Sistem Pengendalian Kewajiban

4. Sistem Pengendalian Kewajiban

Penggunaan, dan Pertanggungjawaban Potongan Gaji PNS Untuk Iuran Dana Pensiun Masih Belum Diatur Dengan Jelas

CaLK C.3 LKPP Tahun 2010 angka 12 mengungkapkan adanya Past Service Liabilities Program Pensiun sebesar Rp1.879,64 triliun yang terdiri dari:

a. Past service liabilities sesuai hasil Valuasi Aktuaria Independen per 31 Desember 2010 sebesar Rp1.809,42 triliun yang dihitung berdasarkan seluruh PNS, termasuk Veteran, TNI dan Polri (yang telah menjalani masa pensiun sampai dengan 31 Maret 1989), serta pejabat Negara; dan

b. Past service liabilities (gabungan program pensiun dan beras) pada PT Asabri (Persero) per 31 Desember 2009 adalah sebesar Rp70,22 triliun. Jumlah tersebut merupakan valuasi Aktuaris Independen atas pembayaran pensiun TNI dan Polri dikelola oleh PT Asabri (Persero) sejak 1 April 1989.

Past Service Liabilities merupakan dampak dari sistem pembayaran pensiun sesuai UU Nomor 11 Tahun 1969 tentang Pensiun Pegawai dan Pensiun Janda/Duda Pegawai dan PP Nomor 25 Tahun 1981 tanggal 30 Juli 1981 tentang Asuransi Sosial PNS. Program Pensiun PNS diselenggarakan berdasarkan UU Nomor 11 Tahun 1969 tentang Pensiun Pegawai dan Pensiun Janda/Duda Pegawai. Dana Pensiun dibentuk berdasarkan kontribusi Pemerintah, sebagai pemberi kerja, dan PNS, sebagai peserta.

BPK

LHP SPI – LKPP TAHUN 2010

Halaman 41 dari 46

Namun demikian, selama ini untuk penyelenggaraan program pensiun, iuran hanya disetor oleh peserta masing-masing sebesar 4,75% dari gaji pokok. Pemerintah selaku pemberi kerja belum menyetorkan kontribusinya.

Dalam rangka pembentukan program pensiun, Pemerintah menerbitkan Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 56 Tahun 1974 tanggal 10 Desember 1974 tentang Pembagian, Penggunaan, Cara Pemotongan, Penyetoran, Besarnya Iuran-iuran yang dipungut dari pegawai negeri, Pejabat Negara dan Penerima Pensiun yang selanjutnya diubah dengan Keppres Nomor 8 Tahun 1977 tanggal 1 Maret 1977. Dalam Keppres Nomor 56 Tahun 1974, diatur pungutan iuran Tabungan Hari Tua (THT) yang besarnya 3,25% dari penghasilan setiap bulan setiap Pegawai Negeri dan Pejabat Negara dikelola oleh Perusahaan Umum (Perum) Taspen, sementara itu pungutan iuran pensiun sebesar 4,75% dari penghasilan setiap bulan setiap Pegawai Negeri dan Pejabat Negara disimpan pada Bank Milik Pemerintah yang ditentukan oleh Menteri Keuangan sambil menunggu terbentuknya badan hukum yang dibentuk oleh pemerintah. Sementara belum terbentuknya Dana Pensiun, Pemerintah melakukan pembayaran pensiun PNS dengan beban APBN melalui Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara Kementerian Keuangan.

Untuk menindaklanjuti peraturan Pemerintah Nomor 25 tahun 1981, Dana Pensiun PNS yang semula ditempatkan pada bank-bank pemerintah yang ditentukan oleh Menteri Keuangan dialihkan kepada PT Taspen (Persero) berdasarkan surat Menteri Keuangan Nomor: S-244/MK.011/1985 tanggal 21 Februari 1985. Akumulasi Dana titipan tersebut per 31 Desember 2010 adalah sebesar Rp28.763.041,90 juta.

Dalam hasil pemeriksaan BPK atas LKPP Tahun 2007, BPK telah mengungkapkan permasalahan ketidakjelasan status penitipan, pengelolaan, penggunaan, dan pertanggungjawaban potongan gaji PNS untuk iuran dana pensiun.

Atas Permasalahan tersebut diatas, BPK merekomendasikan agar Pemerintah melakukan penyempurnaan regulasi dana pensiun PNS dan membuat peraturan yang lebih teknis menyangkut tata cara pengelolaan, penggunaan, dan pertanggungjawaban potongan gaji PNS untuk iuran dana pensiun yang dititipkan Menteri Keuangan kepada PT Taspen.

Pemerintah mengakui permasalahan-permasalahan yang dikemukakan oleh BPK, namun karena permasalahan ini sangat kompleks maka Pemerintah akan melakukan langkah-langkah perbaikan pengelolaan pensiun secara bertahap. Saat ini sedang disusun peraturan sebagai payung hukum mengenai status dana, pengelolaan, penggunaan, dan pertanggungjawaban atas iuran dana pensiun PNS.

Berdasarkan pemeriksaan atas LKPP Tahun 2010, dapat diketahui bahwa status penitipan, pengelolaan, penggunaan, dan pertanggungjawaban potongan gaji PNS untuk iuran dana pensiun masih belum diatur dengan jelas. Untuk melaksanakan ketentuan Pasal 2 huruf a UU Nomor 11 Tahun 1969 serta Pasal 32 UU Nomor 8 Tahun 1974, Pemerintah menerbitkan PP Nomor 25 Tahun 1981 tanggal 30 Juli 1981 tentang Asuransi Sosial PNS. Dampak penerapan PP Nomor 25 tahun 1981 adalah penyelenggaran dana pensiun dilaksanakan dalam sistem asuransi atau fully funded system. Pemerintah juga

BPK

LHP SPI – LKPP TAHUN 2010

Halaman 42 dari 46 Halaman 42 dari 46

a. Status dana iuran program pensiun masih merupakan titipan pada PT Taspen;

b. PP Nomor 25 Tahun 1981 tanggal 30 Juli 1981 tentang Asuransi Sosial PNS pada Pasal 7 huruf (a) menyebutkan “Pembayaran sumbangan untuk iuran pensiun Pegawai Negeri Sipil yang besarnya akan ditetapkan dengan K eputusan Presiden”. Tetapi sampai dengan saat ini Keppres tersebut belum ada. Dana Pensiun dibentuk berdasarkan kontribusi Pemerintah, sebagai pemberi kerja, dan PNS sebagai peserta. Namun demikian, sampai dengan tahun 2010, iuran hanya disetor oleh peserta masing-masing sebesar 4,75% dan 3,25% dari gaji pokok;

c. CaLK LKPP Tahun 2010 menyebutkan bahwa “Pemerintah menganut sistem pembayaran secara current cost financing, yaitu pembayaran pensiun dipenuhi secara langsung oleh Pemerintah melalui APBN pada saat pegawai memasuki masa pensiun dengan sistem sharing dengan Dana Pensiun ”. Sedangkan berdasarkan PP Nomor 25 Tahun 1981 tanggal 30 Juli 1981 tentang Asuransi Sosial PNS, disebutkan bahwa Pemerintah menganut sistem asuransi sosial; dan

d. Pemerintah melakukan Sharing dengan Dana Pensiun untuk pembayaran manfaat pensiun dari tahun 1994 sampai dengan tahun 2008 sebesar Rp36,26 triliun. Pemerintah menggunakan iuran dana pensiun PNS yang dititipkan kepada PT Taspen (Persero) untuk sharing pembayaran pensiun yang tidak sesuai dengan ketentuan. UU Nomor 11 Tahun 1969 mengatur bahwa pembayaran manfaat pensiun kepada PNS menjadi tanggung jawab Pemerintah yang dibebankan pada APBN, kemudian setelah dibentuk suatu lembaga dana pensiun maka akan dibiayai oleh suatu dana pensiun yang dibentuk dan penyelenggaraannya diatur dengan PP.

Dengan demikian, sampai dengan tahun 2010 Pemerintah belum menindaklanjuti rekomendasi BPK dalam Hasil Pemeriksaan LKPP tahun 2007. Permasalahan ini tidak sesuai dengan:

a. UU Nomor 11 Tahun 1969 bahwa pemerintah menjamin pemberian uang pensiun untuk para pensiunan pegawai negeri. Oleh karena itu, dalam hal pensiun para pensiunan pegawai negeri dibayar secara pay as you go, maka jumlah tunai pensiun pegawai negeri yang sudah pensiun maupun yang masih aktif (PSL) harus diakui sebagai utang pemerintah kepada para pegawainya;

b. PP Nomor 25 Tahun 1981 tanggal 30 Juli 1981 tentang Asuransi Sosial PNS menyebutkan bahwa:

1) Pasal 1 ayat (2) menyebutkan bahwa “Asuransi Sosial adalah Asuransi Sosial Pegawai Negeri Sipil termasuk dana pensiun dan tabungan hari tua ”; dan

BPK

LHP SPI – LKPP TAHUN 2010

Halaman 43 dari 46

2) Pasal 7 huruf a menyebutkan bahwa “pembayaran sumbangan untuk iuran pensiun Pegawai Negeri Sipil yang besarnya akan ditetapkan dengan keputusan Presiden ”.

Permasalahan tersebut mengakibatkan ketidakjelasan status penitipan, pengelolaan, penggunaan, dan pertanggungjawaban potongan gaji PNS untuk iuran Dana Pensiun.

Permasalahan tersebut disebabkan karena Pemerintah masih belum mengatur pelaksanaan program dana pensiun secara jelas sesuai UU Nomor 11 Tahun 1969 dan PP Nomor 25 Tahun 1981.

Tanggapan – Pemerintah menanggapi bahwa penggunaan dana iuran pegawai untuk sharing pembayaran manfaat pensiun tahun 1994 s.d. 2008 bukan sebagai kewajiban. Hal tersebut merupakan bagian dari sharing peserta untuk membayar pensiun. Pemerintah telah mengungkapkan secara memadai mengenai status iuran dana pensiun dan sharing pembayaran pensiun dalam CaLK LKPP Tahun 2010. Pemerintah juga menyadari masih perlu menyempurnakan ketentuan terkait agar pengelolaan dana pensiun PNS lebih transparan, akuntabel, dan dapat dipertanggungjawabkan.

Rekomendasi – BPK kembali merekomendasikan Pemerintah agar melakukan penyempurnaan regulasi dana pensiun PNS dan membuat peraturan yang lebih teknis menyangkut tata cara pengelolaan, penggunaan, dan pertanggungjawaban potongan gaji PNS untuk iuran dana pensiun yang dititipkan Menteri Keuangan kepada PT Taspen (Persero).

Dokumen yang terkait

STRATEGI PEMERINTAH DAERAH DALAM MEWUJUDKAN MALANG KOTA LAYAK ANAK (MAKOLA) MELALUI PENYEDIAAN FASILITAS PENDIDIKAN

73 431 39

KEBIJAKAN BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN DAERAH (BAPEDALDA) KOTA JAMBI DALAM UPAYA PENERTIBAN PEMBUANGAN LIMBAH PABRIK KARET

110 657 2

ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN INTERN DALAM PROSES PEMBERIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) (StudiKasusPada PT. Bank Rakyat Indonesia Unit Oro-Oro Dowo Malang)

160 705 25

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25

ANALISIS PROSES PENYUSUNAN PLAN OF ACTION (POA) PADA TINGKAT PUSKESMAS DI KABUPATEN JEMBER TAHUN 2007

6 120 23

ANALISIS YURIDIS TENTANG PENYELESAIAN SENGKETA MEREK AIR MINUM MINERAL "AQUA-versus-INDOQUALITY" (Studi Putusan Mahkamah Agung RI No. 04.PK/N/HaKI/2004)

2 65 91

ERBANDINGAN PREDIKSI LEEWAY SPACE DENGAN MENGGUNAKAN TABEL MOYERS DAN TABEL SITEPU PADA PASIEN USIA 8-10 TAHUN YANG DIRAWAT DI KLINIK ORTODONSIA RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT UNIVERSITAS JEMBER

2 124 18

HUBUNGAN ANTARA KONDISI EKONOMI WARGA BELAJAR KEJAR PAKET C DENGAN AKTIVITAS BELAJAR DI SANGGAR KEGIATAN BELAJAR KABUPATEN BONDOWOSO TAHUN PELAJARAN 2010/2011

1 100 15

INTENSI ORANG TUA DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN UNTUK MENIKAHKAN ANAK PEREMPUAN DI BAWAH USIA 20 TAHUN DI KECAMATAN PAKEM KABUPATEN BONDOWOSO

10 104 107

KADAR TOTAL NITROGEN TERLARUT HASIL HIDROLISIS DAGING UDANG MENGGUNAKAN CRUDE EKSTRAK ENZIM PROTEASE DARI LAMBUNG IKAN TUNA YELLOWFIN (Thunnus albacares)

5 114 11