ARAH KEBIJAKAN EKONOMI DAERAH

3.1. ARAH KEBIJAKAN EKONOMI DAERAH

Pembangunan perekonomian Kabupaten Ciamis Tahun 2014- 2019 sebagaimana diamanatkan dalam RPJPD Kabupaten Ciamis pada pelaksanaan RPJMD Tahap Ketiga diprioritaskan pada penguatan dan merintis pemantapan peningkatan produksi daerah melalui pemantapan komoditi unggulan daerah yang mempunyai daya saing regional dan nasional, penguatan iklim berusaha dan investasi : penguatan promosi, kualitas dan kuantitas sarana prasarana pendukung investasi, serta penguatan daya saing kelompok ekonomi produktif dan koperasi yang ditandai dengan tingginya laju pertumbuhan ekonomi (LPE) berkualitas, tinggi dan meratanya PDRB perkapita, semakin menguatnya kemampuan daya beli masyarakat, dan meningkatnya jumlah investasi.

Berdasarkan analisis terhadap indikator makro ekonomi Kabupaten Ciamis tahun 2013 (kondisi masih termasuk Kabupaten Pangandaran), dengan memperhatikan kondisi ekonomi nasional dan global, maka arah pembangunan perekonomian Kabupaten Ciamismasih diprioritaskan pada beberapa sektor yang dominan memberikan kontribusi terhadap PDRB yaitu sektor Pertanian, sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran, serta sektor Jasa-jasa. Ketiga sektor ini memberi kontribusi sebesar 74,16%, dengan demikian apabila fokus pembangunan diarahkan pada ketiga sektor tersebut, maka akan berdampak secara signifikan terhadap peningkatan kinerja perekonomian secara keseluruhan. Sedangkan

kemandirian pangan.

2. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran. Arah pembangunan perdagangan yaitu revitalisasi dan pengembangan prasarana perdagangan (salah satunya penataan pasar tradisional), pembinaan pelaku usaha perdagangan, serta pengembangan pasar modern untuk mendukung pemasaran produk unggulan daerah. Sedangkan pengembangan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) dan koperasi diupayakan pada fasilitasi pembinaan manjemen kelembagaan.Dalam rangka mendukung pengembangan industri dan perdagangan dilaksanakan melalui peningkatan promosi dan kerjasama perdagangan antar daerah dan wilayah, peningkatan promosi investasi, peningkatan kualitas sumber daya manusia pelaku industri kecil, peningkatan kualitas produk unggulan daerah yang dapat memenuhi standar dan kompetitif baik untuk pasar lokal maupun ekspor, penyediaan bahan baku lokal, penguasaan teknologi, optimalisasi sistem tata niaga, pengendalian kenaikan harga-harga yang menurunkan daya beli masyarakat, mengurangi ketergantungan sektor industri, perdagangan dan UMKM terhadap bahan baku penolong dan jasa dari luar daerah, optimalisasi peranan pelaku industri, perdagangan, koperasi & UMKM dalam sektor perekonomian daerah, dan fasilitasi permodalan usaha (peningkatan akses permodalan) dan lembaga penjaminan kredit. Dalam sub sektor pariwisata (hotel dan restoran) diarahkan untuk meningkatkan promosi wisata, serta penguatan jejaring kepariwisataan, optimalisasi peran masyarakat dalam pengembangan kepariwisataan, menciptakan Obyek dan Daya Tarik Wisata yang sesuai dengan standar produk wisata serta menciptakan varian wisata baru yang kompetitif sesuai dengan tuntutan pasar.

3. Sektor Jasa-jasa : mengoptimalkan belanja pemerintah termasuk belanja aparat desa, penyediaan sarana dan prasarana pendidikan meliputi peningkatan layanan pendidikan bagi siswa, kesejahteraan guru, penyediaan layanan kesehatan meliputi peningkatan layanan Rumah Sakit (pemerintah maupun swasta) dan Puskesmas, peningkatan

dimana pada tahun 2011 sebesar 5,11%, dan tahun 2010 sebesar 5,07%. Capaian Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) Kabupaten Ciamis tersebut, masih berada di bawah rata-rata LPE Provinsi Jawa Barat yaitu sebesar 6,06% pada tahun 2013, sebesar 6,21% pada tahun 2012, dan sebesar 6,48% pada tahun 2011. Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Ciamis dan perbandingannya dengan Provinsi Jawa Barat dapat dilihat pada Tabel 3.1 di bawah ini :

Tabel 3.1

Perbandingan Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Ciamis dengan Provinsi Jawa Barat dan Nasional Tahun 2010 - 2013 (Persen)

Tahun KABUPATEN/PROVINSI

2013 2014 Kabupaten Ciamis (%)

2010 2011

2012

5,07

5,11

4,99

5,09 5,02

Provinsi Jawa Barat (%)

6,06 5,07 Sumber : BPS Kabupaten Ciamis

6,10

6,48

6,21

Total angka Produksi Domestik Regional Bruto meningkat dari tahun ke tahun, dengan laju pertumbuhan positif.Hal ini mencerminkan bahwa kegiatan ekonomi produksi secara umum senantiasa meningkat. Capaian PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Kabupaten Ciamis Tahun 2013 meningkat sebesar 3,066 Trilyun Rupiah dibanding tahun 2012, peningkatannya lebih besar dibanding capaian tahun 2012 yang meningkat sebesar 1,835 Trilyun Rupiah dibanding tahun 2011.

Pada tahun 2013 perekonomian Kabupaten Ciamis mengalami peningkatan sebesar 0,2% dibandingkan tahun 2012 yang mencapai LPE sebesar 4,99%. Kemudian pada tahun 2013, sektor pertanian memberikan berkontribusi paling besar terhadap perekonomian Kabupaten Ciamis yaitu berkontribusi sebesar 28,36% dengan percepatan laju pertumbuhan sektor pertanian dari 0,29% pada tahun 2012 meningkat menjadi sebesar 0,67% pada tahun 2013.

Tabel 3.2 Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Ciamis Tahun 2011-2013

Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha (Juta Rupiah)

PDRB (Atas Dasar Harga Berlaku) Tahun 2011-2013 Lapangan Usaha

2011

2012

2013 ***)

Sektor Primer

5.848.923,07

30,23

6.167.949,73

29,12

6.947.162,32 28,65

1 Pertanian

5.789.464,97

29,93

6.104.565,21

28,82

6.875.873,78 28,36

2 Pertambangan dan Penggalian

59.458,11

0,31

63.384,52

0,30

71.288,54 0,29

Sektor Sekunder

2.028.224,09

10,48

2.265.968,03

10,70

2.491.332,67 10,28

3 Industri Pengolahan

1.311.238,76

6,78

1.481.504,93

6,99

1.651.547,16 6,81

4 Listrik, Gas dan Air Bersih

140.371,83

0,73

162.720,12

0,77

175.230,20 0,72

5 Bangunan

576.613,50

2,98

621.742,98

2,94

664.555,31 2,74

Sektor Tersier

11.467.809,22

59,28

12.746.091,60

60,18

14.808.033,43 61,07

6 Perdagangan, Hotel dan Restoran

5.186.933,06

26,81

5.786.263,83

27,32

6.657.779,26 6,81

7 Pengangkutan dan Komunikasi

1.853.494,04

9,58

1.974.171,99

9,32

2.277.862,07 0,72

8 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan

1.090.072,08

5,63

1.222.608,51

5,77

1.425.048,94 2,74

9 Jasa-jasa

3.337.310,04

17,25

3.763.047,27

17,77

4.447.343,16 6,81

Produk Domestik Regional Bruto

19.344.956,38

100,00

21.180.009,36

100,00

24.246.528,42 100,00

Keterangan : ***) BPS, Tahun 2014 (angka sangat-sangat sementara)

Tabel 3.3 Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Ciamis Tahun 2011-2013

Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Menurut Lapangan Usaha (Juta Rupiah)

PDRB (Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2011-20123 Lapangan Usaha

2013 ***) Sektor Primer

2011

2012

2.275.126,72

29,13

2.282.076,26

27,83

2.297.663,79 26,69

1 Pertanian

2.250.368,47

28,82

2.256.817,33

27,52

2.271.891,00 26,39

2 Pertambangan dan

Tabel 3.4 Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan

Kabupaten Ciamis Tahun 2011-2013, Menurut Lapangan Usaha (Persen) TAHUN

LAPANGAN USAHA

2011

2012 2013

1 Pertanian

1,97

0,29 0,67

2 Pertambangan dan Penggalian

2,06

2,02 2,03

3 Industri Pengolahan

6,69

8,38 6,78

4 Listrik, Gas dan Air Bersih

9,36

9,56 9,27

5 Bangunan

3,00

3,91 2,15

6 Perdagangan, Hotel dan Restoran

7,39

7,78 7,82

7 Pengangkutan dan Komunikasi

3,84

3,45 3,46

8 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan

6,83

7,02 7,05

9 Jasa-jasa

6,99

7,37 7,41

PDRB

5,11

4,99 5,01

Kinerja perekonomian Kabupaten Ciamis tahun 2013 yang tergambarkan dari Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan tahun 2000 adalah sebesar Rp 8,61 Trilyun dari tahun 2012 yang sebesar Rp 8,199 Trilyun. Pada tahun 2013, nilai PDRB atas dasar harga konstan tahun 2000 tersebut mengalami pertumbuhan sebesar 5,01% menjadi Rp 8,61 trilyun. Apabila laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Ciamis digunakan sebagai dasar dalam evaluasi kinerja sektor-sektor ekonomi, maka kinerja sektor- sektor pada tahun 2013 dapat dikelompokkan menjadi 3 kelompok, yaitu:

1. Kelompok pertama adalah sektor yang berhasil mencapai pertumbuhan di atas rata-rata LPE Kabupaten Ciamis (>5,01%), terdiri dari Listrik, Gas dan Air Bersih (9,27%); sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (7,82%); Jasa-jasa (7,41%); Keuangan, Persewaan

Berdasarkan pengelompokan kegiatan ekonomi yang dibedakan ke dalam sektor primer, sektor sekunder dan sektor tersier, kinerja masing-masing sektor atas dasar harga berlaku pada tahun 2011 – 2013, masih didominasi oleh sektor tersier, primer, dan yang terakhir sekunder. Total Nilai Tambah Bruto (NTB) dari sektor tersier pada tahun 2013 mencapai Rp. 14,808 Trilyun atau meningkat 0,89 persen dibandingkan tahun 2012 yang mencapai Rp.12,746 Trilyun. Sektor primer ada tahun 2011 mengalami pergeseran ke sektor/lapangan usaha lain sebesar 1,11 persen yaitu dari kontribusi sebesar 30,23% pada tahun 2011 menjadi sebesar 29,12% pada tahun 2012, dan pada tahun 2013 mengalami penurunan atau bergeser ke sektor/lapangan usaha lain sebesar 0,47%menjadi sebesar 28,65%. Kelompok sekunder mengalami penurunan atau bergeser ke sektor/lapangan usaha lain sebesar 0,42 persen atau dari Rp. 2,265 Trilyun (10,70%) pada tahun 2012 menjadi Rp. 2,491 Trilyun (10,28%) pada Tahun 2013.

Tingkat kemakmuran masyarakat secara makro yang digambarkan dengan indikator pendapatan perkapita. PDRB perkapita Kabupaten Ciamis terus mengalami peningkatan selama periode tahun 2012-2013. Tahun 2012, PDRB perkapita atas dasar harga berlaku mencapai Rp.13,55 juta, dan pada tahun 2013 sebesar Rp.15,47 juta. Sementara itu, PDRB per kapita atas dasar harga konstan tahun 2000 meningkat dari Rp 5.25 juta pada tahun 2012 menjadi Rp 5,49 juta pada tahun 2013.

Pertumbuhan ekonomi tahun 2013 cukup memuaskan dan PDRB perkapita yang terus meningkat, dengan kondisi ekonomi yang lebih baik. Ketimpangan pendapatan sedikit berkurang yang tercermin dalam Indeks Gini(IG) pada tahun 2012 mencapai 0,27, dibandingkan tahun 2011 yang mencapai 0,29.

Ketimpangan wilayah yang tercermin dari perbedaan nilai PDRB antar kecamatan di Kabupaten Ciamis, dimana Kecamatan Ciamis dan Kecamatan Banjarsari merupakan

Secara umum, pada tahun 2013 inflasi di Kabupaten Ciamis termasuk ke dalam tingkat inflasi ringan atau inflasi merayap (creeping inflation) adalah inflasi kurang dari 10% per tahun. Pada masa ini inflasi masih wajar dan belum mengganggu perekonomian secara menyeluruh, bahkan inflasi tahap ini diyakini mampu mendorong peningkatan pendapatan nasional.

Tingkat inflasi Kabupaten Ciamis tahun 2013mencapai 7,21% dengan 9 kali inflasi bulanan dan tiga kali deflasi dan mengalami peningkatan dibanding tahun 2012 sebesar

4,31%, dan berada di bawah tingkat inflasi Provinsi Jawa Barat tahun 2013 yaitu sebesar 9,15% .

Pada tahun 2013 terjadi inflasi selama 9 bulan, sedangkan deflasi hanya terjadi selama bulan yaitu pada bulan April, September dan November. Inflasi tertinggi pada bulan Juli yaitu sebesar 3,72 persen sedangkan deflasi tertinggi yaitu pada bulan April yaitu sebesar 0,25 persen.Pada awal tahun yaitu pada Januari 2013 terjadi inflasi sebesar 0,83 persen. Kenaikan harga ini disumbang oleh kelompok Bahan Makanan dengan andil inflasi tertinggi sebesar 0,6193 persen, sedangkan kelompok yang memberikan andil deflasi adalah kelompok Sandang sebesar 0,0399 persen. Bulan Februari terjadi inflasi sebesar 0,91 persen dengan kelompok yang memberikan andil inflasi tertinggi adalah kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar sebesar 0,3137 persen. Pada bulan Maret terjadi inflasi sebesar 0,44 persen dengan Kelompok Bahan Makanan sebagai penyumbang tertinggi terjadinya inflasi yaitu sebesar 0,25 persen, kelompok bahan makanan deflasi sebesar 0,2191 persen.

Pada bulan April 2013 terjadi deflasi sebesar 0,25 persen, dengan kelompok yang memberikan andil deflasi adalah kempok makanan sebesar 0,2156 persen. Bulan Mei sampai dengan Agustus terjadi inflasi masing-masing sebesar 0,04 persen pada bulan Mei, sebesar 0,84 persen pada bulan Juni, sebesar 3,72 persen pada bulan Juli dan sebesar 0,36

(BPS) Kabupaten Ciamis, dari total penduduk usia kerja (15 tahun ke atas), sekitar dua pertiga penduduk Kabupaten Ciamis termasuk dalam angkatan kerja. Pasar tenaga kerja Kabupaten Ciamis juga ditandai dengan tingginya angka kesempatan kerja. Hal ini dapat dilihat pada tingginya persentase penduduk usia kerja yang bekerja yang besarnya mencapai lebih dari 65,18 persen pada tahun 2012. Menurut struktur umurnya, penduduk Kabupaten Ciamis tahun 2012 didominasi oleh kelompok usia produktif (15-64 tahun) sebanyak 1.018.746 orang (65,18%), sisanya kelompok usia muda (0-14 tahun) sebanyak 415.597 orang (26,72%) dan usia tua (75 tahun keatas ) sebanyak 126.540 orang (8,10%).

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Kabupaten Ciamis Tahun 2012 mengalami penurunan yang cukup signifikan dari Tahun 2011, yaitu sebesar 8,44 pada Tahun 2011 menjadi sebesar 5,28 pada Tahun 2012 walaupun jumlah angkatan kerja mengalami kenaikan dari Tahun 2011 sebesar 711.501 orang menjadi 790.395 orang. Penurunan tingkat pengangguran ini ditunjang dengan tingkat kesempatan kerja yang menunjukkan peningkatan dari sebesar 91,56 pada Tahun 2011 menjadi sebesar 94,72 pada Tahun 2012. Meningkatnya aktivitas perekonomian pada beberapa sektor perekonomian, mendorong penyerapan tenaga kerja yang besar terutama sektor perdagangan hotel dan restoran.

Upah Minimum Kabupaten (UMK) Ciamis terus mengalami peningkatan. UMK Kabupaten Ciamis meningkat dari Rp 741.800 pada tahun 2011 menjadi Rp. 854.075 pada tahun 2012.

Tabel 3.5 Indikator Ketenagakerjaan dan Kemiskinan di Kabupaten Ciamis Tahun 2012-2013

No.

Indikator

Tahun 2012

Tahun 2013

1 Penduduk Miskin

Jumlah (orang)

147.292 Persentase (%)

148.600

9,61

9,4

2 Indikator Ketenagakerjaan

naiknya angka garis kemiskinan tiap tahunnya. Jika tidak diiringi dengan peningkatan pendapatan penduduk akan memicu semakin lebarnya kesenjangan pendapatan penduduk dengan garis kemiskinan, itu artinya jumlah penduduk terkategori miskin semakin meningkat.

Berbagai kebijakan telah disusun dalam upaya penanggulangan kemiskinan dalam bentuk program penanggulangan kemiskinan dengan dukungan anggaran pusat, provinsi maupun pemerintah daerah tentunya tercermin dari penurunan jumlah peduduk miskin.

Penduduk miskin pada tahun 2013 di Kabupaten Ciamis menurut perhitungan sementara mencapai jumlah 147.292 jiwa atau 9,4%. Kondisi ini lebih baik dibandingkan tahun 2012 yang mencapai 148.600 jiwa atau 9,61% atau turun sebesar 0,21%, sehingga masih banyak upaya yang harus dilaksanakan untuk lebih menurunkan angka kemiskinan ini.

Gambaran perkembangan Indikator Makro Ekonomi Kabupaten Ciamis tahun 2011 sampai dengan tahun 2013, serta Proyeksi Tahun 2014 dan 2015 yang telah diuraikan diatas, dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 3.6 Perkembangan Indikator Makro Kabupaten Ciamis

Tahun 2011 – 2013 dan Proyeksi 2014 – 2015

Proyeksi No

Realisasi

Indikator Makro

Satuan

Tahun2011

Tahun2012

Tahun2013

Tahun 2014 Tahun 2015

1. PDRB (Harga Berlaku)

Juta Rupiah

19.344.956,377

21.180.009,364

24.246.528,42

19.602.339,48 21.793.428,79

2. PDRB (Harga Konstan)

Juta Rupiah

7.809.162,935

8.199.225,336

8.610.146,70

6.561.645,30 6.893.129,21

3. Tingkat Pertumbuhan Ekonomi/ PDRB Harga Konstan tahun tertentu

5,05 5,05 (LPE)

5,11

4,99

5,01

4. Tingkat Inflasi

4,98

4,31

7,21

7,47 7,04

5. Struktur PDRB Pendekatan Produksi atau Sektoral

(Harga Berlaku) : - Pertanian

Juta Rupiah

5.789.464,97

6.104.565,21

6.875.873,78

4.871.799,65 5.198.172,87

3.1.2 Tantangan dan Prospek Perekonomian Daerah Tahun 2014 dan PerkiraanTahun 2015

Perkembangan perekonomian Kabupaten Ciamis baik secara langsung maupun tidak langsung dipengaruhi oleh fenomena-fenomena yang berkembang saat ini dan yang akan datang, baik pada prospek tataran global, nasional, lingkungan regional Jawa Barat,

dan lingkungan Kabupaten Ciamis sendiri.

Global dan Nasional

Pertumbuhan ekonomi global hanya akan meningkat dari 2,8 persen pada 2013 menjadi 3,1% pada tahun 2014. Hal ini disebabkan karena sebagian besar perekonomian dunia masih menghadapi banyak kendala struktural dan kendala kebijakan yang menghambat investasi lebih banyak dan pertumbuhan produktivitas yang lebih cepat.Perekonomian global masih diwarnai oleh ketidakpastian dan resiko yang masih cukup tinggi terkait dengan proses pemulihan ekonomi di sejumlah negara maju yang belum menemukan titik terang serta berbagai krisis geopolitik yang terjadi di kawasan Timur Tengah. Pertumbuhan ekonomi AS diperkirakan meningkat dari 1,6 persen tahun 2013 menjadi 2,3 persen pada tahun 2014. Perekonomian Eropa akan lebih baik, keluar dari krisis, tercermin pada LPE yang positif sebesar 0,8 persen, padahal pada tahun 2013 diperkirakan terkontraksi sebesar 0,3 persen. Jepang tetap tumbuh stabil 0,8 persen.

Sementara itu di kawasan regional, pertumbuhan PDB di negara berkembang secara keseluruhan diperkirakan akan turun sedikit sebesar 0,1 persen menjadi 4,6 persen pada tahun 2014. Hal ini merupakan dampak dari melambatnya pertumbuhan China dari 7,5 persen pada 2013 menjadi 7 persen pada tahun 2014. Sementara itu, harga komoditas global masih mengalami tren penurunan. Kondisi-kondisi tersebut diperkirakan akan

Indonesia juga ada pada kestabilan perekonomian secara makro. Di tengah krisis global yang melanda AS dan Eropa, secara meyakinkan ekonomi makro Indonesia tetap tumbuh bahkan diatas 6%. Hal tersebut menunjukkan adanya kebijakan makro ekonomi yang tepat.

Dari sisi usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM), Indonesia terbukti lebih tahan terhadap krisis ekonomi. Sebanyak 50% kontribusi pertumbuhan ekonomi disumbangkan oleh UMKM dan 90% pengusaha Tanah Air merupakan UMKM. Saat ini, Indonesia termasuk

dalam GDP ekonomi terbesar dunia di urutan ke-16 dengan 45 juta kelas menengah. Sebanyak 53% populasi di kotamenyumbangkan 71% GDP total dengan 55 juta tenaga kerja terampil dari 118 juta tenaga kerja. Peluang pasar Indonesia saat ini mencapai US$0,5 triliun per tahun.Pada 2030, Indonesia akan menjadi negara dengan GDP ekonomi terbesar ke-7 dunia dengan 135 juta kelas menengah. Populasi di kota juga akan meningkat menjadi 71% dan menyumbangkan 86% GDP total. Nantinya diperkirakan sebanyak 113 juta tenaga kerja terampil ada di Indonesia dengan peluang pasar mencapai US$1,8 triliun.

Jawa Barat

Memperhatikan kondisi dan dinamika perekonomian daerah, nasional maupun global beberapa tahun sebelumnya serta proyeksi perkembangan ekonomi daerah, nasional, dan internasional, secara makro pada tahun 2015-2016 prospek pertumbuhan ekonomi Provinsi Jawa Barat diprediksikan masih dalam kondisi yang cukup stabil meskipun dihadapkan pada tantangan kondisi pemulihan perekonomian global yang penuh ketidakpastian. Dengan memperhatikan kondisi tersebut, indikator makro ekonomi Provinsi Jawa Barat diproyeksikan sebagai berikut:

Tabel 3.7. Proyeksi Indikator Makro Ekonomi Jawa Barat Tahun 2015-2016

yang menurun. Pada tahun 2015 TPT akan berada pada kisaran 8,0 – 7,5 persen dan tahun 2016 sekitar 7,5 – 7,0 persen.

Sisi permintaan, tekanan terhadap kinerja perekonomian diperkirakan dipengaruhi oleh melambatnya konsumsi rumah tangga dan ekspor, sementara komponen lainnya seperti konsumsi pemerintah, impor dan investasi menjaga kinerja perekonomian secara umum tetap stabil. Konsumsi pemerintah yang lebih ekspansif, impor yang cenderung melambat serta investasi yang stabil diperkirakan menjadi komponen-komponen yang membantu mempertahankan kinerja perekonomian Jawa Barat yang tetap stabil. Resiko ketidakpastian global dan perkiraan melambatnya konsumsi domestik pada tahun 2014 dan 2015 menjadi landasan perkiraan melambatnya kinerja ekspor luar negeri maupun antar daerah. Sementara itu investasi diperkirakan relatif stabil dengan kecenderungan meningkat yang dilandasi oleh perkiraan investasi swasta relatif stabil sementara investasi pemerintah lebih ekspansif. Investasi diperkirakan terus berlanjut di tahun 2014 dan 2015, terutama dalam bentuk investasi non bangunan.

Ekspor diperkirakan tetap bertumbuh tinggi dengan kecenderungan melambat yang dipengaruhi oleh kemungkinan konsumsi tahun 2014-2015 yang tertahan dan perkembangan eksternal yang diliputi resiko ketidakpastian. Di sisi lain, perekonomian global yang masih diliputi ketidakpastian dan resiko terkait lambatnya proses pemulihan ekonomi di sejumlah negara maju dan krisis geopolitik di kawasan Timur Tengah serta menurunnya proyeksi perekonomian China diperkirakan akan berdampak terhadap kinerja ekspor Jawa Barat ke luar negeri.

Secara sektoral, sektor utama Jawa Barat seperti sektor industri pengolahan dan PHR diperkirakan masih akan menjadi sumber utama pertumbuhan ekonomi pada tahun 2014- 2015. Perkembangan nilai tukar Rupiah yang cenderung membaik terhadap dolar AS diperkirakan berdampak terhadap kinerja perusahaan manufaktur dengan orientasi domestik

e. Infrastruktur meningkat (kualitas dan kuantitas)

f. Kredit meningkat

2. Kelemahan

a. Konflik dalam penetapan UMK yang mempengaruhi produksi

b. Perubahan cuaca akan berdampak pada produksi

c. Potensi dampak lanjutan perubahan harga-harga yang diatur pemerintah terhadap ongkos produksi dan volume produksi

d. Adanya ketimpangan yang cukup besar pada PDRB antar Kabupaten/Kota di Jawa Barat.

e. Proporsi angka kemiskinan dan pengangguran walaupun ada kecenderungan menurun tetapi pada beberapa tahun ke depan diperkirakan masih relative besar, sehingga program pengentasan kemiskinan dan penciptaan lapangan kerja harus masih menjadi prioritas.

3. Peluang

a. Mulai pulihnya permintaan ekspor Eropa dan Amerika

b. Ekspansi fiskal pemerintah pusat dan daerah berdampak positif terhadap sektor usaha

c. Stabilitas politik yang terjaga berdampak terhadap stabilitas ekonomi

4. Tantangan

a. Menjaga stabilitas nilai tukar dan stabilitas harga

b. Memperbaiki kualitas pelayanan birokrasi

c. Peningkatan target indeks daya beli masyarakat Jawa Barat tahun 2014, sehingga perlu adanya upaya-upaya yang kongkrit untuk mencapai target tersebut.

d. tantangan perubahan iklim dan out break hama penyakit, dikhawatirkan produksi

j. Penciptaan keterkaitan pembangunan perkotaan dan pedesaan.

Khusus untuk menghadapi berbagai tantangan tersebut, Jawa Barat mempunyai potensi sumberdaya alam dan sumber daya manusia yang dapat dianggap sebagai prospek dalam menghadapi tantangan tersebut. Prospek perekonomian Jawa Barat adalah:

1. Internal

a. Bidang Pertanian/pangan Jawa Barat memiliki lahan pertanian yang cukup luas, dengan jumlah petani yang cukup banyak, serta komoditas yang cukup beragam ditunjang keberadaan Waduk Jatigede

b. Bidang Industri Jawa Barat memiliki industri yang banyak baik skala besar, menengah, kecil dan mikro

c. Bidang Energi Jawa Barat memiliki sumber daya alam sumber energy alternative yang cukup banyak, baik dari bahan tambang maupun komoditas pertanian.

d. Bidang Teknologi Jawa Barat memiliki Perguruan tinggi ternama dan lembaga litbang departemen maupun non departemen yang cukup banyak.

2. Eksternal

a. Kelangkaan pangan di tingkat global dan nasional Merupakan peluang bagi pertanian Jawa Barat dalam pemasaran produk pertanian dan olahannya.

b. Pergeseran kekuatan ekonomi ke Asia  Jawa Barat sebagai kawasan industri terbesar di Indonesia mempunyai peluang

Tahun 2015 merupakan tahapan ke-2 pada rangkaian pembangunan jangka menengah tahun 2013-2018. Dengan mempertimbangkan kondisi perekonomian saat ini serta tantangan dan prospek perekonomian Jawa Barat ke depan, maka pada tahun 2015 diperlukan kerangka perekonomian Jawa Barat sebagai berikut:

1. Perlu mendorong laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten/Kota yang relatif rendah dengan memacu sektor unggulan masing-masing kabupaten/kota tersebut.

2. Pengendalian jumlah penduduk, penyediaan lapangan kerja dan penurunan angka kemiskinan, serta peningkatan daya beli masih tetap menjadi prioritas pada pembangunan Jawa Barat tahun 2015.

3. Regulasi perizinan yang pro bisnis (perijinan kondusif) dan membenahi permasalahan yang menghambat laju investasi dan daya saing produk.

4. Peningkatan penerapan inovasi untuk meningkatkan daya saing daerah dan ekonomi kreatif.

5. Peningkatan produk pangan melalui perbaikan sistem perbenahan intensifikasi, proteksi, pengolahan hasil, fasilitasi sarana produksi, perbaikan infrastruktur pertanian (irigasi dan jalan).

6. Peningkatan ekplorasi dan pengembangan sumber energi alternatif.

7. Peningkatan peran swasta, yang salah satunya peningkatan CSR (peningkatan pendanaan kontribusi dana CSR dan peningkatan sinegritas pembangunan).

8. Peningkatan daya saing tenaga kerja Jawa Barat dalam rangka diberlakukannya Asean Economic Community tahun 2015 (untuk memanfaatkan potensi jumlah tenaga kerja Jawa barat dan peluang pasar tenaga kerja dan usaha).

Sejalan dengan membaiknya perekonomian global, nasional dan regional Jawa Barat

penyederhanaan proses perizinan, meningkatkan berbagai aktivitas promosi produksi dan investasi di Kabupaten Ciamis.

Begitupun halnya dengan prioritas pembangunan di dalam dokumen rencana pembangunan jangka panjang Kabupaten Ciamis. Pertama, pengembangan sarana dan prasarana pendukung investasi dapat menunjang kegiatan investasi baik oleh pelaku ekonomi lokal maupuan dari luar. Pengembangan tersebut berpotensi besar untuk menarik investor dalam mengembangkan usahanya di Kabupaten Ciamis. Sarana dan prasarana pendukung investasi yang memadai dapat mengurangi tekanan biaya transaksi bagi seluruh pelaku usaha termasuk investor, sehingga memberikan keadaan ekonomi yang dapat menunjang profitabilitas usahanya. Kedua, penataan agribisnis dapat mengungkit salah satu masalah pada sektor pertanian. Khususnya, pada sektor hilir, penataan agribisnis dapat memperluas informasi permintaan pasar produk pertanian primer, dan lebih dari itu dapat mempertajam sinyal pasar bagi petani dan pelaku usaha yang menjadi rantai berikutnya. Ketiga, profesionalisme manajemen pariwisata berpotensi untuk menambah arus masuk wisatawan ke Kabupaten Ciamis. Implikasinya, kegiatan ekonomi perdagangan-hotel- restoran akan turut terungkit, dan sektor tersebut memiliki potensi besar untuk berkembang. Bahkan rencana tersebut akan paralel dengan potensi pengembangan investasi. Sektor pariwisata menjadi alternatif investasi bagi calon investor. Keempat, pengembangan kawasan agropolitan dan lumbung padi, berpotensi untuk meningkatkan kinerja ekonomi sektor pertanian, perdagangan komoditi pertanian, dan industri pengolahannya. Prioritas pembangunan ini dapat berjalan bersama dengan program pengembangan industri rumahtangga pengolan produk pertanian dan kehutanan menjadi produk unggulan baru. Kelima, revitalisasi dan pengembangan sarana perdagangan dan pengembangan pasar modern berpotensi untuk semakin memperkuat peranan ekonomi sektor perdagangan di Kabupaten Ciamis. Keenam, program peningkatan promosi dan kerjasama perdagangan dan

potensi ini bisa memperoleh respon yang lambat karena terdapat katup-katup yang menghalanginya. Sehingga, salah satu tugas pemerintah daerah adalah membuka katup tersebut supaya potensi perkembangan ekonomi bisa terealisasi. Arah kebijakan strategisnya adalah memperkuat keterkaitan suatu lapangan usaha dengan lapangan usaha lainnya, supaya hasil produksi suatu lapangan usaha lokal dapat menunjang kegiatan ekonomi lapangan usaha lokal lainnya. Setidaknya, arah kebijakan strategis ini akan memberikan manfaat berupa rendahnya biaya transportasi yang menunjang efisiensi kegiatan ekonomi setiap lapangan usaha. Hanya saja, biaya transaksi yang rendah juga bisa tertutupi potensinya oleh tingginya biaya transaksi (transaction cost) yang mencakup biaya untuk memperoleh informasi, negosiasi, monitoring, koordinasi dan penegakan hukum atau regulasi. Keberadaan biaya transaksi yang tinggi dapat menekan efisiensi produksi dan aspek pemerataan pendapatan.

Sektor Pertanian dan sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran merupakan dua lapangan usaha yang memiliki kontribusi tertinggi dalam perekonomian Kabupaten Ciamis. Hampir separuh PDRB Kabupaten Ciamis bersumber dari kedua sektor tersebut, dan secara berurutan berikutnya diikuti oleh Jasa-jasa, Pengangkutan dan Komunikasi, Industri Pengolahan, Keuangan-Persewaan dan Jasa Perusahaan, Bangunan, Listrik-Gas-Air Bersih, serta Pertambangan dan Penggalian.

Laju pertumbuhan ekonomi di sektor pertanian pada tahun 2015 diperkirakan mengalami pertumbuhan yang tetap dibandingkan dengan tahun 2014, terkait dilaksanakan program-program unggulan pertanian terpadu, peningkatan sarana dan prasarana dan peningkatan kinerja penyuluh pertanian. Namun demikian terdapat fenomena yang harus direspon terkait dengan perubahan iklim yang mendorong perubahan cuaca, mengingat aktivitas budidaya pada sektor pertanian sangat dipengaruhi oleh cuaca dan antisipasi kemungkinan adanya kenaikan harga pupuk akibat pengurangan subsidi.

Kabupaten Ciamis dapat dioptimalkan dan disertai dengan tata kelola ekonomi yang baik, untuk mempercepat pembangunan dan pengurangan pengangguran dan kemiskinan. Pencapaian ke arah prediksi ekonomi makro yang optimis, tentunya menjadi tantangan ke depan yang harus disikapi oleh pemerintah daerah dengan cara melakukan terobosan- terobosan/inovasi-inovasi dalam perencanaan pembangunan daerah, misalnya dengan cara pendekatan pembangunan industri wilayah untuk mencapai daya saing daerah melalui pencapaian skala ekonomis.

Bila dilihat dari kontribusinya, perekonomian Kabupaten Ciamis masih ditopang oleh sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR)dan sektor Pertanian. Pada periode tahun 2014 sampai tahun 2015, Sektor Pertanian diprediksikan akan memiliki kontribusi sekitar 24,85% pada tahun 2014, dan 23,85% tahun 2015. Sedangkan sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran diprediksikan akan menyumbang sekitar 26,31% untuk tahun 2014, dan 26,88% pada tahun 2015 dalam pembentukan PDRB atas dasar harga berlaku secara keseluruhan.

Tabel 3.8 Proyeksi Kontribusi Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Ciamis Tahun 2014-2015 Menurut Lapangan Usaha (ADH Berlaku)

Sektor

2014

2015

1. Pertanian

24,85

23,85

2. Pertambangan & penggalian

0,17

0,17

3. Industri pengolahan

8,12

8,34

4. Listrik, gas, dan air minum

0,82

0,87

5. Konstruksi

2,89

2,87

6. Perdagangan, hotel & restoran

26,31

26,88

7. Pengangkutan & komunikasi

11,71

11,35

8. Keuangan, Persewaan& jasa perusahaan

6,49

6,66

9. Jasa-jasa

18,63

19,01

Selama lima tahun terakhir volume APBD Kabupaten Ciamis terus meningkat secara nyata. Namun demikian kita masih dihadapkan pada kurangnya fasilitasi pendanaan melalui APBD dibandingkan dengan kebutuhan yang didasarkan pada aspirasi dan tuntutan masyarakat.Keterbatasan keuangan daerah dalam pembiayaan pembangunan daerah berimplikasi luas terhadap perekonomian daerah. Untuk itu, perlu dilakukan inovasi melalui sumber pembiayaan lainnya selain APBD.

Berdasarkan kondisi perekonomian saat ini dan tantangan serta prospek perkonomian mendatang maka arah kebijakan perekonomian Kabupaten Ciamis tahun 2015 adalah :

1. Pengembangan kawasan-kawasan strategis ekonomi seperti pengembangan kawasan agropolitan dan lumbung padi, pengembangan sentra-sentra produksi andalan, percepatan pembangunan pertanian melalui revitalisasi pembangunan pertanian, kehutanan dan perikanan, serta pembangunan perdesaan melalui peningkatan produksi dan produktivitas komoditi pertanian serta pengembangan diversifikasi usaha di perdesaan, pemberdayan ekonomi rakyat dan memperluas cakupan program pembangunan yang berbasis masyarakat serta pengembangan produk unggulan daerah dalam rangka peningkatan daya saing.

2. Pemberdayaan ekonomi masyarakat, termasuk memberdayakan peranan koperasi dan UKM, melalui peningkatan sumber daya manusia dalam hal manajerial dan teknis untuk mendorong penguatan daya saing produk, fasilitasi kemudahan akses permodalan bagi UKM, fasilitasi promosi produk-produk unggulan daerah (perluasan akses pasar) dan promosi pariwisata untuk mendatangkan wisatawan.

3. Meningkatkan potensi penyerapan tenaga kerja dan penyiapan tenaga kerja terampil;

4. Memperkuat sektor industri manufaktur/pengolahan yang akan menyerap produk pertanian lokal (yang telah berkembang dan yang akan dikembangkan) meliputi potensi tanaman pangan, perkebunan, peternakan, hutan rakyat, dan perikanan budidaya.