PENGARUH TEORI BELAJAR BRUNER TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI BANGUN RUANG DI KELAS IX SMP ADABIYAH PALEMBANG

PENGARUH TEORI BELAJAR BRUNER TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI BANGUN RUANG DI KELAS IX SMP ADABIYAH PALEMBANG SKRIPSI SARJANA S1

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh FATIMAH ALWIYAH NIM. 08 22 1032

Program Studi Tadris Matematika FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG 2013

HALAMAN PERSEMBAHAN

Motto:

 Sesungguhnya keadaannya apabila ia (Allah) menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya ”jadilah” maka terjadilah ia. (Q.S 36: 82)

 Jangan cuma berusaha menjadi manusia yang sukses, tetapi menjadi manusia yang berarti. (Albert Einstein)

 “Kerjakanlah Pekerjaan Yang Membawa Berkah Bagimu Dan Orang Yang Kamu Cintai"

 Kemenangan yang seindah–indahnya dan sesukar–sukarnya yang boleh direbut oleh manusia ialah menundukan diri sendiri.

(Ibu Kartini)

Puji Syukur kepada Allah SWT, Skripsi ini kupersembahkan :

 Kedua orang tuaku yang tercinta ayahanda Abu Bakar Assegaff serta ibunda Hamidah Gathmyr yang telah memberikan do’a, kasih sayang, dukungannya yang begitu besar kepadaku dengan setulus hati dan

penuh kesabaran mendidikku untuk menuju impian dan cita-cita.  Keluargaku yang ku cintai dan kusayangi yang selalu mendo’akan

dan memberiku semangat.  Dosen-dosenku (Bapak Drs. Karoma, M.Pd dan Bapak Sujinal Arifin,

M.Pd selaku pembimbing skripsi, Ibu Hj. Agustiani Dumeva Putri, M.Si selaku Ketua Program Studi Tadris Matematika.

 Kepala SMP Adabiyah Palembang (M. Ibnu Mukti, S.Pd), serta guru-guru dan staf tata usaha yang telah membantuku.

 Almamater yang kubanggakan.  Sahabat-sahabat yang kusayangi dan selalu menemaniku baik suka maupun duka.  Teman-teman satu angkatan 2008, dan orang-orang yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini.

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb Alhamdulillahirobbil’alamin segala puji dan syukur kehadirat

Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, karena berkat rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Pengaruh Teori Bruner Terhadap

Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Bangun Ruang di

Kelas IX SMP Adabiyah Palembang dapat diselesaikan dengan baik. Serta shalawat dan salam ditujukan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, sahabat, keluarga dan pengikutnya.

Penulisan skripsi ini bertujuan untuk melengkapi salah satu syarat akademik dalam menyelesaikan Program Strata Satu (S1) pada jurusan Pendidikan MIPA Program Studi Tadris Matematika pada Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Raden Fatah Palembang.

Pada kesempatan yang berbahagia ini tak lupa penulis mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada Bapak Drs. Karoma, M.Pd. selaku pembimbing 1 dan Bapak Sujinal Arifin, M.Pd. selaku pembimbing II, yang telah sabar, tulus, dan ikhlas meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran serta memberikan motivasi, bimbingan, arahan serta saran-saran yang sangat berharga kepada penulis selama dalam penyusunan skripsi.

Selanjutnya, ucapan terima kasih penulis haturkan pula kepada yang terhormat:

1. Bapak Prof. H. Aflatun Muchtar, MA. selaku Rektor IAIN Raden Fatah Palembang.

2. Bapak Dr. Kasinyo Harto, M.Ag. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Raden Fatah Palembang.

3. Ibu Hj. Agustiani Dumeva Putri, M.Si. selaku Ketua Program Studi Tadris Matematika.

4. Bapak-bapak dan ibu-ibu dosen serta staf Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Raden Fatah Palembang.

5. Bapak Ibnu Mukti, S.Pd selaku Kepala Sekolah serta serta guru-guru, staf, dan siswa-siswi kelas IX SMP Adabiyah Palembang.

6. Ayahanda (Abu Bakar Assegaff), Ibunda (Hamidah Gathmyr), dan keluarga besarku yang telah memberi semangat, dukungan dan motivasi.

7. Rekan-rekan seperjuangan Angkatan 2008 di Tadris Matematika IAIN Raden Fatah Palembang.

8. Almamaterku.

Penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan dalam skripsi ini, untuk itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan.Akan tetapi dibalik keterbatasan yang penulis miliki, penulis berharap agar skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua yang membacanya.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Palembang, 25 Juli 2013 Penulis,

Fatimah Alwiyah NIM.08221032

ABSTRACT

The influence of Brunner Learning Theory To Students Activity and Learning Outcome Of Space Structure at 9 th Grade Students Of

Adabiyah Junior High School In Palembang

The Brunner learning theory has three steps in mathematics learning process which is an enactif, iconic, and symbolic. This theory is begun by using concreat materials, then semi concreat, and the last one is abstract. This research problems are how is the Brunner learning theory applied to

material of space structure at 9 th grade students of Adabiyah junior high school in Palembang. Is the application of Brunner Learning theory can

increase the students learning activity to material of space structure at 9 th grade students of Adabiyah junior high school in Palembang. Is the

application of Brunner learning theory can influence the students learning outcome to material of space structure at 9 th grade students of Adabiyah

junior high school in Palembang. The aims of this research are to know about the application of Brunner learning theory in learning process to

material of space structure at 9 th grade students of Adabiyah junior high school in Palembang, to know about the improvement of the students

activities by using Brunner learning theory to material of space structure at 9 th grade students of Adabiyah junior high school in Palembang and to

know about the influence of Brunner learning theory in material of space structure to students learning outcome at 9 th grade of Adabiyah junior

high school in Palembang. The sample of this research is the students in class of IX.2 and IX.3 at Adabiyah junior high school in Palembang. The datas are collected by observation and test instrument. To know the validity of test instrument of this research, the research has consultacy to four validator. Based on the result of observation to the students in class of IX.3 that has been used the Brunner learning theory showed that 69,17% of students is active and from the analize of test to the students in

class of IX.2 and IX.3 showed that t test = 3,44 > t tables = 1,67 with α = 0,05 and df = 57 which means that application of Brunner learning theory in learning process can influence to students learning outcome and increasing the students activities.

Keywords: Brunner learning theory, activity, learning outcome.

ABSTRAK

Pengaruh Teori Belajar Bruner Terhadap Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Bangun Ruang di Kelas IX

SMP Adabiyah Palembang

Teori Bruner merupakan suatu teori belajar yang menerapkan langkah-langkah pada proses pembelajaran dengan melalui tiga tahap, yaitu tahap enaktif, ikonik, dan simbolik. Penerapan Teori Bruner dalam pembelajaran matematika dimulai dengan penggunaan benda konkrit, dilanjutkan dengan proses membuat benda semi konkrit, dan selanjutnya ke abstrak. Di dalam penelitian ini, rumusan masalahnya adalah: Bagaimana penerapan teori belajar Bruner pada materi bangun ruang kelas

IX SMP Adabiyah Palembang? Apakah penerapan teori belajar Bruner dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa pada materi bangun ruang kelas IX SMP Adabiyah Palembang? Apakah penerapan teori belajar Bruner mempengaruhi hasil belajar siswa pada materi bangun ruang kelas

IX SMP Adabiyah Palembang? Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk.Mengetahui gambaran pada saat penerapan teori belajar Bruner pada materi bangun ruang di kelas IX SMP Adabiyah. Mengetahui tentang aktivitas belajar siswa pada materi bangun ruang kelas IX SMP Adabiyah selama pembelajaran menggunakan teori belajar Bruner. Mengetahui pengaruh teori belajar Bruner terhadap hasil belajar siswa pada materi bangun ruang di kelas IX SMP Adabiyah. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas IX.2 dan siswa kelas IX.3 SMP Adabiyah Palembang. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik observasi dan teknik tes. Untuk menguji kevaliditasan instrument penelitian terlebih dahulu peneliti mengkonsultasikannya kepada empat validator yang telah ditunjuk. Berdasarkan hasil analisis terhadap data yang terkumpul, maka dapat disimpulkan bahwa dari hasil observasi pada kelas IX.3 yang menggunakan teori belajar Bruner menunjukkan 69,17% siswa dikategorikan “aktif”, dan dari analisis hasil tes pada kelas IX.2 dan kelas

IX.3 diperoleh nilai t-tes dengan t hitung = 3,44 > t tabel = 1,67 dengan taraf signifikansi 0,05 dan derajat kebebasan 57. Dengan demikian teori belajar Bruner ini dapat meningkatkan aktivitas belajar dan berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.

Kata kunci: Teori belajar Bruner, aktivitas, hasil belajar

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Proses pembelajaran yang berkualitas sangat tergantung pada motivasi peserta didik dan kreatifitas pengajar. Peserta didik yang memiliki motivasi tinggi ditunjang dengan pengajar yang mampu memfasilitasi motivasi tersebut akan membawa pada keberhasilan pencapaian tujuan belajar. Tujuan belajar dapat diukur melalui perubahan sikap dan kemampuan siswa melalui penilaian proses dan hasil belajar.

Penerapan KTSP dalam sistem pendidikan Indonesia tidak sekadar pergantian kurikulum, perubahan konsep, metode, dan strategi guru dalam mengajar, tetapi juga menyangkut pola pikir, filosofis, komitmen guru dan sekolah. Dalam KTSP guru ditempatkan sebagai fasilitator dan mediator yang membantu agar proses belajar siswa berjalan dengan baik. Perhatian utama pada siswa yang belajar, bukan pada disiplin atau guru yang mengajar. Fungsi fasilitator dan mediator, adalah:

(1) menyediakan pengalaman belajar yang memungkinkan siswa bertanggung jawab dalam melaksanakan rancangan dan proses; (2) menyediakan atau memberikan kegiatan-kegiatan yang merangsang keingintahuan siswa dan membantu mereka untuk mengekspresikan gagasan-gagasannya, menyediakan sarana yang merangsang siswa berfikir secara produktif, menyediakan kesempatan dan pengalaman konflik; (3) memonitor, mengevaluasi, dan menunjukkan apakah pemikiran siswa jalan atau tidak. Guru menunjukkan dan mempertanyakan apakah pengetahuan siswa berlaku untuk menghadapi persoalan baru. Guru membantu mengevaluasi hipotesis dan kesimpulan siswa (Kunandar, 2010:134-135).

Dalam proses belajar Bruner mementingkan partisipasi aktif dari tiap siswa, dan mengenal dengan baik adanya perbedaan kemampuan. Untuk meningkatkan proses belajar perlu lingkungan dimana siswa dapat melakukan eksplorasi, penemuan-penemuan baru yang belum dikenal atau pengertian yang mirip dengan yang sudah diketahui. (Slameto, 2010:11). Seperti pada ayat al- qur’an di bawah ini:

Artinya: Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakal lah yang dapat menerima pelajaran ”. (Az-Zumar:9)

Dalam proses belajar, Bruner (dalam Budiningsih, 2008:41) menekankan adanya pengaruh kebudayaan terhadap tingkah laku seseorang, dengan teorinya yang disebut free discovery learning, ia mengatakan bahwa proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan, atau pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya. Hal ini pun telah disinggung di dalam beberapa ayat al- qur’an diantaranya sebagai berikut:

Artinya: Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran. (Al-Qamar:49)

Artinya: “dan Dia telah menciptakan segala sesuatu, dan Dia menetapkan ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya ” (Al-Furqaan:2).

Selain itu, Bruner juga menyatakan: Pembelajaran yang selama ini diberikan di sekolah lebih banyak

menekankan pada perkembangan kemampuan analisis, kurang mengembangkan kemampuan berpikir intuitif. Padahal berpikir sangat penting bagi mereka yang menggeluti bidang matematika, biologi, fisika, dan sebagainya, sebab setiap disiplin ilmu mempunyai objek, ruang lingkup, konsep-konsep, prinsip, dan prosedur yang harus dipahami sebelum seseorang dapat belajar (Wilis, 2011:85).

Proses belajar akan berlangsung secara optimal jika proses pembelajaran diawali dengan tahap enaktif, dan kemudian beralih ke kegiatan belajar tahap kedua, yaitu tahap ikonik, dan selanjutnya kegiatan belajar itu diteruskan dengan kegiatan belajar tahap ketiga yaitu tahap belajar simbolik. Hal ini sesuai dengan tujuan pembelajaran matematika yaitu mengembangkan aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi, dan penemuan dengan mengembangkan rasa ingin tahu serta mencoba-coba.

Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu guru matematika di SMP Adabiyah Palembang yaitu Ibnu Mukti, S.Pd pada tanggal 27 Maret 2012 diperoleh informasi bahwa dalam proses pembelajaran matematika di SMP tersebut masih menggunakan pembelajaran konvensional yang tidak melibatkan peserta didik secara aktif, karena guru masih mendominasi sehingga pembelajaran matematika menjadi kurang bermakna bagi peserta didik terlihat dari hasil yang diperoleh pada materi bangun ruang tidak mencapai KKM yaitu 75.

Dari hasil observasi yang dilakukan di SMP Adabiyah Palembang, terlihat bahwa proses pembelajaran berlangsung pasif dimana guru hanya menuliskan suatu rumus misalnya rumus luas permukaan tabung yaitu 2πr (r + t) tanpa menjelaskan cara menemukan rumus tersebut khususnya dalam materi bangun ruang yang seharusnya dapat melibatkan peserta didik dan lingkungan sekitar. Hal ini berdampak terhadap aktivitas dan hasil belajar matematika yaitu rendahmya prestasi siswa serta kurangnya motivasi dan keinginan peserta didik terhadap pembelajaran matematika di SMP Adabiyah Palembang.

Salah satu bukti pernyataan di atas, beberapa penelitian tentang teori pembelajaran Bruner telah dilaksanakan baik pada tingkat sekolah dasar maupun menengah. Beberapa penelitian tersebut adalah Megawati (2003), Afriyanti (2007), dan Listiana (2006).

Penelitian yang dilakukan Megawati (2003) dengan materi simetri di SLTPN 10 Palembang diperoleh hasil yang cukup baik terlihat dari rata-rata tes siswa sebesar 6,88. Siswa menjadi lebih termotivasi, lebih aktif dalam proses belajar mengajar terlihat dari hasil observasi aktivitas siswa diperoleh keaktifan sebesar 67,52 termasuk kriteria aktif.

Afriyanti (2007) dengan materi turunan pada siswa kelas XI SMA Negeri 1 Mariana diketahui dengan menggunakan teori belajar Bruner terlihat bahwa pemahaman siswa terhadap konsep turunan cukup baik. Hal ini dapat dilihat dari hasil tindakan I diperoleh nilai rata-rata subjek penelitian, yaitu 66,75, dan hasil tindakan II diperoleh nilai rata-rata subjek penelitian, yaitu 71,65, yang berarti kriteria keberhasilan meningkat.

Penelitian Listiana (2006) pada materi dimensi tiga di kelas X SMA Negeri 2 Lahat mendapatkan hasil yang lebih baik jika dibandingkan dengan hasil belajar siswa pada kelas yang tidak menggunakan teori belajar Bruner.

Untuk lebih jelasnya keberhasilan teori belajar Bruner dari penelitian di atas dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 1.

Perbedaan Hasil Penelitian Penerapan Teori Bruner

No Peneliti

Materi

Fokus Penelitian

Rata-rata Penelitian

Jenis

Hasil Belajar

1 Alwiyah Bangun Aktivitas dan hasil Eksperimen (2012)

Deskriptif 6,88 dan 67,52 (2003)

Simetri Kadar aktivitas dan

tingkat pencapaian

kualitatif

hasil belajar

3 Afriyanti Turunan Pemahaman

PTK

terhadap konsep turunan

4 Listiana Dimensi Hasil belajar Eksperimen 79,52 (2006)

Tiga

Dalam hal ini, peneliti akan melihat pengaruh teori belajar Bruner pokok bahasan bangun ruang pada tingkat SMP kelas IX khususnya tentang luas permukaan bangun ruang sisi lengkung.

Berdasarkan uraian di atas, penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “PENGARUH TEORI BELAJAR BRUNER

TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI BANGUN RUANG DI KELAS IX SMP ADABIYAH PALEMBANG “.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka yang menjadi masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana penerapan teori belajar Bruner pada materi bangun ruang kelas

IX SMP Adabiyah Palembang?

2. Apakah penerapan teori belajar Bruner dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa pada materi bangun ruang kelas IX SMP Adabiyah Palembang?

3. Apakah penerapan teori belajar Bruner mempengaruhi hasil belajar siswa pada materi bangun ruang kelas IX SMP Adabiyah Palembang?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui gambaran pada saat penerapan teori belajar Bruner pada materi bangun ruang di kelas IX SMP Adabiyah Palembang.

2. Mengetahui tentang aktivitas belajar siswa pada materi bangun ruang kelas

IX SMP Adabiyah selama pembelajaran menggunakan teori belajar Bruner.

3. Mengetahui pengaruh teori belajar Bruner terhadap hasil belajar siswa pada materi bangun ruang di kelas IX SMP Adabiyah Palembang.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi guru, siswa dan sekolah. Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :

1. Bagi Siswa, sebagai pengalaman belajar yang baru sehingga diharapkan dapat meningkatkan keaktifan siswa, menumbuhkan kebersamaan di antara sesama dan dalam jangka panjang dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

2. Bagi Guru, sebagai alternatif dalam pembelajaran matematika dan untuk meningkatkan hasil belajar matematika sehingga perbaikan mutu pengajaran meningkat.

3. Bagi Sekolah, sebagai bahan informasi bagi pihak sekolah, untuk dapat dijadikan bahan pertimbangan agar teori belajar Bruner dapat diterapkan.

4. Bagi Peneliti, dapat menambah pengetahuan dan tambahan pengalaman.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Belajar Dan Pembelajaran

Belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada diri setiap orang sepanjang hidupnya (Azhar, 2011:1). Menurut Johnson dan myklebust, matematika adalah bahasa simbolis yang fungsi praktisnya untuk mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan keruangan, sedangkan fungsi teoritisnya adalah untuk memudahkan berfikir (Amilda, 2009:101).

Menurut Oemar Hamalik (200 1:28), belajar adalah “Suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan”. Aspek tingkah laku tersebut adalah: pengetahuan, pengertian, kebiasaan, keterampilan, apresiasi, emosional, hubungan sosial, jasmani, etis atau budi pekerti dan sikap.

Belajar menurut Gagne (dalam Purwanto, 1990:84) dikemukakan sebagai berikut: belajar terjadi apabila suatu situasi stimulus bersama dengan isi ingatan dipengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga perbuatannya berubah dari waktu sebelum ia mengalami situasi itu ke waktu sesudah ia mengalami situasi tadi. Proses belajar itu terjadi karena adanya interaksi antara seseorang dengan lingkungannya.

Belajar menurut Slameto (2003:2) adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses atau aktifitas siswa secara sadar dan sengaja, yang dirancang untuk mendapatkan suatu pengetahuan dan pengalaman yang dapat mengubah sikap dan tingkah laku seseorang, sehingga dapat mengembangkan dirinya ke arah kemajuan yang lebih baik.

Oleh karena itu, belajar dapat terjadi kapan saja dan dimana saja. Salah satu pertanda bahwa seseorang itu telah belajar adalah adanya perubahan tingkah laku pada diri orang itu yang mungkin disebabkan oleh terjadinya perubahan pada tingkat pengetahuan, keterampilan, atau sikapnya.

Pembelajaran adalah proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih baik. (Kunandar, 2010:287). Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses perolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik.

Pembelajaran menurut Miarso (1993) (dalam Siregar, 2010:12-13) adalah usaha pendidikan yang dilaksanakan secara sengaja, dengan tujuan yang telah ditetapkan terlebih dahulu sebelum proses dilaksanakan, serta pelaksanaannya terkendali.

Dari pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik dengan tujuan yang telah ditetapkan agar dapat belajar dengan baik.

B. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar

Belajar harus memiliki tujuan yang jelas, didasari motivasi dari dalam dirinya sehingga siswa melakukan belajarnya secara aktif. Dengan demikian siswa mampu menggunakan cara berfikir secara kritis disamping itu siswa mampu menerapkan ilmunya dalam praktek sehari-hari. Menurut Slameto (2010:54), belajar dipengaruhi oleh dua faktor baik dari dalam dirinya (faktor internal) maupun dari luar (faktor eksternal).

1. Faktor Internal

a) Kecerdasan Kecerdasan merupakan salah satu aspek penting dan sangat menentukan berhasil tidaknya studi seseorang, terutama kecerdasan dalam mata pelajaran Matematika. Karena kalau seseorang mempunyai tingkat kecerdasan normal atau di atas normal maka secara potensial ia dapat mencapai prestasi yang tinggi.

b) Bakat Bakat adalah potensi atau kemampuan. Dalam kegiatan belajar, faktor bakat mempunyai peranan penting dan harus ada faktor penunjangnya, misalnya fasilitas atau sarana (multimedia), biaya atau dorongan moral dari orang tua.

c) Minat dan Perhatian Minat dan perhatian dalam belajar mempunya hubungan erat sekali dan berpran penting terhadap belajar seseorang. Bidang studi yang menarik akan dipelajari dengan sebaiknya.

d) Kesehatan Jasmani Kesehatan merupakan faktor yang penting dalam belajar. Untuk dapat belajar dengan baik, bisa berkonsentrasi dengan optimal maka kesehatan itu perlu dipelihara dengan sebaik-baiknya.

e) Cara Belajar Keberhasilan studi seseorang dipengaruhi oleh cara belajarnya. Seseorang yang mempunyai cara belajar yang efisien memungkinkannya untuk mencapai prestasi yang tinggi.

2. Faktor Eksternal

a) Lingkungan Masyarakat Yang dapat digolongkan dalam lingkungan masyarakat adalah mass media, teman bergaul, dan cara hidup lingkungan.

b) Lingkungan Keluarga Yang termasuk dalam kategori lingkungan keluarga adalah orang tua, suasana rumah, dan keadaan sosial ekonomi.

c) Lingkungan Sekolah Yang termasuk dalam lingkungan sekolah adalah interaksi guru dengan murid, cara penyajian dan penyampaian pelajaran, hubungan antar siswa, disiplin sekolah, media yang digunakan, metode belajar, dan pekerjaan rumah (PR).

C. Pembelajaran Matematika

Menurut Johnson dan Rising (1972) menyatakan bahwa matematika adalah pengetahuan struktur yang terorganisasi, sifat-sifat atau teori-teori dibuat

dibuktikan kebenarannya (Karso, 2003:1.40). Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur

manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran tersebut. Yang terlibat dalam sistem pembelajaran terdiri dari siswa, guru, dan tenaga lainnya. Material meliputi buku-buku, papan tulis, kapur dan lain-lain. Fasilitas dan perlengkapan terdiri dari ruangan kelas, perlengkapan audio visual, juga komputer. Sedangkan prosedur meliputi jadwal dan metode penyampaian informasi praktek, belajar, ujian dan sebagainya (Hamalik, 2009: 57).

Belajar matematika adalah belajar konsep dan struktur yang terdapat dalam bahan-bahan yang sedang dipelajari, serta mencari hubungan di antara konsep dan struktur tersebut (Karso, 2003:1.40).

Tujuan pembelajaran matematika:

a. Melatih cara berfikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan, misalnya melalui kegiatan penyelidikan, eksplorasi, eksperimen, menunjukkan kesamaan, perbedaan, konsisten dan inkonsistensi.

b. Mengembangkan aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi, dan penemuan dengan mengembangkan rasa ingin tahu serta mencoba-coba.

c. Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah.

d. Mengembangkan

informasi atau mengkomunikasikan gagasan antara lain melalui pembicaraan lisan, catatan, grafik, peta dan diagram dalam menjelaskan gagasan.

kemampuan

menyampaikan

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika adalah kegiatan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, keterampilan, dan pemahaman terhadap kebenaran suatu konsep atau pernyataan yang bersifat konstan dan berbekas yang melibatkan pendidik dan peserta didik.

D. Teori Belajar Bruner

Jerome Bruner (1966) (dalam Budiningsih, 2008:41) adalah seorang pengikut setia teori kognitif, khususnya dalam studi perkembangan fungsi kognitif. Ia menandai perkembangan kognitif manusia sebagai berikut:

1. Perkembangan intelektual ditandai dengan adanya kemajuan dalam menanggapi suatu rangsangan.

2. Peningkatan pengetahuan tergantung pada perkembangan sistem penyimpanan informasi secara realis.

3. Perkembangan intelektual meliputi perkembangan kemampuan berbicara pada diri sendiri atau pada orang lain melalui kata-kata atau lambang tentang apa yang telah dilakukan dan apa yang akan dilakukan. Hal ini berhubungan dengan kepercayaan pada diri sendiri.

4. Interaksi secara sistematis antara pembimbing, guru atau orang tua dengan anak diperlukan bagi perkembangan kognitifnya.

5. Bahasa adalah kunci perkembangan kognititf. Bahasa diperlukan untuk mengkomunikasikn suatu konsep kepada orang lain.

6. Perkembangan kognitif ditandai dengan kecakapan untuk mengemukakan beberapa alternatif secara simultan, memilih tindakan yang tepat, dapat memberikan prioritas yang berurutan dalam berbagai situasi.

Menurut Bruner perkembangan kognitif seseorang terjadi melalui tiga tahap yang ditentukan oleh caranya melihat lingkungan, yaitu :

1. Tahap enaktif, seseorang melakukan aktivitas-aktivitas dalam upayanya untuk memahami lingkungan sekitarnya. Artinya, dalam memahami dunia sekitarnya anak menggunakan pengetahuan motorik. Misalnya, melalui gigitan, sentuhan, pegangan dan sebagainya.

2. Tahap ikonik, seseorang memahami objek-objek atau dunianya melalui gambar-gambar dan visualisasi verbal. Maksudnya, dalam memahami dunia sekitarnya anak belajar melalui bentuk perumpamaan (tampil) dan perbandingan (komparasi).

3. Tahap simbolik, seseorang telah mampu memiliki ide-ide atau gagasan-gagasan abstrak yang sangat dipengaruhi oleh kemampuannya dalam berbahasa dan logika. Dalam memahami dunia sekitarnya anak belajar melalui simbol-simbol bahasa, logika matematika, dan sebagainya.

Proses belajar akan berlangsung secara optimal jika proses pembelajaran diawali dengan tahap enaktif, dan kemudian jika tahap belajar yang pertama ini sudah dirasa cukup, siswa beralih ke kegiatan belajar tahap kedua, yaitu tahap belajar menggunakan modus representasi ikonik, dan selanjutnya kegiatan belajar itu diteruskan dengan kegiatan belajar tahap ketiga yaitu tahap belajar dengan menggunakan modus representasi simbolik.

Menurut Bruner bahwa pada pelaksanaan belajar guru perlu memperhatikan 4 hal berikut :

1. Mengusahakan agar setiap siswa berpartisipasi aktif, minat murid perlu ditingkatkan, kemudian perlu dibimbing untuk mencapai tujuan tertentu.

2. Menganalisis struktur materi yang akan diajarkan, juga perlu materi disajikan secara sederhana sehingga mudah dimengerti oleh siswa.

3. Menganalisis hubungan. Guru mengajar, berarti membimbing siswa melalui urutan pernyataan-pernyataan dari suatu masalah, sehingga siswa memperoleh pengertian dan dapat mentransfer apa yang sedang dipelajari.

4. Memberi penguatan dan umpan balik. Penguatan yang optimal terjadi pada waktu siswa mengetahui bahwa “ia menemukan jawab”nya. (Slameto, 1990:13)

Bruner berpendapat bahwa teori pembelajaran yang paling tepat adalah teori yang menyiapkan pengalaman discovery learning (belajar penemuan). Bruner (dalam Wilis, 2011:80) mengemukakan beberapa kebaikan belajar penemuan:

1. Pengetahuan itu bertahan lama atau lama dapat diingat bila dibandingkan dengan pengetahuan yang dipelajari dengan cara-cara lain.

2. Hasil belajar penemuan mempunyai efek transfer yang lebih baik daripada hasil belajar lainnya.

3. Secara menyeluruh belajar penemuan meningkatkan penalaran siswa dan kemampuan untuk berfikir secara bebas.

E. Teori Belajar Bruner dalam Pembelajaran Matematika

Menurut Bruner (dalam Wilis, 2011:83) di dalam menerapkan belajar penemuan pada siswa ada dua hal yang perlu diperhatikan:

1. Metode dan Tujuan Dalam belajar penemuan siswa mendapat kebebasan dalam batas-batas tertentu untuk menyelidiki, secara perorangan atau dalam satu Tanya jawab dengan guru, atau oleh guru atau siswa-siswa lain untuk memecahkan masalah yang diberikan oleh guru dan siswa bersama-sama. Bertujuan untuk memperoleh pengetahuan dengan suatu cara yang dapat melatih kemampuan intelektual para siswa dan merangsang keingintahuan mereka dan memotivasi kemampuan mereka.

2. Peranan Guru Dalam belajar penemuan, peranan guru antara lain sebagai berikut:

a) Merencanakan pelajaran sedemikian rupa sehingga pelajaran itu terpusat pada masalah-masalah yang tepat untuk diselidiki oleh para siswa.

b) Menyajikan materi pelajaran yang diperlukan sebagai dasar bagi para siswa untuk memecahkan masalah.

c) Memperhatikan 3 cara penyajian yaitu enaktif, ikonik, dan simbolik. Uraian di atas terlihat bahwa dalam belajar penemuan, guru lebih mudah dalam mengendalikan proses belajar mengajar. Guru berperan dalam mengarahkan pelajaran pada penemuan dengan tiga tahap yaitu enaktif, ikonik, dan simbolik.

Tiga tahapan belajar Bruner seperti berikut ini :

1. Tahap 1. Setiap kita melakukan pembelajaran tentang konsep, fakta atau prosedur dalam matematika yang bersifat abstrak biasanya diawali dari persoalan sehari-hari yang sederhana (peristiwa di dunia sekitarnya), atau menggunakan benda-benda real/nyata/fisik. (kita mengenalnya sebagai model konkret).

2. Tahap 2. Setelah memanipulasikan benda secara nyata melalui persoalan keseharian dari dunia sekitarnya, dilanjutkan dengan membentuk modelnya sebagai bayangan mental dari benda atau peristiwa keseharian tersebut. Model matematika disini berupa gambaran dari bayangan. (model semi konkret atau model semi abstrak).

3. Tahap 3. Pada tahap ke-3 yang merupakan tahap akhir haruslah digunakan simbol-simbol atau lambang-lambang yang bersifat abstrak sebagai wujud dari bahasa matematika (model abstrak) (Karso, 2003: 1.13).

Menurut Bruner, belajar akan lebih bermakna bagi siswa jika mereka memusatkan perhatiannya untuk memahami struktur materi yang dipelajari. Untuk memperoleh struktur informasi, siswa harus aktif di penemuan. Dalam pembelajaran melalui penemuan, guru memberikan contoh siswa bekerja berdasarkan contoh tersebut sampai menemukan hubungan antar bagian dari suatu struktur materi.

Aplikasi ide-ide Bruner dalam pembelajaran digambarkan sebagai berikut :

1. Memberikan contoh dan bukan contoh dari konsep yang dipelajari

2. Membantu siswa mencari hubungan antar konsep

3. Mengajukan pertanyaan dan membiarkan siswa mencoba menemukan sendiri jawabannya

4. Mendorong siswa untuk membuat dugaan yang bersifat intuitif. (Trianto, 2010:79-80)

Tabel 2. Tahap perkembangan Kognitif Menurut Bruner

Tahapan Aktivitas

1. Tahap Enaktif Pada tahap ini, siswa memanipulasi benda konkret yang telah disediakan. Dengan cara ini seseorang mengetahui suatu aspek kenyataan tanpa menggunakan pikiran atau kata-kata.

2. Tahap Ikonik Pada tahap ini, siswa mempresentasikan atau menggambarkan dalam bentuk visual, gambar, dan diagram yang menggambarkan kegiatan konkrit atau situasi dunia nyata yang terdapat pada tahap enaktif.

3. Tahap Simbolik Pada tahap ini, siswa lebih memperhatikan pernyataan

daripada objek dengan menggunakan lambang matematika.

F. Pembelajaran Bangun Ruang Berdasarkan Teori Bruner

1. Analisis Kurikulum dan Analisis Materi

Pada tahap ini dilakukan identifikasi kurikulum matematika SMP yang berkaitan dengan indikator pencapaian hasil belajar. Analisis dilakukan dengan mengacu pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Berdasarkan analisis tersebut ditetapkan: Standar Kompetensi : Memahami sifat-sifat tabung, kerucut,dan bola

serta menentukan ukurannya. Kompetensi Dasar : Menghitung luas permukaan dan volume tabung,

kerucut, dan bola.

Berdasarkan kurikulum maka indikator pencapaian dari pembelajaran bangun ruang, khususnya mencari rumus luas permukaan tabung, kerucut, dan bola adalah:

1. Menghitung luas permukaan tabung.

2. Menghitung luas permukaan kerucut.

3. Menghitung luas permukaan bola. Tujuan dari pembelajaran materi bangun ruang, khususnya mencari rumus luas permukaan tabung, kerucut, dan bola adalah:

1. Siswa dapat menemukan rumus luas permukaan tabung.

2. Siswa dapat menghitung luas permukaan tabung.

3. Siswa dapat menemukan rumus luas permukaan kerucut.

4. Siswa dapat menghitung luas permukaan kerucut.

5. Siswa dapat menemukan rumus luas permukaan bola.

6. Siswa dapat menghitung luas permukaan bola.

Hasil analisis ini kemudian dilanjutkan pada pendesainan materi pembelajaran berdasarkan teori Bruner dan pembuatan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan lembar kerja siswa (LKS).

2. Materi bangun ruang berdasarkan teori Bruner

Bruner menyatakan bahwa anak-anak berkembang melalui tiga tahap perkembangan, yaitu: 1) tahap enaktif, 2) tahap ikonik, dan 3) tahap simbolik.

Adapun materi bangun ruang berdasarkan teori Bruner:

a) Tahap Enaktif Pada tahap ini, siswa memanipulasi benda konkrit yang telah disediakan, yakni sebuah tabung, kerucut, dan bola yang bertujuan agar siswa menemukan rumus luas permukaan tabung, kerucut, dan bola.

Materi ajar

Kegiatan

 Menggunting tabung hingga kedua sisi alas dan sisi atapnya terpisah dari bagian selimut tabung. Tabung

 Menggunting dan menyusun bagian sisi alas dan sisi atapnya yang berbentuk lingkaran menjadi 16 bagian yang sama.  Menggunting dan membuka bagian selimut tabung.  Menggunting kerucut hingga bagian sisi alasnya terpisah dari selimut kerucut.  Menggunting dan menyusun bagian sisi alas yang berbentuk lingkaran menjadi 16

Kerucut bagian yang sama.  Menggunting dan menyusun bagian selimut kerucut menjadi 4 bagian yang sama.  Membelah bola menjadi 2 bagian yang sama  Melilitkan tali pada permukaan setengah bola dan bidang alas belahan bola.

Bola  Mengukur masing-masing tali yang telah digunakan untuk melilitkan permukaan setengah bola dan bidang alas belahan bola.

b) Tahap Ikonik Pada tahap ini, siswa mempresentasikan dalam bentuk visual, gambar, dan diagram yang menggambarkan kegiatan konkrit atau situasi nyata yang terdapat pada tahap enaktif.

Materi ajar

Kegiatan

 Membuat sketsa gambar potongan sisi alas dan sisi atap tabung yang telah

disusun.

Tabung  Membuat sketsa gambar selimut tabung yang telah dipotong.

 Membuat sketsa gambar potongan sisi alas kerucut yang telah disusun. Kerucut

 Membuat sketsa gambar potongan selimut kerucut yang telah disusun. Menuliskan hasil pengukuran ke dalam tabel berikut:

pada Hubungan antara Bola

Panjang

tali

pada Panjang

tali

permukaan setengah bola permukaan lingkaran keduanya (cm)

c) Tahap Simbolik Pada tahap ini, siswa akan menemukan rumus luas permukaan tabung, kerucut, dan bola dengan menggunakan lambang matematika.

Materi ajar

Kegiatan

Luas alas/tutup = Luas persegi panjang = Panjang x Lebar

2 x keliling lingkaran x lebar =

Tabung

2 x 2πr x r =

= πr 2

Luas selimut tabung = Luas Persegi Panjang = Panjang x Lebar

= Keliling lingkaran x tinggi

2πr x t = = 2πrt

Luas permukaan tabung = Luas alas + Luas tutup + Luas selimut

= πr 2 + πr 2 + 2πrt πr 2 + 2πrt =2

= 2πr (r + t)

Luas alas = Luas persegi panjang = Panjang x Lebar

2 x keliling lingkaran x lebar =

2 x 2πr x r Kerucut =

= πr 2 Luas selimut kerucut = Luas Persegi Panjang

=pxl

2 x keliling lingkaran) x sisi =(

2 𝑥 2πr x s =

= πrs

Luas permukaan kerucut = Luas alas + Luas selimut kerucut

2 = πr + πrs = πr (r + s)

Luas permukaan bola = 2 x luas permukaan setengah bola Bola

= 2 x (2 x luas lingkaran)

= 2 x (2 x πr 2 ) = 4πr 2

G. Aktivitas Belajar

Aktivitas belajar merupakan hal yang sangat penting bagi siswa, karena memeberikan kesempatan kepada siswa untuk bersentuhan dengan obyek yang sedang dipelajari seluas mungkin, karena dengan demikian proses konstruksi pengetahuan yang terjadi akan lebih baik.

Aktivitas belajar itu sangat diperlukan oleh peserta didik untuk mendapatkan hasil belajar yang maksimum. Ketika peserta didik pasif, atau hanya menerima dari pengajar, ada kecenderungan untuk cepat melupakan apa yang telah diberikan. Oleh sebab itu, diperlukan perangkat tertentu untuk dapat mengikat informasi yang baru saja diterima dari guru (Zaini, 2008:14).

Dari uraian diatas dapat diambil pengertian aktivitas belajar adalah keterlibatan siswa dalam bentuk sikap, pikiran, perhatian dalam kegiatan belajar guna menunjang keberhasilan proses belajar mengajar dan memperoleh manfaat dari kegiatan tersebut.

Paul D. Dierich (dalam Hamalik 2009:172), menyatakan 8 macam kegiatan yang dilakukan peserta didik pada saat pembelajaran. Kegiatan-kegiatan tersebut adalah:

1. Kegiatan visual, seperti membaca, melihat gambar-gambar, mengamati eksperimen, demonstrasi, pameran, dan mengamati orang lain bekerja atau bermain.

2. Kegiatan lisan (oral), seperti mengemukakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat, wawancara, diskusi, dan interupsi

3. Kegiatan mendengarkan, seperti mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok, mendengarkan suatu permainan, mendengarkan radio.

4. Kegiatan menulis, seperti menulis cerita, menulis laporan, memeriksa karangan, bahan-bahan kopi, membuat rangkuman, mengerjakan tes, dan mengisi angket.

5. Kegiatan menggambar, seperti menggambar, membuat grafik, chart, diagram peta, dan pola.

6. Kegiatan metrik, seperti melakukan percobaan, memilih alat-alat, melaksanakan pameran, membuat model, menyelenggarakan permainan, menari dan berkebun.

7. Kegiatan mental, seperti merenungkan, mengingat, memecahkan masalah, menganalisis, melihat hubungan, dan membuat keputusan.

8. Kegiatan emosional, seperti minat, membedakan, berani, tenang, dan lain- lain.

Bruner mengembangkan teorinya tentang perkembangan intelektual, yaitu:

1. Tahap enaktif, dimana seorang peserta didik belajar tentang dunia melalui

tindakannya pada objek, siswa melakukan aktivitas-aktivitasnya dalam usahanya memahami lingkungan.

2. Tahap ikonik, dimana belajar terjadi melalui penggunaan model dan

gambar.

3. Tahap simbolik, yang mendeskripsikan kapasitas dalam berfikir abstrak,

siswa mempunyai gagasan-gagasan abstrak yang banyak dipengaruhi bahasa dan logika dan komunikasi dilakukan dengan pertolongan sistem simbol.

Penerapan teori belajar Bruner (dalam Wilis, 2011:78) berdasarkan cara penyajiannya, yaitu:

1. Cara penyajian enaktif ialah melalui tindakan, jadi bersifat manipulatif. Dengan cara ini seseorang mengetahui suatu aspek dari kenyataan tanpa menggunakan pikiran atau kata-kata.

2. Cara penyajian ikonik didasarkan atas pikiran internal. Pengetahuan disajikan oleh sekumpulan gambar-gambar yang mewakili suatu konsep, tetapi tidak mendefinisikan sepenuhnya konsep itu.

3. Penyajian simbolik menggunakan kata-kata atau bahasa. Penyajian simbolik dibuktikan oleh kemampuan seseorang lebih memperhatikan proposisi atau pernyataan dari pada objek-objek, memberikan struktur hirarkis

kemungkinan-kemungkinan alternatif dalam suatu cara kombinatorial.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka dalam penelitian ini hanya diambil 4 kegiatan dari 8 kegiatan menurut Paul D. Dierich yaitu:

1. Kegiatan Metrik

2. Kegiatan Menggambar

3. Kegiatan Menulis

4. Kegiatan Mental Pada kegiatan metrik tercermin pada tahap enaktif dalam teori belajar Bruner yaitu pada saat siswa memisahkan bangun ruang menjadi beberapa bangun datar, memotong bangun datar menjadi beberapa bagian, menyusun bagian bangun datar menjadi bangun datar lain. Untuk kegiatan menggambar dan menulis tercermin pada tahap ikonik yaitu menggambar potongan dari 4. Kegiatan Mental Pada kegiatan metrik tercermin pada tahap enaktif dalam teori belajar Bruner yaitu pada saat siswa memisahkan bangun ruang menjadi beberapa bangun datar, memotong bangun datar menjadi beberapa bagian, menyusun bagian bangun datar menjadi bangun datar lain. Untuk kegiatan menggambar dan menulis tercermin pada tahap ikonik yaitu menggambar potongan dari

H. Hasil Belajar

Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajar (Djamarah, 2006:32). Hasil belajar adalah hasil yang ditunjukkan dari suatu interaksi tindak belajar dan biasanya ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan guru (Dimyati dan Mudijono, 2002:36). Menurut Tardif (dalam Muhibbinsyah, 2000:141) hasil belajar adalah penilaian untuk menggambarkan prestasi yang dicapai seseorang siswa sesuai dengan criteria yang telah ditetapkan.

Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajar (Sudjana, 2010:22). Wahidmurni (2010:18) menjelaskan bahwa seseorang dapat dikatakan telah behasil dalam belajar jika ia mampu menunjukkan adanya perubahan dalam dirinya. Hasil belajar adalah hasil yang diperoleh dari belajar yang berupa perubahan tingkah laku yang relatif tetap. Meningkatkan hasil belajar siswa, merupakan suatu bentuk usaha yang tidak mudah untuk dilakukan siswa dengan berbagai macam perbedaan karakteristik satu dengan yang lain. Peningkatan itu diharapkan mampu Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajar (Sudjana, 2010:22). Wahidmurni (2010:18) menjelaskan bahwa seseorang dapat dikatakan telah behasil dalam belajar jika ia mampu menunjukkan adanya perubahan dalam dirinya. Hasil belajar adalah hasil yang diperoleh dari belajar yang berupa perubahan tingkah laku yang relatif tetap. Meningkatkan hasil belajar siswa, merupakan suatu bentuk usaha yang tidak mudah untuk dilakukan siswa dengan berbagai macam perbedaan karakteristik satu dengan yang lain. Peningkatan itu diharapkan mampu

Setelah belajar, siswa memiliki keterampilan, pengetahuan, sikap dan nilai. Timbulnya kemampuan tersebut adalah dari stimulasi yang berasal dari lingkungan dan proses kognitif yang dilakukan oleh siswa (Darsono, 2000:15). Hasil belajar akan melekat pada siswa dalam bentuk keterampilan intelektual, sikap dan siasat (Darsono, 2000: 15). Hasil belajar siswa merupakan kemampuan siswa yang akan dicapai sebagai berikut:

1. Kemampuan verbal adalah kemampuan untuk mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahas baik lisan maupun tertulis, pemilihan informasi verbal memungkinkan individu berperan dalam kehidupan.

2. Kemampuan keterampilan intelektual, adalah kepekaan yang berhubungan dengan lingkungan hidup serta mempresentasikan konsep dan lambang.

3. Kemampuan kognitif, adalah kemampuan menyalurkan dan mengarahkan kognitifnya sendiri, kemampuan ini meliputi konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah.

4. Keterampilan motorik, adalah kemampuan serangkaian gerak jasmani antara koordinasi otak dengan tubuh. Sehingga terwujudnya otomatisme gerak jasmani.

5. Kemampuan sikap, adalah kemampuan menerima atau menolak obyek berdasarkan penilaian terhadap obyek tersebut.

Dari beberapa kemampuan di atas, kemampuan yang di ukur dalam penelitian ini adalah kemampuan kognitif yaitu kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal-soal yang diberikan. Indikator dalam kemampuan kognitif Dari beberapa kemampuan di atas, kemampuan yang di ukur dalam penelitian ini adalah kemampuan kognitif yaitu kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal-soal yang diberikan. Indikator dalam kemampuan kognitif

Penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah suatu perubahan kemampuan siswa secara utuh baik pengetahuan, keterampilan dan sikap.

I. Hipotesis Penelitian

Dari uraian tinjauan pustaka di atas, maka yang menjadi hipotesis dalam penelitian ini adalah:

“Rata-rata hasil belajar siswa yang menggunakan teori belajar Bruner lebih baik dari rata-rata hasil belajar siswa yang menggunakan

pembelajaran konvensional ”.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode eksperimen murni (true experimental design) yaitu sebuah eksperimen yang hanya melakukan tes akhir (posttest ) tanpa adanya tes awal (pretest).

B. Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian dapat dilukiskan sebagai berikut:

Treatment Posttest

Kelas Eksperimen

Kelas Kontrol (Sugiyono, 2011:76)

Keterangan:

X : Diberikan perlakuan yaitu teori belajar Bruner (enaktif, ikonik dan simbolik) T 1 :Tes yaitu postes untuk mengukur hasil belajar siswa pada kelas eksperimen T 2 : Tes yaitu postes untuk mengukur hasil belajar siswa pada kelas kontrol Dalam penelitian ini terdapat dua kelas yang masing-masing dipilih

secara random (R), satu kelas dipilih menjadi kelas ekperimen yang diberi perlakuan yaitu pembelajaran menggunakan teori belajar Bruner (X) dan satu kelas yang lain dipilih menjadi kelas kontrol yang diberi perlakuan yaitu secara random (R), satu kelas dipilih menjadi kelas ekperimen yang diberi perlakuan yaitu pembelajaran menggunakan teori belajar Bruner (X) dan satu kelas yang lain dipilih menjadi kelas kontrol yang diberi perlakuan yaitu

C. Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat dua variabel pokok, yaitu teori belajar Bruner sebagai variabel bebas dan aktivitas serta hasil belajar sebagai variabel tidak bebas. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada sketsa berikut:

Variabel bebas variabel tidak bebas

Aktivitas dan hasil belajar Teori belajar Bruner siswa

D. Definisi Operasional Variabel

1. Teori belajar Bruner dalam pembelajaran matematika adalah teori yang memiliki 3 tahap pembelajaran yaitu tahap enaktif, ikonik, dan simbolik. Tahap enaktif yaitu menggunakan pengetahuan motorik, yaitu belajar menggunakan benda-benda konkret. Tahap ikonik yaitu menyajikan dalam bentuk gambar. Tahap simbolik yaitu belajar melalui simbol-simbol, logika matematika dan sebagainya.

2. Aktivitas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kegiatan siswa dalam mengikuti pembelajaran matematika dengan teori belajar Bruner yang sedang berlangsung. Untuk mengetahui aktivitas siswa maka dilakukan observasi. Indikator yang diukur dalam aktivitas yaitu kegiatan metrik, kegiatan menggambar, kegiatan menulis, dan kegiatan mental. Data observasi pada setiap pertemuan diperoleh dari pengamatan langsung terhadap aktivitas siswa yang dibantu oleh tiga observer dengan menggunakan panduan lembar observasi dengan rentang skor 0 – 3. Selanjutnya skor dianalisis untuk mengetahui kategori keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran.

3. Hasil belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hasil tes yang diambil setelah diterapkannya teori belajar Bruner dan pembelajaran konvensional. Indikator yang diukur dalam hasil belajar yaitu siswa mampu menjawab soal-soal dengan tepat. Tes yang diberikan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol berupa essay dengan rentang skor 0 – 100. Selanjutnya skor tersebut dianalisis dengan menggunakan uji normalitas, uji homogenitas, dan uji t untuk mengetahui pengaruh teori belajar Bruner terhadap hasil belajar siswa.

E. Populasi dan Sampel