KESIMPULAN DAN SARAN
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pembahasan yang ada pada bab sebelumnya pada Skripsi yang berjudul Analisis Kekeringan dengan Menggunakan Metode Theory of Run Studi Kasus Daerah Aliran Sungai (DAS) Ciujung ini, diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Dari 10 stasiun hujan yang ada di DAS Ciujung, setelah dilakukan uji kepanggahan data yang dilakukan dengan perhitungan korelasi dan kurva massa ganda, di dapat 6 stasiun hujan yang memiliki data yang layak untuk digunakan dalam analisis kekeringan dengan menggunakan metode Theory of Run . Yang diantaranya adalah stasiun Bojongmanik, Pamarayan, Pipitan, Cibeureum, Pasir Ona, dan Sampang Peundeuy.
2. Keenam stasiun tersebut memiliki nilai korelasi dari 0,618 sampai 0,811 yang memiliki interpretasi cukup sampai tinggi. Begitu pula dengan hasil yang didapat dari analsisi kurva massa ganda, keenam stasiun memiliki
nilai koefisien deternimasi (R 2 ) di atas 0,99 yang artinya semua stasiun saling berkaitan dan mendukung dalam anlinisis.
3. Dari keenam stasiun hujan, Stasiun Bojongmanik memiliki durasi dan defisit hujan yang paling besar, yaitu pada kala ulang 20 tahun dengan durasi 21 bulan dan defisit 1574 mm, sedangkan stasiun Cibeureum memiliki durasi dan defisit hujan yang paling kecil, yaitu pada kala ulang
20 tahun dengan durasi 7 bulan dan defisit 468 mm.
4. Pola kekeringan terjadi pada pertengahan tahun di bulan Juni, Juli, Agustus dan September dengan jumlah defisit terbesar di bulan Juli dan Agustus. Dari hasil analisa didapat tingkat kekeringan, untuk stasiun Bojongmanik kondisi basah 45,1 %; kondisi normal 6,37 %; kondisi kering 48,4 %. Stasiun Pamarayan kondisi basah 42,6 %; kondisi normal
14,2 %; kondisi kering 43,1 %. Stasiun Pipitan kondisi basah 39,2 %; kondisi normal 12,3 %; kondisi kering 48,5 %. Stasiun Cibeureum kondisi basah 42,1 %; kondisi normal 12,7 %; kondisi kering 45,1 %. Stasiun Pasir Ona kondisi basah 42,6 %; kondisi normal 8,3%; kondisi kering 49,1%. Stasiun Sampang Peundeuy kondisi basah 41,1%; kondisi normal 14,2 %; kondisi kering 44,5 %. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa DAS Ciujung memiliki kondisi normal basah.
B. SARAN
1. Untuk melakukan analisis kekeringan sebaiknya menggunakan data dengan tahun pengamatan yang panjang dan lengkap, agar hasil yang didapatnya lebih akurat dan dapat menganalisis dengan kala ulang yang lebih besar. Menurut Pedoman Konstruksi dan Bangunan Sipil Pd T-02- 2004-A, untuk menerapkan perhitungan indeks kekeringan menggunakan teori run menggunakan seri data hujan bulanan dengan panjang 50 tahun.
2. Untuk menguji kepanggahan data dapat menggunakan metode lain, misalnya Metode Outlier, Metode Run Test, Metode Helmert, dan lain sebagainya.
3. Ada beberapa cara untuk menanggulangi bencana kekeringan, diantaranya:
a) Pencanangan Go Green , yang dapat dilakukan dengan cara penanaman pohon kembali, menjaga keseimbangan lingkungan, menggunakan barang-barang yang ramah lingkungan dan Stop illegal loging untuk mengatasi iklim ekstrem yang sangat mempegaruhi bencana alam yang salah satunya adalah kekeringan.
b) Meningkatkan daya dukung Daerah Aliran Sungai (DAS) dengan cara tidak merubah tata guna lahan tangkapan hujan dengan koefisien aliran permukaan ( run off ) rendah untuk sebagian besar air hujan diserap ke tanah. Membuat reservoir alamiah dan resapan air hujan alamiah untuk memperbesar infiltrasi.
c) Restorasi atau normalisasi sungai ke keadaan yang alami. Tidak melakukan pembetonan tanggul sisi, dinding tebing dan perkerasan dasar sungai.
d) Memperhatikan perencanaan dan pengembangan kawasan di Daerah Aliran Sungai (DAS). Luas hunian tidak boleh mencapai sepertiga luas DAS.
e) Tidak menggunakan konsep drainase konvensional yang mengatuskan air secepat-cepatnya ke sungai dan selanjutnya ke hilir. Tetapi mengupayakan mengalirkan kelebihan air di suatu kawasan dengan jalan meresapkan air atau mengalirkannya secara alamiah dan bertahap ke sungai.
f) Pada saat kekeringan terjadi, para petani dapat memanfaatkannya dengan cara menanam tanaman palawija, yang diantaranya adalah jagung, timun suri, mentimun, belewah, semangka, dan lain-lain.
g) Membuat kolam retensi (tempat parkir air) dan kolam detensi di sungai Ciujung.