Kerajinan Souvenir Loro Blonyo ditinjau dari Unsur Rupa
B. Kerajinan Souvenir Loro Blonyo ditinjau dari Unsur Rupa
Suatu gagasan rupa dapat dituangkan dengan unsur rupa, sehingga dapat dimengerti oleh penafsir (Sachari, 2005:71). Sebelum masuk kedalam unsur rupa, unsur konsep merupkan hal dasar dalam sebuah perancangan. Unsur konsep sebenarnya tidak ada, namun keberadaannya terasa (Wong, 1986:3). Adapun yang termasuk dalam unsur konsep adalah titik, garis, bidang, gempal (volume). Wong (1986:3) menjelaskan bahwa, titik tidak memiliki panjang dan lebar, tidak mengambil daerah atau ruang, merupakan pangkal dan ujung sepotong garis, dan merupakan perpotongan atau pertemuan antara dua garis Jika sebuah titik bergerak, jalan yang dilalui membentuk garis. Garis mempunyai panjang tanpa lebar, mempunyai kedudukan dan arah, kedua ujungnya berupa titik. Garis juga merupakan batas sebuah bidang. Jalan yang dilalui seutas garis yang bergerak (ke arah yang bukan arah dirinya) membentuk sebuah bidang. Bidang mempunyai panjang dan lebar, tanpa Suatu gagasan rupa dapat dituangkan dengan unsur rupa, sehingga dapat dimengerti oleh penafsir (Sachari, 2005:71). Sebelum masuk kedalam unsur rupa, unsur konsep merupkan hal dasar dalam sebuah perancangan. Unsur konsep sebenarnya tidak ada, namun keberadaannya terasa (Wong, 1986:3). Adapun yang termasuk dalam unsur konsep adalah titik, garis, bidang, gempal (volume). Wong (1986:3) menjelaskan bahwa, titik tidak memiliki panjang dan lebar, tidak mengambil daerah atau ruang, merupakan pangkal dan ujung sepotong garis, dan merupakan perpotongan atau pertemuan antara dua garis Jika sebuah titik bergerak, jalan yang dilalui membentuk garis. Garis mempunyai panjang tanpa lebar, mempunyai kedudukan dan arah, kedua ujungnya berupa titik. Garis juga merupakan batas sebuah bidang. Jalan yang dilalui seutas garis yang bergerak (ke arah yang bukan arah dirinya) membentuk sebuah bidang. Bidang mempunyai panjang dan lebar, tanpa
Unsur yang berupa konsep menjelma sebagi wujud yang terlihat, wujud itu mempunyai raut (bentuk), ukuran, warna, dan barik (tekstur). Unsur rupa merupakan
komponen dasar dalam perancangan karena benar-benar dapat dilihat (Wong, 1986:3). Secara lebih jelas, Wong (1986:3) menuliskan tentang raut (bentuk), ukuran.
warna, dan barik (tekstur) sebagai berikut:
1. Bentuk Suatu bidang yang terjadi karena dibatasi oleh sebuah kontur (garis) dan atau dibatasi oleh adanya perbedaan warna yand berbeda oleh gelap terang pada arsiran atau karena adanya tekstur (Dharsono, 2004:102). Bentuk bisa berupa menyerupai wujud alam (figur), dan tidak sama sekali menyerupai wujud alam (non figur).
2. Ukuran Semua bentuk mempunyai ukuran. Ukuran bergantung dari yang lain (nisbi) jika berbicara tentang besar dan kecil, tetapi dapat juga diukur dengan pasti (Wong, 1986:3). Ukuran dapat diukur dengan menghitung panjang, lebar, dan tinggi.
3. Warna Warna merupakan kesan yang ditimbulkan cahaya pada mata (Soegeng TM dalam Dharsono, 2004:108), karena secara alami mata dapat menagkap cahaya yang dipantulkan dari permukaan benda melalui retina dan menembus kesadaran untuk selanjutnya menagkap benda yang berwarna. Warna sebagai salah satu elemen atau medium seni rupa merupakan unsur yang sangat penting, baik pada bidang seni murni atau seni terapan.
4. Tekstur Tekstur adalah unsur rupa yang menunjukkan rasa permukaan bahan, yang 4. Tekstur Tekstur adalah unsur rupa yang menunjukkan rasa permukaan bahan, yang
Loro blonyo sebagai salah satu produk seni rupa juga tidak terlepas dari unsur-unsur rupa di atas. Di Bobung, Putat, Patuk, Gunung Kidul ada tiga model loro
blonyo , yakni model keprabon, kasatrian, dan basahan. Setiap model menggunakan dua teknik finishing, yaitu teknik cat dan teknik batik. Setiap teknik pasti memiliki
unsur rupa yang berbeda-beda, berikut unsur-unsur rupa yang terdapat pada loro blonyo di Bobung, Putat, Patuk, Gunung Kidul:
Sabuk Jarik
Gambar 4.15. Loro Blonyo Pria Model Keprabon dengan Teknik Finishing Cat (Sumber: Yohanes,2012)
Tabel Analisis Unsur Rupa
Unsur Rupa
Keterangan
Bentuk
Posisi duduk dengan badan tegak Kedua telapak tangan bertumpu pada lutut
Warna
Putih pada bagian kulit Merah pada kuku, bibir, lontong dan sabuk Emas pada kontur kuluk , mahkota, dan motif beskap Hitam pada rambut, alis, mata, kumis Biru pada beskap Coklat tua pada jarik
Ukuran
Tinggi 25 cm dan 20 cm Panjang 18 cm dan13,5 cm Lebar 13cm dan 10 cm
Tekstur
Halus pada permukaan beskap, jarik, dan lontong Timbul pada aksesoris, detail wajah dan telapak tangan
Tabel 4.1. Analisis Unsur Rupa pada Loro Blonyo Pria Model Keprabon dengan Teknik Finishing Cat
Pada loro blonyo jenis ini merupakan perwujudan dari bentuk manusia yang mengenakan busana pengantin pria dengan gaya Yogyakarta model keprabon. Figur tersebut dalam posisi duduk dengan badan tegak, kedua telapak tangan bertumpu pada lutut, sehingga berkesan seperti penggambaran pengantin sesungguhnya yang tetap pada keadaan tenang selama prosesi pernikahan. Pandangan mata lurus kedepan sehingga semakin menguatkan kesan tenang.
Kehadiran warna diharapkan mampu mendukung perwujudan figur seperti sosok aslinya. Penggunaan warna putih diterapkan pada bagian kulit, sedangkan merah diterapkan pada kuku dan bibir. Warna hitam dengan garis kontur emas ada pada kuluk (mahkota). Pada rambut, alis, mata, dan kumis diberi warna hitam dengan menggunakan garis dan tidak detail seperti aslinya. Warna biru pada beskap dengan perpaduan warna emas pada motif beskap. Sedangkan pada lontong dan sabuk diberi warna merah. Coklat tua diterapkan pada jarik dengan warna coklat muda dan putih pada motif jarik dan lontong.
Untuk ukuran terdapat dua macam ukuran, yakni ukuran besar 25 cm dan kecil 20 cm. Untuk ukuran 25 cm terdiri dari panjang 18 cm, lebar 13 cm, dan tinggi
25 cm. Dan untuk ukuran 20 cm terdiri dari panjang 13,5 cm, lebar 10 cm, dan tinggi
20 cm. Loro blonyo ini dibuat dari bahan kayu, sehingga setelah proses finishing selesai adalah memiliki tekstur halus. Efek halus tersebut dihasilkan oleh proses penghalusan dengan menggunakan amplas. Sedangkan untuk bagian aksesoris (kuluk, 20 cm. Loro blonyo ini dibuat dari bahan kayu, sehingga setelah proses finishing selesai adalah memiliki tekstur halus. Efek halus tersebut dihasilkan oleh proses penghalusan dengan menggunakan amplas. Sedangkan untuk bagian aksesoris (kuluk,
2. Loro Blonyo Wanita Model Keprabon dengan Teknik Finishing Cat
Gambar 4.17. Loro Blonyo Wanita Model Keprabon dengan Teknik Finishing Cat (Sumber: Yohanes,2012)
Tabel Analisis Unsur Rupa
Unsur Rupa
Keterangan
Bentuk
Posisi duduk dengan badan tegak Kedua telapak tangan bertumpu pada lutut
Warna
Putih pada bagian kulit
Hitam pada rambut, alis, mata, gelung Emas pada paes rambut dan motif kebaya Biru pada kebaya Coklat tua pada jarik Coklat muda dan putih pada motif jarik dan lontong
Ukuran
Tinggi 22 cm dan 18 cm Panjang 11 cm dan8,5 cm Lebar 13 cm dan 11cm
Tekstur
Halus pada kebaya, gelung, jarik, dan lontong Timbul pada aksesoris, paes, rambut, detail wajah dan telapak tangan
Tabel 4.2. Analisis Unsur Rupa pada Loro Blonyo Wanita Model Keprabon dengan Teknik Finishing Cat
Pada loro blonyo jenis ini merupakan perwujudan dari bentuk manusia yang mengenakan busana pengantin wanita dengan gaya Yogyakarta model keprabon. Figur tersebut dalam posisi duduk dengan badan tegak, kedua telapak tangan bertumpu pada lutut, sehingga berkesan seperti penggambaran pengantin sesungguhnya yang tetap pada keadaan tenang selama prosesi pernikahan. Pandangan mata lurus kedepan sehingga semakin menguatkan kesan tenang.
Warna putih diterapkan pada bagian kulit, sedangkan untuk kuku dan bibir menggunakan warna merah. Warna hitam untuk rambut, alis, mata, dan gelung. Pada paes rambut menggunakan warna emas yang kontras ketika dipadukan dengan warna hitam. Untuk warna biru terdapat pada kebaya dengan warna emas pada motifnya. Warna merah digunakan pada lontong, sedangkan warna coklat tua digunakan pada jarik. Coklat muda dan putih digunakan pada motif jarik dan lontong.
Untuk ukuran terdapat dua macam ukuran, yakni ukuran 22 cm dan 18 cm. Untuk ukuran 22 cm terdiri dari panjang 11 cm, lebar 13 cm, dan tinggi 22 cm. Dan Untuk ukuran terdapat dua macam ukuran, yakni ukuran 22 cm dan 18 cm. Untuk ukuran 22 cm terdiri dari panjang 11 cm, lebar 13 cm, dan tinggi 22 cm. Dan
3. Loro Blonyo Model Keprabon dengan Teknik Finishing Batik
Gambar 4.18. Loro Blonyo Pria Model Keprabon dengan Teknik Finishing Batik (Sumber: Yohanes,2012)
Unsur Rupa
Keterangan
Bentuk
Posisi duduk dengan badan tegak Kedua telapak tangan bertumpu pada lutut
Warna
Putih pada bagian kulit, motif isian kuluk , motif beskap, motif jarik , dan motif lontong
Merah pada kuku dan bibir Coklat tua pada beskap, pada kuluk jarik, dan motif lontong Coklat muda pada kuluk , mahkota, motif beskap, motif jarik Hitam pada rambut, alis, mata, dan kumis Kuning pada motif lontong
Ukuran
Tinggi 25 cm dan 20 cm Panjang 18 cm dan13,5 cm Lebar 13 cm dan 10 cm
Tekstur
Halus pada kuluk, jarik, dan lontong Timbul pada aksesoris dan detail wajah dan telapak tangan
Tabel 4.3. Analisis Unsur Rupa pada Loro Blonyo Pria Model Keprabon dengan Teknik Finishing Batik
Pada loro blonyo jenis ini merupakan perwujudan dari bentuk manusia yang mengenakan busana pengantin pria dengan gaya Yogyakarta model keprabon. Figur tersebut dalam posisi duduk dengan badan tegak, kedua telapak tangan bertumpu pada lutut, sehingga berkesan seperti penggambaran pengantin sesungguhnya yang tetap pada keadaan tenang selama prosesi pernikahan. Pandangan mata lurus kedepan sehingga semakin menguatkan kesan tenang.
Penggunaan warna putih pada bagian kulit, warna merah pada kuku dan bibir. Sedangkan untuk warna coklat muda dan coklat tua pada kuluk (mahkota). Warna putih untuk motif isian pada kuluk. Warna hitam pada rambut, alis, mata, kumis.
menggunkan warna coklat muda dan putih. Penerapan warna coklat tua terdapat pada jarik dengan warna coklat muda dan putih pada motifnya. Untuk bagian lontong menggunakan warna kuning, sedangkan warna putih dan coklat tua untuk motifnya.
Untuk ukuran terdapat dua macam ukuran, yakni ukuran 25cm dan 20cm. Untuk ukuran 25cm terdiri dari panjang 18cm, lebar 13cm, dan tinggi 25cm. Dan
untuk ukuran 20cm terdiri dari panjang 13,5cm, lebar 10cm, dan tinggi 20cm. Loro blonyo ini dibuat dari bahan kayu, sehingga setelah proses finishing selesai adalah
memiliki tekstur halus. Efek halus tersebut dihasilkan oleh proses penghalusan dengan menggunakan amplas. Sedangkan untuk bagian aksesoris (kuluk, keris) dan detail (wajah, mata, hidung, bibir, aksesoris, busana) memiliki perbedaan kedalaman antar bagian yang dihasilkan oleh pahat dan ukir, sehingga permukaan yang dihasilkan sedikit timbul. Dengan demikian tekstur secara keseluruhan adalah halus dengan perbedaan kedalaman antar bagian.
Tabel Analisis Unsur Rupa
Unsur Rupa
Keterangan
Bentuk
Posisi duduk dengan badan tegak Kedua telapak tangan bertumpu pada lutut
Warna
Putih pada bagian kulit, motif isian kuluk , motif kebaya, motif jarik , dan motif lontong Merah pada kuku dan bibir Coklat tua pada kebaya, pada kuluk jarik, dan motif lontong Coklat muda pada kuluk , mahkota, motif kebaya, motif jarik Hitam pada rambut, alis, dan mata Kuning pada motif lontong Emas pada paes
Ukuran
Tinggi 22 cm dan 18 cm
Lebar 13 cm dan 11 cm
Tekstur
Halus pada kebaya, jarik, lontong Timbul pada aksesoris, rambut, detail wajah, dan telapak tangan
Tabel 4.4. Analisis Unsur Rupa pada Loro Blonyo Wanita Model Keprabon dengan Teknik Finishing Batik
Pada loro blonyo jenis ini merupakan perwujudan dari bentuk manusia yang mengenakan busana pengantin wanita dengan gaya Yogyakarta model keprabon. Figur tersebut dalam posisi duduk dengan badan tegak, kedua telapak tangan bertumpu pada lutut, sehingga berkesan seperti penggambaran pengantin sesungguhnya yang tetap pada keadaan tenang selama prosesi pernikahan. Pandangan mata lurus kedepan sehingga semakin menguatkan kesan tenang.
Warna putih pada bagian kulit dengan menggunakan warna merah untuk kuku dan bibir. Warna emas pada paes yang dipadukan dengan warna hitam pada rambut, alis, mata. Pada kebaya memakai warna coklat tua. Sedangkan warna coklat muda dan putih terdapat pada motif kebaya. Penerapan warna coklat tua ada pada jarik dengan coklat muda dan putih untuk motifnya. Warna kuning pada lontong dengan perpaduan warna putih dan coklat tua untuk motifnya.
Untuk ukuran terdapat dua macam ukuran, yakni ukuran 22 cm dan 18cm. Untuk ukuran 22 cm terdiri dari panjang 11 cm, lebar 13 cm, dan tinggi 22 cm. Dan untuk ukuran 28 cm terdiri dari panjang 8,5 cm, lebar 11 cm, dan tinggi 18 cm. Loro blonyo ini dibuat dari bahan kayu, sehingga setelah proses finishing selesai adalah memiliki tekstur halus. Efek halus tersebut dihasilkan oleh proses penghalusan dengan menggunakan amplas. Sedangkan untuk bagian aksesoris dan detail (wajah, mata, hidung, bibir, rambut, aksesoris, busana, paes) memiliki perbedaan kedalaman antar bagian yang dihasilkan oleh pahat dan ukir, sehingga permukaan yang Untuk ukuran terdapat dua macam ukuran, yakni ukuran 22 cm dan 18cm. Untuk ukuran 22 cm terdiri dari panjang 11 cm, lebar 13 cm, dan tinggi 22 cm. Dan untuk ukuran 28 cm terdiri dari panjang 8,5 cm, lebar 11 cm, dan tinggi 18 cm. Loro blonyo ini dibuat dari bahan kayu, sehingga setelah proses finishing selesai adalah memiliki tekstur halus. Efek halus tersebut dihasilkan oleh proses penghalusan dengan menggunakan amplas. Sedangkan untuk bagian aksesoris dan detail (wajah, mata, hidung, bibir, rambut, aksesoris, busana, paes) memiliki perbedaan kedalaman antar bagian yang dihasilkan oleh pahat dan ukir, sehingga permukaan yang
4. Loro Blonyo Pria Model Kasatrian dengan Teknik Finishing Cat
Blangkon Beskap
Kolong keris Kalung
Warangka
Lontong Jarik Sabuk
Gambar 4.19. Loro Blonyo Pria Model Kasatrian dengan Teknik Finishing Cat (Sumber: Yohanes,2012)
Tabel Analisis Unsur Rupa
Unsur Rupa
Keterangan
Bentuk
Posisi duduk dengan badan tegak Posisi tangan ngapurancang
Warna
Putih pada bagian kulit, isian blangkon, kolong kerisi, motif jarik , motif beskap, dan lontong Merah pada kuku, bibir, dan beskap Emas pada jarik, isian blangkon, aksesoris kalung, motif jarik dan lontong Hitam pada rambut, alis, mata, kumis, sabuk, dan blangkon
Kuning pada motif beskap Hijau muda pada kolong keris (roncean bunga) Coklat muda pada warangka Biru muda pada lontong, sabuk
Ukuran
Tinggi 25 cm dan 20 cm Panjang 18 cm dan13,5 cm Lebar 13 cm dan 10 cm
Tekstur
Halus pada blangkon, beskap, jarik, dan lontong Timbul pada aksesoris dan detail wajah dan telapak tangan
Tabel 4.5. Analisis Unsur Rupa pada Loro Blonyo Pria Model Kasatrian dengan Teknik Finishing Cat
Pada loro blonyo jenis ini merupakan perwujudan dari bentuk manusia yang mengenakan busana pengantin pria dengan gaya Yogyakarta model kasatrian. Figur tersebut dalam posisi duduk dengan badan tegak, posisi tangan ngapurancang. Dalam posisi demikian menimbulkan kesan kesopanan seperti penggambaran pengantin sesungguhnya yang selalu menampilkan posisi sopan dan menghormati.
Penerapan warna putih pada bagian kulit, dan warna merah pada kuku serta pada bibir. Warna hitam untuk blangkon dengan perpaduan warna emas dan putih untuk isian blangkon. Pada bagian rambut, alis, mata, dan kumis menggunakan warna hitam. Untuk warna merah digunakan pada beskap, sedangkan untuk motif isiannya menggunakan warna merah muda, kuning, dan putih. Warna emas terdapat pada aksesoris kalung. Untuk warna putih dan hijau muda digunakan pada kolong keris (roncean bunga). Pada bagian sabuk menggunakan warna hitam yang dipadukan dengan warna biru muda. Warna coklat muda pada keris dan warangka. Sedangkan warna biru muda digunakan pada lontong. Untuk jarik menggunakan warna hitam dan warna emas dan putih digunakan pada motif jarik dan lontong.
Untuk ukuran 25 cm terdiri dari panjang 18 cm, lebar 13 cm, dan tinggi 25 cm. Dan untuk ukuran 20 cm terdiri dari panjang 13,5 cm, lebar 10 cm, dan tinggi 20 cm. Loro blonyo ini dibuat dari bahan kayu, sehingga setelah proses finishing selesai adalah memiliki tekstur halus. Efek halus tersebut dihasilkan oleh proses penghalusan dengan menggunakan amplas. Sedangkan untuk bagian aksesoris (blangkon, kalung, keris, kolong keris, warangka, sabuk ) dan detail (wajah, mata, hidung, bibir, aksesoris, busana) memiliki perbedaan kedalaman antar bagian yang dihasilkan oleh pahat dan ukir, sehingga permukaan yang dihasilkan sedikit timbul. Dengan demikian tekstur secara keseluruhan adalah halus dengan perbedaan kedalaman antar bagian.
5. Loro Blonyo Wanita Model Kasatrian dengan Teknik Finishing Cat
Sisir gunungan Paes Anting Kalung
Kebaya
Tusuk kondhe
Lontong
Jarik Gambar 4.20. Loro Blonyo Wanita Model Kasatrian dengan Teknik Finishing Cat
(Sumber: Yohanes,2012)
Tabel Analisis Unsur Rupa
Unsur Rupa
Keterangan
Bentuk
Posisi duduk dengan badan tegak Kedua telapak tangan bertumpu pada lutut
Warna
Putih pada bagian kulit, motif kebaya, motif lontong, dan motif jarik
Merah pada kuku, bibir, kebaya, anting, motif lontong Emas pada paes rambut, tusuk kondhe, dan sisir gunungan
Hitam pada rambut, alis, mata, jarik Kuning dan merah muda pada motif kebaya Biru pada lontong Coklat muda pada motif jarik
Ukuran
Tinggi 22 cm dan 18 cm Panjang 11 cm dan8,5 cm Lebar 13 cm dan 11 cm
Tekstur
Halus pada kebaya, jarik, dan lontong Timbul pada aksesoris, paes, detail wajah dan telapak tangan
Tabel 4.6. Analisis Unsur Rupa pada Loro Blonyo Wanita Model Kasatrian dengan Teknik Finishing Cat
Pada loro blonyo jenis ini merupakan perwujudan dari bentuk manusia yang mengenakan busana pengantin wanita dengan gaya Yogyakarta model kasatrian. Figur tersebut dalam posisi duduk dengan badan tegak, kedua telapak tangan bertumpu pada lutut, sehingga berkesan seperti penggambaran pengantin sesungguhnya yang tetap pada keadaan tenang selama prosesi pernikahan. Pandangan mata lurus kedepan semakin menguatkan kesan tenang.
pada kuku, bibir, dan anting. Warna emas terdapat pada paes, tusuk kondhe, dan sisir gunungan . Untuk warna hitam terdapat pada rambut, alis, mata. Kebaya menggunkan warna merah, dan untuk motif isiannya menggunakan warna kuning, putih, dan merah muda. Sedangkan untuk bagian lontong menggunakan warna biru, dan warna merah dan putih untuk motifnya. Warna hitam pada jarik dikombinasikan dengan warna coklat muda dan putih pada motifnya.
Untuk ukuran terdapat dua macam ukuran, yakni ukuran 22 cm dan 18 cm. Untuk ukuran 22 cm terdiri dari panjang 11 cm, lebar 13 cm, dan tinggi 22 cm. Dan
untuk ukuran 28 cm terdiri dari panjang 8,5 cm, lebar 11 cm, dan tinggi 18 cm. Loro blonyo ini dibuat dari bahan kayu, sehingga setelah proses finishing selesai adalah memiliki tekstur halus. Efek halus tersebut dihasilkan oleh proses penghalusan dengan menggunakan amplas. Sedangkan untuk bagian aksesoris (tusuk kondhe, sisir gunungan, kalung ) dan detail (wajah, mata, hidung, bibir, aksesoris, busana, paes) memiliki perbedaan kedalaman antar bagian yang dihasilkan oleh pahat dan ukir, sehingga permukaan yang dihasilkan sedikit timbul. Dengan demikian tekstur secara keseluruhan adalah halus dengan perbedaan kedalaman antar bagian.
Kolong keris
Gambar 4.21. Loro Blonyo Pria Model Kasatrian Teknik Finishing Batik (Sumber: Yohanes,2012)
Tabel Analisis Unsur Rupa
Unsur Rupa
Keterangan
Bentuk
Posisi duduk dengan badan tegak Posisi tangan ngapurancang
Warna
Kuning pada bagian kulit Merah pada kuku, bibir, kolong keris, motif beskap, dan motif jarik Hitam pada blangkon, rambut, alis, mata, kumis, lontong Putih pada motif blangkon Hijau pada sinthingan dan coklat muda pada motifnya motif jarik, motif beskap
Coklat muda dan hitam pada sabuk, motif blangkon, motif lontong, motif jarik, motif beskap
Ukuran
Tinggi 25 cm dan 20 cm Panjang 18 cm dan13,5 cm
Lebar 13 cm dan 10 cm
Tekstur
Halus pada blangkon, beskap, jarik, lontong Timbul pada aksesoris dan detail wajh dan telapak tangan
Tabel 4.7. Analisis Unsur Rupa pada Loro Blonyo Pria Model Kasatrian dengan Teknik Finishing Batik
Pada loro blonyo jenis ini merupakan perwujudan dari bentuk manusia yang mengenakan busana pengantin pria dengan gaya Yogyakarta model kasatrian. Figur tersebut dalam posisi duduk dengan badan tegak, posisi tangan ngapurancang. Dalam posisi demikian menimbulkan kesan kesopanan seperti penggambaran pengantin sesungguhnya yang selalu menampilkan posisi sopan dan menghormati.
Warna kuning digunakan pada bagian kulit, warna merah pada kuku dan bibir. Warna hitam duterapkan pada blangkon dengan warna coklat muda dan putih pada motifnya. Sedangkan pada sinthingan menggunakan warna hijau dan menggunakan warna coklat muda pada motifnya. Penerapan warna hitam terdapat pada rambut, alis, mata, dan kumis. Untuk warna coklat tua digunakan pada beskap. Warna erah, hijau, dan coklat muda digunakan untuk motif yang terdapat pada beskap. Kolong keris menggunakan warna merah, sedangkan warna coklat muda dan hitam digunakan pada sabuk . Warna hitam juga terdapat pada lontong dengan warna coklat muda pada motifnya. Untuk warna coklat tua digunakan pada jarik dengan perpaduan warna coklat muda, merah, dan hijau pada motif jarik.
Untuk ukuran terdapat dua macam ukuran, yakni ukuran 25 cm dan 20 cm. Untuk ukuran 25 cm terdiri dari panjang 18 cm, lebar 13 cm, dan tinggi 25 cm. Dan Untuk ukuran terdapat dua macam ukuran, yakni ukuran 25 cm dan 20 cm. Untuk ukuran 25 cm terdiri dari panjang 18 cm, lebar 13 cm, dan tinggi 25 cm. Dan
7. Loro Blonyo Wanita Model Kasatrian dengan Teknik Finishing Batik
Paes Kalung
Jarik Gambar 4.22. Loro Blonyo Wanita Model Kasatrian dengan Teknik Finishing Batik
(Sumber: Yohanes,2012)
Unsur Rupa
Keterangan
Bentuk
Posisi duduk dengan badan tegak Kedua telapak tangan bertumpu pada lutut
Warna
Kuning pada bagian kulit Merah pada kuku, bibir, motif kebaya, dan motif kebaya
Hitam pada rambut, alis, mata, paes, lontong Coklat tua pada kebaya, jarik, gelung Hijau pada motif kebaya, motif jarik, motif gelung Coklat muda pada motif jarik motif lontong, motif kebaya, motif gelung
Ukuran
Tinggi 22 cm dan 18 cm Panjang 11 cm dan8,5cm Lebar 13 cm dan 11 cm
Tekstur
Halus pada gelung, kebaya, jarik, lontong Timbul pada aksesoris, rambut, detail wajah, dan telapak tangan
Tabel 4.8. Analisis Unsur Rupa pada Loro Blonyo Wanita Model Kasatrian dengan Teknik Finishing Batik
Pada loro blonyo jenis ini merupakan perwujudan dari bentuk manusia yang mengenakan busana pengantin wanita dengan gaya Yogyakarta model kasatrian. Figur tersebut dalam posisi duduk dengan badan tegak, kedua telapak tangan bertumpu pada lutut, sehingga berkesan seperti penggambaran pengantin sesungguhnya yang tetap pada keadaan tenang selama prosesi pernikahan. Pandangan mata lurus kedepan sehingga semakin menguatkan kesan tenang.
Penerapan warna kuning terdapat pada bagian kulit, dan untuk warna merah diterapkan pada kuku dan bibir. Warna coklat tua digunakan pada gelung dengan coklat muda dan hijau pada motifnya. Untuk warna hitam diterapkan pada rambut, Penerapan warna kuning terdapat pada bagian kulit, dan untuk warna merah diterapkan pada kuku dan bibir. Warna coklat tua digunakan pada gelung dengan coklat muda dan hijau pada motifnya. Untuk warna hitam diterapkan pada rambut,
Untuk ukuran terdapat dua macam ukuran, yakni ukuran 22 cm dan 18 cm. Untuk ukuran 22 cm terdiri dari panjang 11 cm, lebar 13 cm, dan tinggi 22 cm. Dan
untuk ukuran 28 cm terdiri dari panjang 8,5 cm, lebar 11 cm, dan tinggi 18 cm. Loro blonyo ini dibuat dari bahan kayu, sehingga setelah proses finishing selesai adalah
memiliki tekstur halus. Efek halus tersebut dihasilkan oleh proses penghalusan dengan menggunakan amplas. Sedangkan untuk bagian aksesoris (kalung) dan detail (wajah, mata, hidung, bibir, rambut, aksesoris, busana, paes) memiliki perbedaan kedalaman antar bagian yang dihasilkan oleh pahat dan ukir, sehingga permukaan yang dihasilkan sedikit timbul. Dengan demikian tekstur secara keseluruhan adalah halus dengan perbedaan kedalaman antar bagian.
Sumping
Kalung Kolong keris
Kelat bahu
Sabuk Kampuh Warangka
Jarik
Slope Gambar 4.23. Loro Blonyo Pria Model Basahan dengan Teknik Finishing Cat
(Sumber: Yohanes,2012)
Tabel Analisis Unsur Rupa
Unsur Rupa
Keterangan
Bentuk
Posisi duduk dengan badan tegak Kedua telapak tangan bertumpu pada lutut
Warna
Coklat pada bagian kulit Merah pada kuku, bibir, sabuk, sumping, slope
Hitam pada rambut, alis, mata, kumis, kuluk, gelang, kalung, kelat bahu
Emas pada kontur kuluk, sumping, gelang, kalung dan kelat bahu Coklat tua pada jarik Putih pada motif jarik
Coklat muda pada motif jarik, keris dan warangka Hijau tua pada kolong keris Orange pada kolong keris Biru pada kampuh
Ukuran
Tinggi 25 cm dan 20 cm Panjang 18 cm dan13,5 cm Lebar 13 cm dan 10 cm
Tekstur
Halus kuluk, slope, jarik, dan kampuh Timbul pada aksesoris dan detail wajah dan telapak tangan
Tabel 4.9. Analisis Unsur Rupa pada Loro Blonyo Pria Model Basahan dengan Teknik Finishing Cat
Pada loro blonyo jenis ini merupakan perwujudan dari bentuk manusia yang mengenakan busana pengantin wanita dengan gaya Yogyakarta model basahan. Figur tersebut dalam posisi duduk dengan badan tegak, kedua telapak tangan bertumpu pada lutut, sehingga berkesan seperti penggambaran pengantin sesungguhnya yang tetap pada keadaan tenang selama prosesi pernikahan. Pandangan mata lurus kedepan sehingga semakin menguatkan kesan tenang.
Warna coklat digunakan pada bagian kulit, sedangkan warna merah digunakan pada kuku dan bibir. Perpaduan warna hitam dengan garis kontur emas terdapat pada kuluk (mahkota). Warna emas dipadukan dengan warna merah digunakan pada sumping. Sementara pada rambut, alis, mata, dan kumis juga menggunakan warna hitam. Perpaduan warna emas dan hitam juga digunakan pada kalung dan kelat bahu. Warna merah pada selop dipadukan dengan warna coklat tua pada jarik . Untuk motif pada jarik menggunakan warna coklat muda dan putih. Untuk warna merah terdapat pada sabuk, dan warna merah muda pada motifnya.
tua dan orange diterapkan pada kolong keris. Untuk ukuran terdapat dua macam ukuran, yakni ukuran 25 cm dan 20 cm. Untuk ukuran 25 cm terdiri dari panjang 18 cm, lebar 13 cm, dan tinggi 25 cm. Dan untuk ukuran 20 cm terdiri dari panjang 13,5 cm, lebar 10 cm, dan tinggi 20 cm. Loro blonyo ini dibuat dari bahan kayu, sehingga setelah proses finishing selesai adalah memiliki tekstur halus. Efek halus tersebut dihasilkan oleh proses penghalusan dengan menggunakan amplas. Sedangkan untuk bagian aksesoris (kuluk, sumping, gelang, kelat bahu, kalung, keris, kolong keris, warangka ) dan detail (wajah, mata, hidung, bibir, aksesoris, busana) memiliki perbedaan kedalaman antar bagian yang dihasilkan oleh pahat dan ukir, sehingga permukaan yang dihasilkan sedikit timbul. Dengan demikian tekstur secara keseluruhan adalah halus dengan perbedaan kedalaman antar bagian.
9. Loro Blonyo Wanita Model Basahan dengan Teknik Finishing Cat
Paes Sisir gunungan Tiba dada
Kemben Anting
Kelat bahu
Sabuk Gelang
Gambar 4.24. Loro Blonyo Wanita Model Basahan dengan Teknik Finishing Cat
Unsur Rupa
Keterangan
Bentuk
Posisi duduk dengan badan tegak Kedua telapak tangan bertumpu pada lutut
Warna
Coklat pada bagian kulit Merah pada kuku, bibir, lontong
Hitam pada rambut, alis, mata, kemben Emas pada paes kalung, kelat bahu, sisir gunungan, dan motif isian kemben Orange pada motif isian kemben, motif bunga pada gelung Putih motif isian kemben, motif bunga pada gelung, motif jarik Hitam pada jarik Coklat muda pada motif jarik Merah muda untuk motif lontong
Ukuran
Tinggi 22 cm dan 18 cm Panjang 11 cm dan8,5 cm Lebar 13 cm dan 11 cm
Tekstur
Halus pada gelung, kemben, jarik, lontong, dan kampuh Timbul pada aksesoris, paes, rambut, tiba dada, detail wajah dan telapak tangan
Tabel 4.10. Analisis Unsur Rupa pada Loro Blonyo Wanita Model Basahan dengan Teknik Finishing Cat
Pada loro blonyo jenis ini merupakan perwujudan dari bentuk manusia yang mengenakan busana pengantin wanita dengan gaya Yogyakarta model basahan. Figur tersebut dalam posisi duduk dengan badan tegak, kedua telapak tangan bertumpu pada lutut, sehingga berkesan seperti penggambaran pengantin sesungguhnya yang
semakin menguatkan kesan tenang. Warna coklat diterapkan pada bagian kulit dengan warna merah pada kuku dan bibir. Warna hitam digunakan untuk bagian rambut, alis, dan mata. Penerapan warna emas terdapat pada paes dan sisir gunungan. Sedangkan warna orange dan putih terdapat pada motif bunga di gelung. Pada kemben menggunakan warna hitam dengan isian warna orange, putih, dan emas. Warna emas digunakan pada kalung dan kelat bahu . Warna hitam pada jarik dipadukan dengan warna coklat muda dan putih pada motif jarik . Dan warna merah pada lontong dipadukan dengan warna merah muda untuk motifnya.
Untuk ukuran terdapat dua macam ukuran, yakni ukuran 22 cm dan 18 cm. Untuk ukuran 22 cm terdiri dari panjang 11 cm, lebar 13 cm, dan tinggi 22 cm. Dan untuk ukuran 28 cm terdiri dari panjang 8,5 cm, lebar 11 cm, dan tinggi 18 cm. Loro blonyo ini dibuat dari bahan kayu, sehingga setelah proses finishing selesai adalah memiliki tekstur halus. Efek halus tersebut dihasilkan oleh proses penghalusan dengan menggunakan amplas. Sedangkan untuk bagian aksesoris (sisir gunungan, anting, tiba dada, kelat bahu, kalung, gelang ) dan detail (wajah, mata, hidung, bibir, aksesoris, busana, paes) memiliki perbedaan kedalaman antar bagian yang dihasilkan oleh pahat dan ukir, sehingga permukaan yang dihasilkan sedikit timbul. Dengan demikian tekstur secara keseluruhan adalah halus dengan perbedaan kedalaman antar bagian.
Kelat bahu
Warangka
Sabuk Jarik
Slope
Kolong keris
Gambar 4.25. Loro Blonyo Pria Model Basahan dengan Teknik Finishing Batik (Sumber: Yohanes,2012)
Tabel Analisis Unsur Rupa
Unsur Rupa
Keterangan
Bentuk
Posisi duduk dengan badan tegak Kedua telapak tangan bertumpu pada lutut
Warna
Coklat alami kayu pada bagian kulit Merah pada kuku dan bibir Coklat tua pada kuluk (mahkota) dengan biru muda dan putih pada motifnya Hitam pada rambut, alis, mata, kumis, sabuk, selop Coklat tua pada kalung, gelang, kelat bahu, jarik, keris, kolong keris, warangka, motif slope, motif sabuk Coklat alami kayu pada bagian kulit Merah pada kuku dan bibir Coklat tua pada kuluk (mahkota) dengan biru muda dan putih pada motifnya Hitam pada rambut, alis, mata, kumis, sabuk, selop Coklat tua pada kalung, gelang, kelat bahu, jarik, keris, kolong keris, warangka, motif slope, motif sabuk
Ukuran
Tinggi 25 cm dan 20 cm Panjang 18 cm dan13,5 cm Lebar 13 cm dan 10 cm
Tekstur
Halus pada kuluk, jarik, dan slope Timbul pada aksesoris detail wajah dan telapak tangan
Tabel 4.11. Analisis Unsur Rupa pada Loro Blonyo Pria Model Basahan dengan Teknik Finishing Batik
Pada loro blonyo jenis ini merupakan perwujudan dari bentuk manusia yang mengenakan busana pengantin wanita dengan gaya Yogyakarta model basahan. Figur tersebut dalam posisi duduk dengan badan tegak, kedua telapak tangan bertumpu pada lutut, sehingga berkesan seperti penggambaran pengantin sesungguhnya yang tetap pada keadaan tenang selama prosesi pernikahan. Pandangan mata lurus kedepan sehingga semakin menguatkan kesan tenang.
Warna coklat alami kayu digunakan pada bagian kulit. Sedangkan warna merah digunakan pada bagian kuku dan bibir. Untuk warna coklat tua diterapkan pada kuluk (mahkota) dengan biru muda dan putih pada motifnya. Warna hitam digunakan pada rambut, alis, mata, dan kumis. Penggunaan warna coklat tua terdapat pada kalung dan kelat bahu dengan coklat muda pada motifnya. Untuk warna hitam terdapat pada bagian sabuk dengan coklat tua dan coklat muda pada motifnya. Warna hitam juga terdapat pada selop dengan coklat tua dan coklat muda pada motifnya. Sedangkan warna coklat tua digunakan pada jarik dengan coklat muda dan kuning pada motifnya. Warna coklat tua juga terdapat pada keris dan warangka. Warna coklat tua, coklat muda, dan kuning diterapkan pada kolong keris.
Untuk ukuran 25 cm terdiri dari panjang 18 cm, lebar 13 cm, dan tinggi 25cm. Dan untuk ukuran 20 cm terdiri dari panjang 13,5 cm, lebar 10 cm, dan tinggi 20 cm. Loro blonyo ini dibuat dari bahan kayu, sehingga setelah proses finishing selesai adalah memiliki tekstur halus. Efek halus tersebut dihasilkan oleh proses penghalusan dengan menggunakan amplas. Sedangkan untuk bagian aksesoris (kuluk, sumping, kelat bahu, kalung, gelang keris, warangka, kolong keris ) dan detail (wajah, mata, hidung, bibir, aksesoris, busana) memiliki perbedaan kedalaman antar bagian yang dihasilkan oleh pahat dan ukir, sehingga permukaan yang dihasilkan sedikit timbul. Dengan demikian tekstur secara keseluruhan adalah halus dengan perbedaan kedalaman antar bagian.
11. Loro Blonyo Wanita Model Basahan dengan Teknik Finishing Batik
Sisir gunungan
Paes Gelung
Kalung
Kelat bahu
Kemben
Sabuk Gelang
Kampuh Lontong Jarik
Gambar 4.26. Loro Blonyo Wanita Model Basahan Teknik Finishing Batik
Unsur Rupa
Keterangan
Bentuk
Posisi duduk dengan badan tegak Kedua telapak tangan bertumpu pada lutut
Warna
Coklat alami pada bagian kulit Merah pada kuku, bibir
Coklat tua pada sisir gunungan, kalung, kelat bahu, sabuk, jarik, dan lontong Coklat muda pada motif sisir gununga kalung, kelat bahu, sabuk, dan jarik Hitam pada rambut, alis, mata, Kuning pada motif sabuk, motif jarik Putih pada motif jarik, motif pada kampuh, motif pada lontong Hijau tua pada kampuh
Ukuran
Tinggi 22 cm dan 18 cm Panjang 11 cm dan8,5 cm Lebar 13 cm dan 11 cm
Tekstur
Halus pada kemben, jarik, lontong, lontong Timbul pada aksesoris, paes, rambut, detail wajah dan telapak tangan
Tabel 4.12. Analisis Unsur Rupa pada Loro Blonyo Wanita Model
Basahan Teknik Finishing Batik
Pada loro blonyo jenis ini merupakan perwujudan dari bentuk manusia yang mengenakan busana pengantin wanita dengan gaya Yogyakarta model basahan. Figur tersebut dalam posisi duduk dengan badan tegak, kedua telapak tangan bertumpu pada lutut, sehingga berkesan seperti penggambaran pengantin sesungguhnya yang
sehingga semakin menguatkan kesan tenang. Penggunaan warna coklat alami terdapat pada bagian kulit, dan untuk warna merah terdapat pada kuku dan bibir. Warna coklat tua digunakan pada sisir gunungan dengan coklat muda pada motifnya. Untuk warna hitam digunakan pada rambut, alis, dan mata. Warna coklat tua diterapkan pada bagian kalung dan kelat bahu dengan coklat muda pada motifnya. Warna coklat tua pada sabuk dengan kuning dengan perpaduan warna coklat muda pada motifnya. Warna coklat tua juga terdapat pada jarik dengan coklat muda, putih, dan kuning pada motifnya. Sedangkan warna hijau tua terdapat pada kampuh dengan putih pada motifnya. Warna coklat tua juga digunakan pada bagian lontong dengan putih pada motifnya.
Untuk ukuran terdapat dua macam ukuran, yakni ukuran 22 cm dan 18 cm. Untuk ukuran 22 cm terdiri dari panjang 11 cm, lebar 13 cm, dan tinggi 22 cm. Dan untuk ukuran 28 cm terdiri dari panjang 8,5 cm, lebar 11 cm, dan tinggi 18 cm. Loro blonyo ini dibuat dari bahan kayu, sehingga setelah proses finishing selesai adalah memiliki tekstur halus. Efek halus tersebut dihasilkan oleh proses penghalusan dengan menggunakan amplas. Sedangkan untuk bagian aksesoris (sisir gunungan, kalung, gelang, kelat bahu ) dan detail (wajah, mata, hidung, bibir, rambut, aksesoris, busana, paes) memiliki perbedaan kedalaman antar bagian yang dihasilkan oleh pahat dan ukir, sehingga permukaan yang dihasilkan sedikit timbul. Dengan demikian tekstur secara keseluruhan adalah halus dengan perbedaan kedalaman antar bagian. Berdasarkan hasil analisis dari sampel produk kerajinan souvenir loro blonyo di atas, dapat disimpulkan bahwa:
1. Unsur bentuk pada semua model loro blonyo yang dijadikan sampel menunjukkan dalam posisi duduk dengan badan tegak. Terkait posisinya sebagai souvenir¸ seharusnya ada variasi bentuk lain sehingga memberikan konsumen pilihan untuk bentuk yang sesuai dengan seleranya.
2. Unsur warna yang digunakan untuk teknik finishing cat cenderung dominan pada
hadir bagian jarik yang dikenakan pada semua model loro blonyo. Pemilihan penggunaan warna seharusnya bisa lebih beragam dan tidak hanya menggunakan warna primer saja, supaya menghilangkan kesan mentah yang sangat nampak pada penggunaan warna teknik finishing cat ini. Sedangkan pada souvenir loro blonyo dengan teknik finishing batik, terjadi kesamaan penggunaan warna pada semua model loro blonyo, yakni menggunakan warna coklat yang sangat dominan. Warna coklat muncul pada hampir seluruh bagian, mulai bagian atas sampai bawah dan pada aksesoris yang dikenakan. Dengan demikian, untuk finishing batik terkesan monoton dan masih terikat kuat pada nuansa tradisi.
3. Unsur ukuran sebagai souvenir sudah memenuhi syarat mudah dibawa, yakni dengan ukuran tipe 25cm dan 20cm. Namun tidak menutup kemungkinan untuk dibuat souvenir loro blonyo dengan ukuran yang lebih kecil.
4. Unsur tekstur pada semua model adalah halus, sedangkan pada bagian detail dan aksesoris teksturnya timbul akibat perbedaan kedalaman yang dihasilkan oleh pemahatan dan ukir.