Struktur Tegakan dan Keanekaragaman Jenis

4.2 Struktur Tegakan dan Keanekaragaman Jenis

4.2.1 Hutan Pinus

Hutan pinus di wilayah hulu DAS Kali Bekasi berada di kawasan Taman Wisata Alam (TWA) Gunung Pancar. Secara administrasi kawasan TWA Gunung Pancar seluas 447,5 ha, yang terdiri dari hutan pinus dan hutan alam. Kawasan ini sebelumnya merupakan berstatus Hutan Produksi dengan jenis tanaman Pinus merkusii yang ditanam pada tahun 1978 (Lisnawati, 1993), namun sejak tahun 1988 dirubah statusnya menjadi hutan wisata. Perubahan status ini tentu saja berimplikasi terhadap karakteristik tegakan yang ada. Sebelumnya sebagai hutan tanaman memiliki karakteristik seumur, tetap, teratur dan ekologi relatif sederhana telah mengalami perubahan dengan munculnya regenerasi alami. Kondisi tegakan pinus saat ini dapat dilihat pada Gambar 9.

Gambar 9. Tegakan pinus di TWA Gunung Pancar

Perubahan status kawasan menjadi TWA berdampak pada tidak adanya kegiatan pemanenan dan pemeliharaan sehingga mempengaruhi struktur tegakan yang ada. Saat ini tegakan pinus memiliki diameter 18,1 – 41,7 cm dan tinggi ± 35 m, dengan kerapatan 727 pohon/ha dan luas bidang dasar sebesar 50,16 m 2 /ha

(Tabel 5). Tabel 5. Kerapatan (K) dan luas bidang dasar (LBDS) tegakan pinus

pada tiap kelas diameter (KD) di Hulu DAS Kali Bekasi

KD (cm) 2 K (ind/ha) LBDS (m /ha) 10-19,9

Berdasarkan Tabel 5 dan Gambar 10 menunjukkan bahwa tegakan Pinus di TWA Gunung Pancar memiliki sebaran normal yang didominasi oleh tegakan berdiameter 20-40 cm. Pada hutan seumur mempunyai karakteristik struktur tegakan membentuk kurva sebaran normal (Davis & Johnson, 1987). Kerapatan dan luas bidang dasar tegakan pada Tabel 5 merupakan parameter yang sangat penting untuk pendugaan cadangan karbon.

20-29.9 30-39.9

10-19.9

Kelas Diameter (cm)

Gambar 10. Kerapatan tegakan hutan pinus di Hulu DAS Kali Bekasi Kondisi tumbuhan bawah tegakan Pinus di TWA Gunung Pancar lebat

dengan jenis tumbuhan bawah yang mendominasi adalah jenis tepus (Hornstedtia megalochelius Ridley), honje (Etlingera elatoir (Jack) R.M. Smith), kirinyuh (Eupatorium inulifolium Kunth), saliara (Lantana camara L.), paku rane (Selaginella doederleinii Hieron), babandotan (Ageratum conizoides L.), jukut pait (Axonopus compressus (Sw.) Beauv.), kakawatan (Cynodon dactylon (L.) Pers.), paku rasam (Gleichenia linearis (Burm. f.) C. B), harendong (Melastoma malabathricum L.), mikania (Mikania micrantha Kunth), putri malu (Mimosa pudica Duchass. & Walp).

4.2.2 Hutan Alam

Hutan Alam merupakan salah satu penyusun kawasan TWA Gunung Pancar dengan luasan yang tidak terlalu luas dibandingkan hutan pinus mengingat kawasan ini sebelumnya berfungsi sebagai hutan produksi (Gambar 11).

Gambar 11. Tegakan di hutan alam TWA Gn. Pancar

Berdasarkan hasil survei menunjukkan sangat sedikit dijumpai tegakan pohon tetapi masih terdapat beberapa pohon penting yang pada umumnya dijumpai di hutan pegunungan jawa barat seperti Nangsi (Villebrunea rubescens Blume), Jirak (Symplocos fasciculata Zoll.), Ki Haji (Dysoxylum macrocarpum Blume), Ki Leho (Saurauaia bracteosa DC), Mareme (Glochidion borneense (Mull. Arg.) Boerl.). Studi yang dilakukan oleh Arrijani, et al. (2006) juga menginformasikan ditemukannya jenis-jenis tersebut di hulu DAS Cianjur. Pada lokasi pengamatan ditemukan 22 jenis spesies yang tergolong ke dalam 18 famili (Tabel 6).

Tabel 6. Jenis vegetasi yang ditemukan di hutan alam TWA Gn. Pancar

No Nama Daerah

Family 1 Ki dage

Nama Ilmiah

Styracaceae 2 Jirak

Bruinsmia styracoides Boerl. et Kds

Symplocaceae 3 Ki haji

Symplocos fasciculata Zoll.

Meliaceae 4 Ki wates

Dysoxylum macrocarpum Blume

Eurya acuminata DC. Ternstroemiaceae 5 Ki leho

Saurauaia bracteosa DC. Actinidiaceae 6 Manggu leuweung

Clusiaceae 7 Ki seurem petang

Garcinia celebica L.

Myrtaceae 8 Kokopian

Decaspermum fruticosum Forst

Rubiaceae 9 Kapinango

Morinda tomentosa Heyne

Meliaceae 10 Lame

Dysoxylum densiflorum Miq.

Apocynaceae 11 Nangsi

Alstonia scholaris (L.) R. Br.

Urticaceae 12 Harendong badak

Villebrunea rubescens Blume

Melastomataceae 13 Pulus

Astronia macrophylla Blume

Urticaceae 14 Randu leuwueng

Laportea stimulans Miq.

Bombaceae 15 Seuseureuhan

Bombax valetonii Hochr

Piperaceae 16 Pasang batu

Piper aduncum L.

Lithocarpus pseudomoluccus (Blume) Rehder Fagaceae 17 Ki ara

Moraceae 18 Rasamala

Ficus calophylla Blume

Hamamelidaceae 19 Huru

Altingia excelsa Noronha

Lauraceae 20 Cangcaratan

Actinodaphne procera Nees

Rubiaceae 21 Mareme

Neonauclea lanceolata (Blume) Merr.

Euphorbiaceae 22 Ki Walen

Glochidion borneense (Mull. Arg.) Boerl.

Ficus ribes Reinw.

Moraceae

Beberapa jenis vegetasi yang dijumpai selain kayunya bermanfaat untuk kontruksi juga bermanfaat sebagai bahan obat tradisional. Selain daun mudanya buat lalap, cairan yang berasal dari batang pohon Nangsi dapat diminum untuk mengobati susah buang air kecil dan mata bengkak. Getah batang Seuseureuhan berkhasiat sebagai obat bisul dan obat luka baru serta beberapa jenis vegetasi lain juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan obat tradisional, beberapa jenis tersebut yaitu Jirak (S. fasciculata), Ki Wates (E. acuminata), Ki Leho (S. bracteosa),

Lame (A. scholaris), Harendong badak (A. macrophylla), Ki Walen (F. ribes) dan Rasamala (A. excelsa).

Bentuk struktur tegakan horizontal untuk tegakan hutan sekunder menyerupai huruf J-terbalik (eksponensial negatif) (Gambar 12), bentuk struktur tegakan seperti ini lazim ditemukan pada tegakan hutan tidak seumur atau hutan alam (Davis & Johnson, 1987).

/ha 8000 (ind 6000

semai pancang

tiang

pohon

Struktur Tegakan

Gambar 12. Kerapatan tegakan pada berbagai tingkat pertumbuhan Hutan Alam di TWA Gn. Pancar

Secara umum Gambar 12 menunjukkan bahwa vegetasi pada tingkat semai dan pancang (diameter <10 cm) yang menyusun tegakan tersebut lebih rapat dibandingkan vegetasi pada tingkat pertumbuhan tiang dan pohon (diameter >10 cm). Tabel 7 berikut dapat membantu memperjelas struktur horisontal tegakan

hutan alam yang ada di TWA Gunung Pancar.

Tabel 7. Kerapatan, diameter rata-rata dan luas bidang dasar tegakan Hutan

Alam TWA Gunung Pancar pada tiap tingkat pertumbuhan

Luas Bidang

pertumbuhan 2 (ind/ha) rata-rata (cm) Dasar (m /ha) Pancang

Tegakan dengan diameter rata-rata 5,21 cm jumlahnya lebih banyak dibandingkan pohon yang berdiameter besar, menutupi 3,27 m 2 areal tiap ha.

Pohon dengan rata-rata diameter 37,59 cm mempunyai luas bidang dasar yang besar dibandingkan pohon-pohon berdiameter kecil, 10,36 m 2 .

Indeks nilai penting (Tabel 8) merupakan hasil penjumlahan nilai relatif ketiga parameter (kerapatan, frekwensi dan dominasi) yang telah diukur sebelumnya. Nilai INP tertinggi pada tingkat semai ditemukan pada jenis Morinda tomentosa (INP=59,03), tingkat pancang pada jenis Laportea stimulans (INP=155,76), tingkat tiang pada jenis Decaspermum fruticosum (INP=97,63) dan pada tingkat pohon adalah jenis Decaspermum fruticosum (INP=56,55).

Tabel 8. Jenis Vegetasi dengan INP Tertinggi pada tiap Tingkat Pertumbuhan di Lokasi Pengamatan Hutan Alam TWA Gn. Pancar

Tingkat

INP Pertumbuhan

Jenis Vegetasi

Semai

Morinda tomentosa

Astronia macrophylla

Laportea stimulans

36,13 Pancang

Piper aduncum

Laportea stimulans

Astronia macrophylla

Piper aduncum

Bruinsmia styracoides

23,24 Tiang

Decaspermum fruticosum

Decaspermum fruticosum

Laportea stimulan

Saurauaia bracteosa

54,17 Pohon

Lithocarpus pseudomoluccus

Decaspermum fruticosum

Dysoxylum densiflorum

Garcinia celebica

Symplocos fasciculata

Dysoxylum macrocarpum

Bombax valetonii

Menurut Sundarapandian & Swamy (2000), indeks nilai penting merupakan salah satu parameter yang dapat memberikan gambaran tentang peranan jenis yang bersangkutan dalam komunitasnya atau pada lokasi penelitian. Decaspermum fruticosum (Ki seurem petang) secara konsisten mempunyai nilai INP tinggi pada tingkat pancang, tiang dan pohon, begitu juga dengan Laportea stimulans (pulus) yaitu pada tingkat semai, pancang dan tiang. Sehingga kedua Menurut Sundarapandian & Swamy (2000), indeks nilai penting merupakan salah satu parameter yang dapat memberikan gambaran tentang peranan jenis yang bersangkutan dalam komunitasnya atau pada lokasi penelitian. Decaspermum fruticosum (Ki seurem petang) secara konsisten mempunyai nilai INP tinggi pada tingkat pancang, tiang dan pohon, begitu juga dengan Laportea stimulans (pulus) yaitu pada tingkat semai, pancang dan tiang. Sehingga kedua

Berdasarkan INP seluruh jenis selanjutnya dihitung indeks kekayaan jenis (R), Shannon indeks (H ’) dan indeks dominansi (C). Hasil perhitungan dapat dilihat pada Tabel 9. Vegetasi tingkat pohon mempunyai nilai indeksi kekayaan jenis dan indeks diversitas yang paling tinggi dibanding tingkat vegetasi lainnya, hal ini menunjukkan bahwa keanekaragaman jenis vegetasi pada tingkat pohon lebih tinggi dibanding tingkat vegetasi lainnya. Meskipun demikian nilai indeks diversitas 2,48 adalah rendah jika dibandingkan nilai indeks diversitas hulu DAS Cianjur hasil study Arrijani, et al. (2006) yang mencapai 3,38. Nilai indeks dominansi di lokasi penelitian yang kecil menunjukkan bahwa wilayah tersebut tidak didominasi oleh satu spesies.

Tabel 9. Indeks kekayaan j enis (R), indeks diversitas (H’) Shannon dan

indeks dominansi (C) pada berbagai tingkat pertumbuhan di lokasi pengamatan Hutan Alam TWA Gn. Pancar

Tingkat

C Pertumbuhan

4.2.3 Agroforestri Kopi

Agroforestri kopi di hulu DAS Kali Bekasi dapat dijumpai juga pada kawasan TWA Gunung Pancar, khususnya pada Gunung Pancar bagian lereng bawah yang berdekatan dengan kampung Cimandala. Pada tipe ini dijumpai beberapa jenis vegetasi yang menyusun tegakan tersebut selain kopi (Coffea sp.) yaitu : pisang (Musa sp.), picung (Pangium edule Reinw.), durian (Durio zibethinus Murr.), kemiri (Aleurites moluccana Willd.), dan nangka (Artocarpus heterophyllus Lamk.). Secara vertikal, tipe agroforestri ini hanya terdiri dari dua strata yaitu strata bawah berupa tanaman kopi (Coffea sp.) dan pisang (Musa sp.) Agroforestri kopi di hulu DAS Kali Bekasi dapat dijumpai juga pada kawasan TWA Gunung Pancar, khususnya pada Gunung Pancar bagian lereng bawah yang berdekatan dengan kampung Cimandala. Pada tipe ini dijumpai beberapa jenis vegetasi yang menyusun tegakan tersebut selain kopi (Coffea sp.) yaitu : pisang (Musa sp.), picung (Pangium edule Reinw.), durian (Durio zibethinus Murr.), kemiri (Aleurites moluccana Willd.), dan nangka (Artocarpus heterophyllus Lamk.). Secara vertikal, tipe agroforestri ini hanya terdiri dari dua strata yaitu strata bawah berupa tanaman kopi (Coffea sp.) dan pisang (Musa sp.)

Picung,

Nangka, Durian,

Gambar 13. Ilustrasi struktur vertikal agroforestri kopi di Hulu DAS Kali Bekasi Gambaran komposisi jenis dapat dilihat pada Gambar 14. Kopi (Coffea sp.)

merupakan tanaman pokok karena 68% vegetasi yang ada berupa kopi dan berikutnya pisang (Musa sp.) (16%), sisanya berupa tanaman keras yang dapat dimanfaatkan buah serta kayunya yaitu picung (P. edule), nangka (A. heterophyllus), durian (D. zibethinus) dan kemiri (A. moluccana). Picung (P. edule) meskipun jumlahnya sedikit dibanding kopi (Coffea sp.) namun

menutupi hampir 5,12 m 2 /ha areal yang ada, hal ini disebabkan picung (P. edule) berupa pohon-pohon yang berdiameter besar.

Kerapatan (ind/ha)

Gambar 14. Kerapatan (ind/ha) jenis penyusun tegakan agroforestri kopi

di Hulu DAS Kali Bekasi

4.2.4 Kebun Bambu

Bambu secara umum ditemukan berada di tepi aliran sungai Hulu DAS Kali Bekasi (Gambar 15). Berdasarkan hasil survei di empat lokasi pengamatan yang mewakili Hulu DAS Kali Bekasi bagian atas, tengah dan bawah serta di wilayah kota ditemukan 6 (enam) spesies, yaitu bambu andong (Gigantochloa pseudoarundiaceae (Steudel) Widjaja), bambu tali (Gigantochloa apus (Bl.Ex Schult.)f.Kurz.), bambu hitam (Gigantochloa atroviolacea Widjaja), bambu betung (Dendrocalamus asper (Schult.) Backer ex Heyne), bambu ampel hijau (Bambusa vulgaris Schrad.), dan bambu krisik (Bambusa tuldoides Munro).

Gambar 15. Kebun bambu di Hulu Das Kali Bekasi

Bambu secara umum berfungsi sebagai tanaman pagar/pembatas dan tanaman pokok pada sistem kebun campuran. Selain bambu juga ditemukan 29 jenis tanaman lain yang tergolong dalam 18 famili, secara detail distribusi jenis pada masing-masing lokasi pengamatan dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Distribusi jenis ekosistem kebun bambu pada masing-masing

lokasi pengamatan di Hulu DAS Kali Bekasi

Tengah Bawah Kota Bambu

Bambu Gigantochloa pseudoarundiaceae andong

(Steudel) Widjaja

Gramineae

√ OO

Betung O Backer ex Heyne

Bambu Dendrocalamus asper (Schult.)

Gramineae

Bambu Hijau

Bambusa vulgaris Schrad.

Gramineae

Bambu Gigantochloa atroviolacea

hitam O Widjaja Bambu

Gramineae

OO

krisik O Bambusa tuldoides Munro

Gramineae

Bambu Tali Gigantochloa apus ( Bl.Ex Schult.) f.Kurz.

Gramineae

Non Bambu

Alpukat Persea americana Mill

Lauraceae

Durian Durio zibethinus Murr.

Malvaceae

Hanjuang Cordyline fruticosa Goepp.

Liliaceae

Jambu air Syzigium aqueum Alston

Myrtaceae

√ OO

Jambu biji Psidium guajava L.

Myrtaceae

√ OO

Jeruk Citrus sp. L.

Rutaceae

√ OO

Kayu Afrika

Maesopsis eminii Engl.

Rhamnaceae

OOO

Kecapi Sandoricum koetjape Merrill

Meliaceae

OOO

Kemang Mangifera kemanga Blume

Anacardiaceae

OOO

Ketapang Terminalia cattapa L.

Combretaceae

OOO

Kibangkong Turpinia sphaerocarpa Hassk

Staphylaceae

OOO

Kluih Artocarpus incisa L.

Moraceae

√ OO

Kopi Coffea robusta L. Linden.

Rubiaceae

Limus Mangifera foetida Lour.

Anacardiaceae

Macaranga Macaranga sp.

Euphorbiaceae

Mahoni Swietenia mahagony Jacq.

Meliaceae

√ OO

Mangga Mangifera indica Blume

Anacardiaceae

√ OO

Mindi Melia azedarach L.

Meliaceae

Nangka Artocarpus heterophyllus Lamk.

Moraceae

Pete Parkia speciosa Hassk.

Leguminosae

OOO

Pisang Musa spp.

Musaceae

Rambutan Nephelium lappaceum L.

Sapindaceae

Randu Ceiba pentandra Gaertn.

Malvaceae

√ OO

Salam Syzygium polyanthum Miq.

Myrtaceae

OOO

Nielsen O Leguminosae √ Sirsak

Sengon Paraserianthes falcataria (L.) I.

Annona muricata L.

Annonaceae

√ OO

Sukun Artocarpur altilis (Parkinson) Fosberg

Moraceae

√ OO

Teh' Camellia sinensis L

Ternstroemiaceae

OOO

Waru lengis Hibiscus tiliaceus L.

Sterculiaceae

Keterangan : √ (ditemukan pada lokasi), o (tidak ditemukan pada lokasi)

Jenis bambu paling banyak ditemukan di Hulu DAS Kali Bekasi bagian atas, yaitu 5 jenis yang terdiri dari bambu andong, bambu betung, bambu hitam, bambu hijau dan bambu tali, selain bambu juga ditemukan beberapa jenis tanaman lain. Hulu DAS Kali Bekasi bagian tengah memiliki tingkat diversitas (H’) yang paling tinggi dibandingkan lokasi lainnya namun memiliki tingkat dominasi (C) yang paling rendah, dimana ditemukan lebih banyak jenis selain jenis bambu. Hal ini menggambarkan bahwa kebun bambu di Hulu DAS Kali Bekasi bagian tengah memiliki struktur bambu dengan kerapatan rendah dicampur dengan banyak jenis tanaman selain bambu dan tidak didominasi oleh salah satu jenis tanaman selain bambu. Perbandingan tingkat keragaman jenis pada empat lokasi pengamatan yang mewakili ketinggian tempat di hulu DAS Kali Bekasi dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Indeks kekayaan jenis (R), ind eks diversitas (H’) Shannon dan

indeks dominansi (C) pada lokasi pengamatan Kebun Bambu di Hulu DAS Kali Bekasi

C Atas

0,57 Wilayah Kota

Jenis bambu tali ditemukan mendominasi pada tiga lokasi pengamatan Hulu DAS Kali Bekasi bagian atas, tengah dan bawah, sedangkan di wilayah kota/pemukiman modern jenis bambu didominasi oleh jenis krisik yang difungsikan sebagai pagar pembatas. Bambu di wilayah perdesaan Hulu DAS Kali Bekasi bagian atas, tengah dan bawah difungsikan sebagai tanaman kebun campuran yang dikombinasikan dengan jenis tanaman lain, seperti pisang, mahoni, sengon, rambutan. Secara detail dominasi jenis pada masing-masing lokasi pengamatan dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12. Jenis vegetasi dengan INP tertinggi pada masing-masing

lokasi pengamatan kebun bambu Lokasi Pengamatan

INP Atas

Jenis Vegetasi

Gigantochloa apus

147,55 Gigantochloa pseudoarundiaceae

Musa spp.

12,38 Tengah

Swietenia mahagony

Musa spp.

Gigantochloa apus

56,98 Gigantochloa pseudoarundiaceae

Bambusa tuldoides

21,03 Bawah

Nephelium lappaceum

Gigantochloa apus

Dendrocalamus asper

Musa spp.

Bambusa vulgaris

5,92 Wilayah Kota

Macaranga spp.

Bambusa tuldoides

Bambusa vulgaris

Kondisi rata-rata dimensi tegakan yang menggambarkan struktur horisontal suatu tegakan pada ekosistem kebun bambu dapat dilihat pada Tabel 13. Struktur horisontal hutan bambu di Hulu DAS Kali Bekasi bagian atas kurang lebih sama dengan hutan bambu di bagian bawah, dimana bambu mendominasi areal tersebut dengan diameter rata-rata 6,16 cm di bagian bawah dan 6,26 cm di bagian atas.

Tabel 13. Kerapatan, diameter rata-rata dan luas bidang dasar tegakan

ekosistem kebun bambu pada tiap lokasi pengamatan

Kerapatan

Diameter rata-rata

Luas Bidang

Lokasi 2 (ind/ha) (cm) Dasar (m /ha) Pengamatan

bambu Atas

15,13 2,48 Wilayah Kota

0 3,91 Jenis bambu yang memiliki diameter terbesar adalah jenis bambu betung yang

ditemukan di wilayah Hulu DAS Kali Bekasi bagian bawah, yaitu mencapai 16 cm. Bagian Tengah memiliki kebun bambu kurang rapat yang ditunjukkan dengan

basal area yang lebih besar pada tanaman non bambu (12,28 m 2 /ha), sedangkan di wilayah kota, bambu ditanam sebagai tanaman pagar/pembatas yang menutupi

3,91 m 2 /ha areal dengan jenis bambu yang berdiameter kecil (2,57 cm).

Tabel 14. menyajikan kondisi rata-rata dimensi tegakan bambu di Hulu DAS Kali Bekasi. Diantara keenam jenis bambu yang dijumpai pada Hulu DAS Kali Bekasi yang memiliki rata-rata diameter terbesar adalah dari jenis bambu betung dengan diameter rata-rata sebesar 9,27 cm, sedangkan rata-rata diameter terkecil adalah bambu krisik dengan rata-rata diameter sebesar 2,34 cm. Sedangkan menurut Dransfield & Widjaja (1995) tingkat keragaman diameter Bambu berturut-turut dari yang terbesar hingga yang terkecil adalah bambu betung (8 - 20 cm), bambu hitam (6 - 8 cm), bambu andong (5 - 13 cm), bambu tali (4 - 13 cm), bambu ampel hijau (4 - 10 cm), dan bambu krisik (3 - 5 cm). Kerapatan sebagai gambaran jumlah individu menunjukkan bahwa jenis bambu tali merupakan jenis bambu yang paling banyak ditemukan dengan kerapatan 2.272 individu/ha dan merupakan jenis bambu yang mengokupasi areal paling

besar yaitu menutupi 5,83 m 2 /ha areal kebun bambu.

Tabel 14. Kerapatan, diameter rata-rata dan luas bidang dasar tegakan

ekosistem kebun bambu pada tiap jenis bambu

Luas Bidang Jenis Bambu (ind/ha) 2 Diameter (cm) Dasar (m /ha)

Kerapatan Rata-rata

Bambu Andong

2,12 Bambu Betung

1,37 Bambu Hijau

0,57 Bambu Hitam

0,05 Bambu Krisik

0,71 Bambu Tali

4.2.5 Kebun Campuran

Hasil pengamatan di tiga lokasi kebun campuran di wilayah hulu DAS Kali Bekasi ditemukan 51 jenis vegetasi yang tergolong ke dalam 27 famili. Kebun campuran di wilayah hulu DAS Kali Bekasi Bagian Bawah memiliki jumlah jenis yang paling banyak (37 jenis) dibandingkan dengan kebun campuran di wilayah hulu DAS Kali Bekasi Bagian Atas (26 jenis) dan Tengah (21 jenis). Secara detail distribusi jenis tanaman yang ada di kebun campuran pada masing-masing lokasi pengamatan dapat dilihat pada Tabel 15.

Tabel 15. Distribusi jenis ekosistem kebun campuran pada masing-masing lokasi pengamatan di Hulu DAS Kali Bekasi

Tengah Bawah

1 alkesah Pouteria campechiana (H.B. & K) Baehni

o √ 2 alpukat

Sapotaceae

√ √ 3 aren

Persea americana Mill

Lauraceae

oo 4 bisoro

Arenga pinnata Merrill.

Palmae

oo 5 buah naga

Ficus hispida Linn.

Moraceae

√ o 6 cengkeh

Hylocereus polyrhizus Britton & Rose

Cactaceae

o √ 7 chery/kersen

Syzygium aromaticum (L.) Merrill & Perry

Myrtaceae

√ o 8 diefenbachia (beras tumpah)

Muntingia calabura L.

Tiliaceae

o √ 9 duku

Dieffenbachia sp.

Araceae

√ √ 10 durian

Lansium domesticum Jack

Meliaceae

√ √ 11 ficus

Durio zibethinus Murr.

Malvaceae

o √ 12 hanjuang

Ficus benjamina L.

Urticaceae

o √ 13 jambu air

Cordyline fruticosa Goepp.

Liliaceae

√ √ 14 jambu biji

Syzigium aqueum Alston

Myrtaceae

√ √ 15 jati

Psidium guajava L.

Myrtaceae

√ o 16 jengkol

Tectona grandis Linn. f.

Verbenaceae

o √ 17 kayu afrika

Pithecellobium jiringa (Jack) Prain

Leguminosae

o √ 18 kecapi

Maesopsis eminii Engl.

Rhamnaceae

o √ 19 kelapa

Sandoricum koetjape Merrill

Meliaceae

√ √ 20 kemang

Cocos nucifera L.

Palmae

o √ 21 kemiri

Mangifera kemanga Blume

Anacardiaceae

oo 22 ki sampang

Aleurites moluccana Willd.

Euphorbiaceae

√ o 23 kokosan

Evodia aromatica Pers.

Lauraceae

oo 24 kopi

Lansium aquaeum (Jack) Kosterm.

Meliaceae

√ √ 25 kupa (gowok)

Coffea sp.

Rubiaceae

o √ 26 lame/pulai

Syzygium polycephalum (Miq.) Merr. & Perry

Myrtaceae

oo 27 lengkeng

Alstonia scholaris R. Br.

Apocynaceae

o √ 28 leunca

Dimocarpus longan Lour.

Sapindaceae

o √ 29 mahoni

Solanum nigrum Linn.

Solanaceae

oo 30 mangga

Swietenia mahagony Jacq.

Meliaceae

√ √ 31 manggis

Mangifera indica Blume

Anacardiaceae

o √ 32 melinjo

Garcinia mangostana L.

Clusiaceae

√ √ 33 mengkudu

Gnetum gnemon L.

Gnetaceae

o √ 34 menteng

Morinda citrifolia L.

Rubiaceae

o √ 35 mindi

Baccaurea motleyana Muell. Arg.

Euphorbiaceae

√ √ 36 nanas

Melia azedarach L.

Meliaceae

o √ 37 nangka

Ananas comosus Merrill.

Bromeliaceae

√ √ 38 pepaya

Artocarpus heterophyllus Lamk.

Moraceae

o √ 39 petai cina

Carica papaya L.

Caricaceae

o √ 40 Pete

Leucaena leucocephala (Lam.) de Wit.

Leguminosae

√ √ 41 picung (kluwek)

Parkia speciosa Hassk.

Leguminosae

oo 42 pinang

Pangium edule Reinw.

Bixaceae

o √ 43 pisang

Areca catechu L.

Palmae

√ √ 44 rambutan

Musa spp.

Musaceae

√ √ 45 randu

Nephelium lappaceum L.

Sapindaceae

o √ 46 salam

Ceiba pentandra Gaertn.

Malvaceae

oo 47 sawo

Syzygium polyanthum Miq.

Myrtaceae

o √ 48 sengon

Achras zapota L.

Sapotaceae

√ √ 49 singkong

Paraserianthes falcataria (L.) I. Nielsen

Leguminosae

√ √ 50 sukun

Manihot esculenta Crantz.

Euphorbiaceae

√ o 51 waru

Artocarpur altilis (Parkinson) Fosberg

Moraceae

Hibiscus tiliaceus Linn.

Keterangan : √ (ditemukan pada lokasi), o (tidak ditemukan pada lokasi)

Beberapa jenis tanaman buah-buahan yang ditemukan di lokasi penelitian masih dapat ditemukan tanaman buah lokal yang mulai jarang dijumpai di pasar buah, seperti alkesah (P. campechiana), kemang (M. kemanga), kecapi (S. koetjape) , kokosan (L. aquaeum), kupa/gowok (S. polycephalum), manggis (G. mangostana), menteng (B. motleyana ) dan sawo (A. zapota). Berdasarkan struktur horisontal dibandingkan wilayah lainnya, kebun campuran di Bagian Bawah memiliki kondisi tegakan yang lebih rapat dengan rata-rata diameter 15,37

cm dan luas bidang dasar seluas 29,44 m 2 /ha. Semakin tinggi lokasi kebun campuran mempunyai luas bidang dasar yang semakin kecil. Rata-rata dimensi

tegakan yang menggambarkan struktur horisontal suatu tegakan dapat dilihat pada Tabel 16.

Tabel 16. Kerapatan, diameter rata-rata dan luas bidang dasar tegakan kebun

campuran pada tiap lokasi pengamatan di Hulu DAS Kali Bekasi

Luas Bidang Lokasi

Tingkat

Kerapatan Diameter rata-

pertumbuhan 2 (ind/ha) rata (cm) Dasar (m /ha) Semai

Kebun campuran merupakan salah satu bentuk agroforestri yang dikembangkan oleh masyarakat di wilayah hulu DAS Kali Bekasi. Kombinasi tanaman pangan (cash crop) (pisang, singkong, leunca, nanas dan pandan), buah- buahan (sawo, durian, menteng, jambu, alpukat) dan kayu (mahoni, kayu afrika, mindi) membentuk sebuah ekosistem kebun campuran. Kombinasi yang menarik ditemukan di wilayah Hulu DAS Kali Bekasi bagian atas, secara umum terdapat tiga strata vertikal, yaitu strata bawah sebagai penutup tanah ditanam jenis Kebun campuran merupakan salah satu bentuk agroforestri yang dikembangkan oleh masyarakat di wilayah hulu DAS Kali Bekasi. Kombinasi tanaman pangan (cash crop) (pisang, singkong, leunca, nanas dan pandan), buah- buahan (sawo, durian, menteng, jambu, alpukat) dan kayu (mahoni, kayu afrika, mindi) membentuk sebuah ekosistem kebun campuran. Kombinasi yang menarik ditemukan di wilayah Hulu DAS Kali Bekasi bagian atas, secara umum terdapat tiga strata vertikal, yaitu strata bawah sebagai penutup tanah ditanam jenis

Gambar 16. Kebun campuran di Cimandala

Bentuk struktur tegakan horisontal kebun campuran cenderung mengarah mendekati bentuk struktur tegakan yang lazim ditemukan pada tegakan hutan tidak seumur atau hutan alam, yaitu sebaran huruf J-terbalik (eksponensial

–aD

negatif). Secara matematik dinyatakan dalam persamaan N=ke (Davis & Johnson, 1987), dimana : N = menyatakan kerapatan/jumlah pohon per hektar, D = diameter pohon rata-rata (titik tengah kelas diameter tertentu), k dan a = masing-masing merupakan parameter yang menyatakan titik potong kurva J- terbalik pada saat D = 0 dan laju pengurangan jumlah pohon dengan meningkatnya diameter rata-rata tegakan (Gambar 17).

(ind n ta 1500

pancang tiang pohon Gambar 17. Kerapatan tegakan kebun campuran di Hulu DAS Kali Bekasi

Berdasarkan rata-rata struktur horizontal tegakan pada Gambar 17 tersebut menunjukkan bahwa tegakan tingkat pancang yang menyusun kebun campuran cenderung lebih rapat dibandingkan dengan tiang dan pohon. Struktur horisontal tegakan kebun campuran di Hulu DAS Kali Bekasi Bagian Tengah dan Bagian Bawah mempunyai bentuk yang hampir sama, dimana cenderung memiliki tegakan berukuran kecil (pancang) yang lebih banyak dibandingkan Bagian Atas. Hal ini dapat dijelaskan karena kemungkinan kebun campuran di Bagian Tengah dan Bawah tidak dikelola secara intensif dengan membiarkan banyaknya permudaan alami, termasuk tunas trubusan yang tumbuh menjadi pancang atau juga petani berusaha mengoptimalkan ruang tumbuh yang tersedia dengan cara menanam berbagai jenis tanaman.

Secara umum, pisang (Musa spp.) merupakan salah satu komoditi utama tanaman pertanian selain kopi (Coffea sp.) dan singkong (M. esculenta) yang menyusun tegakan campuran di Hulu DAS Kali Bekasi Bagian Atas, Tengah maupun Bawah. Tanaman pertanian umumnya berada di strata bawah sedangkan strata atas di dominasi tanaman buah-buahan dan kayu. Pohon picung (P. edule), durian (D. zibethinus) dan kokosan (L. aquaeum) merupakan pohon buah yang mendominasi di Hulu DAS Kali Bekasi Bagian Atas, sedangkan di Bagian Tengah di dominasi oleh mangga (M. indica) dan rambutan (N. lappaceum). Menteng (B. motleyana) dan kecapi (S. koetjape) merupakan pohon buah yang ditemukan mendominasi di Hulu DAS Kali Bekasi Bagian Bawah selain rambutan (N. lappaceum). Tanaman kayu yang mendominasi kebun campuran pada Hulu DAS Kali Bekasi Bagian Atas adalah mindi (M. azedarach), kayu afrika (M. eminii ) dan Ki sampang (E. aromatica), Bagian Bawah didominasi kayu afrika (M. eminii ), sedangkan di Bagian Tengah adalah sengon (P. falcataria). Secara detail jenis vegetasi dengan INP tertinggi yang menggambarkan peranan jenis tersebut pada lokasi pengamatan dapat dilihat pada Tabel 17.

Tabel 17. Jenis vegetasi dengan INP tertinggi pada tiap tingkat pertumbuhan

kebun campuran di Hulu DAS Kali Bekasi

Tingkat

Lokasi

Jenis Vegetasi

Lansium domesticum

Mangifera kemanga

Musa spp.

Pancang

Musa spp.

Lansium domesticum

Pangium edule

Melia azedarach

Maesopsis eminii

Tiang

Musa spp.

Maesopsis eminii

Evodia aromatica

Lansium aquaeum

Pohon

Pangium edule

Durio zibethinus

Musa spp.

Lansium aquaeum

21,86 Tengah

Evodia aromatica

Semai

Coffea sp.

Paraserianthes falcataria

Pancang

Musa spp.

Paraserianthes falcataria

Manihot esculenta

Mangifera indica

Tiang

Musa spp.

Paraserianthes falcataria

Nephelium lappaceum

Pohon

Paraserianthes falcataria

Nephelium lappaceum

Musa spp.

40,36 Bawah

Cocos nucifera

Semai

Nephelium lappaceum

Musa spp.

Coffea sp.

Pancang

Musa spp.

Nephelium lappaceum

Coffea sp.

Manihot esculenta

Maesopsis eminii

Melia azedarach

Tiang

Musa spp.

Nephelium lappaceum

Durio zibethinus

Gnetum gnemon

Maesopsis eminii

Pohon

Musa spp.

Baccaurea motleyana

Nephelium lappaceum

Maesopsis eminii

Durio zibethinus

Sandoricum koetjape

Tegakan kebun campuran pada tingkat pohon memiliki kekayaan jenis (R) dan keanekaragaman jenis (H’) yang tinggi dibandingkan tingkat pertumbuhan

lainnya, namun sebaliknya memiliki tingkat dominasi jenis (C) yang rendah (Tabel 18). Hal ini dapat dijelaskan bahwa para petani mengkombinasikan banyak jenis tanaman pada strata atas (pohon) tetapi jumlah yang ditanam jumlahnya lebih sedikit dibandingkan tanaman yang berdiameter kecil, sehingga pada tingkat pohon dominasi suatu jenis adalah rendah. Kebun campuran di hulu DAS Kali Bekasi Bagian Atas cenderung memiliki indeks kekayaan jenis (R) yang lebih tinggi (4,29) dibanding hulu DAS Kali Bekasi bagian Tengah dan Bawah.

Tabel 18. Indeks kekayaan jenis (R), indeks d iversitas (H’) Shannon dan Indeks dominansi (C) pada lokasi pengamatan kebun campuran di Hulu DAS Kali Bekasi

Pekarangan merupakan salah satu tipe agroforestri yang ada di Indonesia, pekarangan juga merupakan kebun campuran tetapi pada umumnya berada di sekitar rumah pada posisi bagian depan, belakang, samping kanan atau samping kiri tergantung ketersediaan areal serta pada umumnya disertai pagar pembatas yag jelas. Kondisi inilah yang membedakan antara kebun campuran dan pekarangan, selain itu fungsi antara kebun campuran dan pekarangan terdapat sedikit perbedaan, kebun campuran pada umumnya difungsikan untuk tujuan produktivitas sedangkan pekarangan selain kadang memiliki fungsi produktivitas juga mempunyai fungsi untuk keindahan dan kenyamanan tinggal.

Luas pekarangan sangat beragam, menurut Arifin et al. (2006) luas pekarangan dapat diklasifikasikan dalam 4 kelas, yaitu: pekarangan sempit < 200

2 2 m 2 , pekarangan sedang 200-500 m , pekarangan besar 500-1.000 m , dan pekarangan sangat besar > 1.000 m 2 . Berdasarkan hasil pengamatan ditemukan bahwa luas pekarangan di lokasi penelitian berbeda-beda mulai dari 0 m 2 (tidak berpekarangan) sampai lebih dari 1.000 m 2 . Ilustrasi pekarangan di Hulu DAS

Kali Bekasi dapat dilihat pada Gambar 18.

Gambar 18. Pekarangan di Hulu Das Kali Bekasi

Rata-rata dimensi luas pekarangan yang menjadi contoh penelitian di wilayah hulu DAS Kali Bekasi dapat dilihat pada Tabel 19. Sebagian besar rumah di wilayah Hulu DAS Kali Bekasi Bagian Atas memiliki pekarangan dengan rata-

rata luas pekarangan 277,14 m 2 , sedangkan di Bagian Tengah, luas pekarangan yang dimiliki oleh penduduk mengalami keterbatasan karena semakin

berkurangnya lahan yang dimiliki. Hulu DAS Kali Bekasi Bagian Bawah memiliki kondisi luas pekarangan yang hampir sama dengan Bagian Tengah, meskipun demikian di Bagian Bawah masih terdapat beberapa penduduk yang memiliki areal pekarangan yang luas. Sentul City sebagai salah satu bentuk berkurangnya lahan yang dimiliki. Hulu DAS Kali Bekasi Bagian Bawah memiliki kondisi luas pekarangan yang hampir sama dengan Bagian Tengah, meskipun demikian di Bagian Bawah masih terdapat beberapa penduduk yang memiliki areal pekarangan yang luas. Sentul City sebagai salah satu bentuk

2 dengan luas yang beragam dari 46,5 m 2 sampai dengan 2.750,6 m . Berdasarkan hasil pengamatan vegetasi dengan tinggi diatas 1.3 m pada pekarangan ditemukan

92 jenis tanaman yang tergolong ke dalam 37 famili. Tabel 19 menunjukkan bahwa Hulu DAS Kali Bekasi Bagian Atas memiliki rata-rata jumlah jenis yang ditemukan pada tiap pekarangan paling tinggi, yaitu 10 jenis (3-20 jenis/pekarangan).

Tabel 19. Dimensi luas pekarangan contoh (m 2 ) dan rata-rata jumlah jenis tiap pekarangan (jenis/pekarangan)

Jumlah Lokasi

Jenis Atas

Minimum Maksimum Rata-rata

8 Wilayah Kota

9 Rata-rata jumlah jenis pada tiap pekarangan di Hulu DAS Kali Bekasi

semakin menurun seiring dengan menurunnya ketinggian lokasi pengamatan, Bagian Atas (600 m dpl) memiliki rata-rata jumlah jenis 10 (3-20 jenis/pekarangan), Wilayah kota (300 m dpl) memiliki rata-rata jumlah jenis 9 (2-

18 jenis/pekarangan), Bagian Tengah (280 m dpl) memiliki rata-rata jumlah jenis

9 (3-14 jenis/pekarangan), sedangkan Bagian Bawah (200 m dpl) memiliki rata- rata jumlah jenis yang paling rendah, yaitu 8 (1-19) jenis tiap pekarangan. Rata- rata jumlah jenis tanaman yang ditemukan pada lokasi pengamatan cenderung lebih rendah jika dibandingkan dengan penelitian Roshetko et al. (2001) yang melaporkan pada praktek agroforestri kebun di pekarangan (home garden) yang telah berumur 12-17 tahun di Lampung, terdapat 45 jenis pohon. Meskipun demikian jumlah jenis tanaman dalam tiap pekarangan sangat dipengaruhi oleh luas/tipe pekarangan (Tabel 20). Hasil uji korelasi Pearson terhadap 47 contoh pekarangan menunjukkan bahwa terdapat korelasi positif yang nyata antara luas pekarangan dengan jumlah jenis tanaman pada selang kepercayaan 99%, meskipun tingkat korelasinya rendah (r=0,425**). Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar luas pekarangan akan diikuti pertambahan jumlah jenis tanaman yang ada di pekarangan.

Tabel 20. Jumlah jenis, kerapatan dan luas bidang dasar tegakan

pekarangan pada tiap tipe pekarangan

Luas Bidang Tipe Pekarangan (jenis/pekarangan) 2 (ind/ha) Dasar (m /ha)

Jml Jenis

7,54 Sangat Besar

Tabel 20 juga menunjukkan bahwa pada tipe pekarangan sempit tingkat kerapatannya paling tinggi (1.092 individu/ha), hal ini memberikan gambaran bahwa pada tipe pekarangan sempit orang cenderung berusaha untuk memanfaatkan ruang yang ada di pekarangan dengan sebesar-besarnya, meskipun pekarangannya sempit mereka akan berusaha menanam tanaman sebanyak- banyaknya dengan kecendurangan tanaman yang ditanam adalah tanaman yang berdiameter kecil. Kondisi ini ditunjukan dengan nilai basal area (luas bidang dasar) yang lebih rendah dibandingkan pada tipe pekarangan sedang. Tipe pekarangan sedang mempunyai jumlah individu yang lebih sedikit dibandingkan pada tipe pekarangan sempit tetapi mempunyai luas bidang dasar paling besar

(17,56 m 2 /ha) dimana luas bidang dasar merupakan fungsi dari jumlah individu dan diameter dari individu tersebut. Secara detail jenis yang ditemukan di

pekarangan pada berbagai lokasi pengamatan dapat dilihat pada Tabel 21.

Tabel 21. Distribusi jenis di pekarangan pada lokasi pengamatan

Kota Tengah Bawah

1 Akasia Acacia mangium Willd

√ oo 2 Alkesah

Leguminosae

o √ √ 3 Alpukat

Pouteria campechiana (H.B. & K) Baehni

Sapotaceae

o √ √ 4 Araucaria

Persea americana Mill

Lauraceae

√ oo 5 Asam

Araucaria cunninghamii Sweet

Coniferae

o √ o 6 Bauhenia

Tamarindus indica L.

Leguminosae

√ o √ 7 Belimbing

Bauhinia purpurea L.

Leguminosae

√ √ √ 8 Belimbing wuluh

Averrhoa carambola L.

Geraniaceae

o √ √ 9 Beringin

Averhoa bilimbi L.

Geraniaceae

√ oo 10 Bintangur

Ficus benjamina L.

Urticaceae

√ oo 11 Bunga sepatu

Calophyllum inophyllum L.

Guttiferae

√ oo 12 Cemara

Hibiscus rosa-sinensis L.

Malvaceae

√ √ o 13 Cengkeh

Casuarina equisetifolia L.

Casuarinaceae

ooo 14 Kersen

Syzygium aromaticum (L.) Merrill & Perry

Myrtaceae

oo √ 15 Delima

Muntingia calabura L.

Tiliaceae

Punica granatum L.

Lythraceae

√ oo

Tabel 21 (Lanjutan)

√ oo 17 Durian

16 Dracaena Dracaena massangeana Hort. Ex

E. Morr

Liliaceae

√ √ √ 18 Gandaria

Durio zibethinus Murr.

Malvaceae

o √ o 19 Gmelina

Bouea macrophylla Griff.

Anacardiaceae

ooo 20 Glodogan

Gmelina arborea Roxb.

Verbenaceae

Polyalthia longifolia Benth. & tiang

√ oo 21 Jambu air

Hook. F. ex Hook. F.

Annonaceae

√ √ √ 22 Jambu biji

Syzigium aqueum Alston

Myrtaceae

√ √ √ 23 Jambu bol

Psidium guajava L.

Myrtaceae

√ o √ 24 Jarak

Syzygium malaccense (L.) Merrill & Perry.

Myrtaceae

o √ √ 25 Jati

Jatropha sp. L.

Euphorbiaceae

o √ o 26 Jengkol

Tectona grandis Linn. f.

Verbenaceae

oo √ 27 Jeruk

Pithecellobium jiringa (Jack) Prain

Leguminosae

√ √ √ 28 Jeruk bali

Citrus sp. L.

Rutaceae

√ √ o 29 Jeruk limau

Citrus maxima Merrill.

Rutaceae

o √ o 30 Jeruk Pacitan

Citrus hystrix DC. Rutaceae

ooo 31 Jeruk

Citrus sinensis Osbeck.

Rutaceae

Citrus nobilis Lour. var. pontianak

o √ o 32 Kakao

microcarpa Hassk.

Rutaceae

o √ √ 33 Kamboja

Theobroma cacao L.

Sterculiaceae

√ oo 34 Kanyere

Plumeria rubra L.

Apocynaceae

o √ o 35 Karet kerbau

Bridelia glauca Blume

Euphorbiaceae

√ oo 36 Kayu afrika

Ficus elastica Nois ex Blume

Moraceae

√ oo 37 Kecapi

Maesopsis eminii Engl.

Rhamnaceae

o √ √ 38 Kedondong

Sandoricum koetjape Merrill

Meliaceae

√ √ o 39 Kelapa

Spondias dulcis Forst. f

Anacardiaceae

√ √ √ 40 Kelengkeng

Cocos nucifera L.

Palmae

√ √ √ 41 Kemang

Dimocarpus longan Lour.

Sapindaceae

o √ o 42 Kemiri

Mangifera kemanga Blume

Anacardiaceae

ooo 43 Kepel

AleuritEs moluccana Willd.

Euphorbiaceae

√ oo 44 Kesumba

Stelechocarpus burakol Hook. f. & Thoms.

Annonaceae

√ oo 45 Khaya

Bixa arborea Huber

Bixaceae

√ oo 46 Ki Acret

Khaya senegalensis

A. Juss.

Meliaceae

ooo 47 Kiara Munut

Spathodea campanulata Beauv.

Bignoniaceae

oo √ 48 Kokosan

Ficus virens Dryand.

Urticaceae

o √ √ 49 Kopi

Lansium aquaeum (Jack) Kosterm.

Meliaceae

o √ √ 50 Kupa

Coffea sp .

Rubiaceae

o √ o 51 Kweni

Syzygium polycephalum (Miq.) Merr. & Perry

Myrtaceae

ooo 52 Langsat

Mangifera odorata Griff.

Anacardiaceae

√ oo 53 Limus

Lansium domesticum Jack

Meliaceae

o √ o 54 Mahkota dewa

Mangifera foetida Lour.

Anacardiaceae

√ o √ 55 Mahoni

Phaleria macrocarpa Boerl.

Thymelaeaceae

ooo 56 Mangga

Swietenia mahagony Jacq.

Meliaceae

√ √ √ 57 Manggis

Mangifera indica Blume

Anacardiaceae

o √ √ 58 Mareme

Garcinia mangostana L.

Clusiaceae

o √ √ 59 Matoa

Glochidion arborescens Blume

Euphorbiaceae

oo √ 60 Melati

Pometia pinnata Forst.

Sapindaceae

√ oo 61 Melinjo

Jasminum sambac Soland.

Olecaceae

o √ √ 62 Mengkudu

Gnetum gnemon L.

Gnetaceae

ooo 63 Menteng

Morinda citrifolia L.

Rubiaceae

o √ √ 64 Mindi

Baccaurea motleyana Muell. Arg.

Euphorbiaceae

ooo 65 Nangka

Melia azedarach L.

Meliaceae

√ √ √ 66 Nusa indah

Artocarpus heterophyllus Lamk.

Moraceae

o √ √ 67 Pakis

Mussaenda sp.

Rubiaceae

√ oo 68 Pala

Cycas rumphii Miq.

Cycadaceae

o √ o 69 Palem botol

Myristica fragans Houtt .

Myristicaceae

√ oo 70 Palem ekor tupai

Mascarena lagenicaulis L.H. Baiey

Palmae

√ oo 71 Palem putri

Wodyetia bifurcata

A. Irvine

Palmae

√ oo 72 Palem raja

Veitchia merrillii (Becc.) H.E. Moore

Palmae

Roystonea regia O.F. Cook

Palmae

√ oo

Tabel 21 (Lanjutan)

o √ √ 74 Petai

73 Pepaya Carica papaya L.

Caricaceae

√ √ √ 75 Petai china

Parkia speciosa Hassk.

Leguminosae

√ √ o 76 Picung

Leucaena leucocephala (Lam.) de Wit.

Leguminosae

ooo 77 Pinang

Pangium edule Reinw.

Bixaceae

√ √ √ 78 Pinisilin

Areca catechu L.

Palmae

o √ o 79 Pinus

Jatropha multifida L.

Euphorbiaceae

√ oo 80 Pisang

Pinus merkusii Jungh. & De Vriese

Coniferae

√ √ √ 81 Pisang kipas

Musa x paradisiaca L, pro spec,;

C. Jeffrey

Musaceae

√ oo 82 Pisitan

Ravenala madagascariensis J.F. Gmel.

Scitamineae

ooo 83 Rambutan

Dysoxylum nutans Miq.

Meliaceae

√ √ √ 84 Randu

Nephelium lappaceum L.

Sapindaceae

ooo 85 Rendang

Ceiba pentandra Gaertn.

Malvaceae

oo √ 86 Salam

Carissa carandas L.

Apocynaceae

o √ √ 87 Sapu tangan

Syzygium polyanthum Miq.

Myrtaceae

√ oo 88 Sawo

Maniltoa grandiflora Scheff.

Leguminosae

√ √ o 89 Sengon

Achras zapota L.

Sapotaceae

ooo 90 Sikat botol

Paraserianthes falcataria (L.) I. Nielsen

Leguminosae

√ oo 91 Sirsak

Callistemon citrinus Domin

Myrtaceae

√ √ √ 92 Sukun

Annona muricata L.

Annonaceae

o √ o Keterangan : √ (ditemukan pada lokasi), o (tidak ditemukan pada lokasi)

Artocarpur altilis (Parkinson) Fosberg

Moraceae

Gambar 19. Beberapa jenis tanaman di pekarangan Hulu DAS Kali Bekasi

Pekarangan di wilayah perdesaan secara umum didominasi oleh tanaman yang dapat dimanfaatkan hasilnya terutama buah seperti pisang (Musa Spp.), rambutan (N. lappaceum), mangga (M. indica), kelapa (C. nucifera). Selain jenis- jenis tanaman tersebut, masih terdapat juga tanaman buah asli yang mulai jarang dijumpai (Gambar 19), seperti : Alkesah (P. campechiana), Gandaria (B. macrophylla ), Kecapi (S. koetjape), Kemang (M. kemanga), kepel (S. burahol), kokosan (L. aquaeum), kupa/gowok (S. polycephalum), kweni (M. odorata), langsat (L. domesticum), limus (M. foetida), manggis (G. mangostana), pisitan (D.

nutans ) dan rendang (C. carandas). Meskipun demikian introduksi jenis-jenis eksotik juga ditemukan di pekarangan perdesaan terutama jenis-jenis tanaman buah yang telah mengalami domestikasi.

Komposisi jenis tanaman di pekarangan wilayah perdesaan sangat berbeda dengan pekarangan yang ada di wilayah kota. Wilayah kota yang merupakan kawasan pemukiman modern dengan tingkat pendapatan keluarga yang mencukupi, sebagian besar pekarangan dimanfaatkan hanya untuk keindahan dan kenyamanan tinggal sehingga tanaman yang mendominasi sebagian besar jenis tanaman hias yang eksotik, seperti palem raja (R. regia), palem putri (V. merrillii), pinang (A. catechu) dan cemara (C. equisetifolia). Meskipun demikian terdapat juga tanaman buah tetapi yang telah mengalami domestikasi, seperti rambutan (N. lappaceum) dan mangga (M. indica). Kondisi ini tentu saja sangat mengkhawatirkan terhadap keanekaragaman jenis dan keanekaragaman genetik tanaman lokal ditengah bertambah luasnya pemukiman modern. Upaya penggalakan pekarangan sebagai tempat pelestarian keanekaragaman biodiversitas harus segera dilakukan ditengah menurunnya luasaan hutan dan kebun campuran, karena hampir setiap rumah tinggal memiliki pekarangan yang dapat dimanfaatkan untuk ditanami. Secara detail jenis-jenis vegetasi dengan INP tertinggi yang menggambarkan tingkat peranan vegetasi tersebut pada masing- masing lokasi pengamatan dapat dilihat pada Tabel 22.

Tabel 22. Jenis vegetasi dengan INP tertinggi pada pekarangan

INP Atas

Lokasi Pengamatan

Jenis Vegetasi

Musa Spp.

Mangifera indica

Psidium guajava

Artocarpur altilis

Parkia speciosa

13,78 Tengah

Cocos nucifera

Nephelium lappaceum

Musa Spp.

Mangifera indica

25,37 Artocarpus heterophyllus

Psidium guajava

Cocos nucifera

12,91 Bawah

Averhoa bilimbi

Musa Spp.

Nephelium lappaceum

Syzigium aqueum

Mangifera indica

Cocos nucifera

Carica papaya

11,41 Wilayah Kota

Parkia speciosa

Mangifera indica

Roystonea regia

Pinus merkusii

Areca catechu

Veitchia merrillii

Casuarina equisetifolia

Nephelium lappaceum

Pekarangan di Hulu DAS Kali Bekasi Bagian Tengah memiliki kekayaan jenis yang tertinggi, sedangkan keanekaragaman jenis tertinggi terdapat pada pekarangan di Wilayah Kota. Secara umum Hulu DAS Kali Bekasi Bagian Atas memiliki keanekaragaman jenis tinggi dan semakin menurun pada hulu DAS Bagian Bawah. Indeks dominasi suatu jenis senantiasa berlawanan dengan indeksi diversitas, semakin rendah nilai indeks dominansi menggambarkan bahwa pada lokasi tersebut tidak di dominasi oleh satu jenis tanaman tetapi beragam jenis tanaman terdapat pada lokasi tersebut dan terdistribusi merata. Secara detail parameter yang menggambarkan kualitas tegakan pada masing-masing lokasi pengamatan dapat dilihat pada Tabel 23.

Tabel 23. Indeks kekayaan Jenis (R), indeks diversitas (H’) Shannon dan

indeks dominansi (C) pada lokasi pengamatan pekarangan

0,08 Wilayah Kota

Diameter tanaman yang paling banyak dijumpai secara umum di pekarangan hulu DAS Kali Bekasi adalah 5-20 cm. Distribusi jumlah tanaman berdasarkan kelas diameter dapat dilihat pada Gambar 18.

(N/H n

Atas ta 150

Bawah Wilayah Kota

10-14.9 15-19.9 20-24.9 25-29.9 30-34.9 >35

Kelas Diameter (cm)

Gambar 20. Kerapatan tegakan pekarangan di Hulu DAS Kali Bekasi

Struktur horisontal tegakan penyusun pekarangan dapat dilihat berdasarkan dimensi tegakan, seperti kerapatan (ind/ha), luas bidang dasar (m 2 /ha) dan

diameter rata-rata (cm) (Tabel 24). Pekarangan di Hulu DAS Kali Bekasi Bagian Bawah mempunyai kerapatan tanaman dan luas bidang dasar yang paling tinggi dibandingkan lokasi lainnya. Rata-rata diameter tanaman paling besar di jumpai di Bagian Tengah (14 cm), meskipun demikian pekarangan di Bagian Bawah juga memiliki diameter yang cukup besar juga (13,79). Sehingga dapat disimpulkan bahwa pekarangan di Bagian Bawah selain tanamannya rapat juga memiliki diameter rata-rata (cm) (Tabel 24). Pekarangan di Hulu DAS Kali Bekasi Bagian Bawah mempunyai kerapatan tanaman dan luas bidang dasar yang paling tinggi dibandingkan lokasi lainnya. Rata-rata diameter tanaman paling besar di jumpai di Bagian Tengah (14 cm), meskipun demikian pekarangan di Bagian Bawah juga memiliki diameter yang cukup besar juga (13,79). Sehingga dapat disimpulkan bahwa pekarangan di Bagian Bawah selain tanamannya rapat juga memiliki

Tabel 24. Kerapatan, diameter rata-rata dan luas bidang dasar tegakan

pekarangan pada tiap lokasi pengamatan

Ketinggian

Diameter Lokasi

Kerapatan

Luas Bidang

Lokasi

(ind/ha) 2 Dasar (m /ha) rata-rata (cm)

13,79 Wilayah Kota

12,38 *dimensi tegakan dibatasi tanaman dengan tinggi >1,3 m

4.2.7 RTH Publik Area Sentul City

RTH Publik Area Sentul City terdiri dari areal penghijauan di sempadan jalan, danau dan taman publik (Gambar 21).

Gambar 21. RTH di sempadan jalan Sentul City

Berdasarkan hasil pengamatan terhadap 20 plot pengamatan di sempadan Jalan Siliwangi, Danau Parahayangan, Danau Graha Utama, taman publik di Puncak Semeru, Bukit Golf Hijau, Lembah Hijau dan Bukit Cemara ditemukan 15 jenis tanaman (tinggi > 1,3 m) yang tergolong ke dalam 9 famili. Jenis tanaman yang ditemukan pada lokasi pengamatan dapat dilihat pada Tabel 25. Menurut data pengelola Sentul City, kurang lebih terdapat 237 jenis tanaman pohon, perdu, semak, herba, liana yang ada di kawasan Sentul City.

Tabel 25. Jenis tanaman pada lokasi pengamatan RTH publik area Sentul City

FAMILI 1 Akasia

JENIS

Leguminosae 2 Bauhenia

Acacia mangium Willd

Leguminosae 3 Dadap merah

Bauhinia purpurea L.

Leguminosae 4 Gmelina

Erythrina crista-galli Linn.

Verbenaceae 5 karet

Gmelina arborea Roxb.

Euphorbiaceae 6 Mahoni

Hevea brasiliensis Muell.Arg.

Meliaceae 7 Pinus

Swietenia mahagony Jacq.

Coniferae 8 Sengon

Pinus merkusii Jungh. & De Vriese

Leguminosae 9 Spatodea

Paraserianthes falcataria (L.) I. Nielsen

Bignoniaceae 10 Trembesi

Spathodea campanulata Beauv.

Leguminosae 11 Pinang

Samanea saman Merrill

Palmae 12 Bambu Kuning

Areca catechu L.

Gramineae 13 Manggis

Bambusa vulgaris Nees.

Clusiaceae 14 Kelapa

Garcinia mangostana L.

Palmae 15 Palem Raja

Cocos nucifera L.

Roystonea regia O.F. Cook

Palmae

Pada plot pengamatan RTH Sentul City memiliki indeks kekayaan jenis sebesar 2,56 dan indeks diversitas 0,95 serta indeks dominasi sebesar 0,14. Berdasarkan parameter INP, jenis pohon yang mendominasi lokasi pengamatan adalah akasia (INP=71,39%), gmelina (INP=49,19), sengon (INP=48,33), pinus (INP=32,33), trembesi (INP=27,76) dan karet (INP=26,70).

Sebagai gambaran struktur horisontal tegakan RTH Publik Sentul dapat dijelaskan bahwa RTH Publik Sentul mempunyai tingkat kerapatan individu

pohon sebesar 462 individu/ha dengan luas bidang dasar sebesar 26,58 m 2 /ha. Sebagian besar pohon yang ditemukan (89,17%) berdiameter 10-39,9 cm (Gambar

22) dengan rata-rata diameter 25,33 cm.

8.00 /ha (ind

Kelas Diameter (cm)

Kerapatan (ind/ha)

LBDS (m^2/ha)

Gambar 22. Kerapatan tegakan dan luas bidang dasar tegakan pada RTH publik Sentul