Analysing of Tree Carbon Stock on Green

PADA RUANG TERBUKA HIJAU DI HULU DAS KALI BEKASI WAHYU CATUR ADINUGROHO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis dengan judul “Analisis Cadangan Karbon Pohon pada Ruang Terbuka Hijau di Hulu DAS Kali Bekasi ” adalah

karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, Januari 2012

Wahyu Catur Adinugroho E451080091

ABSTRACT

WAHYU CATUR ADINUGROHO. Analysing of Tree Carbon Stock on Green Open Space Area in The Upstream of Kali Bekasi Watershed. Under supervision of ANDRY INDRAWAN, SUPRIYANTO, and HADI SUSILO ARIFIN

The upstream of Kali Bekasi watershed condition plays an important role on the management of Kali Bekasi watershed, Jakarta and Bogor District. The presence of vegetation cover in sufficient area in the Permanent Green Open Space of upstream of Kali Bekasi watershed is crucial in maintaining

environmental quality. CO 2 sequestration by the presence of vegetation in a landscape is substantial mitigation of climate change. It creates a low carbon society that is needed to get appreciation in environmental services. The objective of study was to analyze structure and species diveristy of stands, to analyze changes of the permanent green open space in upstream of Kali Bekasi watershed, its carbon stocks and their correlation. Observation plots amounting to 161 plots were established in the study site, which were laid out on the upstream of watershed, representing upper, middle and lower parts of the site. Estimation of carbon stocks was calculated by using non-destructive sampling method, using the existing allometric equations. The results of vegetation analysis showed that the level of Shannon-index was low until medium, 0,63 and 3,36 respectively. These species were identified to have high carbon sinks, which is potential to increase carbon stocks and biodiversity conservation. Stand structure in the agroforestry system in the upstream of Kali Bekasi watershed was found closely to natural

forest structure. The upstream of Kali Bekasi watershed has 1,63x10 6 tons carbon stock total equivalent 5,97x10 6 tons of CO

2 uptake. Green open space in a private area (mix-garden, home garden, bamboo garden) most contributed to the total carbon stocks although the average carbon stock was lower than in pine forest and natural forest. The changes in permanent green open space area have the greatest influence on total carbon stocks. Carbon stocks were highly related to the basal areas, but stand density and species diversity has lower correlation to carbon stocks.

Keywords: CO 2 sequestration, correlation, diversity, permanent green open space, stand structure

RINGKASAN

WAHYU CATUR ADINUGROHO. Analisis Cadangan Karbon Pohon pada Ruang Terbuka Hijau di Hulu DAS Kali Bekasi. Dibimbing oleh ANDRY INDRAWAN, SUPRIYANTO dan HADI SUSILO ARIFIN

Kondisi Hulu DAS Kali Bekasi berperan penting dalam pengelolaan DAS Kali Bekasi dan Kabupaten Bogor secara umum. Keberadaan tutupan vegetasi dengan luasan mencukupi pada RTH Permanen di Hulu DAS Kali Bekasi sangat berperan dalam menjaga kualitas lingkungan. Keberadaan vegetasi yang mampu menyerap karbondioksida dalam suatu lanskap sangat diperlukan untuk mitigasi perubahan iklim yaitu menciptakan masyarakat rendah karbon (low carbon society) serta perlu mendapat apresiasi sebagai salah satu jasa lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk : 1) menganalisis struktur tegakan dan keanekargaman jenis di Hulu DAS Kali Bekasi, 2) menganalisis perubahan Ruang Terbuka Hijau (RTH) permanen DAS Kali Bekasi bagian Hulu, 3) menganalisis cadangan karbon pohon pada Ruang Terbuka Hijau (RTH) permanen DAS Kali Bekasi bagian Hulu saat ini, 4) menganalisis korelasi cadangan karbon pohon dengan struktur komunitas vegetasi. Analisis cadangan karbon dilakukan dengan membuat 161 plot pengamatan yang tersebar pada Hulu DAS Kali bagian atas, tengah dan bawah serta mewakili masing-masing tipe RTH Permanen yang ada di Hulu DAS Kali Bekasi yaitu Hutan Alam, Hutan Pinus, Kebun Campuran, Kebun Bambu dan Pekarangan. Pendugaan cadangan karbon dilakukan secara non destruktif dengan menggunaan persamaan alometrik yang sudah ada. Analisis cadangan karbon dalam skala lanskap dan perubahannya dilakukan dengan melakukan interpretasi tutupan lahan pada citra Avhnir-2. Hasil analisis struktur vegetasi yang ada di Hulu DAS Kali Bekasi menunjukkan tingkat keanekaragaman jenis Shannon yang rendah hingga sedang meskipun demikian masih dapat dijumpai beberapa jenis tanaman yang mulai jarang dijumpai, jenis-jenis tersebut juga mempunyai daya rosot yang tinggi sehingga potensial untuk dijadikan pilihan jenis dalam peningkatan cadangan karbon dan upaya pelestarian keanekaragaman hayati. Struktur tegakan pada sistem agroforestri mendekati struktur tegakan pada hutan

alam. Hulu DAS Kali Bekasi mempunyai total cadangan karbon sebesar 1,63x10 6 ton atau setara serapan CO 6

2 sebesar 5,97x10 ton. RTH pada lahan pribadi (Kebun Campuran, Pekarangan, Kebun Bambu) memberikan kontribusi terbesar terhadap total cadangan karbon meskipun rata-rata cadangan karbon yang dihasilkan lebih rendah dibandingkan Hutan Pinus dan Hutan Alam. Perubahan luas RTH permanen memberikan pengaruh terbesar terhadap total cadangan karbon. Cadangan Karbon dalam suatu tegakan berkorelasi paling erat dengan luas bidang dasar vegetasi penyusun suatu tegakan demikian juga kerapatan dan keanekaragaman jenis meskipun korelasinya lebih rendah.

Kata kunci : keragaman jenis, korelasi, RTH permanen, Sekuestrasi CO 2 , struktur tegakan

©Hak Cipta milik IPB, tahun 2012 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB

ANALISIS CADANGAN KARBON POHON PADA RUANG TERBUKA HIJAU DI HULU DAS KALI BEKASI WAHYU CATUR ADINUGROHO

Tesis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Silvikultur Tropika

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis : Prof. Dr. Ir. Nurheni Wijayanto, M.S.

Judul Penelitian : Analisis Cadangan Karbon Pohon pada Ruang Terbuka

Hijau di Hulu DAS Kali Bekasi

Nama

: Wahyu Catur Adinugroho

NRP

: E451080091

Program Studi

: Silvikultur Tropika

Disetujui :

Komisi Pembimbing

Prof.(Emeritus) Dr. Ir. Andry Indrawan, M.Si. Ketua

Dr. Ir. Supriyanto, DEA Prof. Dr. Ir. Hadi Susilo Arifin, M.S Anggota

Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi/Mayor Dekan Sekolah Pascasarjana Silvikultur Tropika

Dr. Ir. Basuki Wasis, M.S. Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc. Agr

Tanggal Ujian : 23 Desember 2011

Tanggal Lulus :

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt. atas segala karunia- Nya sehingga penelitian ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian ini adalah “Cadangan Karbon Biomassa Pohon Sebagai Salah Satu Jasa Lingkungan” dengan judul penelitiannya ialah “Analisis Cadangan Karbon Pohon pada Ruang Terbuka Hijau di Hulu DAS Kali Bekasi”. Dilakukannya penelitian tentang Carbon stock di DAS Kali Bekasi ini untuk terintegrasinya kegiatan penelitian di bawah payung Hibah Kompetisi 2010 DP2M DIKTI “Manajemen Lanskap Perdesaan Bagi Kelestarian dan Kesejahteraan Lingkungan” dibawah koordinasi Prof. Dr. Hadi Susilo Arifin, MS. Payung penelitian meliputi berbagai aspek penelitian, yaitu : biodiversity, eco-village, pekarangan dan jasa lingkungan.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Prof. (Emeritus) Dr. Ir. Andry Indrawan, M.Si, Dr. Ir. Supriyanto dan Prof. Dr. Ir. Hadi Susilo Arifin, MS selaku komisi pembimbing yang telah banyak memberi saran dan masukan kepada penulis selama penyusunan tesis. Ucapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada Prof. Dr. Ir. Nurheni Wijayanto, MS selaku dosen luar komisi pada ujian tesis atas masukan dan saran dalam penyempurnaan tesis. Disamping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Bogor, Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (BP DAS) Citarum- Ciliwung, Pengelola Sentul City, segenap staf desa dan masyarakat di Kampung Cimadala, Landeuh, dan Leuwijambe, serta rekan-rekan di lapangan, yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Alm. Bapak, Ibu, Kakak dan adik, serta seluruh keluarga dan sahabat atas doa dan kasih sayangnya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Januari 2012

Wahyu Catur Adinugroho

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Semarang, pada tanggal 4 April 1979 dari ayah Drs. Soenjoto (Alm) dan ibu Djumiah. Penulis merupakan anak ketiga dari empat bersaudara.

Tahun 1997 penulis lulus dari SMU Negeri 6 Semarang dan pada tahun yang sama lulus seleksi masuk IPB melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB). Penulis memilih Jurusan Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan dan lulus pada tahun 2002. Kesempatan untuk melanjutkan studi ke Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor diperoleh penulis melalui program tugas belajar dari Kementerian Kehutanan.

Selama penulis menjadi mahasiswa, penulis berkesempatan mendapatkan beasiswa yang berasal dari Japan-East Asia Network of Exchange of Students and Youths (JENESYS) untuk mengikuti Short-term Student Exchange Program pada Laboratory of Forest Ecology yang merupakan pogram pertukaran mahasiswa kerjasama University to University (U to U) antara IPB (PIC: Prof. Hadi Susilo Arifin) dan Okayama University (PIC: Prof. Keiji Sakamoto) selama 6 bulan mulai bulan Oktober 2010 sampai bulan Maret 2011. Selama mengikuti student

exchange penulis berkesempatan mengikuti Symposium “Globalization of Education System of Bioscience based on Biodiversity ” dan mempresentasikan poster berjudul “Biomass carbon sink in a bamboo Phyllostachys nigra var. Henonis (bambusoidea) stands ”. Selama menjadi mahasiswa S2 juga berkesempatan mengikuti “INCAS (Indonesia’s National Carbon Accounting System ) – ICARM (Indonesia’s Carbon Accounting and Reporting Model) Calibration and Training Workshop ” di Canberra, Australia pada bulan November 2011. Saat ini penulis bekerja sebagai peneliti di Balai Penelitian Teknologi Konservasi Sumber Daya Alam, Kementerian Kehutanan di Samboja, Kalimantan Timur sejak tahun 2003.

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Komponen biomassa pada berbagai tipe ekosistem ............................... 12

2. Matriks keputusan gudang karbon utama yang perlu diukur dan dimonitor untuk berbagai contoh proyek karbon berbasis hutan (Brown1999) ........................................................................................... 14

3. Persamaan allometrik penduga biomassa pohon .................................... 24

4. Fraksi karbon dari biomassa di daerah Tropis/Sub Tropis ..................... 24

5. Kerapatan (K) dan luas bidang dasar (LBDS) tegakan pinus pada tiap kelas diameter (KD) ................................................................ 34

6. Jenis vegetasi yang ditemukan di hutan alam TWA Gn. Pancar ............ 36

7. Kerapatan, diameter rata-rata dan luas bidang dasar tegakan Hutan Alam TWA Gunung Pancar pada tiap tingkat pertumbuhan ................. 37

8. Jenis Vegetasi dengan INP Tertinggi pada tiap Tingkat Pertumbuhan di Lokasi Pengamatan Hutan Alam di TWA Gn. Pancar ........................... 38

9. Indeks kekayaan Jenis (R), indeks diversitas (H’) Shannon dan indeks dominansi (C) pada berbagai tingkat pertumbuhan di lokasi pengamatan Hutan Alam TWA Gn. Pancar ........................................... 39

10. Distribusi jenis ekosistem kebun bambu pada masing-masing lokasi pengamatan di Hulu DAS Kali Bekasi ................................................... 42

11. Indeks kekayaan jenis (R), indeks diversitas (H’) Shannon dan indeks

dominansi (C) pada lokasi pengamatan kebun bambu di Hulu DAS Kali Bekasi ..................................................................................................... 43

12. Jenis vegetasi dengan INP tertinggi pada masing-masing Lokasi pengamatan kebun bambu ...................................................................... 44

13. Kerapatan, diameter rata-rata dan luas bidang dasar tegakan ekosistem

kebun bambu pada tiap lokasi pengamatan ............................................ 44

14. Kerapatan, diameter rata-rata dan luas bidang dasar tegakan ekosistem

kebun bambu pada tiap jenis bambu ....................................................... 45

15. Distribusi jenis ekosistem kebun campuran pada masing-masing lokasi

pengamatan di Hulu DAS Kali Bekasi ................................................... 46

16. Kerapatan, diameter rata-rata dan luas bidang dasar tegakan kebun campuran pada tiap lokasi pengamatan di Hulu DAS Kali Bekasi ........ 47

17. Jenis vegetasi dengan INP tertinggi pada tiap tingkat pertumbuhan kebun campuran di Hulu DAS Kali Bekasi ............................................ 50

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Daftar jenis vegetasi Hutan alam TWA Gn. Pancar, Kebun bambu, Kebun campuran, Pekarangan dan RTH Publik Sentul City pada Hulu DAS Kali Bekasi............................................................................ 107

2. Hasil analisis vegetasi pada hutan alam di kawasan hutan TWA Gn. Pancar .................................................................................... 111

3. Hasil analisis vegetasi pada kebun bambu di Hulu DAS Kali Bekasi .... 112

4. Hasil analisis vegetasi pada kebun campuran di Cimandala .................. 114

5. Hasil analisis vegetasi pada kebun campuran di Landeuh ...................... 115

6. Hasil analisis vegetasi pada kebun campuran di Leuwijambe ................ 116

7. Hasil analisis vegetasi pada pekarangan ................................................. 118

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kondisi lingkungan kadang diabaikan dalam mencapai kemajuan pembangunan suatu wilayah. Jumlah penduduk yang semakin meningkat, kemajuan tekhnologi, pertumbuhan ekonomi dan faktor-faktor kebijakan mendorong terjadinya degradasi lingkungan. Terdegradasinya kondisi lingkungan ini tentu saja akhirnya akan menimbulkan dampak yang sangat merugikan bagi manusia. Terjadinya banjir, longsor dan puting beliung pada suatu wilayah di Indonesia sudah menjadi berita rutin yang sering kita dengar sebagai salah satu dampak terdegradasinya kondisi lingkungan terlepas dari faktor cuaca ekstrim yang terjadi. Begitu juga halnya dengan apa yang terjadi pada DAS Kali Bekasi. Tutupan lahan pada DAS Kali Bekasi telah mengalami perubahan, keberadaan lahan yang tertutupi oleh vegetasi pohon pada kawasan DAS ini telah mengalami pengurangan. Taman Wisata Alam Gunung Pancar yang merupakan kawasan hutan yang terdapat di DAS Kali Bekasi sebagian dari kawasannya telah berupa lahan terbuka dan ladang pertanian masyarakat, selain itu perkebunan karet di bagian hulu telah hilang menjadi daerah permukiman dan lapangan golf, luas kawasan DAS yang berupa penutupan hutan hanya tersisa 4%. Kondisi ini tentu saja memberikan dampak pada berubahnya aliran sungai dan naiknya debit air pada aliran sungai di DAS Kali Bekasi ( BPDAS Citarum - Ciliwung, 2009). Kali Bekasi merupakan salah satu dari tiga sungai utama yang berperan menimbulkan banjir di Jakarta selain Sungai Ciliwung dan Sungai Cisadane (Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat, 2007) sehingga DAS Kali Bekasi menjadi prioritas pengelolaan DAS I bersama 7 DAS lainnya (Citarum, Ciliwung, Cisadane, Cipunagara, Ciujung, Kali Angke-Pesanggrahan, Sunter) dari 24 DAS yang menjadi wilayah kerja BPDAS Citarum-Ciliwung

Berdasarkan uraian tersebut di atas maka sangat diperlukan penerapan prinsip-prinsip manajemen lanskap yang berawawasan lingkungan dalam mencapai pembangunan yang berkelanjutan pada kawasan DAS Kali Bekasi. Pembangunan berkelanjutan akan dapat dicapai dengan memperhatikan 3 prinsip yaitu kesejahteraan masyarakat, lingkungan dan ekonomi. Pembangunan Berdasarkan uraian tersebut di atas maka sangat diperlukan penerapan prinsip-prinsip manajemen lanskap yang berawawasan lingkungan dalam mencapai pembangunan yang berkelanjutan pada kawasan DAS Kali Bekasi. Pembangunan berkelanjutan akan dapat dicapai dengan memperhatikan 3 prinsip yaitu kesejahteraan masyarakat, lingkungan dan ekonomi. Pembangunan

Secara ekologis, vegetasi yang ada pada RTH juga berfungsi sebagai pengendali iklim. Tanaman seluas 1 ha dapat menyerap karbondioksida sebanyak 900 kg/hari, menyaring debu sampai 85%, memproduksi oksigen sebanyak

600kg/hari serta dapat menurunkan suhu sampai 4 o C (Joachim et al. yang diacu oleh Frick & Suskiyatno, 1998). Peran vegetasi sebagai penyerap karbondioksida

menjadi bagian penting saat ini dalam rangka mengatasi pemanasan global yang disebabkan meningkatnya kadar gas rumah kaca terutama karbondioksida di atmosfer. Sehingga keberadaan vegetasi yang mampu menyerap karbondioksida dalam suatu lanskap ini diperlukan untuk menciptakan masyarakat rendah karbon (low carbon society) serta perlu mendapat apresiasi sebagai salah satu jasa lingkungan. Penghargaan harus diberikan kepada masyarakat atas kearifannya menjaga keberadaan vegetasi di lingkungan tersebut. Praktek jasa lingkungan ini merupakan salah satu realisasi ekonomi yang dapat dikembangkan untuk menciptakan harmonisasi pembangunan yang berbasis DAS. Dikemukakan bahwa harmonisasi pembangunan yang berbasis DAS pada lanskap perdesaan dapat dicapai dengan mengaplikasikan konsep triple bottom line benefit, yakni lingkungan, ekonomi dan masyarakat (Arifin et al., 2008).

Guna mengaplikasikan penyimpanan karbon (Carbon stock) sebagai salah satu jasa lingkungan dan mendorong terciptanya masyarakat rendah karbon tersebut maka diperlukan kajian cadangan karbon yang tersimpan pada lanskap tersebut, yaitu menganaliasa perubahan RTH yang terjadi, mengetahui cadangan karbon yang ada saat ini dan melihat korelasi cadangan karbon dengan struktur komunitas vegetasi yang ada. Pada penelitian ini analisis cadangan karbon pohon dilakukan pada RTH permanen mengingat bahwa jumlah cadangan karbon pada Guna mengaplikasikan penyimpanan karbon (Carbon stock) sebagai salah satu jasa lingkungan dan mendorong terciptanya masyarakat rendah karbon tersebut maka diperlukan kajian cadangan karbon yang tersimpan pada lanskap tersebut, yaitu menganaliasa perubahan RTH yang terjadi, mengetahui cadangan karbon yang ada saat ini dan melihat korelasi cadangan karbon dengan struktur komunitas vegetasi yang ada. Pada penelitian ini analisis cadangan karbon pohon dilakukan pada RTH permanen mengingat bahwa jumlah cadangan karbon pada

1.2 Rumusan Masalah

Daerah Aliran Sungai Kali Bekasi mempunyai peranan terhadap bahaya banjir di Bekasi dan Jakarta bagian timur. Kali Bekasi merupakan salah satu dari tiga sungai utama (Ciliwung, Cisadane, Kali Bekasi) yang berperan menimbulkan banjir di Jakarta pada kejadian banjir tahun 2006. Hal ini salah satunya disebabkan berkurangnya lahan yang tertutupi oleh vegetasi pohon. Sebagian besar Ruang Terbuka Hijau pada kawasan DAS Kali Bekasi tersebar di bagian hulu. Namun demikian kawasan Hulu DAS Kali Bekasi ini mengalami berbagai permasalahan perubahan tata guna lahan yang dapat mengganggu peranannya tersebut.

Permasalahan yang terjadi terkait erat dengan perubahan penutupan dan penggunaan lahan. Tutupan lahan pada DAS Kali Bekasi telah mengalami perubahan, keberadaan lahan yang tertutupi oleh vegetasi pohon pada kawasan DAS ini telah mengalami pengurangan. Taman Wisata Alam Gunung Pancar yang merupakan kawasan hutan yang terdapat di DAS Kali Bekasi sebagian dari kawasannya telah berupa lahan terbuka dan ladang pertanian masyarakat, selain itu perkebunan karet dibagian hulu telah hilang menjadi daerah permukiman dan lapangan golf.

Tentu saja perubahan penutupan dan penggunaan lahan berdampak pada keberadaan vegetasi. Keberadaan vegetasi pada tingkat pohon pada suatu lanskap secara ekologis memberikan manfaat yang besar. Selain secara estetika, manfaat ekologis dari keberadaan vegetasi pada tingkat pohon di suatu lanskap yang saat Tentu saja perubahan penutupan dan penggunaan lahan berdampak pada keberadaan vegetasi. Keberadaan vegetasi pada tingkat pohon pada suatu lanskap secara ekologis memberikan manfaat yang besar. Selain secara estetika, manfaat ekologis dari keberadaan vegetasi pada tingkat pohon di suatu lanskap yang saat

CO 2 yang diyakini oleh para ilmuwan memberikan dampak terhadap terjadinya pemanasan global dan perubahan iklim telah menjadi isu global, salah satu solusi untuk mengurangi dampak ini adalah melakukan penanaman pohon-pohon yang

mampu menyerap CO 2 dan mempertahankan kawasan yang telah tertutupi vegetasi untuk tetap tertutupi oleh vegetasi. Berdasarkan hal tersebut, peran vegetasi dalam kaitannya dengan penyerapan karbon merupakan salah satu jasa lingkungan yang potensial untuk dikembangkan untuk mendukung sebuah harmonisasi pembanguan yang berkelanjutan pada suatu lanskap.

Berdasarkan hal tersebut, maka rumusan masalah yang akan menjadi fokus dalam penelitian ini adalah :

1) Bagaimanakah struktur komunitas vegetasi di Hulu DAS Kali Bekasi?

2) Bagaimanakah perubahan RTH permanen di Hulu DAS Kali Bekasi seiring dengan perubahan penggunaan lahan?

3) Berapakah cadangan karbon pohon yang ada di RTH permanen di Hulu DAS Kali Bekasi pada saat ini?

4) Bagaimanakah korelasi cadangan karbon pohon dengan struktur komunitas vegetasi?

1.3 Kerangka Pemikiran

Daerah Aliran Sungai Kali Bekasi merupakan salah satu DAS yang berpengaruh terhadap terjadinya banjir di Jakarta. Kawasan hulu DAS ini menjadi bagian penting mengingat sebagian besar RTH yang terdapat di DAS Kali Bekasi tersebar di bagian hulu meliputi RTH permanen yang berupa hutan (TWA Gn. Pancar), kebun campuran, kebun bambu, kebun kopi dan vegetasi pohon pada pekarangan dan kawasan RTH di perumahan serta RTH non permanen (Sawah, ladang, padang rumput, semak), sedangkan pada bagian tengah dan hilir DAS berupa permukiman yang padat. Vegetasi yang terdapat pada kawasan RTH secara ekologis mempuyai berbagai fungsi, terkait dengan isu global yang saat ini berkembang yaitu tentang perubahan iklim, secara ekologis vegetasi berperan dalam pengendali iklim melalui kemampuannya dalam menyerap karbondioksida

dan menyimpannya dalam bentuk biomassa. Sehingga peran vegetasi ini dalam kaitannya sebagai penyimpanan karbon merupakan salah satu hal yang diperlukan untuk menciptakan masyarakat rendah karbon (low carbon society) serta sebagai jasa lingkungan yang perlu mendapat apresiasi untuk mendukung harmonisasi pembangunan yang berkelanjutan pada suatu lanskap. Guna mengaplikasikan penyimpanan karbon (Carbon stock) sebagai salah satu jasa lingkungan tersebut maka diperlukan kajian cadangan karbon yang tersimpan pada lanskap tersebut. Cadangan karbon yang tersimpan pada suatu lanskap akan dipengaruhi oleh perubahan penutupan lahan dan struktur komunitas vegetasi pada lanskap tersebut. Penelitian ini difokuskan pada cadangan karbon pohon di RTH permanen mengingat bahwa jumlah cadangan karbon pada lahan pertanian (RTH non permanen) jauh lebih kecil daripada hutan (Rahayu et al., 2004). Sehingga akan dianalisis perubahan dari RTH permanen, cadangan karbon pohon pada kondisi saat ini dan korelasi sruktur komunitas vegetasi dengan simpanan karbonnya. Untuk menduga cadangan karbon digunakan pendekatan biomassa, yaitu mengkombinasikan persamaan alometrik yang sudah ada dan teknologi penginderaan jarak jauh. Hasil analisis diharapkan dapat memberikan rekomendasi jenis dan struktur komunitas vegetasi potensial sebagai karbon sekuester sehingga diharapkan pada jangka panjang akan mendukung skema Low Carbon Society dan Payment for Environmental Services. Kerangka pemikiran yang digunakan dapat dilihat pada Gambar 1.

1.4 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk : 1) menganalisis struktur tegakan dan keanekaragaman jenis di Hulu DAS Kali Bekasi, 2) menganalisis perubahan Ruang Terbuka Hijau (RTH) permanen DAS Kali Bekasi bagian Hulu, 3) menganalisis cadangan karbon pohon pada Ruang Terbuka Hijau (RTH) permanen DAS Kali Bekasi bagian Hulu saat ini, 4) menganalisis korelasi cadangan karbon pohon dengan struktur komunitas vegetasi.

Pengelolaan Hulu

DAS Kali Bekasi

Kawasan Hijau di DAS Kali Bekasi Sebagian besar terdapat pada Hulu

RTH Permanen

Kebun Campuran

Fungsi Ekologis (Jasa Lingkungan Penyimpanan Karbon)

Analisis Cadangan Karbon Pohon

Struktur Tegakan dan Tutupan Lahan dan Keanekaragaman

perubahannya

Jenis

Analisis Cadangan

Korelasi Struktur

Analisis perubahan

RTH permanen ini

Karbon pada saat Tegakan dan

Keanekaragaman Jenis

terhadap cadangan

dengan cadangan karbon

karbon

Rekomendasi jenis dan struktur komunitas vegetasi potensial

sebagai karbon sekuester

Gambar 1. Kerangka pemikiran penelitian

1.5 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini menghasilkan rekomendasi kondisi struktur tegakan dan tata guna lahan potensial dalam penyimpanan karbon, jenis-jenis pohon ideal yang mampu meningkatkan C-stock (cadangan karbon). Rekomendasi tersebut Hasil penelitian ini menghasilkan rekomendasi kondisi struktur tegakan dan tata guna lahan potensial dalam penyimpanan karbon, jenis-jenis pohon ideal yang mampu meningkatkan C-stock (cadangan karbon). Rekomendasi tersebut

1) Manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan sebagai informasi dan referensi terhadap pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya berkaitan dengan pendugaan penyimpanan karbon pohon pada suatu lanskap.

2) Manfaat bagi pemerintah Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai data input dalam penentuan kebijakan pengelolaan DAS Kali Bekasi untuk mencapai harmonisasi pembangunan yang berkelanjutan.

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kondisi DAS Kali Bekasi

Daerah Aliran Sungai Kali Bekasi secara administratif berada di wilayah Kabupaten Bogor, Bekasi dan DKI Jakarta. DAS Kali Bekasi memiliki 5 Sub DAS besar, yaitu Kali Bekasi, Cikeas, Cileungsi, Citeurep dan Cijanggel. Bagian hilir DAS ini bermuara di CBL (Cakung Bekasi Laut) Kab. Bekasi bagian Utara. Bagian Hulu berada di Kab. Bogor. Keberadaan DAS Kali Bekasi berpengaruh terhadap bahaya banjir di bekasi dan Jakarta bagian timur. Kali Bekasi merupakan salah satu dari tiga sungai utama (Ciliwung, Cisadane, Kali Bekasi) berperan menimbulkan banjir di Jakarta pada kejadian banjir tahun 2006. DAS Kali Bekasi menjadi prioritas pengelolaan DAS I bersama 7 DAS lainnya (Citarum, Ciliwung, Cisadane, Cipunagara, Ciujung, Kali Angke-Pesanggrahan, Sunter) dari 24 DAS yang menjadi wilayah kerja BPDAS Citarum-Ciliwung.

Daerah lahan terbangun DAS ini tersebar merata dari bagian tengah sampai hilir. Kurang kebih 31,20% dari total luas DAS ini adalah lahan terbangun. Daerah yang termasuk permukiman ± 27,5%. Daerah permukiman yang paling padat berada di bagian tengah sampai hilir DAS. Kawasan hijau lebih banyak tersebar di bagian hulu karena merupakan dalam kawasan hutan (TWA Gn. Pancar). Berdasarkan Kepmen no. sk 195/Kpts-II/2003, 4 juli 2003 dan Kepmen no.sk.220/Kpts-II/2000, 2 Agustus 2000 luas DAS Kali Bekasi dalam kawasan hutan (7.151 ha), luar kawasan hutan (44.634 ha) sehingga total (51.785 ha).

Kawasan Hulu terletak di perbukitan sebelah timur Bogor berupa permukiman bukit sentul, lahan kosong sekitar babakan madang dan cileungsi yang dulunya berupa perkebunan karet. Bagian selatan berupa perumahan sentul, lapangan golf sentul, gunung geulis yang merupakan hulu S. Cikeas. Pada Sub DAS Cileungsi terdapat kawasan industri (pabrik semen Cibinong, Holchim dan kawasan industri Branta Mulia), perumahan Kota Legenda, Kota Wisata Cibubur. DAS Kali Bekasi merupakan satu-satunya DAS di SWS Ciliwung-Cisadane yang bermuara di wilayah propinsi Jawa Barat bermuara di Cakung Bekasi Laut Kabupaten Bekasi bagian utara. Bagian tengah-hilir berupa daerah permukiman padat. Proporsi tutupan lahan di DAS Kali Bekasi dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Persentase penutupan lahan di DAS Kali Bekasi

(Sumber : BPDAS Citarum - Ciliwung, 2009)

Kecamatan Babakan Madang dengan luasan total 98,71 km 2 merupakan wilayah penting bagi kawasan hulu DAS Kali Bekasi. Pada salah satu wilayah

desa di Kecamatan Babakan Madang, yaitu desa Karang Tengah terdapat kawasan konservasi Taman Wisata Alam Gunung Pancar berada pada ketinggian 808 m dpl. Kawasan hutan ini memiliki kontribusi yang cukup besar terhadap luasan wilayah mencapai 67% dari total luasan desa (Desa Karang Tengah, 2010). Keberadaan hutan di wilayah hulu DAS Kali Bekasi memiliki peran yang penting terhadap lingkungan di sekitar hulu DAS, utamanya dalam mempertahankan fungsi konservasi DAS.

Berbagai bentuk pariwisata baik itu wisata alam maupun wisata buatan yang terdapat di wilayah hulu DAS sedikit banyak akan mempengaruhi keberadaan DAS itu sendiri. Hulu DAS Kali Bekasi dengan segala sumber daya alam yang dimiliki juga memiliki daya tarik sebagai suatu objek wisata, antara lain TWA Gunung Pancar, Pemandian Air Panas Gunung Pancar dan Giri Tirta, Wana Wisata Cipamingkis dan Wisata alam Sentul City.

Kondisi Tanah DAS hulu Kali Bekasi terbentuk dari bahan batuan beku sedimen dengan kedalaman tanah sedang sampai dalam, memiliki tekstur tanah halus berliat tinggi, warna tanah merah hingga kekuningan, struktur tanah kukuh/tidak terlalu gembur, sedangkan jenis tanahnya yaitu Podsolik coklat kekuningan dan latosol coklat kemerahan. Pada bagian lembah terdapat tanah dari bahan endapan (alluvium), basah (Aluvial coklat keabuan dan Brown Forest Soil atau Aquepts/Aquents).

2.2 Ruang Terbuka Hijau

Ruang Terbuka Hijau (RTH) dapat didefinisikan sebagai ruang-ruang terbuka (open spaces) di berbagai tempat wilayah yang secara optimal digunakan sebagai daerah penghijauan dan berfungsi dalam mendukung kualitas lingkungan. Peruntukan lahan untuk RTH menurut Instruksi Menteri Dalam Negeri No.14 tahun 1988 adalah sebesar 40-60% dari luas total lahan (kota, kawasan, halaman/pekarangan) yang dimiliki. Sementara dalam ketentuan peraturan terbaru berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri No.1 Tahun 2007, luas peruntukan RTH ideal diturunkan menjadi minimal 20%. Bentuk RTH beragam, dan dapat dikategorikan berdasarkan jenis vegetasi yang berada dalam RTH, fungsi, bentuk dan struktur fungsional, dan kepentingan khusus atau tertentu lainnya (Nurisyah, 1996). Tipe RTH berdasarkan pemanfaatannya terdiri dari : (1) RTH yang berlokasi pasti karena adanya tujuan konservasi, (2) RTH untuk keindahan kota, (3) RTH karena adanya tuntutan dari fungsi kegiatan tertentu, seperti lingkungan sekitar pusat kegiatan olahraga yang dibiarkan hijau, (4) RTH untuk pengaturan lau lintas, (5) RTH sebagai sarana olahraga bagi kepentingan lingkungan perumahan, (6) RTH untuk kepentingan flora dan fauna seperti kebun binatang, dan (7) RTH untuk halaman bangunan (Instruksi Menteri Dalam Negeri No.14 tahun 1988).

Carpenter, Walker dan Lanpher (1975) dan Stulpnagel et al. (1990) dalam Nurisjah (2005) menyatakan tanaman sebagai penyusun RTH dapat juga berperan sebagai pelembut suasana keras yang dihasilkan oleh massa bangunan, menolong manusia mengatasi tekanan akibat kebisingan, udara panas, pencemaran di sekelilingnya, sebagai pembentuk kesatuan ruang serta dalam kaitannya dengan perubahan iklim berperan penting dalam pengendali iklim mikro.

2.3 Jasa Fungsi Ekologis Penyimpanan Karbon oleh Vegetasi

Menurut Salisbury (1995), peningkatan CO 2 di atmosfer di seluruh dunia mendapat perhatian karena CO 2 dan beberapa gas lainnya yang disebut gas rumah kaca seperti metana, menyerap lebih banyak energi cahaya pada panjang gelombang panjang daripada panjang gelombang pendek. Panjang gelombang pendek terdapat dominan pada cahaya matahari dan menembus atmosfer, memanaskan bumi dan apa saja yang ada di atas bumi. Bumi kemudian memancarkan panjang gelombang yang lebih panjang (karena bumi jauh lebih dingin daripada matahari) yang diserap oleh gas rumah kaca, yang selanjutnya memancarkan sebagian energi (pada panjang gelombang panjang) kembali ke bumi, sehingga lebih memanaskan bumi lagi. Pemanasan permukaan bumi tersebut dalam waktu ratusan tahun akan mencairkan cukup banyak es di daerah kutub sehingga permukaan air laut akan naik dan menggenangi banyak kota pantai. Perubahan iklim lain yang menyertainya terutama pada pola curah hujan, akan sangat banyak mengubah pertanian dan vegetasi alam. Salah satu upaya mitigasi yang dapat dilakukan adalah sekuestrasi karbon melalui vegetasi.

Sekuestrasi karbon melalui vegetasi dilandasi oleh dua pendapat. Pertama, CO 2 adalah gas yang beredar secara global; konsekuensinya segala usaha untuk

mengurangi GRK di atmosfir akan selalu sama efektifnya apabila dilakukan dimanapun di bagian belahan bumi ini, dekat ataupun jauh dari sumber emisinya.

Kedua, tumbuhan mengambil CO 2 yang ada di atmosfir melalui proses fotosintesis dan menghasilkan gula dan senyawa organik lain yang digunakan untuk metabolisme dan pertumbuhan. Tumbuhan berkayu dengan umur lebih panjang menyimpan karbon di kayu dan jaringan lain sampai tumbuhan tersebut mati dan terdekomposisi, yang pada waktunya akan dilepas kembali ke atmosfir

sebagai CO 2 , karbon monoksida atau metana, atau mungkin saja tetap bersatu dengan tanah sebagai bahan organik (Anderson & Spencer, 1991). Sekuestrasi karbon umumnya diartikan sebagai pengambilan CO 2 secara (semi) permanen oleh tumbuhan melalui fotosintesis dari atmosfer ke dalam komponen organik, atau disebut juga fiksasi karbon (Hairiah et al., 2001). Jaringan tumbuhan bervariasi kandungan karbonnya. Batang dan buah mempunyai lebih banyak karbon per satuan beratnya dibanding dengan daun, sebagai CO 2 , karbon monoksida atau metana, atau mungkin saja tetap bersatu dengan tanah sebagai bahan organik (Anderson & Spencer, 1991). Sekuestrasi karbon umumnya diartikan sebagai pengambilan CO 2 secara (semi) permanen oleh tumbuhan melalui fotosintesis dari atmosfer ke dalam komponen organik, atau disebut juga fiksasi karbon (Hairiah et al., 2001). Jaringan tumbuhan bervariasi kandungan karbonnya. Batang dan buah mempunyai lebih banyak karbon per satuan beratnya dibanding dengan daun,

2.4 Biomassa dan Cadangan Karbon Pohon

Komponen cadangan karbon terbesar dalam vegetasi berasal dari biomassa pohon (Tresnawan & Rosalina, 2002; Onrizal, 2004; Rusolono, 2006; Langi, 2007; Widyasari, 2010) sehingga penetapan besarnya biomassa pohon yang menempati suatu hamparan tegakan adalah bagian paling penting dalam penghitungan potensi karbon (Tabel 1).

Tabel 1. Komponen biomassa pada berbagai tipe ekosistem

C-stok Tipe Ekosistem

Biomassa (ton/ha)

Pohon

Tumbuhan

Pohon Autor

(tC/Ha) Hutan Primer

Tresnawan & (Htn tropis

Rosalina (2002) dataran Rendah) Hutan 1 th setelah

Tresnawan & penebangan (Htn

tropis dataran (2002) rendah) Hutan 3 th setelah

Tresnawan & penebangan (Htn

tropis dataran (2002) rendah) Agroforestry

42,28 Rusolono (2006) Kebun campuran

39,03 Rusolono (2006) Hutan Rakyat

158,39 Cempaka murni

(2007) Hutan Rakyat

Langi Cempaka

52,60 (2007) campuran Hutan Kerangas

Hutan Gambut 4 Widyasari 69,15

th setelah terbakar (2010) Hutan sekunder

Adinugroho bekas kebakaran

(2006) dan pembalakan

Biomassa dinyatakan dalam satuan bobot kering. Biomassa pohon umumnya ditaksir secara tidak langsung dengan menggunakan persamaan alometrik biomassa pohon, yang menyatakan hubungan antara dimensi tertentu dari pohon (misalnya diameter atau tinggi pohon) dengan nilai biomassa total pohonnya. Metode penyusunan persamaan alometrik biomassa dijelaskan oleh banyak penulis, diantaranya dalam MacDicken (1997) ; Hairiah et al. (2001) ; JIFPRO (2001) ; Snowdon et al. (2002). Beberapa penulis (Brown et al., 1989; Brown 1997; Hairiah et al., 1999) menganjurkan digunakannya beberapa persamaan alometrik biomassa pohon yang lebih umum dan dipakai untuk zone iklim yang lebih luas, apabila belum tersedia persamaan alometrik yang lebih spesifik.

Penentuan biomassa pohon dari beberapa jenis pohon dapat digunakan beberapa persamaan alometrik spesifik yang telah tersedia (Hairiah et al. 2001), atau menggunakan persamaan yang menyertakan peubah diameter dan nilai kerapatan kayu sebagaimana disarankan Ketterings et al. (2001) dan Chave et al. (2005). Tabel 3 menyatakan beberapa persamaan yang dapat dipakai untuk penaksiran biomassa pohon.

2.5 Pendugaan Cadangan Karbon Pohon

Untuk menduga biomassa pohon yang hidup, diameter seluruh pohon diukur dan dikonversi ke dalam biomassa dan perkiraan karbon (yaitu 50% dari bobot biomassa). Biomassa pohon yang hidup diduga dengan menggunakan persamaan regresi alometrik biomassa. Persamaan yang berlaku umum untuk pendugaan seluruh hutan dunia telah tersedia dan beberapa khusus dibuat untuk spesies tertentu.

Terdapat perbedaan keperluan inventarisasi karbon pada tahap awal (penetapan garis dasar atau baseline) dan tahap monitoring. Dalam tahap awal, sebagian besar gudang karbon yang relevan perlu dihitung dalam kondisi ada atau tanpa proyek, tetapi dalam tahap monitoring hanya gudang karbon tertentu saja yang diukur dan dijadikan sebagai petunjuk atau model yang dapat dipakai (Brown, 1999). Sathaye et al. (1997) mengusulkan urutan prioritas gudang karbon yang perlu dimonitor dengan mempertimbangkan tingkat atau besarnya pengaruh, laju perubahan persediaan karbon, dan arah perubahan persediaan karbon (positif Terdapat perbedaan keperluan inventarisasi karbon pada tahap awal (penetapan garis dasar atau baseline) dan tahap monitoring. Dalam tahap awal, sebagian besar gudang karbon yang relevan perlu dihitung dalam kondisi ada atau tanpa proyek, tetapi dalam tahap monitoring hanya gudang karbon tertentu saja yang diukur dan dijadikan sebagai petunjuk atau model yang dapat dipakai (Brown, 1999). Sathaye et al. (1997) mengusulkan urutan prioritas gudang karbon yang perlu dimonitor dengan mempertimbangkan tingkat atau besarnya pengaruh, laju perubahan persediaan karbon, dan arah perubahan persediaan karbon (positif

Tabel 2. Matriks keputusan gudang karbon utama yang perlu diukur dan dimonitor untuk berbagai contoh proyek karbon berbasis hutan (Brown, 1999)

Gudang Karbon (carbon pool) Jenis Proyek

Biomassa Hidup

Biomassa mati Produk Tanah

Halus Kasar Kayu Pencegahan emisi -Penghentian deforestasi

Pohon Herba

Akar

YRM -Reduced impact logging

YNM -Perbaikan pengelolaan hutan

YMY Penyerapan Karbon -Hutan tanaman

MRY -Agroforestry

NRM -Pengelolaan karbon tanah

NYN Sustitusi Karbon -Tanaman kayu bakar daur

NY * pendek Y = harus dihitung, karena perubahan yang besar dalam gudang karbon sehingga harus diukur, R = direkomendasikan, karena perubahan dalam gudang karbon mungkin nyata tetapi biaya pengukuran untuk mencapai ketelitian yang diinginkan akan besar, N = tidak perlu, karena perubahan yang kecil atau kurang berarti terhadap gudang karbon, M = mungkin diperlukan, karena perubahan mungkin perlu diukur tergantung tipe hutan dan atau intensitas pengelolaan proyek. * Karbon dalam bahan bakar yang tidak dibakar

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Hulu DAS Kali Bekasi yang secara administratif pemerintahan sebagian besar termasuk ke dalam wilayah Kabupaten Bogor dan

secara geografis berada pada 106 o 49’00” BT sampai 107 07’00” BT dan

06 o 26’00” sampai 06 41’00” (Gambar 3). Kegiatan penelitian berlangsung selama 14 bulan (Juli 2010 – September 2011), dengan pengambilan data di

lapangan selama 4 bulan, yaitu Juli - September 2010, Mei 2011. Penetapan lokasi penelitian pada kawasan Hulu DAS Kali Bekasi dilakukan berdasarkan perbedaan ketinggian, yaitu atas (>600 m dpl), tengah (300-600 m dpl), dan bawah (<300 m dpl), keterwakilan penutupan lahan oleh vegetasi pohon (Hutan Pinus, Hutan alami, Kebun Bambu, Kebun campuran, Pekarangan dan Taman) dan keterjangkauan lokasi serta terintegrasinya kegiatan penelitian dengan aspek penelitian lainnya. Adapun wilayah yang memenuhi kriteria tersebut, yaitu Cimandala (600 m dpl), Landeuh (280 m dpl) dan Leuwijambe (200 m dpl) berturut-turut mewakili Hulu DAS Kali Bekasi bagian atas, tengah dan bawah. Ketiga wilayah tersebut berada di wilayah perdesaan sehingga untuk pembanding di wilayah perkotaan dipilih Sentul City (300 m dpl) yang berada di Hulu DAS Kali Bekasi bagian tengah.

Bawah

Tengah Atas

Gambar 3. Peta lokasi penelitian di kawasan Hulu DAS Kali Bekasi

3.2 Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi vegetasi pada RTH permanen di Hulu DAS Kali Bekasi, Peta DAS Kali Bekasi, Peta Administrasi, Peta Rupa Bumi Indonesia berskala 1:25.000 lembar 1209-141 (Ciawi), 1209-142 (Cisarua), 1209-143 (Bogor), dan 1209-144 (Tajur), Peta Tutupan Lahan tahun 2000, 2003 dan Citra AVNIR-2 2009, flagging tape dan tali raffia, sedangkan alat yang digunakan adalah pita ukur, phi band, GPS, haga hypsometer, kompas dan kamera digital.

3.3 Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian

Penelitian ini difokuskan pada analisis cadangan karbon pohon yang tersimpan pada RTH permanen (hutan, kebun campuran, taman dan pekarangan) pada Hulu DAS Kali Bekasi dalam mendukung upaya penciptaan sebuah harmonisasi pembangunan dalam suatu lanskap. Analisis cadangan karbon yang dilakukan meliputi estimasi cadangan karbon pohon saat ini pada berbagai tipe RTH permanen, keragaman potensi cadangan karbon pohon pada berbagai tipe RTH permanen, korelasi struktur dan komunitas vegetasi dengan cadangan karbon dan estimasi perubahan cadangan karbon seiring dengan terjadinya perubahan penutupan lahan yang pada akhirnya diharapkan dapat menghasilkan rekomendasi jenis dan struktur komunitas vegetasi potensial sebagai karbon sekuester.

Lokasi penelitian difokuskan pada Hulu DAS Kali Bekasi mengingat pada lanskap DAS Kali Bekasi sebagian besar kawasan hijau terdapat pada bagian hulu sedangkan pada bagian tengah dan hilir berupa pemukiman padat. Lokasi pengamatan dilakukan pada 3 bagian wilayah Hulu DAS Kali Bekasi berdasarkan ketinggian yang berbeda serta keterwakilan dari tipe penutupan lahan yang berupa RTH Permanen, yaitu pada Hulu DAS Kali Bekasi bagian atas, tengah dan bawah. Lokasi pengamatan hulu DAS bagian atas berada pada ketinggian >600 m dpl, hulu DAS bagian tengah berada pada ketinggian 300-600 m dpl, dan hulu DAS bagian bawah berada pada ketinggian <300 m dpl.

Lokasi pengamatan kebun campuran dan pekarangan dilakukan pada kampung yang sesuai dengan kriteria keterwakilan ketinggian lokasi tersebut di atas dan keterjangkauan wilayah serta terintegrasinya kegiatan penelitian beberapa aspek lain seperti biodiversitas, pekarangan, bambu, agro industri dan agro wisata Lokasi pengamatan kebun campuran dan pekarangan dilakukan pada kampung yang sesuai dengan kriteria keterwakilan ketinggian lokasi tersebut di atas dan keterjangkauan wilayah serta terintegrasinya kegiatan penelitian beberapa aspek lain seperti biodiversitas, pekarangan, bambu, agro industri dan agro wisata

3.4 Rancangan Penelitian

Penelitian yang akan dilakukan merupakan penelitian survai. Pengumpulan data dalam penelitian survai ini dilakukan melalui cara:

1) Pengamatan langsung di lapangan (direct observation), dilakukan untuk memperoleh data biofisik di lapangan, sampling biomassa dan sekaligus untuk mengklarifikasi kebenaran dari berbagai informasi yang telah diperoleh.

2) Analisis citra, dilakukan untuk klasifikasi penutupan lahan, pendugaan cadangan karbon dalam skala lanskap Hulu DAS Kali Bekasi serta untuk menganalisis perubahan cadangan karbon akibat perubahan penutupan lahan.

3) Studi literatur, dilakukan untuk melengkapi data dan informasi yang diperlukan dalam menunjang kegiatan penelitian. Pengumpulan data di lapangan dilakukan dengan membuat petak pengamatan contoh berdasarkan keterwakilan tipologi penutupan lahan. Ruang lingkup kegiatan penelitian ini meliputi: 1) menganalisis struktur tegakan dan keanekargaman jenis di Hulu DAS Kali Bekasi, 2) menganalisis perubahan Ruang Terbuka Hijau (RTH) permanen DAS Kali Bekasi bagian Hulu, 3) menganalisis cadangan karbon pohon pada Ruang Terbuka Hijau (RTH) permanen DAS Kali Bekasi bagian Hulu saat ini, 4) menganalisis korelasi cadangan karbon pohon dengan struktur komunitas vegetasi.

3.5 Tahapan Kegiatan Penelitian

Secara garis besar tahapan kegiatan penelitian terdiri dari preliminary survey dan pengumpulan peta serta data kondisi biofisik kawasan untuk penentuan lokasi penelitian. DAS Kali Bekasi di pilih menjadi lokasi penelitian, mengingat bahwa DAS ini adalah salah satu DAS yang berpengaruh terhadap terjadinya banjir di Jakarta dan menjadi prioritas pengelolaan DAS oleh BPDAS Citarum – Ciliwung. Berdasarkan preliminary survey dan studi pendahuluan, diketahui bahwa daerah lahan terbangun DAS ini tersebar merata dari bagian tengah sampai hilir. Daerah permukiman yang paling padat berada di bagian tengah sampai hilir DAS sedangkan kawasan hijau lebih banyak tersebar di bagian hulu. Berdasarkan hal tersebut lokasi penelitian difokuskan di Hulu DAS Kali Bekasi.

Setelah penentuan lokasi penelitian selanjutnya dilakukan pengumpulan data di lapangan yang meliputi “ground truthing” dan pembuatan plot sampling penentuan biomassa pohon pada masing-masing tipologi penutupan vegetasi pohon. Data-data yang telah dikumpulkan, yaitu data pengukuran pohon dan citra selanjutnya diolah dan dianalisis yang akhirnya disajikan dalam bentuk tulisan ilmiah. Tahapan kegiatan penelitian secara skematis dapat dilihat pada Gambar 4.

3.5.1 Pengumpulan Data

Secara garis besar pengumpulan data survey mencakup dua kegiatan utama yaitu pengechekan kondisi di lapangan “ground truthing” dan pengumpulan data

tegakan (pengukuran diameter, pendataan jenis dan jumlah pohon) pada plot sampling biomassa pada masing-masing tipologi tutupan lahan bervegetasi pohon.

- Pengecekan kondisi lapangan (Ground truthing) Kegiatan ground truthing dilakukan untuk mendukung kegiatan pengolahan