Teknik Pengumpulan Data
G. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah teknik observasi dan tes. Observasi digunakan untuk mengetahui peningkatan aktivitas belajar siswa selama pembelajaran menggunakan teori belajar Bruner. Tes digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol setelah pembelajaran materi bangun ruang yaitu menemukan luas permukaan tabung, kerucut, dan bola.
1. Observasi
Observasi dilakukan pada saat penggunaan teori Bruner berlangsung. Melalui observasi akan dilihat bagaimana aktivitas atau kegiatan siswa pada saat pembelajaran berlangsung. Tahapan kegiatan siswa menggunakan teori belajar Bruner meliputi 3 tahap pembelajaran yaitu tahap enaktif, ikonik dan simbolik. Pada tahap ikonik dibagi menjadi
2, yaitu tahap ikonik 1 dan tahap ikonik 2. Pada tahap ikonik 1 lebih menjelaskan kepada kagiatan menggambar sedangkan pada tahap ikonik 2 lebih menjelaskan kepada kegiatan menulis. Dari ketiga tahapan Bruner, di bagi menjadi 3 indikator kegiatan yang dapat diukur dengan lembar observasi yaitu: 2, yaitu tahap ikonik 1 dan tahap ikonik 2. Pada tahap ikonik 1 lebih menjelaskan kepada kagiatan menggambar sedangkan pada tahap ikonik 2 lebih menjelaskan kepada kegiatan menulis. Dari ketiga tahapan Bruner, di bagi menjadi 3 indikator kegiatan yang dapat diukur dengan lembar observasi yaitu:
b) Tahap Ikonik (1) Kegiatan Menggambar Indikator: Menggambar potongan dari bangun ruang Membuat sketsa bangun datar yang telah dipotong Menggambar susunan bangun datar
(2) Kegiatan Menulis Indikator: Menuliskan rumus bangun datar Menuliskan hubungan dari beberapa rumus bangun datar Menuliskan rumus bangun ruang
c) Tahap Simbolik (1) Kegiatan Mental Indikator: Menganalisis pertanyaan yang ada di LKS Menemukan rumus bangun ruang Menganalisis soal latihan
2. Tes
Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes tertulis berbentuk essay. Tes dilakukan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol setelah 3 kali pembelajaran. Dalam pelaksanaan tes peneliti membuat soal tes sebanyak 6 soal, soal-soal diambil berdasarkan soal-soal pada buku Adinawan, dkk. Erlangga dan Umi Salamah, Tiga Serangkai Pustaka Mandiri dengan masing-masing soal yang benar bobot penskorannya bervariasi berdasarkan pada pedoman penskoran jawaban tes. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 5. Nilai maksimum pada tiap butir soal
No Soal
Nilai Maksimum
H. Teknik Analisis Data
1. Analisis data observasi
Untuk mengetahui aktivitas belajar siswa selama pembelajaran menggunakan teori belajar Bruner maka dilakukan observasi. Di dalam lembar observasi dicantumkan indikator-indikator dari tahap-tahap belajar Bruner. Jika indikator-indikator dari tahap belajar Bruner muncul, maka observer diminta memberikan skor pada kolom yang sesuai. Adapun skor Untuk mengetahui aktivitas belajar siswa selama pembelajaran menggunakan teori belajar Bruner maka dilakukan observasi. Di dalam lembar observasi dicantumkan indikator-indikator dari tahap-tahap belajar Bruner. Jika indikator-indikator dari tahap belajar Bruner muncul, maka observer diminta memberikan skor pada kolom yang sesuai. Adapun skor
Data yang diperoleh dari hasil observasi selanjutnya dianalisis dengan menggunakan rumus:
Skor akhir tiap siswa = Jumlah skor dari tiap indikator x 100
skor maksimum ideal
Setelah diperoleh skor akhir tiap siswa selanjutnya skor tersebut dikonversikan berdasarkan kategori aktivitas belajar siswa. Penentuan kategori aktivitas belajar didasarkan pada rentang skor seperti pada tabel berikut:
Tabel 6. Kategori Aktivitas Belajar
Rentang skor Kategori aktivitas belajar
Sangat Aktif
Cukup Aktif
Kurang Aktif
Tidak Aktif
(Modifikasi Arikunto, 2006:24)
2. Analisis Data Tes
Setelah data yang diperlukan terkumpul, maka data tes tersebut diolah dengan menggunakan uji T untuk melihat pengaruh teori belajar Bruner .
a) Uji Normalitas Data
Uji normalitas digunakan untuk menentukan statistik yang akan digunakan dalam mengolah data. Untuk menguji normalitas data sampel yang diperoleh dapat digunakan uji kemiringan. Menentukan kemiringan (Km) dengan menggunakan rumus:
Keterangan: x
= rata-rata (mean) Mo = modus
s = simpangan baku
Data distribusi normal apabila harga Km terletak antara -1 dan +1 dalam selang (-1<Km<+1)
b) Uji Homogenitas Data
Uji homogenitas data dilakukan untuk memperoleh asumsi bahwa sampel penelitian berangkat dari kondisi yang sama atau homogen, yang selanjutnya untuk menentukan statistik uji t yang akan digunakan dalam pengujian hipotesis. Uji homogenitas dilakukan dengan penyelidikan apakah kedua sampel mempunyai varians yang sama atau tidak.
Dalam uji homogenitas digunakan uji F adalah sebagai berikut:
F= 2 (Sudjana, 2005 : 249)
Kriteria pengujian uji pihak kanan adalah terima hipotesis tolak Ho jika F ≥ Fα(n 1 -1, n 2 -1) dan terima Ho untuk hal-hal lain.
c) Uji Hipotesis
Guna membuktikan hipotesis yang telah dirumuskan dan untuk mendapatkan suatu kesimpulan maka hasil dari tes akan dianalisis dengan menggunakan uji t. Sebagai hasil dari pengolahan data tersebut nantinya dapat diambil satu kesimpulan untuk membuktikan hipotesis yang telah dirumuskan. Adapun rumus hipotesis dengan menggunakan uji pihak kanan adalah:
Ho : µ 1 =µ 2
Ha : µ 1 >µ 2
Ho : Rata-rata hasil belajar siswa yang menggunakan teori belajar Bruner sama dengan rata-rata hasil belajar siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional
Ha : Rata-rata hasil belajar siswa yang menggunakan teori belajar Bruner lebih baik dari rata-rata hasil belajar siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional
Keterangan:
1 µ = Nilai rata-rata posttest siswa pada kelas eksperimen
2 µ = Nilai rata-rata posttest siswa pada kelas kontrol
Peneliti menggunakan statistik uji t dengan taraf signifikansi 5%. Adapun rumus statistik uji t sebagai berikut:
X 1 −X 2
t= 1 1 (Sudjana, 2005 : 239)
Keterangan: t
=t hitung x 1 = Rata-rata nilai siswa pada kelas eksperimen
x 2 = Rata-rata nilai siswa pada kelas kontrol n 1 = Jumlah siswa pada kelas eksperimen n 2 = Jumlah siswa pada kelas kontrol
1 = Nilai varians siswa kelas eksperimen 𝑠 2
2 = Nilai varians siswa kelas kontrol 𝑠 2 = Nilai varians gabungan
Kriteria pengujian hipotesis dalam penelitian ini adalah terima Ho jika t < t 1- α dan tolak Ho jika t mempunyai harga-harga lain. Derajat kebebasan untuk daftar distribusi t ialah (n 1 +n 2 – 2) dengan peluang (1 – α), α = 0,05
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada kurva berikut ini:
Daerah Daerah
penerimaan H 0 penolakan H 0
tabel t
t hitung
t tabel
t≥t 1- α
Gambar 1. Kurva Uji Pihak Kanan
Daerah yang diarsir adalah daerah penolakan Ho, berarti Ha diterima dan daerah yang tidak diarsir adalah daerah penerimaan Ho, berarti Ha ditolak.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Hasil Validasi Instrumen Penelitian
Pada tahap validasi RPP dan LKS, RPP an LKS yang telah didesain dikonsultasikan kepada validator. Pada penelitian ini validator yang mengevaluasi dan memvalidasi materi pembelajaran berdasarkan teori Bruner adalah M. Win Afgani, S.Si, M.Pd, Yuli Fitrianti, M.Pd, Hartatiana, M.Pd, dan M. Ibnu Mukti, S.Pd. Dari hasil validasi tersebut diperoleh beberapa saran yang didapat, kemudian saran tersebut digunakan untuk merevisi desain materi awal RPP dan LKS, setelah direvisi maka menjadi prototype kedua RPP dan LKS. Saran dan keputusan untuk merevisi prototype pertama menjadi prototype kedua dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 7.
Revisi pertama materi pembelajaran berdasarkan teori Bruner
1 Pada RPP 1, 2, dan 3 indikator dan tujuan Indikator dan tujuan pembelajaran sudah pembelajaran lebih diperjelas.
diperjelas.
2 Perbaiki langkah-langkah pembelajaran yaitu Langkah-langkah pembelajaran telah dengan memisahkan tahap enaktif, ikonik, dan diperbaiki. simbolik serta tambahkan kegiatan guru, kegiatan siswa, dan alokasi waktu. 3 Perbaiki alat, media, sumber belajar dan pada Alat, media, sumber belajar dan penilaian penilaian tambahkan contoh instrumen.
sudah diperbaiki.
4 Pada Lembar aktivitas 1, 2, dan 3 perbaiki dalam Pada Lembar Aktivitas 1, 2, dan 3 telah menurunkan rumus dengan menggunakan teori diperbaiki dalam menurunkan rumus dengan Bruner dan tambahkan foto langkah kerja.
menggunakan teori Bruner. 5 Perbaiki soal latihan dengan menambahkan foto Soal latihan telah diperbaiki.
pada soal cerita, dan tambahkan lembar observasi Lembar observasi dan tes telah ditambahkan. dan tes.
Berikut ini adalah contoh materi ajar pada prototype pertama RPP dan LKS yang belum direvisi.
Gambar 2. Contoh prototipe pertama RPP
Gambar 3. Contoh prototype pertama LKS
Berikut ini adalah contoh materi ajar pada prototype kedua RPP dan LKS yang telah direvisi.
Gambar 4. Contoh prototype kedua RPP
Gambar 5. Contoh prototype kedua LKS
Setelah melakukan konsultasi kepada validator untuk membahas instrumen penelitian yang telah direvisi maka dari hasil konsultasi tersebut didapat masukan untuk merevisi materi pembelajaran. Hasil revisi tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini, sehingga menjadi prototype ketiga:
Tabel 8.
Revisi kedua materi pembelajaran berdasarkan teori Bruner
1 Pada RPP 1, 2, dan 3 perbaiki kalimat pada Pada RPP 1, 2, dan 3 kalimat, alat, media, langkah-langkah pembelajaran serta perbaiki alat, sumber belajar, penilaian dan contoh media, sumber belajar, penilaian dan contoh instrumen telah diperbaiki. instrumen. 2 Pada latihan tambahkan soal selain soal cerita dan Pada latihan soal dan lembar jawaban telah lembar jawaban lebih diperbesar serta tambahkan diperbaiki. kunci jawaban. 3 Perbaiki lembar observasi berdasarkan tahap-tahap Lembar
observasi telah diperbaiki belajar dengan menggunakan teori Bruner.
berdasarkan tahap-tahap belajar Bruner yaitu enaktif, ikonik, dan simbolik.
4 Pada LKS 1, 2, dan 3 foto dibuat sesuai dengan Pada LKS 1, 2, dan 3 foto telah dibuat langkah kerja dan dibuat keterangan serta kata- sesuai dengan langkah kerja. kata lembar aktivitas di ubah menjadi Lembar kerja Siswa (LKS).
Berikut ini adalah contoh kedua LKS dan lembar observasi sebelum direvisi sedangkan LKS dan lembar observasi yang sudah direvisi merupakan prototype ketiga.
Gambar 6.
Contoh prototype kedua LKS sebelum direvisi
Gambar 7.
Contoh prototype kedua lembar observasi sebelum direvisi
Gambar 8. Contoh prototype kedua LKS setelah direvisi
Gambar 9.
Contoh prototype kedua lembar observasi setelah direvisi
Setelah melakukan konsultasi kepada validator untuk membahas instrumen penelitian yang telah direvisi maka dari hasil konsultasi tersebut didapat masukan untuk merevisi materi pembelajaran. Hasil revisi tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini, sehingga menjadi prototype keempat:
Tabel 9.
Revisi ketiga materi pembelajaran berdasarkan teori Bruner
1 Pada RPP 1, 2, dan 3 indikator dan tujuan Pada RPP 1, 2, dan 3 telah ditambahkan pembelajaran ditambahkan kalimat “dengan kalimat “dengan benar”. benar”. 2 Pada lembar observasi tambahkan nama siswa Pada lembar observasi telah ditambahkan dan tanda tangan observer.
nama siswa dan tanda tangan observer. 3 Pada kunci jawaban latihan dan tes buat skor Pada kunci jawaban telah dibuat skor penilaian.
penilaian.
Berikut ini adalah contoh prototype ketiga RPP dan kunci jawaban sebelum direvisi sedangkan RPP dan kunci jawaban yang sudah direvisi merupakan prototype keempat.
Gambar 10.
Contoh prototype ketiga RPP sebelum direvisi
Gambar 11. Contoh prototype ketiga kunci jawaban sebelum direvisi
Gambar 12. Contoh prototype ketiga RPP setelah direvisi
Gambar 13. Contoh prototype ketiga kunci jawaban setelah direvisi
Setelah instrumen penelitian direvisi, peneliti melakukan konsultasi kepada validator. Tujuannya untuk merevisi kembali prototype keempat jika masih ada kekurangan. Dari hasil konsultasi tersebut didapat kesimpulan bahwa materi pembelajaran berdasarkan teori Bruner telah dianggap valid.
2. Deskripsi Pelaksanaan dan Data Penelitian
a) Deskripsi Pelaksanaan Pembelajaran
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Adabiyah Palembang pada tanggal 24 September 2012 sampai 9 Oktober 2012. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IX SMP Adabiyah Palembang, sedangkan sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas
IX.2 dan siswa kelas IX.3. Pelaksanaan penelitian dilakukan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan jumlah pertemuan yang sama yaitu 4 kali pertemuan, 3 kali proses pembelajaran dan 1 kali IX.2 dan siswa kelas IX.3. Pelaksanaan penelitian dilakukan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan jumlah pertemuan yang sama yaitu 4 kali pertemuan, 3 kali proses pembelajaran dan 1 kali
Selama proses pembelajaran pada kelas eksperimen, peneliti juga mengobservasi secara langsung aktivitas siswa. Untuk memperoleh data penelitian tentang aktivitas siswa selama pembelajaran pada pokok bahasan bangun ruang, peneliti melakukan observasi. Observasi dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung yang dibantu oleh tiga orang pengamat dengan melihat indikator dari aktivitas siswa berdasarkan teori belajar Bruner yang terdiri dari 3 tahap pembelajaran yaitu enaktif, ikonik, dan simbolik.
Adapun deskripsi pelaksanaan penelitian pada kelas eksperimen yang menggunakan teori belajar Bruner sebagai berikut:
(1) Pertemuan Pertama
Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari senin tanggal
24 September 2012, pada pertemuan ini siswa mempelajari materi Bangun Ruang Sisi Lengkung yaitu menemukan rumus luas permukaan tabung. Sebelum memulai kegiatan pembelajaran peneliti terlebih dahulu memperkenalkan diri dan memberikan informasi mengenai tahap-tahap pembelajaran yang akan diterapkan dalam proses pembelajaran yang berhubungan dengan teori belajar Bruner. Berdasarkan pada rencana pembelajaran, pembelajaran dibagi menjadi tiga tahap yaitu pendahuluan, kegiatan inti, dan penutup.
Pada tahap pendahuluan, peneliti menyampaikan apersepsi dengan mengajak siswa melakukan tanya jawab mengenai jenis- jenis bangun ruang dan benda-benda yang termasuk bangun ruang sisi lengkung untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan siswa mengenai materi yang akan diajarkan. Dari pertanyaan peneliti, hanya ada dua siswa yang menjawab pertanyaan. Kemudian peneliti memotivasi siswa dengan menyampaikan manfaat mempelajari bangun ruang yaitu tabung dalam kehidupan sehari- hari dan menyampaikan teori belajar yang akan diterapkan.
Pada tahap kegiatan inti, peneliti mengarahkan siswa untuk membentuk kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari
5 orang. Peneliti juga membagikan LKS dan alat peraga pada masing-masing kelompok. Setelah semua kelompok mendapatkan LKS dan alat peraga, peneliti menjelaskan kegunaan LKS tersebut dan cara menjawab pertanyaannya dengan menggunakan alat peraga yang telah diberikan.
LKS berisi langkah-langkah menemukan rumus luas permukaan tabung berdasarkan 3 tahap teori belajar Bruner yaitu enaktif, ikonik, dan simbolik beserta pertanyaan-pertanyaan. Setelah peneliti menjelaskan LKS, kemudian peneliti mengarahkan siswa berdiskusi dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada untuk menemukan rumus luas permukaan tabung.
Gambar 14. Siswa melakukan langkah-langkah LKS yaitu membuka tabung (alat peraga)
Gambar 15. Para siswa berdiskusi dalam kelompoknya
masing-masing
Gambar 16. Contoh jawaban Lembar Kerja Siswa
Pada tahap enaktif, siswa membuka tabung (alat peraga) dengan memisahkan alas dan tutup dari selimut tabung, selanjutnya siswa menggunting salah satu sisi tabung (alas atau tutup) menjadi
16 bagian dan menyusunnya sehingga terbentuk suatu bangun datar menyerupai bangun persegi panjang, kemudian siswa yang lain menggunting dan membuka selimut tabung dan terbentuk suatu bangun datar menyerupai bangun persegi panjang. Seperti pada gambar di bawah ini:
Gambar 17. Sketsa hasil potongan tabung (alat peraga)
Pada tahap ikonik, salah satu siswa menggambarkan kembali hasil susunan sisi tabung (alas atau atap) dan selimut tabung yang telah mereka temukan pada lembar kerja.
Pada tahap simbolik, semua siswa dalam kelompok menganalisis dan salah satu siswa menuliskan rumus dari beberapa bangun datar yang telah mereka dapatkan pada tahap sebelumnya, selanjutnya mereka menggabungkan rumus-rumus tersebut dan menemukan rumus luas permukaan tabung.
Selama proses pembelajaran berlangsung, ketiga observer mengamati tahap-tahap yang dilakukan siswa dan memberikan skor pada lembar observasi. Peneliti juga mengamati aktivitas siswa dan membimbing siswa yang kesulitan. Diperoleh rata-rata skor aktivitas belajar siswa pada pertemuan pertama adalah 57.50 terletak pada kategori cukup aktif.
Setelah semua kelompok selesai berdiskusi dan menemukan rumus luas permukaan tabung, peneliti meminta perwakilan siswa dari kelompok 1 untuk memaparkan rumus yang telah mereka dapatkan dari ketiga tahap belajar Bruner di papan tulis dan kelompok lainnya mengumpulkan hasil diskusi mereka.
Peneliti memberikan kuis sebanyak 5 soal mengenai luas permukaan tabung. Kuis diberikan kepada siswa secara individu untuk mengetahui kemampuan dari masing-masing siswa. Diperoleh rata-rata skor hasil belajar siswa pada pertemuan pertama adalah 69.43.
Pada tahap penutup, peneliti bersama siswa membuat kesimpulan materi yang telah dipelajari. Peneliti juga menginformasikan materi pada pertemuan yang akan datang yaitu menemukan rumus luas permukaan kerucut serta meminta siswa untuk membuat kerucut dari kertas karton secara berkelompok.
(2) Pertemuan Kedua
Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari kamis tanggal
27 September 2012, dengan kegiatan pembelajaran yang sama yaitu diskusi kelompok dengan menggunakan teori belajar Bruner. Pada pertemuan ini, siswa mempelajari cara menemukan rumus luas permukaan kerucut.
Pada tahap pendahuluan, peneliti melakukan tanya jawab mengenai materi sebelumnya. Kemudian meminta siswa Pada tahap pendahuluan, peneliti melakukan tanya jawab mengenai materi sebelumnya. Kemudian meminta siswa
Peneliti juga membagikan LKS dan alat peraga pada masing-masing kelompok dan menjelaskan isi LKS. LKS berisi langkah-langkah menemukan rumus luas permukaan kerucut beserta pertanyaan-pertanyaan. Semua siswa mendengarkan penjelasan peneliti.
Setelah siswa mengerti penjelasan peneliti, siswa berdiskusi untuk menemukan rumus luas permukaan kerucut.
Gambar 18. Siswa melakukan langkah-langkah LKS yaitu menggunting selimut kerucut (alat peraga)
Gambar 19. Siswa menyusun selimut kerucut
Gambar 20. Contoh jawaban Lembar Kerja Siswa
Pada tahap enaktif, siswa membuka kerucut (alat peraga) dengan memisahkan alas dari selimut kerucut, karena siswa sudah mengetahui bahwa alas tabung sama dengan alas kerucut maka siswa tidak menggunting alas kerucut. Salah satu siswa menggunting selimut kerucut menjadi 4 bagian dan siswa yang lain Pada tahap enaktif, siswa membuka kerucut (alat peraga) dengan memisahkan alas dari selimut kerucut, karena siswa sudah mengetahui bahwa alas tabung sama dengan alas kerucut maka siswa tidak menggunting alas kerucut. Salah satu siswa menggunting selimut kerucut menjadi 4 bagian dan siswa yang lain
Gambar 21. Sketsa hasil potongan kerucut (alat peraga)
Pada tahap ikonik, salah satu siswa menggambarkan kembali hasil susunan selimut kerucut yang telah mereka temukan pada tahap enaktif.
Pada tahap simbolik, semua siswa dalam kelompok menganalisis dan salah satu siswa menuliskan rumus dari beberapa bangun datar yang telah mereka dapatkan pada tahap sebelumnya, selanjutnya mereka menggabungkan rumus-rumus tersebut dan menemukan rumus luas permukaan kerucut.
Selama proses pembelajaran berlangsung, ketiga observer mengamati tahap-tahap yang dilakukan siswa dan memberikan skor pada lembar observasi. Peneliti juga mengamati aktivitas siswa dan membimbing siswa yang kesulitan. Diperoleh rata-rata skor aktivitas belajar siswa 68.61 terletak pada kategori aktif.
Setelah selesai berdiskusi dan setiap kelompok sudah menemukan rumus luas permukaan kerucut, peneliti meminta perwakilan siswa dari kelompok 4 untuk memaparkan rumus yang telah mereka dapatkan dari ketiga tahap belajar Bruner di papan tulis. Peneliti memberikan kuis sebanyak 5 soal kepada siswa secara individu mengenai luas permukaan kerucut. Diperoleh rata-rata skor hasil belajar siswa pada pertemuan kedua adalah
70.87. Pada tahap penutup, peneliti bersama siswa membuat kesimpulan materi yang telah dipelajari. Peneliti juga menginformasikan materi pada pertemuan yang akan datang yaitu menemukan rumus luas permukaan bola serta meminta siswa untuk membawa sebuah bola plastik dengan ukuran yang berbeda pada tiap-tiap kelompok.
Kemudian peneliti menutup pelajaran dengan salam dan mengingatkan siswa agar belajar kembali di rumah dan mempelajari materi untuk pertemuan selanjutnya.
(3) Pertemuan Ketiga
Pertemuan ketiga dilaksanakan pada hari sabtu tanggal
29 September 2012, dengan kegiatan yang sama yaitu berdiskusi untuk menemukan rumus luas permukaan bola dengan menggunakan teori belajar Bruner.
Pada tahap pendahuluan, melakukan tanya jawab kepada siswa untuk mengingatkan kembali materi sebelumnya. Sebagian siswa antusias menjawab pertanyaan peneliti. Peneliti juga memberikan motivasi kepada siswa yaitu manfaat mempelajari materi ini yang dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Siswa mendengarkan penjelasan peneliti.
Pada tahap kegiatan inti, siswa membentuk kelompok sesuai dengan kelompok yang telah dibentuk sebelumnya, peneliti menanyakan apakah semua siswa membawa alat peraga yang telah diperintahkan oleh peneliti.
Setelah semua siswa dipastikan membawa alat peraga, kemudian peneliti membagikan LKS. LKS berisi langkah-langkah menemukan rumus luas permukaan bola dengan menggunakan teori belajar Bruner. Semua siswa mendengarkan penjelasan peneliti.
Kemudian peneliti memberikan kesempatan kepada siswa berdiskusi untuk menemukan rumus luas permukaan bola.
Gambar 22. Siswa melakukan langkah-langkah LKS yaitu
membelah bola
Gambar 23. Para siswa melilitkan tali dan menjawab
pertanyaan di LKS
Gambar 24. Siswa mengukur panjang tali
Gambar 25. Contoh jawaban Lembar Kerja Siswa
Pada tahap enaktif, siswa melakukan langkah-langkah yang ada di LKS yaitu membelah bola (alat peraga) menjadi 2 bagian yang sama, kemudian siswa yang lain melilitkan tali pada permukaan setengah bola dengan menggunakan tali dan siswa yang Pada tahap enaktif, siswa melakukan langkah-langkah yang ada di LKS yaitu membelah bola (alat peraga) menjadi 2 bagian yang sama, kemudian siswa yang lain melilitkan tali pada permukaan setengah bola dengan menggunakan tali dan siswa yang
Pada tahap enaktif, siswa menuliskan hasil pengukuran pada kedua tali dan hubungan antara keduanya yaitu panjang tali pada permukaan setengah bola adalah dua kali panjang tali pada permukaan lingkaran. Pada tahap simbolik, siswa menganalisis dan menuliskan rumus luas permukaan bola.
Selama proses pembelajaran berlangsung, ketiga observer mengamati tahap-tahap yang dilakukan siswa dan memberikan skor pada lembar observasi. Peneliti juga mengamati aktivitas siswa dan membimbing siswa yang kesulitan. Diperoleh rata-rata skor aktivitas belajar siswa 81.39 terletak pada kategori sangat aktif.
Setelah semua siswa selesai berdiskusi dan menemukan rumus luas permukaan bola, peneliti menunjuk perwakilan dari kelompok 3 untuk memaparkan rumus yang telah mereka dapatkan dari ketiga tahap belajar Bruner di papan tulis. Kemudian peneliti memberikan kuis yang berhubungan dengan luas permukaan bola Setelah semua siswa selesai berdiskusi dan menemukan rumus luas permukaan bola, peneliti menunjuk perwakilan dari kelompok 3 untuk memaparkan rumus yang telah mereka dapatkan dari ketiga tahap belajar Bruner di papan tulis. Kemudian peneliti memberikan kuis yang berhubungan dengan luas permukaan bola
Pada tahap penutup, peneliti bersama siswa membuat kesimpulan materi yang telah dipelajari. Peneliti juga menginformasikan materi pada pertemuan yang akan datang yaitu akan diadakan tes berupa tes tertulis sebanyak 6 soal mengenai luas permukaan tabung, kerucut, dan bola. Kemudian peneliti menutup pelajaran dengan salam dan mengingatkan siswa agar belajar kembali di rumah untuk persiapan tes akhir.
(4) Pertemuan Keempat
Setelah selesai tiga kali pertemuan, kemudian pertemuan terakhir diadakan tes. Pertemuan terakhir dilaksanakan pada hari senin tanggal 1 Oktober 2012, pada pertemuan ini dilaksanakan tes akhir yaitu tes tertulis yang berbentuk essay yang mencakup materi yang telah dipelajari selama tiga kali pertemuan. Tes diadakan selama 80 menit dengan jumlah soal sebanyak 6 soal dan siswa diminta agar percaya dengan kemampuan masing-masing dan mengumpulkan jawaban dengan tertib.
Gambar 26. Siswa mengerjakan tes akhir
Sedangkan deskripsi pelaksanaan penelitian pada kelas konvensional yang menggunakan metode ceramah, pemberian tugas dan evaluasi sebagai berikut:
Pelaksanaan penelitian pada kelas kontrol ini dilakukan
4 kali pertemuan, 3 kali proses pembelajaran dan 1 kali pertemuan untuk evaluasi. Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari selasa tanggal 2 Oktober 2012, pertemuan kedua dilaksanakan pada hari rabu tanggal 3 Oktober 2012, dan pertemuan ketiga dilaksanakan pada hari kamis tanggal 4 Oktober 2012 dengan pokok bahasan Bangun Ruang yaitu menghitung luas permukaan tabung, kerucut, dan bola.
Pada tahap pendahuluan, peneliti terlebih dahulu memperkenalkan diri kemudian menyampaikan apersepsi dan Pada tahap pendahuluan, peneliti terlebih dahulu memperkenalkan diri kemudian menyampaikan apersepsi dan
Pada tahap kegiatan inti, peneliti menjelaskan materi dan para siswa pun mendengarkan dengan baik, kemudian peneliti memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya dan ada beberapa siswa yang bertanya karena kurang mengerti. Setelah semua siswa mengerti dengan penjelasan peneliti, kemudian peneliti meminta siswa mengerjakan latihan yaitu menjawab pertanyaan dari soal yang telah dibagikan sebanyak 5 soal tiap pertemuan. Diperoleh rata-rata skor hasil belajar siswa pada pertemuan pertama adalah 65.69, skor hasil belajar siswa pada pertemuan kedua adalah 65.48, dan skor hasil belajar siswa pada pertemuan ketiga adalah 66.34.
Gambar 27. Para siswa sedang mengerjakan latihan
Setelah semua siswa selesai menjawab soal, peneliti menunjuk siswa untuk menuliskan jawabannya di papan tulis. Pada tahap penutup, peneliti bersama siswa menyimpulkan materi pembelajaran. Kemudian peneliti menutup pelajaran dengan salam dan mengingatkan siswa agar belajar kembali di rumah.
Setelah selesai 3 kali pertemuan, kemudian peneliti mengadakan tes pada pertemuan terakhir untuk melihat. Pertemuan terakhir dilaksanakan pada hari selasa tanggal 9 Oktober 2012. Pada pertemuan ini, peneliti memberikan tes tertulis sebanyak 6 soal yang mencakup materi yang telah dipelajari pada pertemuan pertama, kedua, dan ketiga. Soal tes pada kelas konvensional ini sama dengan soal tes pada kelas eksperimen.
Setelah semua siswa mendapatkan soal tes, peneliti meminta agar siswa yakin dengan kemampuannya masing-masing dan mengumpulkan jawaban dengan tertib.
Gambar 28. Siswa mengerjakan tes akhir Gambar 28. Siswa mengerjakan tes akhir
Data observasi pada setiap pertemuan diperoleh dari pengamatan langsung terhadap aktivitas siswa pada saat pembelajaran selama tiga kali pertemuan yang dibantu oleh tiga observer yaitu Bapak Ibnu Mukti, S.Pd sebagai guru matematika sekaligus observer, Marlisa dan Nurfitriana dengan menggunakan panduan instrumen lembar observasi. Setiap pertemuan, observer melakukan pengamatan mengenai aktivitas siswa di kelas yang menggunakan teori belajar Bruner yang tidak dilakukan pada kelas konvensional.
Lembar observasi berisi tahapan teori belajar Bruner yaitu tahap enaktif, ikonik, dan simbolik yang tiap tahapan tersebut dibagi menjadi tiga indikator. Tiap tahapan akan diberikan skor, skor yang diberikan antara 0 – 3. Selanjutnya skor tersebut akan dianalisis untuk mengetahui kategori keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran yang telah dikelompokkan berdasarkan lima kategori yaitu sangat aktif, aktif, cukup aktif, kurang aktif, dan tidak aktif dengan rentang skor yang telah ditentukan.
(2) Deskripsi Data Tes
Tes dilakukan setelah peneliti melakukan tiga kali pertemuan. Tes digunakan untuk mendapatkan data tentang hasil belajar siswa di SMP Adabiyah Palembang. Adapun tes ini bertujuan untuk melihat atau membandingkan hasil belajar siswa baik pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Tes yang diberikan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol berupa essay dengan jumlah dan tipe soal yang sama yang terdiri dari 6 soal mencakup materi Bangun Ruang yang telah dipelajari pada tiga kali pertemuan sebelumnya.
Tes kelas eksperimen dilaksanakan pada hari senin tanggal
1 Oktober 2012, lama waktu yang diberikan untuk menyelesaikan soal yaitu 2 x 40 menit yang diikuti oleh 30 siswa. Tes kelas kontrol dilaksanakan pada hari selasa tanggal 9 Oktober 2012, lama waktu yang diberikan untuk menyelesaikan soal yaitu 2 x 40 menit yang diikuti oleh 29 siswa.
Data yang diperoleh berupa skor, skor yang diberikan antara 0 – 100 dimana setiap 1 soal mempunyai skor yang berbeda- beda sesuai dengan pedoman penskoran. Selanjutnya skor tersebut akan dianalisis dengan menggunakan uji normalitas, uji homogenitas, dan uji t untuk mengetahui pengaruh teori belajar Bruner terhadap hasil belajar siswa.
3. Analisis Data Observasi dan Tes
a) Analisis Data Observasi
Data observasi yang diperoleh dari hasil pengamatan aktivitas siswa selama tiga kali pertemuan, kemudian di cari nilai rata-rata observasi tiap pertemuan dan nilai rata-rata seluruh pertemuan dan dikelompokkan berdasarkan kategori sangat aktif, aktif, cukup aktif, kurang aktif, dan tidak aktif.
Data hasil observasi aktivitas siswa pada materi Bangun Ruang yaitu tabung, kerucut, dan bola terhadap 30 siswa kelas IX.3 SMP Adabiyah Palembang dapat dilihat pada tabel berikut: (perhitungan dapat dilihat pada lampiran 11)
Tabel 10.
Hasil observasi aktivitas belajar siswa pada pertemuan pertama
di kelas eksperimen
Rentang Skor
Kategori Aktivitas
Frekuensi Persentase
Sangat Aktif
Cukup Aktif
Kurang Aktif
Tidak Aktif
Jumlah
Dari hasil perhitungan observasi aktivitas belajar siswa pada pertemuan pertama di atas terlihat bahwa aktivitas siswa tergolong cukup aktif dengan frekuensi 23 orang (76,67%), sedangkan kategori aktif hanya 7 orang (23,33%) dan pada kategori sangat aktif, kurang aktif, dan tidak aktif frekuensi 0 (0%).
Tabel 11.
Hasil observasi aktivitas belajar siswa pada pertemuan kedua
di kelas eksperimen
Rentang Skor
Kategori
Frekuensi Persentase
Sangat Aktif
Cukup Aktif
Kurang Aktif
Tidak Aktif
Jumlah
Dari hasil perhitungan observasi aktivitas belajar siswa pada pertemuan kedua di atas terlihat bahwa aktivitas siswa tergolong aktif dengan frekuensi 22 orang (73,33%), kategori sangat aktif hanya 2 orang (6,67%), kategori cukup aktif sebanyak 6 orang (20%), sedangkan kategori kurang aktif, dan tidak aktif frekuensi 0 (0%).
Tabel 12.
Hasil observasi aktivitas belajar siswa pada pertemuan ketiga
di kelas eksperimen
Rentang Skor
Kategori
Frekuensi Persentase
Sangat Aktif
Cukup Aktif
Kurang Aktif
Tidak Aktif
Jumlah
Dari hasil perhitungan observasi aktivitas belajar siswa pada pertemuan ketiga di atas terlihat bahwa aktivitas siswa tergolong sangat aktif dengan frekuensi 19 orang (63,33%), kategori aktif Dari hasil perhitungan observasi aktivitas belajar siswa pada pertemuan ketiga di atas terlihat bahwa aktivitas siswa tergolong sangat aktif dengan frekuensi 19 orang (63,33%), kategori aktif
Tabel 13. Rata-rata perindikator tahap belajar Bruner di kelas eksperimen
Tahap Belajar Bruner
Pertemuan Jumlah Rata-rata
Pertemuan Pertama 61.00 62.33 59.00 47.67 230.00 57.50 Pertemuan Kedua
73.33 72.33 67.67 61.00 274.33 68.61 Pertemuan Ketiga
Dari hasil perhitungan rata-rata perindikator tahap belajar Bruner terlihat bahwa pada pertemuan pertama skor tertinggi terletak pada tahap ikonik I (62,33) dan skor terendah terletak pada tahap simbolik (47,67). Pada pertemuan kedua skor tertinggi terletak pada tahap enaktif (73,33) dan skor terendah terletak pada tahap simbolik (61.00). Pada pertemuan ketiga skor tertinggi terletak pada tahap enaktif dan ikonik 1 (85,67) dan skor terendah terletak pada tahap simbolik (71.00). Dari rata-rata ketiga pertemuan di atas rata-rata perindikator tahap belajar Bruner dengan skor tertinggi terletak pada tahap ikonik 1 (73,44) dan skor terendah terletak pada tahap simbolik (59,90).
Tabel 14.
Rata-Rata Skor Aktivitas Belajar Siswa Tiap Pertemuan di kelas eksperimen
Pertemuan
Rata-Rata Skor
Kategori
Pertemuan pertama
57.50 Cukup Aktif Pertemuan kedua
68.61 Aktif
Pertemuan ketiga
81.39 Sangat Aktif
Dari hasil perhitungan observasi aktivitas belajar siswa di atas terlihat bahwa pada pertemuan pertama aktivitas siswa tergolong cukup aktif dengan rata-rata skor 57,50, pada pertemuan kedua mulai ada peningkatan aktivitas siswa terlihat dari rata-rata skor 68,61 terletak pada kategori aktif, pada pertemuan ketiga, aktivitas siswa sudah mengalami peningkatan yang lebih baik terlihat dari rata-rata skor siswa yaitu 81,39 terletak pada kategori sangat aktif. Dari rata-rata ketiga pertemuan di atas aktivitas siswa terkategori aktif dengan rata-rata skor 69.17.
b) Analisis Data Tes
Data hasil tes kelas eksperimen dan kelas kontrol diperoleh setelah peneliti melaksanakan evaluasi. Evaluasi dilaksanakan pada pertemuan keempat terhadap 30 siswa pada kelas eksperimen dan 29 siswa pada kelas kontrol yang mencakup seluruh materi yang telah dipelajari pada tiga kali pertemuan.
Setelah semua data hasil belajar siswa dari kedua kelas terkumpul, selanjutnya data hasil tes dianalisis dengan menggunakan uji t untuk melihat pengaruh antara hasil belajar siswa yang menggunakan teori belajar Bruner dengan hasil belajar siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional. Sebelum data tersebut dianalisis dengan menggunakan uji t, terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas.
(1) Uji Normalitas Kelas Eksperimen
Uji normalitas data digunakan untuk melihat data tersebut berdistribusi normal atau tidak. Dapat menggunakan tabel distribusi frekuensi. Tabel distribusi frekuensi hasil belajar siswa dapat dilihat pada tabel di bawah ini. (perhitungan dapat dilihat pada lampiran 20)
Dari analisis data tes diperoleh nilai rata-rata, varians, dan modus. Kemudian dapat dicari kemiringan data untuk membuktikan normalitas data.
x −M o
Kemiringan (Km) =
s 78,2 −78
Karena nilai Km sebesar 0,01 terletak antara -1 dan +1 dalam selang (-1 < 0,01 < 1) maka data berdistribusi normal.
(2) Uji Normalitas Kelas Kontrol
Setelah dilakukan uji normalitas pada kelas eksperimen dan data dinyatakan berdistribusi normal. Selanjutnya dilakukan uji normalitas pada kelas kontrol yang dihitung menggunakan distribusi frekuensi dapat dilihat pada tabel di bawah ini. (perhitungan dapat dilihat pada lampiran 21)
Dari analisis data tes diperoleh nilai rata-rata, varians, dan modus. Kemudian dapat dicari kemiringan data untuk membuktikan normalitas data.
x −M o
Kemiringan (Km) =
Karena nilai Km sebesar 0,52 terletak antara -1 dan +1 dalam selang (-1 < 0,52 < 1) maka data tersebut normal.
Dari hasil perhitungan diketahui bahwa nilai hasil belajar siswa yang diajar dengan menggunaka teori belajar Bruner dan pembelajaran konvensional berdistribusi normal.
(3) Uji Homogenitas
Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah data hasil belajar siswa dari kedua kelas tersebut mempunyai varians yang sama atau tidak. Sebelum data tersebut di uji Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah data hasil belajar siswa dari kedua kelas tersebut mempunyai varians yang sama atau tidak. Sebelum data tersebut di uji
Hipotesis uji homogenitas: s 2
1 = varians kelas eksperimen s 2
2 = varians kelas kontrol
s 2 1 180,23
F hitung = 2 =
F tabel =F α (n1-1,n2-1) = F 0,05 (29,28) = 1,88
Berdasarkan kriteria pengujian uji pihak kanan didapat
F hitung = 1,14 dan F tabel = 1,88 sehingga dapat disimpulkan
F hitung < F tabel maka Ho diterima. Artinya kedua data sampel homogen.
(4) Uji Hipotesis
Setelah data di uji normalitas dan uji homogenitas yang menyatakan bahwa data tersebut normal dan homogen, kemudian uji hipotesis yang menggunakan uji t untuk melihat pengaruh teori belajar Bruner terhadap hasil belajar siswa.
Untuk menganalisis data dari hasil belajar siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan menggunakan analisis data yang dapat dilihat pada tabel berikut.
TABEL 15.
Data Nilai Rata-Rata Hasil Belajar Siswa di kelas eksperimen
dan kelas kontrol
No
Variabel
Rata-rata nilai siswa Banyak Data
1 Hasil belajar siswa kelas
n 1 = 30
eksperimen (X 1 )
2 Hasil belajar siswa kelas
n 2 = 29
kontrol (X 2 )
µ 1 = Nilai rata-rata posttest siswa pada kelas eksperimen µ 2 = Nilai rata-rata posttest siswa pada kelas kontrol Dari tabel diperoleh nilai untuk menghitung statistik uji t, untuk mencari t hitung sebelumnya dicari varians gabungan dari kedua data tersebut. (perhitungan dapat dilihat pada lampiran 23)
Didapat simpangan baku (s) gabungan antara hasil belajar matematika yang menggunakan teori belajar Bruner dengan hasil belajar matematika konvensional adalah 12,96. Selanjutnya peneliti melakukan pengujian hipotesis dengan rumus sebagai berikut:
x 1 −x 2
1 1 , didapat t t= hitung = 3,44
s + n1 n2
Setelah mendapatkan t hitung = 3,44 maka langkah selanjutnya peneliti mencari t tabel dengan menggunakan interpolasi Setelah mendapatkan t hitung = 3,44 maka langkah selanjutnya peneliti mencari t tabel dengan menggunakan interpolasi
=n 1 +n 2 -2 = 57, diperoleh t tabel = 1,67.
Daerah Daerah
penerimaan H 0 penolakan H 0
t tabel = 1,67 t hitung = 3,44
Gambar 29.
Kurva Penolakan Dan Penerimaan Hipotesis
Berdasarkan perhitungan didapat t hitung = 3,44 dan t tabel = 1,67. Karena t hitung > t tabel maka Ho ditolak. Dengan
demikian, hipotesis yang menyatakan bahwa “rata-rata hasil belajar siswa yang menggunakan teori belajar Bruner lebih baik dari rata- rata hasil belajar siswa yang menggunakan pembelajaran konvensiona l” diterima kebenarannya.
B. Pembahasan
1. Hasil observasi teori belajar Bruner
Observasi dilakukan selama pembelajaran berlangsung sebanyak
3 kali pertemuan yang dibantu oleh 3 observer dengan menggunakan panduan lembar observasi. Para observer mengamati secara langsung aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran dengan menggunakan teori belajar Bruner dan memberikan skor pada tiap-tiap tahapan yang dilakukan siswa. Observasi hanya dilakukan pada kelas eksperimen karena 3 kali pertemuan yang dibantu oleh 3 observer dengan menggunakan panduan lembar observasi. Para observer mengamati secara langsung aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran dengan menggunakan teori belajar Bruner dan memberikan skor pada tiap-tiap tahapan yang dilakukan siswa. Observasi hanya dilakukan pada kelas eksperimen karena
Dari hasil observasi siswa kelas IX.3 SMP Adabiyah Palembang yang berjumlah 30 siswa pada materi bangun ruang selama 3 kali pembelajaran diperoleh skor pada pertemuan pertama aktivitas siswa tergolong cukup aktif dengan frekuensi 23 orang (76,67%), sedangkan kategori aktif hanya 7 orang (23,33%) dan pada kategori sangat aktif, kurang aktif, dan tidak aktif frekuensi 0 (0%) dikarenakan peneliti dalam menjelaskan LKS masih belum terlalu jelas dan siswa belum terbiasa dengan pembelajaran menggunakan teori belajar Bruner, masih banyak siswa yang bingung dalam melakukan setiap tahapan Bruner dan juga dalam menjawab pertanyaan pada lembar kerja yang telah disediakan, masih banyak siswa yang mengobrol sehingga menyebabkan suasana kelas terdengar gaduh dan juga masih kurangnya kerjasama antar kelompok.
Dari ketiga tahap teori belajar Bruner (enaktif, ikonik, dan simbolik) pada pertemuan pertama juga terlihat bahwa skor tertinggi terletak pada tahap ikonik I yaitu 62,33 dan skor terendah terletak pada tahap simbolik yaitu 47,67. Salah satu penyebabnya skor tertinggi pada tahap ikonik pada pertemuan pertama yakni siswa sudah terlatih pada tahap enaktif sehingga di tahap ikonik ini sudah lebih jelas melihat dari potongan bangun ruang yang membentuk bangun datar lalu digambar sesuai dengan hasil potongan kemudian menuliskan rumus-rumus bangun datar yang telah terbentuk. Adapun yang menyebabkan rendahnya pada Dari ketiga tahap teori belajar Bruner (enaktif, ikonik, dan simbolik) pada pertemuan pertama juga terlihat bahwa skor tertinggi terletak pada tahap ikonik I yaitu 62,33 dan skor terendah terletak pada tahap simbolik yaitu 47,67. Salah satu penyebabnya skor tertinggi pada tahap ikonik pada pertemuan pertama yakni siswa sudah terlatih pada tahap enaktif sehingga di tahap ikonik ini sudah lebih jelas melihat dari potongan bangun ruang yang membentuk bangun datar lalu digambar sesuai dengan hasil potongan kemudian menuliskan rumus-rumus bangun datar yang telah terbentuk. Adapun yang menyebabkan rendahnya pada
Gambar 30. Contoh Kesalahan Jawaban Lembar Kerja Siswa
Jawaban yang benar dapat dilihat di bawah ini:
3. Selimut tabung = 2πrt Luas permukaan tabung = luas tutup + luas selimut + luas alas
2 = πr 2 + 2πrt + πr
2 = 2πr + 2πrt
= 2πr (r + t)
Pada pertemuan kedua mulai ada peningkatan aktivitas siswa terlihat dari aktivitas siswa tergolong aktif dengan frekuensi 22 orang (73,33%), kategori sangat aktif hanya 2 orang (6,67%), kategori cukup aktif sebanyak 6 orang (20%), sedangkan kategori kurang aktif, dan tidak aktif frekuensi 0 (0%), pada pertemuan kedua, peneliti dalam menjelaskan Pada pertemuan kedua mulai ada peningkatan aktivitas siswa terlihat dari aktivitas siswa tergolong aktif dengan frekuensi 22 orang (73,33%), kategori sangat aktif hanya 2 orang (6,67%), kategori cukup aktif sebanyak 6 orang (20%), sedangkan kategori kurang aktif, dan tidak aktif frekuensi 0 (0%), pada pertemuan kedua, peneliti dalam menjelaskan
Pada pertemuan kedua juga terlihat skor tertinggi terletak pada tahap enaktif yaitu 73,33 dikarenakan siswa sudah terampil dalam hal memisahkan banngun ruang menjadi bangun datar, memotong bangun datar sehingga membentuk bangun datar lain dan skor terendah terletak pada tahap simbolik yaitu 61.00 karena siswa masih kurang teliti dalam menganalisis pertanyaan pada LKS. Salah satu contoh kesalahan tersebut dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
Gambar 31.
Contoh Kesalahan Jawaban Lembar Kerja Siswa
Jawaban yang benar dapat dilihat di bawah ini: Luas permukaan kerucut = Luas alas + Luas selimut
2 = πr + πrs
= πr (r + s)
Pada pertemuan ketiga, aktivitas siswa sudah mengalami peningkatan yang lebih baik terlihat bahwa aktivitas siswa tergolong sangat aktif dengan frekuensi 19 orang (63,33%), kategori aktif sebanyak
11 orang (36,67%), dan pada kategori cukup aktif, kurang aktif, dan tidak aktif frekuensi 0 (0%). Peneliti dalam menjelaskan dan mengatur siswa lebih baik. Siswa sudah terbiasa belajar dengan menggunakan ketiga tahap belajar Bruner yaitu tahap enaktif, ikonik, dan simbolik sehingga proses pembelajaran semakin kondusif, siswa sudah bisa bekerja sama antar kelompoknya yang heterogen, semakin banyak siswa yang antusias mengikuti proses pembelajaran.
Pada pertemuan ketiga juga terlihat skor tertinggi terletak pada tahap enaktif dan ikonik 1 yaitu 85,67 karena siswa sudah lebih terampil dalam hal memidahkan, memotong dan menyusun bagian bangun datar menjadi bangun datar lain selanjutnya potongan bangun datar digambar kembali serta menuliskan rumus yang bersesuaian dengan sketsa gambar serta hubungannya dengan rumus bangun ruang dan skor terendah terletak pada tahap simbolik yaitu 71.00 karena siswa masih kesulitan dalam menganalisis rumus bangun ruang. Salah satu contoh kesalahan tersebut dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
Gambar 32.
Contoh Kesalahan Jawaban Lembar Kerja Siswa
Jawaban yang benar dapat dilihat di bawah ini: Hubungan antara keduanya : panjang tali pada permukaan
lingkaran adalah panjang tali pada
permukaan setengah bola.
Luas permukaan bola = 2 x luas permukaan setengah bola = 2 x (2 x luas lingkaran)
2 = 2 x (2 x πr )
2 = 4πr
Dari penjelasan di atas sudah terlihat bahwa aktivitas siswa mengalami peningkatan pada setiap pertemuan, salah satu penyebabnya rasa ingin tahu siswa dalam belajar dengan menggunakan teori belajar Bruner yang membuat siswa mau mencoba dalam menemukan luas permukaan tabung, kerucut dan bola. Selain itu juga, terlihat bahwa dari ketiga tahap belajar Bruner yaitu enaktif, ikonik, dan simbolik mengalami peningkatan dan penurunan di setiap pertemuannya. Selama proses Dari penjelasan di atas sudah terlihat bahwa aktivitas siswa mengalami peningkatan pada setiap pertemuan, salah satu penyebabnya rasa ingin tahu siswa dalam belajar dengan menggunakan teori belajar Bruner yang membuat siswa mau mencoba dalam menemukan luas permukaan tabung, kerucut dan bola. Selain itu juga, terlihat bahwa dari ketiga tahap belajar Bruner yaitu enaktif, ikonik, dan simbolik mengalami peningkatan dan penurunan di setiap pertemuannya. Selama proses
2. Hasil tes siswa kelas eksperimen
Untuk hasil tes yang dilakukan oleh peneliti pada kelas eksperimen diperoleh hasil belajar siswa dengan skor tertinggi adalah 100 dan skor terendah adalah 50. Penyebab siswa mendapatkan nilai tinggi adalah kemampuan siswa dalam mengidentifikasikan unsur-unsur yang diketahui, ditanya, dan kecukupan unsur yang diperlukan, kemampuan siswa dalam menganalisis jawaban yaitu menuliskan jawaban tersebut secara rinci dan bertahap. Sedangkan penyebab siswa mendapatkan nilai rendah adalah ketidaktelitian siswa dalam menjawab sehingga terdapat unsur-unsur yang tidak ditulis seperti kesimpulan dari jawaban. Salah satu contoh kesalahan tersebut dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
Gambar 33.
Contoh Jawaban Soal no.6 Siswa pada Kelas Eksperimen
Jawaban yang benar dapat dilihat di bawah ini:
6. 2 Dik: Luas permukaan bola = 616 m π= 22
7 dit: r = ?
Jawab :
Luas permukaan bola = 4πr 2
2 616 = 12,5 x r
Jadi, panjang jari-jari bola adalah 7 cm. Berdasarkan jawaban siswa pada tes akhir sebanyak 6 soal pada kelas eksperimen terdapat beberapa kesalahan dalam menjawab soal-soal yang diberikan yaitu 3 siswa salah dalam menjawab soal no.1, 13 siswa salah dalam menjawab soal no.2, 8 siswa salah dalam menjawab soal no.
3, 6 siswa salah dalam menjawab soal no. 4, 2 siswa salah dalam menjawab soal no. 5, 10 siswa salah dalam menjawab soal no.6. Melihat keterangan di atas sebagian besar siswa salah menjawab pada soal no.2, hal ini dikarenakan siswa belum lancar dalam menganalisis siswa dan masih banyak siswa tidak memperhatikan unsur-unsur yang diperlukan seperti diketahui, dan lain-lain. Untuk soal no.5 sebagian besar siswa benar dalam menjawab soal, hal ini dikarenakan siswa hanya memasukkan angka yang telah diketahui sesuai rumus tanpa menganalisis.
Salah satu contoh kesalahan tersebut dapat dilihat pada gambar berikut ini:
Gambar 34.
Contoh jawaban soal no.4 siswa pada kelas eksperimen
Terlihat dari gambar di atas, bahwa siswa dalam menyelesaikan soal sudah benar, tetapi masih terdapat kesalahan yaitu siswa tidak menuliskan kesimpulan dari jawaban tersebut dikarenakan siswa kurang teliti dalam menjawab soal. Jawaban yang benar dapat dilihat di bawah ini:
4. Dik : t = 8 cm
s = 10 cm Dit : diameter lingkaran alas Jawab:
r=6 d=2xr
d=2x6
d = 12 Jadi, diameter lingkaran alas kerucut adalah 12 cm.
3. Hasil tes siswa kelas kontrol
Untuk hasil tes yang dilakukan peneliti pada kelas kontrol diperoleh skor tertinggi adalah 97 dan skor terendah adalah 48. Penyebab siswa pada kelas kontrol tidak mendapatkan nilai 100 adalah kemampuan siswa yang sama dengan kelas eksperimen tetapi kurang mampu dalam mengidentifikasi unsur-unsur yang diketahui, ditanya dan unsur-unsur lain, sedangkan penyebab siswa mendapatkan nilai rendah adalah selain ketidaktelitian siswa dalam menuliskan jawaban juga salah dalam menuliskan rumus yang menyebabkan salah dalam menyelesaikan jawaban.
Berdasarkan jawaban siswa pada tes akhir sebanyak 6 soal pada kelas eksperimen terdapat beberapa kesalahan dalam menjawab soal-soal yang diberikan yaitu 5 siswa salah dalam menjawab soal no.1, 17 siswa salah dalam menjawab soal no.2, 10 siswa salah dalam menjawab soal no. 3, 12 siswa salah dalam menjawab soal no. 4, 8 siswa salah dalam menjawab soal no. 5, 14 siswa salah dalam menjawab soal no.6.
Melihat keterangan di atas sebagian besar siswa salah menjawab pada soal no.2, hal ini dikarenakan siswa belum lancar dalam menganalisis siswa dan masih banyak siswa tidak memperhatikan unsur-unsur yang diperlukan seperti diketahui, dan lain-lain serta siswa salah dalam menuliskan rumus seperti rumus luas permukaan tabung yaitu 2πr(r + t) tetapi ditulis 2πrs. Untuk soal no.5 sebagian besar siswa benar dalam menjawab soal, hal ini dikarenakan siswa hanya memasukkan angka yang telah diketahui sesuai rumus tanpa menganalisis.
salah satu contoh kesalahan tersebut dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
Gambar 35. Contoh Jawaban soal no.3 Siswa pada kelas kontrol
Terlihat pada contoh jawaban siswa di atas, dalam menjawab siswa tidak menuliskan yang ditanya dan siswa salah menuliskan rumus yang mengakibatkan salah dalam menyelesaikan jawaban serta siswa tidak menuliskan kesimpulan dari jawaban tersebut. Sedangkan jawaban yang benar dapat dilihat di bawah ini:
b. Luas permukaan kerucut = πr (r + s)
= 3,14 x 3 x (3 + 5) = 9,42 x 8
Jadi, luas permukaan kerucut adalah 75,36 cm 2
BAB V SIMPULAN DAN SARAN