Analisis Perubahan RTH Permanen Terhadap Cadangan Karbon
4.6 Analisis Perubahan RTH Permanen Terhadap Cadangan Karbon
4.6.1 Dampak Perubahan RTH Permanen Terhadap Cadangan Karbon
Perubahan luasan RTH yang terdapat pada suatu lanskap tentu saja akan berdampak pada potensi yang dimiliki oleh lanskap tersebut dalam mensekuestrasi karbon dioksida. Dengan menggunakan asumsi rata-rata cadangan karbon pada RTH permanen yang dihasilkan pada survei lapang dan rata-rata cadangan karbon pada RTH non permanen berdasarkan Hairiah & Rahayu (2007), yaitu sebesar 3 ton/ha untuk pertanian semusim serta 2,2 ton/ha untuk padang rumput (Roshetko et al ., 2001) maka Hulu DAS Kali Bekasi dengan total luas RTH pada tahun 2000
sebesar 31,64x10 6 ha mempunyai cadangan karbon sebesar 0,84x10 ton atau setara dengan serapan CO 6
2 sebesar 3,06x10 ton, pada tahun 2003 dengan total
luas RTH sebesar 23,61x10 6 ha mempunyai cadangan karbon sebesar 1,08x10 ton atau setara dengan serapan CO 6
2 sebesar 3,97x10 ton sedangkan pada tahun 2009 dengan luasan RTH sebesar 27,81x10 3
ha mempunyai cadangan karbon
sebesar 1,63x10 6 ton atau setara dengan serapan CO
2 sebesar 5,97x10 ton. Terlihat trend peningkatan dalam kemampuan serapan CO 2 pada Hulu DAS Kali Bekasi meskipun pada tahun 2000 hingga 2003 mengalami penurunan luasan total RTH, hal ini disebabkan luasan RTH yang mengalami penurunan adalah RTH non permanen sedangkan RTH permanen berupa kebun campuran mengalami peningkatan. Luasan RTH non permanen mengalami penurunan dari tahun 2000
3 seluas 18,82x10 3 ha (40,74%) menjadi 6,36x10 ha (13,75%) dan pada tahun 2009 semakin menurun dengan luas hanya 1,58x10 3
ha (3,43%). Kondisi ini menggambarkan bahwa besarnya kontribusi RTH permanen dalam fungsinya sebagai penyerap karbon dioksida, meskipun kondisi RTH non permanen mengalami penurunan dari tahun ke tahun tetapi karena terdapatnya RTH permanen mengakibatkan peningkatan kemampuan dalam penyerapan karbon dioksida.
Meskipun demikian terdapatnya tren peningkatan serapan CO 2 ini tidak dapat diartikan akan terjadinya peningkatan serapan CO 2 dari tahun ke tahun pada Meskipun demikian terdapatnya tren peningkatan serapan CO 2 ini tidak dapat diartikan akan terjadinya peningkatan serapan CO 2 dari tahun ke tahun pada
4.6.2 Upaya Peningkatan Cadangan Karbon
Upaya peningkatan cadangan karbon di Hulu DAS Kali Bekasi dapat dilakukan dengan mengoptimalkan areal pada lahan pribadi area seperti pekarangan, kebun campuran dan RTH publik area pada pemukiman modern dengan kombinasi berbagai jenis tanaman lokal yang mempunyai kemampuan daya serap tinggi tetapi juga mampu memberikan manfaat sesuai dengan fungsi pokoknya, misalnya untuk kebutuhan pakan, obat dan kenyamanan pada tipe pekarangan, kebutuhan kayu dan pakan pada tipe kebun campuran serta kebutuhan kenyamanan dan estetika pada tipe RTH.
Penananaman pada areal yang telah ditetapkan sebagai kawasan lindung sudah menjadi keharusan dalam meningkatkan cadangan karbon. Berdasarkan peta tutupan vegetasi dan RTRW Kabupaten Bogor dihasilkan peta tutupan vegetasi pada kawasan lindung di TWA Gn. Pancar (Gambar 36) yang menunjukkan areal seluas 26,468 ha tidak tertutupi vegetasi.
Upaya peningkatan cadangangan karbon dapat dilakukan sebagai salah satu upaya untuk mengurangi emisi CO 2 ke udara dalam rangka mitigasi perubahan iklim tetapi hal ini harus diikuti oleh kesadaran masyarakat untuk mengurangi tingkat emisi CO 2 yang dihasilkan, misalnya dengan mengurangi penggunaan bahan bakar fosil.
Gambar 36. Peta tutupan vegetasi TWA Gn. Pancar
Berdasarkan Tabel 36 dapat dilihat bahwa beberapa jenis tanaman lokal yang ditemukan di Hulu DAS Kali Bekasi seperti ki hujan/trembesi, lame, rasamala, nangka, menteng, gandaria, bintangur, randu, beringin, limus, matoa, kecapi, ki acret, kepel, ketapang mempunyai daya rosot tinggi bahkan sangat tinggi sehingga beberapa jenis tersebut potensial untuk dikembangkan dalam kegiatan penanaman pada areal tanah kosong maupun dalam optimalisasi fungsi pekarangan dan kebun campuran sebagai karbon sekuester. Menurut Dahlan (2007) pemilihan jenis tanaman harus betul-betul diperhatikan dalam pembangunan hutan kota. Jenis pohon yang harus digunakan dalam program penambahan luasan hutan kota adalah jenis berdaya sink sangat tinggi.
Beberapa jenis tanaman potensial tersebut juga tergolong ke dalam jenis tanaman yang mulai jarang dijumpai (menteng, gandaria, limus, kecapi, kepel) sehingga penanaman beberapa jenis tersebut juga dapat mempertahankan biodiversitas yang ada di Hulu DAS Kali Bekasi. Menurut kaidah ekologi Beberapa jenis tanaman potensial tersebut juga tergolong ke dalam jenis tanaman yang mulai jarang dijumpai (menteng, gandaria, limus, kecapi, kepel) sehingga penanaman beberapa jenis tersebut juga dapat mempertahankan biodiversitas yang ada di Hulu DAS Kali Bekasi. Menurut kaidah ekologi
Tabel 36. Daya rosot beberapa jenis tanaman yang ditemukan di Hulu DAS
Kali Bekasi
Daya rosot
Nama
Sum- Nama ilmiah
CO2
Klasifikasi
Manfaat Daerah
(kg/pohon/
Daya Rosot
ber
tahun)
Akasia Acacia mangium
kayu (2 Kemiri
23,26
rendah
kayu, buah (3 Lame
Aleurites moluccana
46,89
rendah
kayu, obat (2 Rasamala
Alstonia scholaris
3.140,00
sangat tinggi
kayu (3 Sirsak
Altingia excelsa
35.336,00
sangat tinggi
Annona muricata
kayu, buah (1 Artocarpus
78,62
sedang
kayu, buah (6 Menteng
Nangka heterophyllus
4.856,00
sangat tinggi
Baccaurea motleyana
670,13
tinggi
kayu, buah (8 bunga
Bauhinia Bauhinia purpurea
3.170,00
sangat tinggi
(7 (keindahan)
Gandaria Bouea macrophylla
kayu, buah (1 Bintangur
557,00
tinggi
obat (1 Randu
Calophyllum inophyllum 914,97
tinggi
kayu (3 Pisitan
Ceiba pentandra
8.606,00
sangat tinggi
kayu, buah (3 Dadap
Dysoxylum nutans
306,14
agak tinggi
keindahan (6 merah
Erythrina cristagalli
0,42
sangat rendah
kayu, Beringin
Ficus benjamina
Manggis Garcinia mangostana
kayu, buah (7 Melinjo
1,85
sangat rendah
Gnetum gnemon
1,20
sangat rendah
kayu, buah, (2 daun
Khaya Khaya senegalensis
keindahan (4 Duku
128,33
sedang
kayu, buah (1 Limus
Lansium domesticum
429,00
agak tinggi
kayu, buah (1 Mangga
Mangifera foetida
638,00
tinggi
kayu, buah (9 Sapu
Mangifera indica
445,30
agak tinggi
keindahan (4 tangan
Maniltoa grandiflora
0,33
sangat rendah
Rambutan Nephelium lappaceum
kayu, buah (1 Jengkol
0,20
sangat rendah
kayu, buah (3 Matoa
Pithecellobium jiringa
0,67
sangat rendah
Pometia pinnata
11.879,00
sangat tinggi
kayu, buah (8 kayu,
Trembesi Samanea saman
204,40
agak tinggi
(4 peneduh
Kecapi Sandoricum koetjape
kayu, buah (2 Ki Acret
522,00
tinggi
Spathodea campanulata
1.605,72
tinggi
kayu, (3 peneduh
Kepel Stelechocarpus burakol
kayu, buah (2 Mahoni
1.108,00
tinggi
kayu, obat (8 Jambu bol
Swietenia mahagony
452,53
agak tinggi
kayu, buah (1 Jati
Syzygium malaccense
109,26
sedang
Tectona grandis
207,00
agak tinggi
kayu (5 kayu,
peneduh (3 Sumber :1) Hariyadi (2008), 2) Lailati (2008), 3) Purwaningsih (2007), 4) Mayalanda (2007), 5) Sinambela (2006), 6)
Ketapang Terminalia cattapa
756,00
tinggi
Ardiansyah (2009) , 7) Imansyah (2010), 8) Gratimah (2009), 9) Karyadi (2005)
Tentu saja dalam pemilihan jenis tanaman banyak aspek yang harus dipertimbangkan dalam keberhasilan kegiatan penanaman selain kesesuian tempat tumbuh sebagai aspek utama yang perlu dipertimbangkan, kesesuaian fungsi tanaman dengan fungsi lahan dan penguasaan teknik silvikuktur jenis merupakan salah satu faktor lain yang harus dipertimbangkan. Lame dan rasamala dapat digunakan pada pengayaan jenis di hutan, beringin akan lebih sesuai ditanam pada daerah perlindungan mata air karena secara alami jenis ini banyak ditemukan pada sekitar sumber mata air, trembesi atau ki hujan dengan tajuknya yang lebar sebaiknya ditanam di pinggir jalan yang sangat padat kendaraan, agar gas CO 2 yang dihasilkan dari kendaraan bermotor dapat diserap dengan baik oleh tanaman tepi jalan. Jenis tanaman multifungsi yang bernilai ekonomi serta berdaya sink sangat tinggi yaitu selain kayunya dapat dimanfaatkan juga sumber pangan akan lebih sesuai jika ditanam di pekarangan dan kebun, sedangkan pada lokasi-lokasi lainnya disesuaikan dengan tujuan-tujuan tertentu, misalnya untuk pelestarian keanekaragaman hayati.