1 . Aksesibilitas dan kualitas layanan pendidikan .

1 . Aksesibilitas dan kualitas layanan pendidikan .

Kebijakan alokasi anggaran pendidikan 20% dilaksanakan pada APBD Kabupaten Ciamis Tahun 2014, kebijakan tersebut perlu ditingkatkan proporsinya pada Tahun 2016.

c. Masih kurangnya dana Bantuan Operasional pendidikan terutama untuk tingkat pendidikan menengah.

d. Terbatasnya sarana dan prasarana pendidikan, sehingga masih banyak anak yang tidak terakses pendidikan.

e. Masih banyaknya bangunan sekolah yang rusak terutama SD/MI.

f. Masih kurangnya tenaga pendidik terutama untuk guru produktif di SMK dan tenaga

g. Kependidikan (TU, Penjaga Sekolah, Pustakawan, Laboran).

h. Masih rendahnya angka melanjutkan sekolah dari SMP/MTS ke SMA/SMK/MA.

i. Masih rendahnya APK PAUD. j. Masih kurangnya tenaga pendidik PAUD yang memenuhi kualifikasi. k. Belum jelasnya status kepegawaian guru PAUD terutama guru PAUD non formal.

2. Aksesibilitas dan mutu pelayanan kesehatan Pembangunan bidang kesehatan harus lebih difokuskan pada peningkatan sarana pelayanan kesehatan sebagai upaya untuk meningkatkan Angka Harapan Hidup (AHH) melalui penurunan Angka Kematian Bayi (AKB), Angka Kematian Ibu (AKI) serta Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).

Permasalahan yang masih ditemui di bidang kesehatan adalah masih terbatasnya sarana dan prasarana serta tenaga kesehatan, sementara tuntutan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan cenderung semakin meningkat. Perilaku hidup bersih dan sehat juga masih relatif rendah, walaupun pembinaan terhadap desa sehat siaga terus dilakukan yang telah mencakup 265 desa/kelurahan. Selain daripada itu, AKI dan AKB masih relatif tinggi walaupun selama 5 tahun terakhir mengalami penurunan yang signifikan. Begitu juga kasus penyakit menular terutama DBD, HIV/ AIDS, TBC, dan Malaria masih tinggi, serta kasus gizi buruk masih ditemui walaupun

c. Kondisi perekonomian nasional yang belum stabil berpengaruh terhadap lemahnya investasi di Kabupaten Ciamis, di lain pihak pengembangan komoditas unggulan memerlukan padat modal sehingga tidak sebanding dengan harga produknya. Kaitan dengan hal tersebut hanya beberapa komoditas saja yang masih dipandang layak untuk dikembangkan.

d. Dengan diberlakukannya perdagangan global, belum diimbangi dengan kesiapan para pelaku usaha lokal, sehingga tingkat daya saing dengan produk impor semakin melemah.

e. Masih lemahnya posisi tawar produk pertanian, peternakan, perkebunan, kehutanan.

f. Masih belum tertatanya tataniaga produk pertanian, peternakan, perkebunan, kehutanan.

g. Masih minimnya sarana prasarana infratruktur penunjang kegiatan perekonomian masyarakat. Tantangan yang besar dalam pembangunan ketahanan pangan adalah adanya tingkat permintaan pangan dan diperlukannya ketersediaan pangan yang besar dan harus terus ditingkatkan sebagai implikasi dari jumlah penduduk Kabupaten Ciamis yang relatif besar dan terus mengalami pertumbuhan. Dengan demikian pembangunan ketahanan pangan dari sisi aspek ketersediaan dituntut untuk mampu meningkatkan kapasitas produksi dari waktu ke waktu, sementara di lain pihak ketersediaan lahan baik secara kuantitas maupun kualitas semakin terbatas. Peningkatan permintaan tidak hanya didorong oleh adanya pertumbuhan penduduk, tetapi juga peningkatan pendapatan perkapita, serta oleh adanya kesadaran akan kesehatan serta pergeseran pola makan.

Pencapaian AKG (Angka Kekurangan Gizi) yang belum terjadi secara merata baik antar golongan masyarakat maupun antar wilayah pedesaan dan perkotaan.

f. Mengusulkan penetapan status pengelolaan lahan eks HGU kepada pemerintah pusat.

g. Rendahnya pengendalian mutu dan keamanan pangan.

h. Sistem distribusi pangan yang belum efisien.

i. Perkembangan harga yang masih sangat fluktuatif dan cenderung meningkat. j. Masih lemahnya dukungan infrastruktur produksi pangan. k. Rendahnya kondisi Nilai Tukar Petani. l. Sumberdaya dan kelembagaan petani masih tradisional. m. Belum optimalnya peningkatan nilai tambah produk pertanian. n. Keterbatasan dalam mengkases pembiayaan alternatif.

Ketahanan pangan lebih di fokuskan pada komoditas beras, jagung, kedelai dan ketersediaan protein hewani. Sasaran yang ingin dicapai antara lain meningkatnya produksi beras, jagung, kedelai, ternak dan ikan, terpenuhinya stok beras, tertatanya distribusi dan perdagangan beras, jagung, kedelai, ternak dan ikan dan menurunnya tingkat kehilangan pasca panen.

4. Iklim usaha, pelaku UMKM dan pengembangan destinasi wisata Kondisi UMKM di Kabupaten Ciamis saat ini ditengarai banyaknya koperasi

/KUD yang kondisinya sudah tidak sehat dan memprihatinkan, sehingga banyak yang sudah tidak beraktifitas lagi. Selain itu kurang dikuasainya manajemen umum oleh pengurus maupun anggota, dan kelembagaan Koperasi tersebut yang belum baik. Permodalan masih terbatas, dan aktiva serta likuiditas belum termasuk dalam standar koperasi yang sehat. Keterbatasan akses pembiayaan terhadap lembaga pembiayaan. Kemampuan berwirausaha kurang yang berdampak terhadap

Jumlah Penduduk Kabupaten Ciamis pada Tahun 2014 berjumlah 1.180.211 orang, namun dari sisi kualitas pendidikan yang masih belum baik, akses kepada kesehatan yang masih kurang, pendapatan yang rendah, kebutuhan kalori belum mencukupi mengakibatkan masih tingginya angka kemiskinan. Dampak dari kemiskinan tersebut adalah ketidakcukupan pengeluaran/belanja, kesehatan yang rendah, pendidikan rendah atau buta huruf, terisolir secara sosial, rasa tidak aman, kurangnya kebebasan dan beraspirasi, serta ketidakberdayaan. Penurunan penduduk miskin harus dilakukan secara komprehensif yang melibatkan berbagai komponen/stakeholder.

Masalah kemiskinan dan pengangguran masih merupakan persoalan yang belum terselesaikan dari tahun-tahun sebelumnya, pada Tahun 2014 penduduk miskin Kabupaten Ciamis mencapai 99.610 orang. Munculnya permasalahan baru yang menyebabkan kecenderungan meningkatnya kemiskinan dan pengangguran yang disebabkan oleh faktor eksternal yaitu krisis ekonomi global yang menimbulkan pemutusan hubungan kerja, serta masih rendahnya tingkat pendapatan masyarakat khususnya kalangan petani akibat dari masih rendahnya nilai tukar produk pertanian dan fluktuasi harga produk pertanian.

Kondisi ketenagakerjaan di Kabupaten Ciamis menunjukkan perkembangan yang cukup berarti akan tetapi pertumbuhannya masih rendah. Hal ini menjadi tantangan di masa mendatang untuk lebih menciptakan lapangan kerja baru untuk menurunkan angka pengangguran yang masih tinggi.

Secara umum tingkat Partisipasi Angkatan Kerja mengalami penurunan hal ini disebabkan adanya Penerimaan Calon Pegawai Negeri Sipil, dan Pengangkatan Tenaga Guru Kontrak. Sedangkan meningkatnya tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Tahun 2014 didorong adanya program kegiatan pemberian kerja sementara Sistem Padat Karya.

Angka beban tanggungan kembali berkurang selama kurun waktu 2013-2014 hal

Jenis pelatihan keterampilan yang dilaksanakan UPTD-KLK kurun waktu Tahun 2013 sampai Tahun 2014 adalah border, las listrik, bubut kayu, komputer, bengkel sepeda motor, perikanan, elektronik, processing hasil pertanian, menjahit, anyaman, pelatihan bagi narapidana dan fasilitasi/sarana usaha bagi kelompok dan perorangan dengan sumber dana dari APBD Kabupaten, APBD Provinsi dan APBN.

Sesuai dengan Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, untuk mencapai terwujudnya kesejahteraan pekerja agar merasa aman dalam melaksanakan tugas, maka perusahaan memberikan fasilitasi standar kesejahteraan bagi pekerja dengan adanya peraturan perusahaan, terbentuknya unit kerja SPSI, terbentuknya lembaga kerjasama Bipartit, terbentuknya keselamatan dan kesehatan kerja, terbentuknya koperasi pekerja dan sistem pengupahan.

Tantangan di bidang ketenagakerjaan kedepan adalah ketersediaan tenaga kerja yang skillfull sesuai dengan tuntutan pasar kerja. Oleh karena itu lembaga-lembaga pelatihan harus mampu menyediakan berbagai macam diklat yang responsif pasar dan kompetitif.

6. Pemberdayaan masyarakat pengarustamaan gender serta pemuda dan olahraga Dalam rangka pembangunan sumber daya manusia guna terwujudnya sumber daya manusia yang berkualitas, pemberdayaan masyarakat merupakan hal yang penting dan strategis. Pembangunan SDM di Kabupaten Ciamis diarahkan untuk mewujudkan SDM yang mempunyai motivasi, berpengetahuan, berkemampuan, berkemauan untuk mengembangkan dirinya, serta mampu untuk hidup layak. Selama tahun 2009-2014 keberdayaan masyarakat Kabupaten Ciamis menunjukkan kecenderungan yang semakin meningkat. Hal ini dapat dilihat dari beberapa indikator antara lain keberdayaan

b. Kegiatan usaha tani masih belum sepenuhnya memperhatikan kaidah-kaidah konservasi tanah dan air, sehingga tingkat erosi dan sedimentasi masih relatif tinggi. Hal ini berkaitan dengan kurangnya pengetahuan dan kesadaran petani, pemilikan lahan yang sempit, kultur masyarakat, serta belum lengkapnya peraturan yang mendukung upaya konservasi.

c. Kualitas kadar air cenderung semakin menurun akibat pencemaran dari limbah domestik (sampah, limbah dari rumah tangga) dan limbah industri.

d. Sumberdaya tambang/bahan galian selama 5 tahun terakhir belum dikelola dan dimanfaatkan dengan optimal. Pada umumnya pemanfaatan bahan tambang/galian merupakan usaha-usaha rakyat baik perorangan, maupun kelompok/badan hukum, tetapi pada umumnya belum memiliki izin dan cenderung merusak lingkungan.

e. Kurangnya ketersediaan data potensi tambang/galian sehingga menjadi salah satu kendala rendahnya minat investasi di bidang tersebut.

f. Krisis energi nasional khususnya yang berkaitan dengan bahan bakar dari fosil sebagai sumber energi dampaknya sudah mulai dirasakan di daerah.

g. Belum tersedianya SDM Pengelola Laboratorium. Sebagai modal dasar pembangunan, sumber daya alam harus dimanfaatkan secara optimal dengan tetap memperhatikan aspek kelestarian lingkungan untuk mendukung pembangunan berkelanjutan. Kabupaten Ciamis mempunyai keragaman potensi sumberdaya alam cukup besar yang dapat digunakan sebesar-besarnya bagi kesejahteraan masyarakat. Namun demikian, gangguan keamanan hutan terutama berupa pencurian, penjarahan dan perambahan hutan menunjukkan gejala semakin meningkat. Hal ini antara lain disebabkan oleh kondisi sosial ekonomi masyarakat khususnya masyarakat sekitar kawasan hutan yang kurang menunjang. Masyarakat desa kawasan hutan pada umumnya masih dihadapkan pada masalah rendahnya

menurun akibat pencemaran dari limbah domestik (sampah, limbah dari rumah tangga) dan limbah industri.

Tingkat pengelolaan sampah yang belum optimal didukung oleh kondisi prasarana persampahan yang masih kurang dan sarana prasarana persampahan yang ada kondisinya sebagian besar rusak : semua arm roll rusak (4 rusak sedang, 1 rusak berat) serta dump truk (2 baik, 14 rusak) sehingga timbulan sampah sebanyak 572,30 m3/hari hanya terangkut sebanyak 64 m3/hari (11,18%).

Tempat pemrosesan akhir sampah yang digunakan untuk melayani Kota Ciamis adalah TPA Handapherang di Kecamatan Cijeungjing yang kondisinya sudah melebihi daya tampung dan sudah melewati umur teknis. Selain itu, sistem pembuangan sampah yang terjadi di TPA Handapherang tersebut masih bersifat “Pembuangan Terbuka”/Open Dumping, sementara amanat perundang-undangan nomor 18 Tahun 2008 mensyaratkan bahwa TPA harus menggunakan sistem Sanitary Landfill.

Dalam hal pengolahan sampah, pemerintah daerah telah berupaya secara bertahap melakukan pengolahan sampah sebelum masuk ke TPA, tetapi dikarenakan pemahaman masyarakat yang belum optimal serta keterbatasan sumber daya manusia yang mempunyai keahlian dalam pengelolaan sampah secara terpadu maka upaya tersebut belum optimal dapat diimplementasikan. Namun demikian upaya-upaya menuju kearah pengelolaan sampah terpadu sudah mulai ditata sedemikian rupa, baik oleh Dinas Cipta Karya, Kebersihan dan Tata Ruang maupun oleh Badan Pengendalian Lingkungan Hidup. Diantara upaya tersebut adalah mendorong kelompok/organisasi masyarakat dalam mencari inovasi-inovasi pengolahan sampah; dua organisasi masyarakat yang sudah terbentuk adalah ASSBINDO yaitu koperasi yang bergerak dalam produksi kompos dan APABRIC yaitu asosiasi masyarakat yang bergerak di

rakyat baik perorangan, maupun kelompok/badan hukum, tetapi pada umumnya belum memiliki izin dan cenderung merusak lingkungan. Bahan-bahan tambang/galian yang sangat potensial antara lain meliputi : gambut, pasir, pasir besi, kalsit, pospat, batu kapur. Permasalahan yang dihadapi adalah kurangnya ketersediaan data potensi tambang/galian sehingga menjadi salah satu kendala rendahnya minat investasi di bidang tersebut.

Kekeringan, banjir, tanah longsor, pencemaran lingkungan, sampah merupakan kejadian yang rutin terjadi di Kabupaten Ciamis. Sedangkan gempa bumi dan angin rebut merupakan bencana alam yang dapat terjadi insidentil. Berdasarkan kondisi tersebut maka pengendalian bencana alam yang bersifat rutin harus diantisipasi secara sinergis dan tuntas.

Penanganan pengelolaan bencana difokuskan pada sistem kelola penanganan bencana, dengan sasaran berkurangnya resiko kejadian bencana di Kabupaten Ciamis, tertanganinya bencana/wabah secara cepat dan akurat, dan meningkatnya pemahaman dan kesiapan masyarakat dalam menghadapi bencana. Pada tahun 2014, telah disusun Rencana Penanggulangan Bencana Daerah (RPBD) dan Rencana Aksi Daerah (RAD) Penanggulangan Bencana Kabupaten Ciamis yang diharapkan dapat menjadi panduan dalam 5 tahun dan 3 tahun ke depan dalam penanganan bencana di Kabupaten Ciamis.

8. Ketersediaan dan kualitas infrastruktur wilayah dan perdesaan Infrastruktur wilayah dan perdesaan memiliki fungsi dan peranan yang cukup penting dalam pembangunan wilayah dan perdesaan sebagai pengarah pembentukan struktur tata ruang, pemenuhan kebutuhan wilayah dan perdesaan, pemacu pertumbuhan wilayah dan perdesaan serta pengikat wilayah dan perdesaan.

9. Kapasitas keuangan daerah, kinerja aparatur dan tata kelola Pemerintahan Daerah dan pelayanan publik

Pembangunan bidang pemerintahan dari tahun ke tahun terus mengalami kemajuan dan peningkatan yang ditunjukkan oleh beberapa capaian kinerja pembangunan bidang aparatur, politik, hukum, serta ketertiban umum dan ketentraman masyarakat. Kinerja pemerintahan adalah perwujudan good governance dengan ciri transparency (keterbukaan), faerness (kewajaran), responsibility (tanggung jawab yang jelas), dan efficiency (peningkatan efisiensi) di segala bidang. Saat ini upaya perwujudan good governance dilakukan melalui reformasi birokrasi antara lain dengan penataan organisasi, perbaikan pelayanan publik, dan perbaikan manajemen sumberdaya manusia aparatur.

Permasalahan yang dihadapi sebagai berikut :

1) Pelayanan kepada masyarakat belum mengoptimalkan pemanfaatan teknologi dan belum terintegrasi;

2) Terbatasnya kualitas dan kuantitas aparatur perangkat desa;

3) Masih terbatasnya kemampuan SDM pengelola keuangan;

4) Potensi keuangan daerah belum tergali secara optimal;

5) Pencapaian 15 SPM belum seluruhnya memenuhi target;

6) Kerjasama akademisi, swasta, pemerintah dan masyarakat belum optimal;

7) Belum optimalnya peran dan fungsi kelembagaan masyarakat desa, dan tatakelola pemerintahan desa;

8) Perangkat pengawas perijinan belum berjalan dengan optimal.

10. Kesenjangan pembangunan antar wilayah

Tabel 2.66 Identifikasi Isu Penting dan Mendesak Nasional, Provinsi Jawa Barat dan Kabupaten Ciamis Tahun 2016

NO.

NASIONAL

PROVINSI JAWA BARAT

KABUPATEN CIAMIS

1. Mendukung kegiatan reformasi agraria untuk

dan kesempatan pengendalian pemanfaatan lahan pertanian,

1. Kualitas demokrasi.

3. Kualitas

pendidikan

pendistribusian bibit & pupuk, peningkatan biaya operasi & pemeliharaan irigasi dlm upaya peningkatan produktifitas pertanian dan nilai tambah petani untuk hidup layak dan lebih sejahtera

2. Aksesibilitas dan mutu pelayanan industri padat karya, pemberantasan illegal

2. Mendukung penguatan konektifitas laut dan

4. Pemerintahan yang akuntabel dan inovatif.

kesehatan masyarakat fishing dan pasar gelap ikan, peningkatan konservasi dan pemanfaatan budidaya laut, penguatan kapasitas SDM bidang kelautan, pemberdayaan masyarakat pesisir dan pulau- pulau kecil

3. Mendukung perlindungan dan konservasi

3. Daya beli masyarakat sumber daya alam, serta rehabilitasi hutan dan lahan kritis agar kita dapat mencegah pencemaran dan perusakan lingkungan hidup.

5. Keamanan dan ketertiban daerah

4. Mendukung program modernisasi pasar

4. Ketahanan pangan tradisional yang telah ada dan pembangunan pasar tradisonal serta peningkatan percepatan penyelesaian perizinan melalui PTSP dengan efisiensi menjadi maksimal 15 (limabelas) hari.

6. Kualitas kesejahteran aparatur berbasis kinerja

5. Mendukung optimalisasi pemanfaatan gas

kemiskinan, sebagai sumber daya energi, penguatan

7. Beberapa kebijakan pascapenetapan UU No. 23 Tahun

5.Penanggulangan

penganguran dan ketenagakerjaan infrastruktur energi, mengatasi kelangkaan listrik, dan pengembangan teknologi hemat energi

2014 tentang Pemerintahan Daerah.

6. Mendukung peningkatan pengelolaan potensi

6. Kemitraan Pemerintah Daerah, kekayaan alam dan keanekaragaman budaya,

8. Penataan Daerah Otonomi Baru.

Dunia Usaha dan Masyarakat penciptaan nilai tambah sektor industri dengan

dalam pembangunan muatan IPTEK, keterampilan, keahlian dan SDM yang unggul

7. Mendukung pencapaian target kunjungan

9. Harmonisasi produk peraturan perundang-undangan

7. Iklim usaha

wisatawan secara nasional.

daerah.

8. Tersedianya SDM yang unggul, dan penerapan

8. Fasilitasi dan pembinaan pelaku teknologi tepat guna kualitas berbagai jenis

10. Pengembangan Teknologi Informasi dalam berbagai

aspek.

UKM

hasil industri semakin baik yang pada akhirnya mendorong peningkatan pemerataan pendapatan dan kemampuan daya beli masyarakat

9. Mendukung peningkatan mendukung penguatan

9. Pengembangan destinasi wisata infrastruktur perhubungan dan maritim, infrastruktur energi, infrastruktur pariwisata, dan infrastruktur kedaulatan pangan

11. Sinergitas pembangunan desa-kota.

10. Tersedianya jaringan infrastruktur dan

10. Pemberdayaan masyarakat berkembangnya berbagai moda transportasi yang mengedepankan pelayanan cepat, tepat murah dan aman, akan mendorong efisiensi dan efektifitas kelancaran arus orang dan distribusi barang serta jasa yang dapat menekan ekonomi biaya tinggi dan menekan angka inflasi

10. Peran dan fungsi balai untuk pelayanan sosial

11. Peningkatan dan pemerataan pendapatan masyarakat

11. Penanggulangan bencana dan pengelolaan lingkungan

hidup dalam rangka mitigasi dan adaptasi perubahan iklim

12.Peningkatan produksi dan produktivitas komoditas 12.

Ketersediaan dan kualitas Ketersediaan dan kualitas

infrastruktur

wilayah dan

perdesaan

13.Pengembangan Perekonomian wilayah perbatasan

13. Kapasitas keuangan daerah

14.Pengembangan industri wisata Jawa Barat

14. Optimalisasi kinerja pemerintah daerah dan desa

15.Ketahanan Pangan

15.Kesenjangan pembangunan antar

wilayah

16.Peningkatan investasi 17.Peningkatan peran dan daya saing BUMD 18.Peningkatan Kerjasama Business to business 19.Kualitas, kuantitas dan cakupan pelayanan infrastruktur

dasar 23.Kualitas dan cakupan pelayanan infrastruktur strategis 24.Penurunan kualitas lingkungan hidup 25.Pengendalian dan pengawasan penataan ruang 26.Alih fungsi lahan 27.Pertumbuhan penduduk dan persebarannya 28.Kualitas dan aksesibilitas pendidikan dan kesehatan 29.Perluasan kesempatan kerja dan peningkatan kualitas

tenaga kerja 30.Kecepatan dan ketepatan penanganan bencana serta

adaptasi masyarakat terhadap bencana 31.Pelestarian nilai-nilai dan warisan budaya lokal 32.Penanggulangan penduduk miskin 33.Pencegahan dan penanganan masalah kesejahteraan

sosial (PMKS) 34.Pembangunan pusat seni, budaya dan stadion olahraga di

kabupaten/kota

Tabel 2.67 Identifikasi Permasalahan dan Tantangan Nasional, Provinsi Jawa Barat dan Kabupaten Ciamis Tahun 2016

NO. NASIONAL

PROVINSI JAWA BARAT

KABUPATEN CIAMIS

1. Pembangunan ekonomi dan

1. Kualitas dan kesempatan pendidikan peningkatan kesejahteraan rakyat

1. Tingkat Pengangguran Terbuka(TPT) Provinsi

Jawa Barat masih berada di atas TPT Nasional.

2. Perbaikan tata kelola pemerintahan

2. Tingkat kemiskinan berada dibawah rata-rata

2. Aksesibilitas dan mutu pelayanan kesehatan

tingkat kemiskinan nasional, namun perlu

masyarakat

upaya lebih untuk menurunkan tingkat kemiskinan sesuai dengan sasaran.

3. Penegakan Pilar Demokrasi

3. Memanfaatkan bonus demografi

3. Daya beli masyarakat

(meningkatnya proporsi penduduk usia produktif) yang terjadi bagi pertumbuhan ekonomi.

4. Penegakan hukum dan

4. Kesenjangan masih tinggi yang ditunjukkan

4. Ketahanan pangan

pemberantasan korupsi

dengan tingginya rasio gini dan kesenjangan pendapatan antarwilayah.

5. Pembangunan inklusif dan

5. Penanggulangan kemiskinan, penganguran dan berkeadilan

5. Pencapaian IPM Provinsi Jawa Barat hampir

sama/menyerupai pencapaian IPM Nasional.

ketenagakerjaan

6. Penyerapan tenaga kerja di sektor pertanian

6. Kemitraan Pemerintah Daerah, Dunia Usaha dan

mengalami penurunan.

Masyarakat dalam pembangunan

7. Sebagian besar pinjaman masyarakat yang

7. Iklim usaha

dilakukan di Jawa Barat adalah bersifat konsumtif, sehingga perlu didorong pada sektor yang produktif.

8. Porsi belanja modal yang merupakan investasi

8. Fasilitasi dan pembinaan pelaku UKM

publik masih rendah.

9. Kontribusi Sektor Industri Pengolahan

9. Pengembangan destinasi wisata

terhadap total PDRB Jawa Barat mengalami penurunan.

10. Peningkatan produktivitas sektor pertanian

10. Pemberdayaan masyarakat

untuk meningkatkan kesejahteraan para untuk meningkatkan kesejahteraan para

11. Peningkatan investasi industri pengolahan 11. Penanggulangan bencana dan pengelolaan

untuk meningkatkan nilai tambah dan

lingkungan hidup dalam rangka mitigasi dan

memperluas lapangan kerja, terutama untuk

adaptasi perubahan iklim

meningkatkan pendapatan per kapita.

12. Peningkatan kualitas infrastruktur jalan dan

12. Ketersediaan dan kualitas infrastruktur wilayah dan

suplai kelistrikan.

perdesaan

13. Peningkatan porsi belanja modal pemerintah

13. Kapasitas keuangan daerah

daerah

untuk

menstimulasi

kegiatan

perekonomian masyarakat.

14. Peningkatan fungsi intermediasi perbankan

14. Optimalisasi kinerja pemerintah daerah dan desa

untuk mendorong akses permodalan usaha (investasi).

15. Kesenjangan pembangunan antar wilayah

Tabel 2.68 Identifikasi Isu Strategis Nasional, Provinsi Jawa Barat dan Kabupaten Ciamis RPJMD 2014 - 2019

NO. NASIONAL

PROVINSI JAWA BARAT

KABUPATEN CIAMIS

1. Pembangunan ekonomi dan

1. Kualitas dan kesempatan pendidikan peningkatan kesejahteraan rakyat

1. Pertumbuhan penduduk dan persebarannya

2. Perbaikan tata kelola pemerintahan

2. Kualitas dan aksesibilitas pendidikan dan

2. Aksesibilitas dan mutu pelayanan kesehatan

kesehatan

masyarakat

3. Penegakan Pilar Demokrasi

3. Pengangguran dan ketenagakerjaan

3. Daya beli masyarakat

4. Penegakan hukum dan

4. Pertumbuhan ekonomi dan pemerataan

4. Ketahanan pangan

pemberantasan korupsi

kesejahteraan masyarakat

5. Pembangunan inklusif dan

5. Penanggulangan kemiskinan, penganguran berkeadilan

5. Kualitas dan cakupan pelayanan infrastruktur

dasar dan strategis

dan ketenagakerjaan

6. Kualitas dan lingkungan

hidup untuk

6. Kemitraan Pemerintah Daerah, Dunia Usaha

mendukung

terwujudnya

Jabar

Green

dan Masyarakat dalam pembangunan