PENDEKATAN ARSITEKTURAL YANG DIGUNAKAN

C. PENDEKATAN ARSITEKTURAL YANG DIGUNAKAN

Pada sub bab ini menjabarkan tentang pendekatan arsitektural yang berkaitan dengan perencanaan resort yang akan dibuat, yaitu arsitektur pelestarian, serta kontektualisme.

1. Arsitektur Pelestarian

Arsitektur pelestarian adalah salah satu cabang arsitektur yang meninjau pelestarian sebagai salah satu aspek dalam mendesain suatu ruang. Dengan mengacu kepada kaidah- kaidah pelestarian, akan didapat suatu desain arsitektur yang berkelanjutan tanpa merusak nilai historis yang ada site yang akan dirancang.

a. Pengertian Pelestarian

Filosofi pelestarian didasarkan pada kecenderungan manusia untuk melestarikan nilai-nilai budaya pada masa yang telah lewat namun memiliki arti Filosofi pelestarian didasarkan pada kecenderungan manusia untuk melestarikan nilai-nilai budaya pada masa yang telah lewat namun memiliki arti

mengungkapkan bahwa hal ini

menggambarkan begitu kompleksnya masalah yang ada dalam aktivitas pelestarian.

Berbagai pengertian dan istilah pelestarian coba diungkapkan oleh para ahli perkotaan dalam melihat permasalahan yang timbul berdasarkan konsep dan persepsi tersendiri. Berikut pernyataan para ahli :

· Nia Kurmasih Pontoh (1992:36), mengemukakan bahwa konsep awal pelestarian adalah konservasi, yaitu upaya melestarikan dan melindungi sekaligus memanfaatkan sumber daya suatu tempat dengan adaptasi terhadap fungsi baru, tanpa menghilangkan makna kehidupan budaya.

· Eko budihardjo (1994:22), upaya preservasi mengandung arti mempertahankan peninggalan arsitektur dan lingkungan tradisional/kuno persis seperti keadaan asli semula. Karena sifat prservasi yang stastis, upaya pelestarian memerlukan pula pendekatan konservasi yang dinamis, tidak hanya mencakup bangunannya saja tetapi juga lingkungannya (conservation areas) dan bahkan kota bersejarah (histories towns). Dengan pendekatan konservasi, berbagai kegiatan dapat dilakukan, menilai dari inventarisasi bangunan bersejarah kolonial maupun tradisional, upaya pemugaran (restorasi), rehabilitasi, rekonstruksi, sampai dengan revitalisasi yaitu memberikan nafas kehidupan baru.

· Dalam Piagam Burra Tahun 1981 (Sumargo, 1990), disepakati istilah konservasi sebagai istilah bagi semua kegiatan pelestarian, yaitu segenap proses pengelolaan suatu tempat agar makna kultral yang dikandungnya terpelihara dengan baik. Konservasi dapat meliputi segala kegiatan pemeliharaan dan sesuai dengan situasi dan kondisi setempat

dapat pula mencakup preservasi, restorasi, rekontruksi, adaptasi dan revitalisasi.

· Mundardjito (2002) : Terbentuknya suatu kota dalam banyak sisi dapat dilihat sebagai suatu produk dari perkembangan kebudayaan di dalamnya

terdapat perwujudan ideologi sosial serta perkembangan teknologi yang membantu mengkonstruksikan suatu daerah menjadi kota yang kita kenal kini. Artinya, terbentuknya kota sedikit banyak berdasarkan atas pengetahuan, norma, kepercayaan dan nilai-nilai budaya dari masyarakatnya di masa lalu.

b. Manfaat Pelestarian

Sebagaimana telah digariskan dalam Undang Undang Republik

Indonesia No. 5 Tahun 1992, perlindungan terhadap benda cagar budaya dan situs, bertujuan melestarikan dan memanfaatkannya untuk memajukan kebudayaan nasional Indonesia, mengingat bahwa benda cagar budaya memiliki arti penting bagi pemahaman dan pengembangan sejarah, ilmu pengetahuan dan kebudayaan. Pelestarian bangunan bersejarah juga merupakan suatu pendekatan yang strategis dalam pembangunan kota, karena pelestarian menjamin kesinambungan nilai-nilai kehidupan dalam proses pembangunan yang dilakukan manusia. Manfaat pelestarian juga dikemukakan oleh beberapa ahli di bidang pelestarian di antaranya : Indonesia No. 5 Tahun 1992, perlindungan terhadap benda cagar budaya dan situs, bertujuan melestarikan dan memanfaatkannya untuk memajukan kebudayaan nasional Indonesia, mengingat bahwa benda cagar budaya memiliki arti penting bagi pemahaman dan pengembangan sejarah, ilmu pengetahuan dan kebudayaan. Pelestarian bangunan bersejarah juga merupakan suatu pendekatan yang strategis dalam pembangunan kota, karena pelestarian menjamin kesinambungan nilai-nilai kehidupan dalam proses pembangunan yang dilakukan manusia. Manfaat pelestarian juga dikemukakan oleh beberapa ahli di bidang pelestarian di antaranya :

1. Manfaat kebudayaan yaitu sumber-sumber sejarah yang dilestarikan dapat menjadi sumber pendidikan dan memperkaya estetika.

2. Manfaat ekonomi yaitu adanya peningkatan nilai property, peningkatan pada penjualan ritel dan sewa komersil, penanggulangan biaya-biaya relokasi dan peningkatan pada penerima pajak serta pendapatan dari sektor pariwisata.

3. Manfaat sosial dan perencanaan, karena upaya pelestarian dapat menjadi kekuatan yang tepat dalam memulihkan kepercayaan masyarakat.

c. Lingkup Kegiatan Pelestarian

Lingkup kegiatan pelestarian mencakup objek-objek yang dianggap sesuatu yang patut dijaga karena terdapat nilai-nilai ilmu pengetahuan dan manfaat lain bagi kehidupan umat manusia sehingga ditetapkan sebagai objek pelestarian. Berikut lingkup kegiatan pelestarian diantara :

1. Lingkungan alami (Natural Area) ; daerah pesisir, daerah pertanian hutan, daerah archeologis dan lain-lain.

2. Kota dan Desa (Town and Villages) seperti Williamsburg, Deerfield, dan Nantucket di USA atau west Wycmbe dan Lacock di Inggris.

3. Garis cakrawala dan koridor pandang (Skylines and View Corridor) seperti pengendalian terhadap ketinggian bangunan dan pengarahan pandangan terhadap ‘view’ dan ‘vista’ yang baik.

4. Kawasan (Districts) seperti kawasan yang mewakili gaya tradisi tertentu yang dilindungi terhadap kehancuran dan penambahan figure-figur baru.

bangunan dan perlengkapan jalan.

6. Bangunan (Buildings) merupakan obyek pelestarian yang paling tua dan paling lazim.

7. Benda dan penggalan seperti puing-puing akibat ledakan, bagian tembok kota, fasade bangunan, trem listrik, kereta kabel, dan sebagainya.

2. Kontekstual dalam Arsitektur

Berkaitan dengan arsitektur pelestarian, kontektual dalam arsitektur meruapakan suatu pendekatan yang sangat berhubungan erat. Dengan menggunakan prinsip kontekstual dalam arsitektur, desain yang akan dibuat akan sesuai dengan kawasan site yang memiliki cagar budaya dan tidak mengaburkan nilai sejarah dan budaya yang sudah ada.

a. Pengertian Kontekstual

Kontekstual berarti situasi yang tidak memungkinkan sebuah obyek ada di satu tempat tanpa mengindahkan obyek-obyek yang sudah ada di tempat itu lebih dahulu. Dengan demikian perhatian dipusatkan pada karakteristik obyek- obyek yang sudah ada daripada obyek yang akan dibuat.

Berdasarkan definisinya, desain kontekstual haruslah: · Fit (pas) pada lingkungannya · Merespon lingkungannya · Menjadi perantara bagi lingkungannya, mungkin melengkapi pola

implisit dari layout jalan atau memperkenalkan sesuatu yang baru.

b. Sejarah Konteksualisme

Kontekstualisme muncul pada pertengahan tahun 1950 sebagai sebuah metoda pengobatan lingkungan yang semakin senjang bagi masyarakatnya.

Kontektualisme juga menjawab permasalahan saat munculnya arsitektur modern, dimana site denga permukaan rata dan kosong menjadi kebutuhan dan penerapan ideal prinsip-prinsip arsitektur modern. Padahal hal tersebut mengakibatkan suatu bangunan dikonsepsikan sebagai obyek bebas tanpa hubungan dengan konteks lain dari ruang bebas urban grid empat persegi panjang. Grid tersebut berfungsi sebagai penghapus konteks sehingga setiap site sejauh mungkin dapat digunakan sebagai site ideal modern, yaitu; site rata dan kosong tanpa ada hubungan dengan built environtment sekitarnya, lain dari semua obyek arsitektural dan dialokasikan dengan system grid.

Menurut penganut kontekstualisme, kegagalan arsitektur modern dan perencanaan kotanya adalah: ·

Kurangnya pengertian tentang urban context

· Penekanan yang berlebihan pada obyek dan bukannya pada jaringan antar mereka.

· Mendesain dari luar ke dalam. Bukannya dari dalam ke luar. Kontekstualism / urbanism menurut Cohan dan Hurt bermaksud memeluk jiwa/ spirit bangunan-bangunan tua dengan lingkungannya yang bersejarah ke dalam desain baru, bukan bentuknya.

Dengan begitu, bangunan baru yang dibangun akan sesuai dengan bangunan lama yang sudah akan, dan akan memeperkuat nilai pada bangunan lama.

c. Karakter desain pada kontektualisme

Kontekstualisme sering disalah tafsirkan sebagai pola pemikiran yang hanya memepertimbangkan konteks sebagai unsur penting dalam pendekatan Kontekstualisme sering disalah tafsirkan sebagai pola pemikiran yang hanya memepertimbangkan konteks sebagai unsur penting dalam pendekatan