Kerajinan Souvenir Loro Blonyo ditinjau dari Prinsip Souvenir

D. Kerajinan Souvenir Loro Blonyo ditinjau dari Prinsip Souvenir

1. Memiliki Ciri Khas Daerah

Setiap kali mengadakan kunjungan dalam rangka pariwisata atau lainnya, kerap kali yang dicari oleh pengunjung adalah souvenir. Karena dengan membeli souvenir akan memiliki kenangan selama mengadakan kunjungan ataupun dengan suatu peristiwa yang telah dilalui selama kunjungan. Selain memberikan kenangan, souvenir juga turut andil dalam mengenalkan budaya daerah setempat kepada pengunjung. Oleh sebab itu, souvenir sangat lekat dengan nilai kekhasan daerah setempat. Tidak berbeda dengan loro blonyo yang mencerminkan budaya Jawa dalam tampilan visualnya.

Berikut ini hal-hal yang menyangkut ciri kekhasan daerah yang terdapat pada loro blonyo kaitannya sebagai souvenir:

a. Bentuk Tampilannya sebagai bentuk budaya, loro blonyo bukan semata-mata sebagai sesuatu yang terikat dengan bentuk-bentuk saja, tetapi ada pesan atau nilai a. Bentuk Tampilannya sebagai bentuk budaya, loro blonyo bukan semata-mata sebagai sesuatu yang terikat dengan bentuk-bentuk saja, tetapi ada pesan atau nilai

1) Souvenir Loro Blonyo Model Keprabon

Gambar 4.27. Souvenir Loro Blonyo Model Keprabon (Sumber: Yohanes,2012)

Tabel Analisis berdasarkan Bentuk

Analisis Bentuk

Souvenir Loro Blonyo Model Keprabon Loro Blonyo Pria

Loro Blonyo Wanita

Posisi

Sikap badan tegak, posisi duduk

Sikap badan tegak, posisi duduk

Bagian Atas (Kepala)

Memakai kuluk gaya Yogyakarta

Tata rias gaya Yogyakarta, memakai gelung berbentuk setengah bulat

Bagian Tengah (Badan) Mengenakan beskap atau

surjan , tidak terdapat aksesoris

Mengenakan kebaya, tidak mengenakan aksesoris

Bagian Bawah (Kaki)

Posisi duduk timpuh, telapak tangan di atas paha, mengenakan jarik

Posisi duduk timpuh, telapak tangan di atas paha, mengenakan jarik Posisi duduk timpuh, telapak tangan di atas paha, mengenakan jarik

Berdasarkan tabel di atas, dapat dideskripsikan bahwa souvenir loro blonyo model ini lebih bersifat sederhana. Hal ini terlihat dari minimnya pemakaian aksesoris pada

loro blonyo pria maupun wanita. Namun souvenir loro blonyo model keprabon ini memiliki bentuk yang kuat dalam mencerminkan budaya pengantin gaya Yogyakarta.

Dari model pakaian dan tata rias jelas menggambarkan pasangan pengantin gaya Yogyakarta.

2) Souvenir Loro Blonyo Model Kasatrian

Gambar 4. 28. Souvenir Loro Blonyo Model Kasatrian

Analisis Bentuk

Souvenir Loro Blonyo Model Kasatrian Loro Blonyo Pria

Loro Blonyo Wanita

Posisi

Sikap badan tegak, posisi duduk

Sikap badan tegak, posisi duduk

Bagian Atas (Kepala)

Memakai blangkon gaya Yogyakarta

Tata rias gaya Yogyakarta, memakai gelung berbentuk setengah bulat

Bagian Tengah (Badan) Mengenakan beskap atau

surjan , aksesoris karset (kalung), aksesoris keris

Mengenakan kebaya, aksesoris karset (kalung)

Bagian Bawah (Kaki)

Posisi duduk sila, posisi tangan ngapurancang, mengenakan jarik dan cindhe (sabuk)

Posisi duduk sila, telapak tangan di atas paha, mengenakan jarik dan cindhe (sabuk)

Tabel 4.20. Analisis Bentuk pada Souvenir Loro Blonyo Model Kasatrian

Berdasarkan tabel di atas, nuansa pengantin gaya Yogyakarta bisa dilihat dari pakaian dan tata rias. Dibandingkan souvenir loro blonyo model keprabon, model kasatrian ini lebih memunculkan aksesoris yang dikenakan. Hadirnya kalung atau karset memberi kesan yang lebih menarik dan menghilangkan kesan kosong pada bagian badan.

Gambar 4.29. Souvenir Loro Blonyo Model Basahan

(Sumber: Yohanes,2012)

Tabel Analisis berdasarkan Bentuk

Analisis Bentuk

Souvenir Loro Blonyo Model Basahan Loro Blonyo Pria

Loro Blonyo Wanita

Posisi

Sikap badan tegak, posisi duduk

Sikap badan tegak, posisi duduk

Bagian Atas (Kepala)

Memakai kuluk gaya Yogyakarta, rambut

panjang terikat, aksesoris

Tata rias gaya Yogyakarta, memakai

gelung berbentuk setengah gelung berbentuk setengah

gunungan

Bagian Tengah (Badan) Telanjang dada, aksesoris

karset (kalung), aksesoris keris, pada lengan terdapat aksesoris kelat bahu dan gelang

Mengenakan kebaya, aksesoris karset (kalung), pada lengan terdapat aksesoris kelat bahu dan gelang

Bagian Bawah (Kaki)

Posisi duduk sila, telapak tangan di atas paha, mengenakan jarik dan cindhe (sabuk)

Posisi duduk sila, telapak tangan di atas paha, mengenakan jarik dan cindhe (sabuk)

Tabel 4.21. Analisis Bentuk pada Souvenir Loro Blonyo Model Basahan

Berdasarkan tabel di atas, souvenir loro blonyo model basahan ini tetap mengacu pada gaya pengantin Yogyakarta. Namun apabila dibandingkan dengan model keprabon dan kasatrian, loro blonyo model basahan ini yang paling terkesan nyata dan mendekati wujud pasangan pengantin yang sebenarnya. Hal ini Nampak dari pemunculan aksesoris yang lengkap. Mulai dari aksesoris kepala, bahu, dada, pinggang, dan kaki semuanya diusahakan menyerupai wujud aslinya.

b. Gaya dan Busana Seperti yang tertera pada tabel analisis bentuk, souvenir loro blonyo menggambarkan pasangan pengantin dengan gaya Yogyakarta. Unsur kuat gaya Yogyakarta melekat pada segi tata rias dan aksesoris. Hadirnya kuluk yang ada nyamat (benjolan kecil di atas kuluk yang menyerupai bentuk segitiga) adalah ciri khas gaya Yogyakarta yang terdapat pada model keprabon dan basahan. Sedangkan pada model kasatrian, ciri khas gaya Yogyakarta terdapat pada blangkonnya yakni dengan adanya mondholan (benjolan pada bagian belakang blangkon) dan terdapat b. Gaya dan Busana Seperti yang tertera pada tabel analisis bentuk, souvenir loro blonyo menggambarkan pasangan pengantin dengan gaya Yogyakarta. Unsur kuat gaya Yogyakarta melekat pada segi tata rias dan aksesoris. Hadirnya kuluk yang ada nyamat (benjolan kecil di atas kuluk yang menyerupai bentuk segitiga) adalah ciri khas gaya Yogyakarta yang terdapat pada model keprabon dan basahan. Sedangkan pada model kasatrian, ciri khas gaya Yogyakarta terdapat pada blangkonnya yakni dengan adanya mondholan (benjolan pada bagian belakang blangkon) dan terdapat

Sedangkan untuk busana yang dikenakan, semuanya mengenakan busana pengantin adat Jawa dalam hal ini dengan gaya Yogyakarta. Hampir tidak ada

perbedaan yang mencolok dengan busana adat Jawa pada umumnya, yang membedakan hanya bentuk beskap saja. Untuk busana gaya Yogyakarta, beskap yang

dikenakan berbentuk sogok upil (membentuk lancip) pada bagian bawah. Sedangkan untuk busana model basahan tidak ada perbedaan kecuali pada riasan saja.

c. Warna Sebagai salah satu elemen rupa, merupakan unsur yang sangat penting bahkan lebih dari itu, warna sangat berperan dalam bidang seni murni atau seni terapan (Dharsono,2004:104). Sebagai salah satu seni terapan, souvenir loro blonyo juga tidak terlepas dari unsur warna ini. Untuk pewarnaan, pengrajin di Bobung menggunakan dua teknik, yaitu teknik cat dan teknik batik.

Tabel Analisis berdasarkan Warna

Analisis Warna

Souvenir Loro Blonyo Model Keprabon

Bahan

Cat tembok, dhempul, melamin

Cat tembok, dhempul, melamin

Alat

Kuas, adonan cat, trekpen, silet, amplas

Kuas, adonan cat, trekpen, silet, amplas

Hitam, putih, merah, emas, biru, coklat

Hitam, putih, merah, emas, biru, coklat

Tabel 4.22. Analisis Warna pada Souvenir Loro Blonyo Model Keprabon

Analisis Warna

Souvenir Loro Blonyo Model Kasatrian

Bahan

Cat tembok, dhempul, melamin

Cat tembok, dhempul, melamin

Alat

Kuas, adonan cat, trekpen, silet, amplas

Kuas, adonan cat, trekpen, silet, amplas

Hitam, putih, merah, emas, merah, biru, kuning, merah muda

Hitam, putih, merah, emas, merah, biru, kuning, merah muda

Tabel 4.23. Analisis Warna pada Souvenir Loro Blonyo Model Kasatrian

Analisis Warna

Souvenir Loro Blonyo Model Basahan

Bahan Cat tembok, dhempul, melamin Cat tembok, dhempul, melamin Alat

Kuas, adonan cat, trekpen, silet, amplas

Kuas, adonan cat, trekpen, silet, amplas

Hitam, emas, coklat, merah, biru

Hitam, emas, coklat, merah, biru

Tabel 4.24. Analisis Warna pada Souvenir Loro Blonyo Model Basahan Tabel 4.24. Analisis Warna pada Souvenir Loro Blonyo Model Basahan

Proses selanjutnya adalah pewarnaan untuk bagian kulit, rambut, busana, dan jarik . Bagian-bagian tersebut dicat lebih awal dengan pertimbangan supaya lebih mudah dalam pewarnaan untuk bidang yang lebih kecil atau isian. Setelah selesai, bagian-bagian tersebut diberi isian berupa detail wajah dan tata rias, motif batik dan aksesoris dengan menggunakan kuas kecil dan trekpen. Apabila terjadi kesalahan pada pengecatan, bagian yang salah atau rusak catnya akan dibersihkan dengan menggunakan silet dan kembali diberi warna yang benar. Setelah proses pewarnaan selesai, proses selanjutnya adalah memberi lapisan melamin. Proses ini dimaksudkan agar cat tidak luntur apabila terkena air dan tampak lebih mengkilat dan halus.

Dari segi bahan, alat, dan teknik ketiga model loro blonyo diatas adalah sama, yang membedakan adalah pemilihan dan penggunakan jenis warna. Hal ini tergantung dari permintaan dan selera pasar menginginkan warna apa yang digunakan. Sehingga untuk pemilihan warna tidak kaku harus dengan jenis warna diatas.

Tabel Analisis berdasarkan Warna

Analisis Warna

Souvenir Loro Blonyo Model Keprabon

Bahan

Malam , naptol

Malam , naptol

Alat

Canting , kompor, wajan kecil, ember, kuas

Canting , kompor, wajan kecil, ember, kuas

Teknik

Canting , colet, celup

Canting , colet, celup Warna

Coklat muda, coklat tua

Coklat muda, coklat tua

Tabel 4.25. Analisis Warna pada Souvenir Loro Blonyo Model Keprabon

Analisis Warna

Souvenir Loro Blonyo Model Kasatrian

Bahan

Malam , naptol

Malam , naptol

Alat

Canting , kompor, wajan kecil, ember, kuas

Canting , kompor, wajan kecil, ember, kuas

Teknik

Canting , colet, celup

Canting , colet, celup Warna

Coklat muda, coklat tua, hijau, merah

Coklat muda, coklat tua, hijau, merah

Tabel 4.26. Analisis Warna pada Souvenir Loro Blonyo Model Kasatrian

Analisis Warna

Souvenir Loro Blonyo Model Basahan

Bahan

Malam , naptol

Malam , naptol

Alat

Canting , kompor, wajan kecil, ember, kuas

Canting , kompor, wajan kecil, ember, kuas

Teknik

Canting , colet, celup

Canting , colet, celup Warna

Coklat muda, coklat tua, kuning muda

Coklat muda, coklat tua, kuning muda

Tabel 4.27. Analisis Warna pada Souvenir Loro Blonyo Model Basahan

ditutup malam dengan cara dicanting. Tujuan dari pencantingan adalah untuk membatasi warna satu dengan warna yang lain dan untuk menutupi bagian yang memang tidak ingin tertutup oleh warna. Selain itu, dengan adanya batas antara warna satu dengan warna lainnya akan memunculkan garis kontur, sehingga antar bagian dan antar warna dapat terpisah. Setelah pencantingan selesai, proses selanjutnya adalah memberi warna. Pewarna yang digunakan adalah jenis naptol seperti yang biasa digunakan pada batik tulis di kain. Teknik mewarna dimulai justru dari warna yang paling gelap dengan cara dicolet menggunakan kuas. Untuk warna yang lebih muda cukup dilakukan dengan cara dicelup.

Proses selanjutnya, setelah selesai mewarna kemudian diangin-anginkan lalu diplorod. Proses melorod adalah menghilangkan malam yang menempel dengan cara direbus air panas yang sudah diberi campuran abusoda. Setelah malam dirasa sudah bersih dan tidak ada sisa-sisa malam yang menempel, kemudian diangin-anginkan untuk pengeringan. Namun teknik batik ini tidak digunakan pada bagian kulit dengan pertimbangan bahan. Sehingga untuk bagian kulit digunakan cat untuk pewarnaannya.

2. Hasil Keterampilan Tangan

Souvenir loro blonyo merupakan salah satu produk kerajinan kayu yang dalam proses pembuatannya menggunakan keterampilan tangan dari pengrajinnya. Teknik keterampilan tradisional yang sudah ada dan diwariskan secara turun temurun merupakan dua hal saling berkaitan erat. Dengan demikian keunikan dari produk kerajinan yang dihasilkan juga tetap menonjol. Salah satu unsur yang membuat nilai dari souvenir loro blonyo unggul dari produk massal yang dibuat dengan mesin adalah proses pembuatannya yang satu-satu dan bertahap.

Seperti yang sudah dipaparkan diawal, bahwa proses pembuatan loro blonyo sebagai souvenir ada beberapa tahap, yakni menentukan desain, penyediaan bahan Seperti yang sudah dipaparkan diawal, bahwa proses pembuatan loro blonyo sebagai souvenir ada beberapa tahap, yakni menentukan desain, penyediaan bahan

Tabel Alat dan Fungsinya

Tahap

Alat yang Digunakan

Fungsi

Persiapan

Tidak ada

Menentukan desain loro blonyo dan menyiapkan bahan dan alat

Pemotongan Kayu

Gergaji besar

Memotong kayu glondhongan atau kayu utuh

Gergaji kecil

Memberi batasan kayu yang dihilangkan dan membentuk pola Senso Memotong kayu ukuran besar

Circle diesel

Untuk membelah kayu

Pembentukan dan detail

Kapak (pecok)

Membentuk secara global Pengot Menghaluskan bagian yang sudah dibentuk

Bubut

Membuat bagian tangan

Pahat ukir

Membuat lubang antara badan dan lengan dan menghaluskan bagian kepala

Pisau ukir

Menghaluskan, membuat bagian hidung, mata, bibir, kesan rambut, dan aksesoris

Pisau cecek

Menggores bagian yang kecil

Martil

Menekan paku dalam penyambungan Tang Mencabut paku dan bagian yang tidak sesuai

Ungkal gosok

Mengasah pahat dan pisau

Amplas

Menghaluskan permukaan kayu Menghaluskan permukaan kayu

Kuas besar

Memberi cat dasaran dan pewarnaan pada bidang luas

Kuas kecil

Pewarnaan bidang sempit

Adonan cat

Tempat cat dan mancampur cat

Trekpen

Membuat garis kontur

Silet

Menghapus cat apabila ada kesalahan

Amplas

Menghaluskan permukaan

Finishing teknik batik

Canting

Memberi batas antar warna

Wajan kecil

Wadah malam ketika dipanaskan

Kompor

Memanaskan malam di wajan kecil

Tempat pewarna naptol dan mencuci setelah dilorod

Tabel 4.28. Alat yang Digunakan

Dengan banyaknya alat yang digunakan, tentu keterampilan tangan dari pengrajin sangat dibutuhkan untuk menghasilkan produk kerajinan loro blonyo sebagai souvenir yang maksimal.

Di Bobung untuk setiap proses pembuatan tidak semua dilakukan di satu tempat saja. Biasanya setiap pengrajin memiliki bidangnya sendiri-sendiri, mulai bidang pembentukan dan finishing. Hal ini dikarenakan tidak semua pengrajin memiliki skala besar dalam usahanya. Sehingga pemerataan tenaga kerja bisa tercapai dengan cara demikian. Dengan sistem yang demikian, keterampilan tangan yang berbeda-beda dari setiap pengrajin justru menghasilkan produk yang unik dan berbeda dari produk massal pabrik. Keterampilan tangan dari pengrajin juga turut menjaga eksistensi dan kualitas produk kerajinan loro blonyo sebagai souvenir.

Thomas Munro dalam Soedarso Sp (2006:68) menyatakan bahwa seni adalah alat buatan manusia yang dibuat untuk menimbulkan efek-efek psikologis atas manusia lain yang melihatnya. Tidak ada satupun segi kehidupan manusia yang tidak dapat diungkapkan dalam seni (Dharsono, 2004:25). Sebagai benda seni, souvenir loro blonyo memiliki nilai seni yang merupakan suatu cita yang berkaitan dengan

Dalam nilai seni, dibagi menjadi dua golongan yakni nilai intristik dan ekstrinsik. Nilai intristik adalah nilai yang hakiki dan bersifatnya mutlak. Nilai ekstrinsik sendiri

merupakan nilai yang tidak langsung menentukan suatu karya seni, melainkan berfungsi mendukung, memperkuat kehadiran karya seni itu dan bersifat melengkapi (Dharsono, 2004:21).

Bercermin dari pendapat tersebut, loro blonyo sebagai souvenir memang sengaja dibuat untuk menyampaikan pesan atau makna tentang pandangan orang Jawa terhadap konsep kemanunggalan (kesatuan) dan keharmonisan. Maka makna loro blonyo menurut pandangan orang Jawa bila dipahami lebih dalam adalah konsep tentang loroning atunggal (Subiyantoro, 2009:213). Sepasang patung tersebut pada hakekatnya satu (manunggal, bulat, utuh) simbol keutuhan dan kemanunggalan pria dan wanita, walau keduanya beda setelah dilulur dengan warna sama maka mereka menyatu (Endraswara, 2006:207-208). Dari segi visual, souvenir loro blonyo menggambarkan pasangan pengantin Jawa dengan gaya Yogyakarta. Sebagai benda seni yang memiliki nilai seni, souvenir loro blonyo berperan secara psikologis menjadi suatu kenang-kenangan yang dikomunikasikan melalui kualitas keindahan dengan bentuk, gaya, dan warna yang khas.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa sebagai benda seni, nilai intristik dari souvenir loro blonyo adalah konsep kesatuan dan keharmonisan menurut pandangan orang Jawa. Sedang untuk nilai ekstrinsik tercermin dalam tampilan visual yang menggambarkan pasangan pengantin Jawa dengan gaya khas Yogyakarta.

Souvenir pada umumnya yang sesuai dengan selera wisatawan adalah barang yang mudah dibawa dan memiliki harga murah. Terkait dalam dunia pariwisata, barang-barang souvenir buatan Indonesia dapat disajikan kepada para wisatawan dalam kemasan yang menarik dan mengandung nilai-nilai seni budaya tinggi, asli, dan harganya tidak mahal (Nyoman S. Pendit, 1981:25). Hal ini atas pertimbangan bahwa kalangan yang berkunjung tidak semua dari kalangan atas, namun dari semua kalangan mulai kalangan menengah-bawah sampai kalangan menengah-atas. Untuk harga souvenir loro blonyo sendiri memiliki harga yang relatif terjangkau.

Gambar 4.30

(Sumber: Yohanes,2012)

Dari harga yang tercantum pada katalog tersebut menunjukkan bahwa harga yang ditawarkan memang relatif terjangkau. Namun di Bobung juga menyediakan

souvenir loro blonyo dengan bahan kayu jati dan kayu pule. Souvenir loro blonyo dengan bahan kayu jati tidak diproduksi secara regular, mengingat harganya yang

mahal. Untuk souvenir loro blonyo ukuran 70cm bisa mencapai harga enam sampai delapan juta. Oleh sebab itu, souvenir loro blonyo hanya dibuat apabila ada pesanan saja. Bahan yang biasa digunakan untuk membuat loro blonyo adalah kayu jenis sengon , pule, dan puso.

Kayu sengon memiliki kelebihan dari sifatnya yang lunak dan mudah

terkena panas matahari secara langsung. Oleh sebab itu, proses pengeringan kayu dilakukan dengan cara diangin-anginkan saja. Sedangkan untuk bahan kayu jenis pule memiliki tingkat kehalusan yang lebih bagus dibandingkan kayu jenis sengon. Kayu pule mudah dibentuk dan hasilnya sangat baik dengan teknik finishing batik. Hanya saja kekurangan dari kayu jenis pule adalah mudah lapuk oleh rayap. Agar terhindar dari hama yang merusak kayu, biasanya dilakukan langkah pengawetan dengan direndam di air yang sudah diberi obat PK (potosium permanganate) selama empat jam. Bahan kayu lainnya adalah jenis puso, yang memiliki sifat lebih halus dibandingkan sengon dan pule. Kayu puso mudah dibentuk, namun lebih keras dibanding kayu pule dan juga bekas daunnya masih ada, sehingga untuk finishing cocok menggunakan teknik cat. Namun hasil finishing dari kayu jenis ini kurang memuaskan, dikarenakan sifatnya yang berminyak. Sehingga kayu yang paling sering digunakan sebagai bahan pembuatan souvenir loro blonyo adalah kayu sengon dan pule . Selain mudah dibentuk, untuk finishing bisa maksimal, dan tentu yang terpenting harga bisa terjangkau oleh pengunjung dari semua kalangan.

5. Mudah Dibawa

Sebagai benda souvenir haruslah mudah dibawa, tidak memakan tempat, dan tentunya tidaklah berat bobotnya sehingga praktis ketika dibawa dalam perjalanan. Mengingat bahwa souvenir adalah benda yang diperoleh di tempat kunjungan yang disimpan sebagai tanda kenang-kenangan mengenai seseorang, tempat, objek atau peristiwa yang dikunjunginya (Soekarsono, 1981:1), sehingga aspek praktis dirasa juga merupakan hal yang penting dalam membuat souvenir.

Di Bobung, souvenir loro blonyo yang dihasilkan memiliki dua ukuran yang umum digunakan yakni:

Gambar 4.31. Ukuran Souvenir Loro Blonyo Tipe 25 cm (Sumber: Yohanes,2012)

Gambar 4.32. Ukuran Souvenir Loro Blonyo Tipe 20 cm (Sumber: Yohanes,2012)

Pengrajin di Bobung membuat loro blonyo dengan ukuran 25 cm dan 20 cm. Untuk ukuran 25 cm memiliki panjang 18 cm, lebar 13 cm, dan tinggi 25 cm pada patung pria. Sedangkan pada patung wanita memiliki panjang 11 cm, lebar 13 cm, dan tinggi 22 cm. Untuk ukuran 20 cm memiliki panjang 13,5 cm, lebar 10 cm, dan tinggi 20 cm pada patung pria. Sedangkan untuk patung wanita memiliki panjang 8,5 cm, lebar 11 cm, dan tinggi 20 cm. Dengan ukuran demikian, souvenir loro blonyo mudah dibawa dan tidak memakan tempat. Selain ukuran, bobot dari souvenir loro blonyo juga tidak berat. Dengan menggunakan bahan dari kayu, souvenir loro blonyo Pengrajin di Bobung membuat loro blonyo dengan ukuran 25 cm dan 20 cm. Untuk ukuran 25 cm memiliki panjang 18 cm, lebar 13 cm, dan tinggi 25 cm pada patung pria. Sedangkan pada patung wanita memiliki panjang 11 cm, lebar 13 cm, dan tinggi 22 cm. Untuk ukuran 20 cm memiliki panjang 13,5 cm, lebar 10 cm, dan tinggi 20 cm pada patung pria. Sedangkan untuk patung wanita memiliki panjang 8,5 cm, lebar 11 cm, dan tinggi 20 cm. Dengan ukuran demikian, souvenir loro blonyo mudah dibawa dan tidak memakan tempat. Selain ukuran, bobot dari souvenir loro blonyo juga tidak berat. Dengan menggunakan bahan dari kayu, souvenir loro blonyo

Berdasarkan hasil analisis di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa untuk penerapan prinsip souvenir:

1. Memiliki ciri khas daerah nampak dari perwujudan sepasang pengantin Jawa dengan mengenakan gaya Yogyakarta. Hal ini nampak dari bentuk aksesoris, tata

rias yang digunakan, dan busana yang dikenakan menunjukkan gaya pengantin Yogyakarta.

2. Hasil keterampilan tangan terlihat dari proses pembuatannya yang hand made dan bukan diproduksi secara missal dengan mesin. Karena pembuatannya yang satu-satu dan bertahap menjadikan souvenir loro blonyo memiliki keunikan yang berbeda-beda tiap pengrajin.

3. Bersifat benda seni melalui kualitas keindahan pada bentuk, gaya, dan warna yang khas dalam penerapannya.

4. Harga yang relatif terjangkau mulai dari Rp. 50.000,00 sampai Rp. 75.000,00

memungkinkan konsumen dari semua kalangan bisa membelinya.

5. Mudah dibawa dengan ukuran yang tidak memakan tempat, yakni tipe ukuran 25 cm dan 20 cm. Selain itu, bobotnya yang ringan karena dari bahan kayu juga

membuat souvenir loro blonyo mudah dibawa.