Multikolinearitas Heteroskedastisitas Uji Asumsi Klasik

Ho = Data residual berdistribusi normal Ha = Data residual tidak berdistribusi normal Dasar pengambilan keputusan dalam uji K-S adalah sebagai berikut: 1. Apabila probabilitas nilai Z uji K-S signifikan secara statistik maka Ho ditolak, yang berarti data terdistribusi tidak normal. 2. Apabila probabilitas nilai Z uji K-S tidak signifikan secara statistik maka Ho diterima, yang berarti data terdistribusi normal.

3.7.2 Multikolinearitas

Menurut Ghozali 2005, uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas independen. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Jika terdapat korelasi antara variabel independen, maka variabel-variabel ini tidak orthogonal. Variabel orthogonal adalah variabel independen yang nilai korelasi antar sesama variabel independen adalah nol. Untuk mendeteksi ada tidaknya multikolinearitas dalam model regresi dapat menggunakan perhitungan Tolerance Value TOL dan Variance Inflation Factor VIF. Nilai TOL berkebalikan dengan VIF. TOL adalah besarnya variasi dari satu variabel independen yang tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Sedangkan VIF menjelaskan derajat suatu variabel independen yang dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Sebagai dasar acuannya dapat disimpulkan: 1. Jika nilai tolerance 0,1 dan nilai VIF 10, maka dapat disimpulakan tidak ada multikolinearitas antar variabel independen dalam model regresi. 2. Jika nilai tolerance 0,1 dan nilai VIF 10, maka dapat disimpulakan bahwa ada multikolinearitas antar variabel independen dalam model regresi.

3.7.3 Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedstisitas. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas Ghozali, 2005. Ada beberapa cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas, antara lain:

3.7.3.1 Uji Grafik Plot

Uji ini mengusulkan untuk mendeteksi ada tidaknya gejala heteroskedstisitas dengan melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel terikat dependen yaitu ZPRED dengan residualnya SRESID. Deteksi ada tidaknya gejala heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antar SRESID dan ZPRED, dimana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi dan sumbu X adalah residual Y prediksi-Y sesungguhnya yang telah di-studentized Ghozali, 2005. Adapun dasar analisis yang berkaitan dengan gambar tersebut adalah: a. Jika terdapat pola tertentu, yaitu jika titik-titiknya membentuk pola tertentu yang teratur bergelombang, melebar kemudian menyempit, maka diindikasikan terdapat masalah heteroskedastisitas. b. Jika tidak terdapat pola yang jelas, yaitu jika titik-titiknya menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka diindikasikan tidak terdapat masalah heteroskedastisitas. Analisis grafik plot memiliki kelemahan yang cukup signifikan karena jumlah pengamatan mempengaruhi hasil ploting. Semakin sedikit jumlah pengamatan, maka semakin sulit menginterpretasikan hasil grafik plot. Oleh sebab itu, diperlukan uji statistik yang lebih dapat menjamin keakuratan hasil. Ada beberapa uji statistik yang dapat digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya masalah heteroskedastisitas, salah satu caranya yaitu dengan menggunakan uji Glejser Ghozali, 2005.

3.7.3.2 Uji Glejser

Uji Glejser mengusulkan untuk meregresi nilai absolute residual terhadap variabel independen Gujarati, 2003, apabila variabel independen mempunyai nilai signifikan secara statistik mempengaruhi variabel dependen maka ada indikasi terjadi heteroskedastisitas.

3.7.4 Autokorelasi