perjanjian tertentu.
25
Akan tetapi mengenai yang terakhir ini sudah dicabut dengan adanya SEMA Nomor 3 Tahun 1963.
c. Suatu hal tertentu Hal tertentu artinya apa yang diperjanjikan sebagai obyek
yang dimaksudkan dalam perjanjian harus ditentukan. d. Suatu sebab yang halal
Pengertian kata “sebab” atau “causa” menunjuk pada isi perjanjian. Isi perjanjian harus tidak dilarang oleh atau tidak
bertentangan dengan undang-undang, kesusilaan atau ketertiban umum.
4. Bentuk Perjanjian Kredit
Praktek perbankan mengenal 2 dua bentuk perjanjian kredit, yaitu:
26
a. Perjanjian kredit secara di bawah tangan Perjanjian kredit di bawah tangan sering disebut juga
dengan istilah “een onderteken” adalah suatu tulisan atau perjanjian yang dibuat dan ditandatangani oleh para pihak.
25
Menurut Pasal 108 dan 110 KUHPerdata, seorang perempuan yang bersuami, untuk mengadakan suatu tindakan hukum memerlukan bantuan atau ijin dari suaminya.
Surat Edaran Mahkamah Agung No. 31963 tanggal 4 Agustus 1963 kepada Ketua Pengadilan Tinggi dan Ketua Pengadilan Negeri di seluruh Indonesia menganggap Pasal
108 dan 110 KUHPerdata sudah tidak berlaku lagi. Apalagi dengan adanya Undang- undang Nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan, kedudukan hukum suami dan istri
adalah sama.
26
I Made Soewandi,Op.Cit., hal.24.
b. Perjanjian kredit secara notaril Perjanjian kredit secara notaril ini maksudnya adalah
perjanjian kredit yang dibuat dihadapan pejabat umum yang berwenang untuk itu. Dalam hal ini adalah notaris. Sebelum
para pihak menandatangani perjanjian tersebut, maka notaris yang bersangkutan membacakan terlebih dahulu seluruh isi dari
perjanjian kredit tersebut yang didampingi oleh 2 dua orang saksi.
Perjanjian kredit yang dibuat secara notariil ini dianggap sebagai akta otentik, yang memberikan bukti sempurna bagi
kedua belah pihak dalam ahli warisnya dan sekaligus orang mendapat hak dari padanya Pasal 1870 KUHperdata.
Perjanjian ini mempunyai 3 tiga kekuatan pembuktian yaitu pembuktian formil, materiil dan bersifat mengikat.
27
5. Isi Perjanjian Kredit dan Perjanjian Baku
Secara umum isi dari perjanjian kredit baik yang dibuat secara di bawah tangan, maupun uang dibuat secara notariil setidak-
tidaknya harus memuat :
28
a. Para pihak atau subjek hukum; b. Jumlah dan bentuk kredit;
c. Bunga, provisi dan biaya administrasi;
27
Ibid.,hal. 25.
28
Ibid.
d. Jangka waktu kredit; e. Barang jaminan dan asuransi;
f. Clausula representation, affirmative covenants, negative covenants, dan clausula evants of default;
g. Domisili hukum. Perjanjian baku adalah perjanjian yang hampir seluruh
klausulanya sudah dibakukan, hanya beberapa hal yang belum dibakukan, misalnya : jenis fasilitas kredit, jumlah, batas waktu
penarikan atau penggunaan fasilitas kredit, bunga dan provisi atau komisi, ketentuan pembayaran kembali dan agunan yang
diserahkan kepada bank. Di dalam perjanjian baku terdapat: a. Klausula-klausula yang wajar;
b. Klausula-klausula yang tidak wajar dan memberatkan pihak lainnya berat sebelah, yang disebut juga exemption clause
klausula eksemsi yang bertujuan untuk membebaskan atau membatasi tanggung jawab salah satu pihak terhadap gugatan
pihak lainnya dalam hal yang bersangkutan tidak dapat melaksanakan kewajibannya. Berbagai bentuk klausula eksemsi
contohnya pembebasan sama sekali dari tanggung jawab yang harus dipikul apabila terjadi ingkar janji, pembatasan jumlah
ganti rugi yang dapat dituntut atau pembatasan waktu bagi orang yang dirugikan untuk dapat mengajukan gugatan atau
ganti rugi.
c. Klausula force majeur Pembebasan tanggung jawab atas tidak dipenuhinya
sebagian atau seluruh kewajiban yang disebabkan karena terjadi kejadian-kejadian tertentu di luar kekuasaannya.
Klausula tersebut bukan klausula eksemsi karena walaupun klausula tersebut tidak dicantumkan dalam perjanjian, yang
bersangkutan tetap dibebaskan dari tanggung jawab karena Undang-undang yang menentukan demikian.
Perjanjian kredit semestinya tidak berat sebelah dan tidak boleh hanya melindungi kepentingan bank saja atau kepentingan
debitor saja. Berbeda dengan perjanjian-perjanjian baku pada umumnya,
dalam perjanjian kredit bank harus diingat bahwa bank bukan hanya mewakili dirinya sebagai perusahaan bank saja tetapi juga
mengemban kepentingan masyarakat, yaitu masyarakat penyimpan dan selaku bagian dari sistem moneter.
6. Masa Berakhirnya Perjanjian Kredit