memenuhi aktivitasnya. Hal ini didukung oleh pendapat Smith 2000 yang berpendapat bahwa penyakit kronis pada lansia menyebabkan
keterbatasan aktivitas khususnya mobilisasi.
50
Terkait dengan kontinen BAK dan BAB, terdapat 39,1 responden dengan kontinen teratur untuk BAB, 54,7 kadang-kadang inkontinen, 6,2
mengalami inkontinensia dan untuk BAK terdapat 14,1 kontinen teratur, 78,1 kadang-kadang kontinen dan 7,8 inkontinensia urin. Inkontinensia signifikan
disebabkan oleh ketidakmampuan dan ketergantungan pada populasi lansia Smith, 2000.
Berdasarkan kategori kemampuan, tingkat kemampuan aktivitas sehari- hari pada lansia dengan penyakit kronis tergambar sebagai berikut, 7,8 lansia
dengan kategori mandiri, 18,8 ketergantungan ringan, 56,2 ketergantungan sedang, 14,1 ketergantungan berat, dan 3,1 ketergantungan total. Berdasarkan
hasil tersebut dapat dilihat bahwa sebagian besar lansia dengan penyakit kronis tergolong pada kategori ketergantungan sedang yaitu sebesar 56,2. Hal ini
berarti bahwa lansia dengan penyakit kronis membutuhkan bantuan cukup atau sedang dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Hal ini juga menunjukkan bahwa
penyakit kronis yang diderita lansia mengakibatkan penurunan kemampuan aktivitas. Hal ini sesuai dengan pendapat Smeltzer dan Bare 2002, kemajuan
proses penyakit mengancam kemandirian dan kualitas hidup dengan membebani kemampuan melakukan perawatan personal dan aktivitas sehari-hari. Dan
menurut laporan National Center for Health Statistics US terdapat 34,2 juta orang mengalami keterbatasan aktivitas karena penyakit kronis Disability Abstract,
1991.
Keating dan Wetle 2008, dalam penelitiannya juga menyatakan bahwa penyakit kronis yang diderita lansia sangat mempengaruhi kualitas hidup lansia. Hal
ini dikarenakan lansia akan kehilangan kemampuannya secara mandiri. Lansia
51 dengan penyakit kronis sangat bergantung dengan orang lain dan membutuhkan
perhatian.
Kemampuan lansia dengan penyakit kronis dalam melakukan aktivitas sehari-hari di kelurahan Gedung Johor ini tergolong dalam kategori sedang
kemungkinan dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut seperti jenis penyakit yang diderita yaitu sekitar 31,2 menderita hipertensi, dimana
menurut hasil wawancara yang dilakukan peneliti pada saat mengumpulkan data responden berpendapat bahwa penyakit hipertensi ini hanya akan menimbulkan
gangguan aktivitas pada saat mengalami kekambuhan. Faktor yang lainnya adalah penggunaan obat-obatan 56,4 yang dapat meringankan dampak atau akibat
penyakit, penggunaan alat bantu 59,4 yang dapat meminimalkan ketergantungan lansia pada orang lain dalam melakukan aktivitas, lama menderita
penyakit dimana sekitar 68,8 lansia menderita penyakit kronis lebih dari 2 tahun, hal ini mungkin menyebabkan lansia cukup beradaptasi terhadap penyakit
kronis yang dideritanya dan tingkat pendidikan dimana sekitar 81,3 responden memiliki pendidikan dari jenjang SD, SMP, SMA atau perguruan tinggi dengan
tingginya tingkat pendidikan maka lansia akan memiliki pengetahuan yang cukup untuk mengatasi akibat dari penyakit kronis, mencari perawatan yang tepat serta
mampu menggunakan pelayanan kesehatan dengan baik. Sesuai dengan pendapat Smeltzer dan Bare 2001 bahwa pasien yang berpendidikan yang mendapat
cukup informasi lebih mampu untuk mengenali perubahan kesehatan dan mencari perawatan kesehatan lebih dini dibanding pasien yang tidak mendapat pendidikan.
52
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN