Bentuk-Bentuk Cyber Crime Di Bidang Perbankan

B. Bentuk-Bentuk Cyber Crime Di Bidang Perbankan

Globalisasi mengakibatkan terjadinya kejahatan di bidang elektronik, sehingga hal ini harus diantisipasi. Teknologi informasi (information technology) memegang peranan yang penting, baik di masa kini maupun dimasa yang akan datang. Dunia saat ini mengalami revolusi yang dikenal dengan nama revolusi informatika. Revolusi ini lebih canggih dan lebih cepat daripada ”revolusi industri” yang terjadi pada abad ke XIX, dimana tenaga manusia diganti dengan tenaga mesin. Dengan makin berkembang dan meluasnya teknologi, maka semakin besar kemampuan komputer untuk menyimpan dan memproses informasi yang digunakan untuk berbagai keperluan. Era perdagangan bebas sebagai konsekuensi dari globalisasi menempatkan peranan komputer dan internet ke dalam tempat yang sangat strategis karena menghadirkan suatu dunia tanpa batas jarak ruang dan waktu, sehingga diharapkan dapat meningkatkan produktivitas serta efisiensi yang pada akhirnya meningkatkan kesejahteraan. Selain dampak positif tersebut, ternyata juga disadari bahwa komputer memberikan peluang untuk terjadinya kejahatan-kejahatan baru (cyber crime) yang bahkan lebih canggih dibandingkan kejahatan konvensional. Menurut hasil survei yang dilakukan oleh sebuah perusahaan analisa keamanan Globalisasi mengakibatkan terjadinya kejahatan di bidang elektronik, sehingga hal ini harus diantisipasi. Teknologi informasi (information technology) memegang peranan yang penting, baik di masa kini maupun dimasa yang akan datang. Dunia saat ini mengalami revolusi yang dikenal dengan nama revolusi informatika. Revolusi ini lebih canggih dan lebih cepat daripada ”revolusi industri” yang terjadi pada abad ke XIX, dimana tenaga manusia diganti dengan tenaga mesin. Dengan makin berkembang dan meluasnya teknologi, maka semakin besar kemampuan komputer untuk menyimpan dan memproses informasi yang digunakan untuk berbagai keperluan. Era perdagangan bebas sebagai konsekuensi dari globalisasi menempatkan peranan komputer dan internet ke dalam tempat yang sangat strategis karena menghadirkan suatu dunia tanpa batas jarak ruang dan waktu, sehingga diharapkan dapat meningkatkan produktivitas serta efisiensi yang pada akhirnya meningkatkan kesejahteraan. Selain dampak positif tersebut, ternyata juga disadari bahwa komputer memberikan peluang untuk terjadinya kejahatan-kejahatan baru (cyber crime) yang bahkan lebih canggih dibandingkan kejahatan konvensional. Menurut hasil survei yang dilakukan oleh sebuah perusahaan analisa keamanan

a. Aplikasi bisnis yang menggunakan (berbasis) teknologi informasi dan jaringan komputer semakin meningkat. Sebagai contoh saat ini mulai bermunculan aplikasi bisnis seperti online banking, electronic commerce (ecommerce) Electronic Data interchange (EDI) dan masih banyak yang lainnya.

b. Desentralisasi dan distribusi server menyebabkan lebih banyak sistem yang harus ditangani. Hal ini membutuhkan lebih operator dan administrator yang handal yang juga kemungkinan harus tersebar di seluruh lokasi. Padahal mencari operator dan administrator yang handal sangat sulit.

c. Transisi dari single-vendor ke multi vendor sehingga lebih banyak sistem atau perangkat yang harus dimengerti dan masalah interoperability antara vendor yang lebih sulit ditangani. Untuk memahami suatu jenis perangkat dari satu vendor saja sudah sulit, apalagi harus menangani berjenis-jenis perangkat.

d. Meningkatnya kemampuan pemakai di bidang komputer sehingga mulai banyak pemakai yang mencoba-coba bermain dan membongkar sistem yang digunakan.

e. Kesulitan dari penegak hukum untuk mengejar kemajuan dunia komputer dan telekomunikasi yang sangat cepat.

f. Semakin kompleksnya sistem yang digunakan, seperti semakin besarnya program (source code) yang digunakan sehingga semakin besar kemungkinan terjadinya lubang keamanan yang disebabkan kesalahan f. Semakin kompleksnya sistem yang digunakan, seperti semakin besarnya program (source code) yang digunakan sehingga semakin besar kemungkinan terjadinya lubang keamanan yang disebabkan kesalahan

Selain hal-hal tersebut, kejahatan ini juga disebabkan adanya beberapa Indikator penyalahgunaan sarana dan prasarana di internet, antara lain (Ahmad M. Ramli, 2004 : 47):

a. Menjamurnya warnet hampir setiap provinsi di tanah air yang dapat digunakan sebagai fasilitas untuk melakukan tindakan kejahatan, disebabkan tidak tertibnya sistem administrasi dan penggunaan Internet Protocol (IP) dinamis yang sangat bervariatif.

b. ISP (Internet Service Provider) yang belum mencabut nomor telepon pemanggil yang menggunakan internet.

c. LAN (Local Area Network) yang mengakses internet secara bersamaan (sharing), namun tidak mencatat dalam bentuk log file aktivitas dari masing-masing pengguna jaringan.

d. Akses internet menggunakan pulsa premium, dimana untuk melakukan akses ke internet tidak perlu tercatat sebagai pelanggan sebuah ISP. Kejahatan komputer dapat digolongkan dari jenis yang sangat berbahaya sampai kepada jenis yang hanya mengesalkan saja (annoying). Mengingat teknologi informasi pemanfaatan bersifat lintas teritorial, maka konsep yurisdiksi tidak hanya berlaku di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, tetapi juga berlaku untuk setiap wilayah di luar Indonesia yang melakukan tindakan pidana di bidang teknologi informasi yang akibatnya dirasakan di Indonesia atau dimana saja yang kepentingan pemerintah atau Warga Negara Indonesia berwenang mengadili setiap tindak pidana dunia maya yang dilakukan oleh setiap orang, baik di Indonesia atau dimana saja yang kepentingan pemerintah atau warga negara Indonesia dirugikan atau dilanggar hak-haknya. Menurut ibu Judith, salah seorang pegawai PT. Bank Negara Indonesia (persero) Tbk di bagian Customers Service bidang Internet Banking, terdapat begitu banyak d. Akses internet menggunakan pulsa premium, dimana untuk melakukan akses ke internet tidak perlu tercatat sebagai pelanggan sebuah ISP. Kejahatan komputer dapat digolongkan dari jenis yang sangat berbahaya sampai kepada jenis yang hanya mengesalkan saja (annoying). Mengingat teknologi informasi pemanfaatan bersifat lintas teritorial, maka konsep yurisdiksi tidak hanya berlaku di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, tetapi juga berlaku untuk setiap wilayah di luar Indonesia yang melakukan tindakan pidana di bidang teknologi informasi yang akibatnya dirasakan di Indonesia atau dimana saja yang kepentingan pemerintah atau Warga Negara Indonesia berwenang mengadili setiap tindak pidana dunia maya yang dilakukan oleh setiap orang, baik di Indonesia atau dimana saja yang kepentingan pemerintah atau warga negara Indonesia dirugikan atau dilanggar hak-haknya. Menurut ibu Judith, salah seorang pegawai PT. Bank Negara Indonesia (persero) Tbk di bagian Customers Service bidang Internet Banking, terdapat begitu banyak

a. Tindakan sengaja dan melawan hukum, dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain menggunakan nama domain yang bertentangan dengan hak-hak pemilih yang telah digunakan oleh seseorang merupakan tindak pidana.

b. Tindakan dengan sengaja dan melawan hukum mengakses data suatu bank yang memberikan layanan internet banking dengan menggunakan password milik orang lain secara tanpa hak dan diluar kewenangannya melalui komputer atau media lainnya dengan atau tanpa merusak sistem pengamanan.

c. Tindakan dengan sengaja dan melawan hukum mengintersepsi pengiriman data melalui komputer dan media elektronik lainnya sehingga menghambat komunikasi.

d. Tindakan dengan sengaja dan melawan hukum, dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain menahan atau mengintersepsi pengiriman data melalui komputer atau media elektronik lainnya.

e. Tindakan dengan sengaja atau melawan hukum memasukkan, mengubah, menambah, menghapus atau merusak data komputer, program komputer atau data elektronik lainnya milik seseorang secara tanpa hak.

f. Tindakan dengan sengaja atau melawan hukum memasukkan, mengubah, menambah, menghapus atau merusak data elektronik yang mengakibatkan timbulnya kerugian bagi pihak lain.

g. Tindakan dengan sengaja atau melawan hukum memasukkan, mengubah, menambah, menghapus atau merusak data komputer, program komputer atau data elektronik lainnya yang mengakibatkan terganggunya fungsi g. Tindakan dengan sengaja atau melawan hukum memasukkan, mengubah, menambah, menghapus atau merusak data komputer, program komputer atau data elektronik lainnya yang mengakibatkan terganggunya fungsi

i. Tindakan dengan sengaja atau melawan hukum secara tanpa hak mengakses, menyimpan, mengumpulkan atau menyerahkan kepada yang orang tidak berhak data nasabah (seperti PIN), data kartu kredit atau pembayaran elektronik lainnya secara tidak berwenang dalam suatu media komputer atau media lainnya dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain.

Sarana komputer dan biaya pemeliharaannya yang disediakan negara maju pun cukup besar mengingat pentingnya komputer untuk pelaksanaan tugas-tugas negara. Dengan penemuan internet dan kemajuan teknologi telekomunikasi, data dapat dikirimkan ke berbagai penjuru dunia dengan lebih cepat lagi. Pada gilirannya perkembangan yang cepat dalam bidang komputer menimbulkan titik rawan dalam penyusunan alat pengaman (security device) pada sistem komputer, baik untuk keperluan pemerintah maupun dunia usaha lainnya. Padahal kelemahan dari sistem yang dipergunakan oleh suatu lembaga sering kali disalahgunakan oleh pihak ketiga untuk kepentingan sendiri (Ahmad M. Ramli, 2004 : 56). Sementara itu, menurut Ibu Mega, salah seorang pegawai di bidang Perbankan pada kantor Bank Indonesia Surakarta, aksi para hackers untuk menerobos sistem komputer menimbulkan kerugian yang sangat meresahkan pengguna komputer. Selain data mereka dapat diintip, perbuatan hackers sering kali menyebabkan tersebarnya virus-virus yang berbahaya. Seringkali perbuatan mereka diikuti dengan ancaman pemerasan untuk merusak data komputer yang telah diterobos. Lebih lanjut disebutkan oleh Ibu Mega, bahwa selain dapat menimbulkan kerugian materi dan keuangan yang besar dan bahkan mengancam keselamatan jiwa manusia apabila kerusakan terjadi pada sistem komputer lalu lintas atau transportasi darat dan udara, kejahatan komputer menimbulkan permasalahan

komputer berdimensi nasional maupun internasional. Teknologi komputer telah menimbulkan banyak permasalahan hukum pidana terutama disebabkan oleh karena undang-undang hukum pidana menurut sejarahnya dibentuk antara lain untuk melindungi harta kekayaan berupa barang yang merupakan ”tangible object ”, yaitu sesuatu yang secara fisik dapat dilihat, dicium atau diraba. Waktu peraturan mengenal hal ini diundangkan pembuat undang- undang belum memikirkan bahwa dikemudian hari akan muncul suatu teknologi baru yang menciptakan ”data komputer” yang merupakan ”elektronik impulses” (denyut elektronik) yang mempunyai wujud dan pengertian lain daripada barang. Bahwa dengan kemajuan teknologi telekomunikasi data-data tersebut dapat diproses dengan cepat dan disebarkan ke berbagai penjuru dunia dalam waktu singkat. Sehubungan dengan hal tersebut Bapak Benny, S.H., salah seorang hakim di Pengadilan Karanganyar, menyebutkan bahwa permasalahan hukum pun timbul tentang apakah tindakan pidana terhadap data komputer, yang seringkali mempunyai nilai yang tinggi dapat dipersamakan dengan tindakan pidana terhadap barang dan seperti diatur dalam Pasal Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, seperti: pencurian, penggelapan, perusakan, tanpa hak memasuki pekarangan orang lain dan lainnya. Sehubungan dengan dapat disimpannya secara elektronis berbagai macam informasi dalam komputer, dan tidak lagi dicatat di atas kertas, apakah perbuatan pemalsuan, penkopian, manipulasi informasi dalam data komputer dan perusakan data komputer dapat dipersamakan dengan pemalsuan surat atau dokumen dan perusakan barang. Selanjutnya dengan ramainya lalu lintas informasi melalui jaringan internet dan lainnya di ”cyber space” apakah penyalahgunaan informasi tersebut masih dapat

ditanggulangi oleh Kitab Undang-Undang Hukum Pidana dan peraturan perundangan lainnya. Apakah sabotase komputer atau sistem komputer suatu negara yang sangat vital seperti yang dimiliki Departemen atau Lembaga Pertahanan, Telekomunikasi, Perhubungan, Penerbangan dan lainnya yang dapat mengakibatkan kerugian yang sangat fatal baik terhadap negara, keselamatan jiwa

hakim yang saling bertentangan, membuktikan bahwa kejahatan komputer yang beraneka ragam bentuknya sejak semula telah menimbulkan kesulitan dalam penerapan hukumnya. Untuk dapat mengerti apa yang menjadi permasalahan hukum pada setiap bentuk kejahatan komputer, terlebih dahulu perlu diketahui jenis- jenis kejahatan komputer. Para pakar ”computer law” telah mencoba membagi jenis kejahatan komputer atas beberapa kategori. Beberapa pakar membagi jenis kejahatan komputer atas tindak pidana yang masih dapat dituntut berdasarkan Undang-Undang Hukum Pidana dan jenis-jenis baru yang belum ada pengaturannya. Beberapa kejahatan komputer masih dapat diselesaikan dengan peraturan pidana tradisional walaupun hukum kadang-kadang harus memberikan interpretasi yang luas, namun bagi beberapa jenis lainnya ternyata tidak dapat dijangkau oleh peraturan pidana yang berlaku, dan hakim pun enggan untuk melakukan interpretasi yang terlalu menyimpang. Putusan hakim tingkat pertama yang terlalu menyimpang biasanya dibatalkan dalam tingkat banding atau kasasi apabila dimintakan banding dan kasasi. Secara garis besar, ada beberapa tipe cyber crime, yaitu (International Journal, Jones 1994:121):

1. Joy computing yaitu pemakaian komputer orang lain tanpa izin. Hal ini termasuk pencurian waktu operasi komputer.

2. Hacking, yaitu mengakses secara tidak sah atau tanpa izin dengan alat suatu terminal.

3. The trojan horse, yaitu manipulasi data atau program dengan jalan mengubah data atau instruksi pada sebuah program, menghapus, menambah, menjadikan tidak terjangkau dengan tujuan untuk kepentingan pribadi-pribadi atau orang lain.

4. Data Leakage, yaitu menyangkut bocornya data keluar terutama mengenai data yang harus dirahasiakan. Pembocoran data komputer itu bisa berupa rahasia Negara, perusahaan, data yang dipercayakan kepada seseorang dan 4. Data Leakage, yaitu menyangkut bocornya data keluar terutama mengenai data yang harus dirahasiakan. Pembocoran data komputer itu bisa berupa rahasia Negara, perusahaan, data yang dipercayakan kepada seseorang dan

6. To Frustate Data Comunication atau penyia-nyian data komputer.

7. Software Piracy yaitu pembajakan perangkat lunak terhadap hak cipta yang dilindungi HKI. Dari ketujuh tipe cyber crime tersebut, nampak bahwa inti cyber crime adalah penyerangan di content, computer system dan communication system milik orang lain atau umum di dalam cyber space. Sementara itu, bentuk-bentuk cyber crime antara lain (Agus Raharjo, 2002 : 206):

1. Penipuan lelang online Ciri-ciri kejahatan ini adalah harga produk yang banyak diminati sangat rendah, penjual tidak menyediakan nomor telepon, tidak ada respon terhadap pertanyaan melalui e-mail dan menjanjikan produk yang sedang tidak tersedia. Resiko terburuk adalah pemenang lelang yang telah mengirimkan cek atau uang tidak memperoleh produk, atau memperoleh produk yang tidak sesuai dengan yang diinginkan.

2. Penipuan saham online Cirinya adalah secara tiba-tiba harga saham perusahaan naik secara drastis tanpa didukung data yang akurat. Resiko terburuknya adalah tidak adanya nilai riil yang mendekati harga saham tersebut, kehilangan seluruh jumlah investasi dengan sedikit kesempatan atau bahkan tanpa kesempatan untuk menutup kerugian yang terjadi.

3. Penipuan Pemasaran Berjenjang Online Mempunyai ciri-ciri keuntungan dari merekrut anggota, menjual produk secara fiktif. Resikonya adalah banyak investor gagal atau rugi.

4. Penipuan Kartu Kredit Cirinya adalah terjadinya biaya misterius pada tangguhan kartu kredit untuk produk atau layanan internet yang tidak pernah dipesan oleh pemilik kartu kredit. Resikonya adalah korban bisa perlu waktu yang lama untuk melunasinya. Kemajuan di bidang sistem jaringan internet dan telekomunikasi menyebabkan 4. Penipuan Kartu Kredit Cirinya adalah terjadinya biaya misterius pada tangguhan kartu kredit untuk produk atau layanan internet yang tidak pernah dipesan oleh pemilik kartu kredit. Resikonya adalah korban bisa perlu waktu yang lama untuk melunasinya. Kemajuan di bidang sistem jaringan internet dan telekomunikasi menyebabkan

negeri dapat dilakukan dengan lebih cepat lagi. Perdagangan melalui internet di cyber space yang dikenal dengan e-commerce semakin meningkat. Iklan-iklan untuk segala macam barang dan piranti lunak/ software yang dilaksanakan di cyber space sudah merupakan hal lazim yang dengan mudah dapat diamati pembayaran untuk pemesanan barang atau program komputer dapat dilakukan dengan menggunakan kartu kredit dalam formulir yang telah disediakan oleh penjual yang secara cepat muncul dalam komputer para pembeli. Transfer uang secara elektronik yang disebut dengan ”wire transfer” merupakan cara umum untuk mentransfer uang dengan pesan elektronik (electronics messages ) antarbank. Betapa besar uang yang ditransfer setiap harinya melalui jaringan internet dapat dilihat dari fakta kegiatan lembaga-lembaga yang memberikan jasa di bidang ini, misalnya transfer uang antar bank yang dilakukan melalui jaringan komputer sistem Electronics Funds Transfer system. Demikian pula halnya, betapa besarnya asset yang perlu dilindungi dapat dilihat dari sarana komputer yang dimiliki oleh suatu negara dan dari jumlah uang yang ditransfer dari sistem elektronis seperti yang dimiliki oleh lembaga EFTS dan SWIFT tersebut ke berbagai penjuru dunia. Berdasarkan penelitian diperkirakan bahwa uang yang di transfer secara elektronis setiap hari oleh kedua lembaga tersebut lebih banyak dari anggaran negara Amerika Serikat dan Inggris untuk satu tahun. Dengan munculnya e-commerce, yaitu tata niaga secara elektronis di alam cyber (cyber space ) memunculkan generasi konsumen baru yang disebut ”cybershopping” dengan melakukan secara e-cash ataupun melalui electronics transfer . Mengetahui bahwa apa-apa yang dikirim melalui transfer elektronik itu sangat berharga, maka berbagai organisasi penjahat berusaha untuk mengintersepsi dan mengalihkan uang itu ke bank mereka. Hal mana pada akhirnya melahirkan pula berbagai jenis kejahatan yang disebut ”cyber crime”. Apabila kejahatan terhadap ”data” komputer atau ”digital goods” yang juga negeri dapat dilakukan dengan lebih cepat lagi. Perdagangan melalui internet di cyber space yang dikenal dengan e-commerce semakin meningkat. Iklan-iklan untuk segala macam barang dan piranti lunak/ software yang dilaksanakan di cyber space sudah merupakan hal lazim yang dengan mudah dapat diamati pembayaran untuk pemesanan barang atau program komputer dapat dilakukan dengan menggunakan kartu kredit dalam formulir yang telah disediakan oleh penjual yang secara cepat muncul dalam komputer para pembeli. Transfer uang secara elektronik yang disebut dengan ”wire transfer” merupakan cara umum untuk mentransfer uang dengan pesan elektronik (electronics messages ) antarbank. Betapa besar uang yang ditransfer setiap harinya melalui jaringan internet dapat dilihat dari fakta kegiatan lembaga-lembaga yang memberikan jasa di bidang ini, misalnya transfer uang antar bank yang dilakukan melalui jaringan komputer sistem Electronics Funds Transfer system. Demikian pula halnya, betapa besarnya asset yang perlu dilindungi dapat dilihat dari sarana komputer yang dimiliki oleh suatu negara dan dari jumlah uang yang ditransfer dari sistem elektronis seperti yang dimiliki oleh lembaga EFTS dan SWIFT tersebut ke berbagai penjuru dunia. Berdasarkan penelitian diperkirakan bahwa uang yang di transfer secara elektronis setiap hari oleh kedua lembaga tersebut lebih banyak dari anggaran negara Amerika Serikat dan Inggris untuk satu tahun. Dengan munculnya e-commerce, yaitu tata niaga secara elektronis di alam cyber (cyber space ) memunculkan generasi konsumen baru yang disebut ”cybershopping” dengan melakukan secara e-cash ataupun melalui electronics transfer . Mengetahui bahwa apa-apa yang dikirim melalui transfer elektronik itu sangat berharga, maka berbagai organisasi penjahat berusaha untuk mengintersepsi dan mengalihkan uang itu ke bank mereka. Hal mana pada akhirnya melahirkan pula berbagai jenis kejahatan yang disebut ”cyber crime”. Apabila kejahatan terhadap ”data” komputer atau ”digital goods” yang juga

a. Layanan pembayaran menggunakan kartu kredit pada situs-situs toko online .

b. Layanan perbankan online (online banking). Dalam kaitannya dengan cyber crime, maka sudut pandangnya adalah kejahatan internet yang menjadikan pihak bank, merchant, toko online atau nasabah sebagai korban yang dapat terjadi karena maksud jahat seseorang yang memiliki kemampuan dalam bidang teknologi informasi, atau seseorang yang memanfaatkan kelengahan pihak bank, pihak merchant maupun pihak nasabah. Beberapa bentuk potensi cyber crime dalam kegiatan perbankan, antara lain (Agus Raharjo, 2002 : 221):

a. Typo site: pelaku membuat nama situs palsu yang sama persis dengan situs asli dan membuat alamat yang mirip dengan situs asli. Pelaku menunggu kesempatan jika ada seseorang korban salah mengetikkan alamat dan situs palsu buatannya. Jika hal ini terjadi maka pelaku akan memperoleh informasi user dan password korbannya dan dapat dimanfaatkan untuk merugikan korban;

b. Keylogger/ keystroke logger: modus lainnya adalah keylogger. Hal ini sering terjadi pada tempat mengakses internet umum seperti di warnet. Program ini akan merekam karakter-karakter yang diketikkan oleh user ID maupun password. Semakin sering mengakses internet di tempat umum, semakin rentan pula terkena modus operandi yang dikenal dengan istilah keylogger atau keystroke recorder ini. Sebab, komputer-komputer yang berada di warnet digunakan berganti-ganti oleh banyak orang. Cara kerja dari modus ini sebenarnya sangat sederhana, tetapi banyak para pengguna warnet di tempat umum yang lengah dan tidak sadar semua aktivitasnya sedang dicatat oleh orang lain. Pelaku memasang program keyloggger di b. Keylogger/ keystroke logger: modus lainnya adalah keylogger. Hal ini sering terjadi pada tempat mengakses internet umum seperti di warnet. Program ini akan merekam karakter-karakter yang diketikkan oleh user ID maupun password. Semakin sering mengakses internet di tempat umum, semakin rentan pula terkena modus operandi yang dikenal dengan istilah keylogger atau keystroke recorder ini. Sebab, komputer-komputer yang berada di warnet digunakan berganti-ganti oleh banyak orang. Cara kerja dari modus ini sebenarnya sangat sederhana, tetapi banyak para pengguna warnet di tempat umum yang lengah dan tidak sadar semua aktivitasnya sedang dicatat oleh orang lain. Pelaku memasang program keyloggger di

Contoh cyber crime dalam transaksi perbankan yang menggunakan sarana internet sebagai basis transaksi adalah sistem layanan perbankan online (online banking). Dalam sistem layanan yang pertama, yang perlu diwaspadai adalah tindak kejahatan yang dikenal dengan istilah carding. Prosesnya adalah sebagai berikut, pelaku carding memperoleh data kartu kredit secara tidak sah (illegal interception ), dan kemudian menggunakan kartu kredit tersebut untuk belanja di toko online (forgery) (Agus Raharjo, 2002 : 190). Modus ini dapat terjadi akibat lemahnya sistem autentifikasi yang digunakan dalam memastikkan identitas pemesanan barang di toko online. Kegiatan yang kedua yaitu perbankan online (online banking). Modus yang pernah muncul di Indonesia dikenal dengan istilah typosite yang memanfaatkan kelengahan nasabahnya yang salah mengetikkan alamat bank online yang ingin diaksesnya. Pelakunya sudah menyiapkan situs palsu yang mirip dengan situs asli bank online (forgery). Jika ada nasabah yang salah ketik dan masuk ke situs bank palsu tersebut, maka pelaku akan merekam user ID atau password nasabah tersebut untuk digunakan mengakses ke situs yang sebenarnya (illegal access) dengan maksud untuk merugikan nasabah. Misalnya yang dituju adalah situs www.klikbca.com , namun ternyata nasabah yang bersangkutan salah mengetik menjadi www.klickbca.com, maka akan mengakibatkan kerugian pada nasabah. Dalam hal ini, pelaku membeli domain-domain mirip www.klikbca.com (situs asli internet banking BCA), yaitu domain wwwklikbca.com, kilkbca.com, clikbca.com, klickbca.com dan klikbac.com. Isi situs- situs ”plesetan” ini pun nyaris sama, kecuali tidak adanya security untuk bertransaksi dan adanya formulir akses (login form ) palsu. Jika nasabah BCA salah mengetik situs BCA asli dan masuk ‟perangkap‟ situs plesetan si pelaku, identitas pengguna (user ID) dan nomor identifikasi personal number (PIN) dapat ditangkap pelaku.

mencuri data nasabah yang dimungkinkan bertendensi untuk tujuan kriminal, membuka wacana baru bagi masyarakat internet apakah tindakan tersebut dapat dibenarkan. Isu ini juga mengingatkan hak-hak apa saja yang bisa diperjuangkan masyarakat internet, khususnya pemakai internet banking, serta kewajiban apa saja yang harus dilaksanakan penyelenggara internet banking tersebut.