Tutupan Lahan dan Perubahannya

4.3 Tutupan Lahan dan Perubahannya

4.3.1 Tutupan Lahan

Potensi cadangan karbon pada suatu lanskap dipengaruhi oleh tutupan vegetasi pada suatu lanskap tersebut, berdasarkan citra Alos AVNIR-2 17 Juli 2009 tutupan vegetasi berdasarkan indeks NDVI (Normalized Difference Vegetation Index ) yang ditunjukkan pada Hulu DAS Kali Bekasi dapat dilihat pada Gambar 23. NDVI adalah indeks yang menggambarkan tingkat kehijauan penutupan suatu vegetasi pada sebuah citra, nilai indeks ini diperoleh dari sebuah kombinasi matematis antara band merah dan band NIR yang telah lama digunakan sebagai indikator keberadaan dan kondisi vegetasi. Secara visual dapat dilihat bahwa tutupan vegetasi pada Hulu DAS Kali Bekasi masih sangat tinggi. Jika diklasifikasikan ke dalam lima tingkat kerapatan vegetasi yaitu tidak bervegetasi, rendah, sedang, rapat dan sangat rapat maka dari total luas Hulu DAS Kali Bekasi (46.210 ha) areal yang bertututupan vegetasi sangat rapat 7,10%, rapat 31,15%, sedang 35,98%, rendah 20,99% dan tidak bervegetasi hanya 4,78%. Areal yang bervegetasi rapat dan sangat rapat dimungkinkan adalah berupa hutan yang berada di TWA Gunung Pancar dan Hambalang dimana areal ini tergolong ke dalam kawasan lindung pada Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bogor.

Gambar 23. Peta tutupan vegetasi Hulu DAS Kali Bekasi Pola tutupan lahan pada suatu DAS sangat menentukan kemampuannya

dalam mensekuestrasi karbon terlebih dalam kaitannya dengan kualitas aliran permukaan maupun kualitas air. Semakin besar nisbah antara wilayah terbangun dengan wilayah tak terbangun yang tertutupi vegetasi maka akan berpengaruh terhadap fungsi DAS itu sendiri utamanya keterkaitan antara DAS bagian hulu dengan hilir. Oleh karena itu kondisi DAS di bagian hulu perlu dijaga agar tetap berfungsi dengan baik sehingga tidak menimbulkan dampak yang merugikan pada daerah bagian hilir.

Kondisi hulu DAS Kali Bekasi berdasarkan hasil analisis tutupan lahan citra ALOS AVNIR-2 di dengan metode supervised classification menghasilkan sepuluh kelas tutupan lahan yaitu kelas lahan tanah terbuka, semak, sawah, pertanian kering, kebun campuran, hutan, hutan tanaman, badan air, awan, dan area terbangun (Gambar 24).

Gambar 24. Peta tutupan lahan Hulu DAS Kali Bekasi

Luas dan kontribusi masing-masing tipe tutupan lahan di Hulu DAS Kali Bekasi di sajikan pada Tabel 26.

Tabel 26. Luas dan persentase tutupan lahan Hulu DAS Kali Bekasi

Tipe Tutupan Lahan

Persentase (%) Kebun Campuran

Luas (Ha)

46,74 Areal Terbangun

3,98 Tanah Terbuka

2,93 Pertanian Kering

0,92 Badan Air

0,40 Hutan Tanaman

0,08 Jumlah

Tabel 27. Akurasi interpretasi tutupan lahan Hulu DAS Kali Bekasi

Row User's Lahan

Tutupan

Total Accuracy K1

K1 Hutan Tanaman

9 0 0 0 0 0 0 0 0 0 9 100,00 K2

Hutan 0 11 0 0 0 0 0 0 0 0 11 100,00 K3

0 0 9 0 0 0 0 0 0 0 9 100,00 K4

Tanah Terbuka

2 6 5 7 1 0 177 83,62 K5

Kebun Campuran

Badan Air 0 0 0 0 6 0 0 0 0 0 6 100,00 K6

0 0 0 0 0 10 1 1 0 0 12 83,33 K7

Pertanian Kering

Semak 0 0 0 0 0 0 9 0 0 0 9 100,00 K8

Sawah 0 0 0 0 0 0 0 7 0 0 7 100,00 K9

0 0 0 0 1 0 0 0 6 0 7 85,71 K10

Areal Terbangun

Awan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 8 8 100,00 Column Total

67 50 00 67 71 100 Overall Accuracy

Kappa Accuracy

Tabel 27 menunjukkan tingkat akurasi yang dihasilkan dari interpretasi citra di Hulu DAS Kali Bekasi, yaitu mempunyai tingkat overall accuracy sebesar 87,45% dan Kappa Accuracy sebesar 78,45%.

1) Hutan

Kawasan hutan alam yang terdapat di Hulu DAS Kali Bekasi adalah Kelompok Hutan Gunung Hambalang di Desa Karangtengah dan Desa Bojongkoneng, Kecamatan Babakan madang, Kabupaten Bogor, yang luasnya mencapai 6695.3 ha dimana kawasan ini merupakan kawasan lindung dalam RTRW Kabupaten Bogor. Salah satu kawasan yang menjadi bagian kelompok hutan tersebut dan terletak di Hulu DAS Kali Bekasi adalah kawasan hutan Gunung Pancar yang merupakan hutan konservasi berupa Taman Wisata Alam (TWA). Taman Wisata Alam Gunung Pancar ditetapkan berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan No. 156/Kpts-II/1988 tanggal 21 Maret 1988 dengan luas 447.50 Ha. Secara geografis TWA. Gunung Pancar terletak diantara 106º56´- 106º54´ Bujur Timur dan 63º4´-63º36´ Lintang Selatan. Sedangkan secara administratif terletak di Desa Karang Tengah dan Desa Bojong Koneng, Kecamatan Babakan Madang, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat.

Secara umum kawasan hutan alam di Hulu DAS Kali Bekasi berkontribusi seluas 4.592,27 ha atau sekitar 9,94% dari total luas Hulu DAS Kali Bekasi (Tabel 26). Sementara luas kawasan lindung berdasarkan RTRW Kabupaten Bogor adalah seluas 2.485,43 ha dan hanya 41,68% yang berpenutupan hutan. Tipe vegetasi yang terdapat di kawasan ini terdiri dari vegetasi hutan alam pegunungan terletak dari lereng sampai puncak gunung.

2) Hutan Tanaman

Hutan tanaman yang terdapat pada Hulu DAS Kali Bekasi adalah dominan jenis Pinus merkusii dimana kawasan ini terletak pada kawasan hutan TWA Gunung Pancar. Kawasan TWA Gunung Pancar sebelumnya merupakan kawasan hutan produksi Kelompok Hutan Gunung Hambalang yang sejak tahun 1988 dirubah menjadi kawasan hutan wisata dengan fungsi Taman Wisata. Hutan tanaman di Hulu DAS Kali Bekasi berkontribusi seluas 35,77 ha atau sekitar 0,08% dari total luas Hulu DAS Kali Bekasi (Tabel 26).

3) Kebun Campuran

Sistem kebun campuran yang menerapkan sistem agroforestri ini memadukan berbagai komoditas pertanian dan kehutanan antara lain adalah seperti pisang, singkong, jagung, ubi jalar, tanaman buah, sayuran, pohon sengon, dan pohon kayu afrika. Selain sistem agroforestri tersebut, tutupan vegetasi pada pekarangan, kebun bambu dan semak tua yang terdapat vegetasi pohon didalamnya terinterpretasi pada tipe tutupan ini sehingga tipe tutupan ini memberikan kontribusi yang paling besar pada tutupan lahan di Hulu DAS Kali Bekasi. Kebun bambu dan pekarangan terinterpretasi menjadi kebun campuran hal ini disebabkan pada evaluasi separabilitas mempunyai nilai di bawah 1.600 yang menunjukkan bahwa kelas tersebut tidak dapat dipisahkan atau dibedakan dengan sempurna. Secara umum kebun campuran mempunyai tingkat kerapatan vegetasi sedang, kontribusi yang besar kebun campuran terhadap tutupan lahan Hulu DAS Kali Bekasi selaras dengan peta tutupan vegetasi (Gambar 23) dimana vegetasi dengan kerapatan sedang memberikan kontribusi besar atau sekitar 35,98% areal

Hulu DAS Kali Bekasi. Bentuk tutupan lahan berupa kebun campuran yang diiterpretasikan dari citra di kawasan hulu DAS Kali Bekasi adalah seluas 21.600,20 ha atau sekitar 46,74% (Tabel 26).

4) Pertanian Lahan Kering

Pola tutupan lahan di hulu DAS Kali Bekasi berupa lahan pertanian kering adalah berupa ladang atau tegalan yang pada umumnya merupakan bentuk usaha pertanian pangan lahan kering pada lahan sawah tadah hujan. Sawah yang telah dipanen biasanya digilir dengan penanaman tanaman palawija untuk kemudian ditanam dengan padi sawah kembali saat musim hujan. Komoditas yang banyak ditanam dalam sistem pertanian lahan kering yang ditemukan dominan di Hulu DAS Kali Bekasi adalah singkong.

Gambar 25. (a) Pertanian lahan kering singkong, (b) Pengolahan aci

Pertanian lahan kering singkong banyak ditemukan pada Hulu DAS Kali Bekasi karena pada areal ini banyak terdapat industri pengolahan aci yang bahan dasarnya dari singkong. Selain singkong terdapat juga jenis sayuran semusim seperti kacang-kacangan, mentimun, jagung, yang dikembangkan pada sistem pertanian lahan kering. Kontribusi luas tutupan lahan berupa pertanian lahan kering terhadap total luas kawasan Hulu DAS Kali Bekasi adalah seluas 1.091,53

ha atau sekitar 2,36% dari luas kawasan hulu DAS (Tabel 26).

5) Sawah

Persawahan yang dijumpai di kawasan hulu DAS Kali Bekasi merupakan sawah dengan sistem irigasi teknis (Gambar 26). Pada kawasan hulu DAS bagian atas, lahan persawahan dijumpai dalam luasan yang besar. Sebaliknya, pada hulu DAS bagian bawah persawahan sulit ditemukan dalam luasan yang besar.

Gambar 26. Lanskap sawah di Hulu DAS Kali Bekasi

Sawah pada hulu DAS bagian bawah terfragmentasi diantara kawasan permukiman dan menyebar dalam petakan kecil. Total luas sawah yang berhasil diinterpretasikan adalah seluas 308,12 ha atau sekitar 0,67% dari total kawasan (Tabel 26).

6) Semak

Jenis tutupan lahan berupa semak atau padang rumput memberikan kontribusi seluas 185,29 ha atau sekitar 0,40% dari total luas kawasan Hulu DAS Kali Bekasi (Tabel 26). Tutupan lahan semak yang ditemui umumnya merupakan semak-semak atau padang rumput pada areal rencana pengembangan perumahan yang belum terbangun, di sekitar kawasan hutan yang telah dirambah dan tidak dimanfaatkan, lahan-lahan pertanian yang terabaikan (Gambar 27).

Gambar 27. Tutupan semak di Hulu DAS Kali Bekasi

7) Tanah Terbuka

Kawasan yang berupa tanah terbuka maupun tanah kosong yang diinterpretasikan melalui analisis citra di hulu DAS Kali Bekasi adalah seluas 1.353,95 ha atau sekitar 2,93% luas Hulu DAS Kali Bekasi (Tabel 26). Areal tanah terbuka yang ditemukan merupakan lahan oleh para pengembang perumahan yang banyak terdapat di hulu DAS Kali Bekasi atau bukit-bukit kecil yang gundul sebagai jalur lahan pertanian yang sedang diberakan serta areal pertambangan terbuka.

8) Badan air

Tutupan lahan berupa badan air yang ada di Hulu Das Kali Bekasi adalah berupa sungai, empang, dan kolam (Gambar 28). Luas areal tersebut adalah 323,08 ha atau sekitar 0,70% dari total luas Hulu DAS Kali Bekasi (Tabel 26).

Gambar 28. Sungai Cikeruh di Hulu DAS Kali Bekasi

9) Area Terbangun

Area terbangun yang diinterpretasikan oleh citra meliputi bangunan permukiman dan non permukiman serta jalan. Kontribusi area terbangun terhadap total luas kawasan adalah sebesar 14.453,57 ha atau sekitar 31,28% luas Hulu DAS Kali Bekasi (Tabel 26). Terdapat dua tipe permukiman yang ditemui di kawasan hulu DAS Kali Bekasi yaitu tipe permukiman tradisional yang dibangun secara alami tanpa adanya perencanaan dan tipe permukiman modern dimana segala infrastruktur telah direncanakan dan dibangun sebelum permukiman tersebut dihuni. Terdapat 24 perusahaan pengembang perumahan di lokasi pengamatan (BPS, 2009). Sumber: Dok.

10) Awan

Keberadaan areal dalam citra yang tertutupi awan adalah salah satu kelemahan dalam penginderaan jauh pasif yang menyebabkan areal yang tertutupi oleh awan tersebut tidak dapat diinterpretasikan. Areal yang tertutupi awan memberikan kontribusi seluas 425,81 ha atau sekitar 0,92% luas Hulu DAS Kali Bekasi (Tabel 26).

4.3.2 Perubahan Ruang Terbuka Hijau (RTH)

Jumlah penduduk dari tahun ke tahun yang semakin meningkat dan kemajuan suatu wilayah berdampak pada peningkatan kebutuhan akan pemukiman serta bangunan sarana pendukung lainnya yang akhirnya akan memberikan perubahan pola penutupan lahan, dinamika perubahan ini juga tergambar pada Hulu DAS Kali Bekasi.

Undang-Undang No. 26 tahun 2007 tentang penataan ruang menyebutkan daerah perkotaan minimal harus memiliki Ruang Terbuka Hijau (RTH) 30% yang terdiri 20% RTH publik dan 10% RTH privat, namun hal tersebut belum terimplementasikan secara umum di wilayah kota/kabupaten di Indonesia. Dalam konsep pengelolalan lahan berdasarkan kondisi ekologis, yaitu berdasarkan DAS, RTH di Hulu DAS Kali Bekasi terdiri dari RTH Permanen dan RTH Non Permanen. Berdasarkan klasifikasi tutupan lahan, RTH Permanen terdiri dari Undang-Undang No. 26 tahun 2007 tentang penataan ruang menyebutkan daerah perkotaan minimal harus memiliki Ruang Terbuka Hijau (RTH) 30% yang terdiri 20% RTH publik dan 10% RTH privat, namun hal tersebut belum terimplementasikan secara umum di wilayah kota/kabupaten di Indonesia. Dalam konsep pengelolalan lahan berdasarkan kondisi ekologis, yaitu berdasarkan DAS, RTH di Hulu DAS Kali Bekasi terdiri dari RTH Permanen dan RTH Non Permanen. Berdasarkan klasifikasi tutupan lahan, RTH Permanen terdiri dari

Berdasarkan hasil analisa perubahan tutupan RTH di Hulu DAS Kali Bekasi (Gambar 29) terlihat tren penurunan areal RTH Non Permanen, yaitu luas RTH Non Permanen pada tahun 2000 menutupi 40,74% Hulu DAS Kali Bekasi tetapi pada tahun 2003 mengalami penurunan, hanya menutupi 13,75% Hulu DAS Kali Bekasi bahkan pada tahun 2009 hanya tersisa 3,43% dari luas Hulu DAS Kali Bekasi. Hal sebaliknya terjadi tren peningkatan tutupan RTH Permanen, pada tahun 2000 mempunyai persentase penutupan sebesar 27,72%, tahun 2003 mengalami peningkatan menjadi sebesar 37,34% dan pada tahun 2009 mencapai 56,76%. Berkurangnya areal RTH Non Permanen sangat dimungkinkan dengan semakin banyaknya lahan pertanian yang dirubah menjadi pemukiman modern sedangkan peningkatan RTH Permanen menunjukkan semakin meningkatnya kesadaran masyarakat untuk menanam tanaman kayu dan buah-buahan di pekarangan atau mengkombinasikannya pada lahan pertanian atau juga pertumbuhan semak menjadi semak tua.

Persentase luas areal non RTH mengalami peningkatan sebesar 17,37% pada tahun 2000 hingga tahun 2003 dan mengalami penurunan sebesar 10,02% dari tahun 2003 hingga tahun 2009, hal ini sangat dimungkinkan pada tahun 2003 terjadi peningkatan areal tanah terbuka karena pembukaan areal untuk pemukiman tetapi pada tahun 2009 telah terbentuk pekarangan/taman diantara pemukiman atau ditumbuhi semak tua yang berdampak pada peningkatan RTH Permanen.

Alih fungsi lahan diyakini memberikan kontribusi terhadap emisi CO 2 ke udara. Menjadikan dan mempertahankan RTH dalam bentuk tutupan vegetasi berupa pepohonan yaitu RTH Permanen akan memberikan kontribusi terhadap

pengurangan kandungan CO 2 di udara, vegetasi berhijau daun akan menyerap CO 2 melalui proses fotosintesis dan menyimpannya dalam bentuk biomassa dalam jaringan tumbuhan.

Luas (ha) :

Luas (ha) :

Luas (ha) :

- RTH Permanen : 12.811,40 (27,72%)

- RTH Permanen : 26.228,24 (56,76%) - RTH Non Permanen : 18.824,18 (40,74%)

- RTH Permanen : 17.255,59 (37,34%)

- RTH Non Permanen : 1.584,94 (3,43%) - Non RTH : 14.574,43 (31,54%)